PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 17 Maret 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 15 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Dan Yi kaget mengetahui kalau Pak Kang sakit dan selama ini Eun-ho merawatnya, setelah membaca semua jurnal milik Penulis Kang.
“5 Juli, 2007. Aku didiagnosis mengidap penyakit Alzheimer. Aku bertanya berulang kali karena tak memercayainya, tapi jawaban temanku tak berubah. Aku tak sangka akan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan menulis.” 

Flash Back
Acara “KULIAH KHUSUS KANG BYEONG-JUN” Eun Ho pergi ke toilet dan kaget melihat Tuan Kang membuka semua bajunya seperti sudah mulai lupa. Eun Ho hanya bisa menatap binggung.
“Sekarang, aku takut pada hari-hari yang harus kulalui. Eun-ho datang setiap hari. Saat kutanya kenapa terus datang, dia hanya tersenyum. Hari ini, kami berjalan-jalan bersama. Itu hari yang indah, aku jadi bersemangat.”
Eun Ho terus mengikuti Tuan Kang seperti seorang yang selalu menjaga dibelakangnya. Eun Ho bahkan menemani Tuan Kang ada dirumah. Dan Yi terus membaca jurnal Tuan Kang seperti bisa membayangkan cerita Eun Ho dan Tuan Kang selama ini.
“Tidak mungkin aku akan mengenal pemuda sepertimu.”
Eun Ho datang ke rumah Tuan Kang langsung menjerit kaget dan memeluk kaki Tuan Kang yang sudah tergantung dan berusaha menyelamatkan sambil menangis. Sejak saat itu Eun Ho mencoba menjaga Tuan Kang tapi Tuan Kang tak mengenalinya bahkan mengusirnya.
“Aku menemukan jurnal lamaku. Aku menemukan tulisanku soal putraku yang mengunjungiku. Apakah selama ini aku masih terus menulis meskipun kemampuan kognitifku menurun?”
"Syukurlah kebiasaan lamaku masih ada.  Membuatku merasa diriku masih pantas disebut penulis. Mungkin putra yang kutulis adalah Eun-ho. Sudah lama sekali sejak aku mulai berpikir bahwa dia adalah putraku.”
Eun Ho yang diusir dirumah mencoba terus membantu Tuan Kang, bahkan dalam cuara dingin tanpa alas kaki mencoba menyelamatkan dengan mematikan aliran gas sebelum terjadi kebakaran. Eun Ho akhirnya duduk bersama dengan Tuan Kang melingkarkan jarinya.
“12 September, 2009... Aku membuat Eun-ho berjanji padaku, bahwa dia akan memastikan aku mati sebagai penulis Kang Byeong-jun, bukan sebagai pria tua pikun yang hilang ingatan. Aku meminta dia pastikan kronologiku bisa berakhir dengan hilangnya diriku, bukan dengan Alzheimer.”
“Aku hidup untuk menulis buku,cmaka kubilang aku ingin diingatcsebagai pria yang habiskan hidupcsebagai penulis sampai mati. Kubilang aku ingin mati sebagai penulis karena itulah diriku selama ini. Karenanya, kutulis wasiat, deklarasi akhir karier menulisku. Itu akan menjadi tulisan terakhirku.”
“Aku memikirkan soal apa yang telah dilalui Eun-ho dan perasaannya setiap kali orang salah paham padanya. Kau yang mencintai bintang-bintang. Pasti karena itu” gumam Dan Yi
Eun Ho yang gelisah akhirnya hanya bisa mengisap rokok dan berdiri ditepi jalan saat akan pergi ke Gapyong
 “Eun-ho duduk di halaman depan sendirian. Karena janjinya kepada Pak Kang, yang harus dia jaga bahkan dariku. Begitu pun denganmu” gumam Dan Yi teringat saat keluar rumah menunggu Eun Ho ternyata duduk di  halaman depan rumah. 




Flash Back
“Aku hanya butuh kau juga, Seseorang yang begitu mengenalku. Walau dunia berpaling dariku...” kata Eun Ho, Dan Yi pun mendengarkanya.
"Dia pasti punya alasan. Selalu ada alasan untuk segalanya. Dia pasti melakukannya untuk melindungi sesuatu yang ingin dia lindungi." Gumam Dan Yi
“ Kau... Setidaknya, kau akan mempercayaiku, 'kan?” ucap Eun Ho menyakinkan. 
“Dan itu alasan dia hanya bisa mengatakan itu. Ada banyak hal yang ingin dia katakan, tapi dia harus menyimpannya sendiri. Bayangan dia menderita sendiri membuat hatiku sakit. Dan aku hanya bisa menangis karena tahu aku tak bisa memutar waktu dan menemaninya.” Guman Dan Yi sambil menangis. 

Eun Ho datang mencari Dan Yi tapi tak melihat di kamar lalu bertanya apakah Dan Yi ada di loteng. Ia tak mendengar suara Dan Yi akhirnya menaiki tangga dan kaget melihat Dan Yi sudah membaca kotak milik Tuan Kang.
“Pak Kang... Kau merawatnya, 'kan? Di Gapyong... Pak Kang di Gapyong, 'kan?” ucap Dan Yi sambil menangis. Eun Ho datang menghapus air mata Dan Yi.
“Tatap Aku Sekarang, Aku tahu yang kau pikirkan, tapi aku baik-baik saja. Kau lihat, aku merasa itu tanggung jawab yang harus kupikul. Karena itu aku baik-baik saja.” Ucap Eun Ho lalu memeluknya.
“Maafkan aku karena tak tahu apa-apa. Bahkan tanpa kau memberitahuku, seharusnya aku tahu, tapi tidak. Maafkan aku, Eun-ho.” Ucap Dan Yi dipelukan Eun Ho 


Ji Yool memberikan naskah Pak Kang yaitu  Novel terakhir yang katanya akan dia tulis. Hae Rin membaca naskah “Para Pahlawan.” Lalu melihat nama penuliska "Park Jung-hoon" seperti tak percaya lalu mencoba membacanya. 

Dan Yi dan Eun Ho duduk bersama diloteng. Dan Yi merasa bersalah karena selama itu Eun Ho menderita sendirian dan ia sama sekali tak tahu jadi Itu membuatnya sedih. Ia yakin Eun Ho  pasti pernah menangis sendirian Dan pasti ada hari saat tak bisa tidur.
“Pada saat-saat itu, kau pasti sangat kesepian, tak ada orang yang menemanimu. Menyakitkan saat tahu kau sudah lama hidup seperti itu.” Ucap Dan Yi sedih. Eun Ho menatap Dan Yi langsung berbaring di paha Dan Yi.
“Di sini sangat nyaman... Aku tak pernah tidur di sini.” Ucap Eun Ho berbaring. Dan Yi mengelus kepala Eun Ho dengan penuh kasih sayang.
“Apa kau mau tidur di sini?” kata Dan Yi. Eun Ho meminta agar Dan Yi mengatakan kalau melakukan hal benar.
“Selama ini, aku ingin dengar itu, Bahwa perbuatanku benar.” Ucap Eun Ho
“Aku mengenalmu, Eun-ho... Kau pasti sangat tersiksa ratusan kali, berusaha mencari tahu yang terbaik bagi Pak Kang. Tindakanmu benar... Sungguh.” Ucap Dan Yi. Eun Ho terlihat bisa nyaman.

Tuan Bong penuh semangat membawa kue bahkan membawa topi, saaat itu seorang pria membuka pintu terlihat gugup. Tuan Bong langsung menyanyikan “Selamat ulang tahun” pada Yeong-cheol. Yeong Cheol terlihat binggung bertanya ada apa datang ke rumahnya.
“Ini hari ulang tahunmu. Jadi, aku berkunjung. Aku mau kemari lebih awal dan membuat sup rumput laut, tapi aku harus kunjungi saudaraku. Tapi Kenapa wajahmu? Kau pasti tersentuh... Tak ada editor yang begini.” Ucap Tuan Bong Bangga.
Yeong Cheol mengucapkan Terima kasih dan terlihat gugup. Tuan Bong akan masuk rumah mengajak untuk makan sup rumput laut lalu melihat ada sepatu wanita. Yeong Cheol terlihat binggung.
“Sepatunya tak asing.” Ucap Tuan Bong Saat itu Nyonya Seo keluar bertanya siapa yang datang pada Yeong Cheol. Tuan Bong kaget melihat mantan istrinya.
“Apa Kau juga mampir untuk menyelamati dia? Kapan kau tiba?” tanya Tuan Bong. Nyonya Seo menjawab kemarin.Tuan Bong shock mendengarnya.
“Kemarin? Kenapa? Untuk apa? Kemarin? Apa maksudmu?” ucap Tuan Bong menatap istrinya tak percaya. Nyonya Seo pikir suaminya pasti tahu. Yeong Cheol tak bisa berbuat apa-apa. 


Tuan Bong mengikuti Nyonya Seo seperti tak percaya dan menurutnya  tak masuk akal. Nyonya Seo pikir semua masuk akal karena sudah memberitahu Tuan Bong kalau berpacaran.
“Yang kupikirkan tak terjadi, 'kan? Katakan itu tak terjadi... Yeong Ah.. Apa Kau tidur dengannya? Apa Kau sungguh tidur dengannya?” kata Tuan Bong memastikan. Nyonya Seo membenarkan.
“Hei, bagaimana... Bagaimana kau bisa melakukan itu? Yeong-a, kenapa kau lakukan ini padaku? Baru setahun dia meneken kontrak dengan kita. Kenapa tidur dengan rekan kerjamu...” kata Tuan Bong tak percaya
“Lalu kita? Apa kau Pikir kita berpapasan di jalan lalu akhirnya menikah? Kita dulu juga rekan kerja.” Ucap Nyonya Seo menyadarkan
“Kasus kita berbeda!” tegas Tuan Bong. Nyonya Seo mengeluh kalau tak aa yang berbeda.
“Apanya yang spesial soal kita?” balas Nyonya Seo. Tuan Bong menegaskan kalau mereka dulu spesial.
“Apanya yang spesial? Yang benar saja.” Keluh Nyonya Seo. Tuan Bong tetap menegaskan kalau hubungan mereka dulu spesial.
“Kenapa kau bilang begitu soal kita? Heii.. Tunggu.. .. mari bicara. Kumohon. Jangan pergi.” kata Tuan Bong menahan Nyonya Seo yang akan masuk pergi. Nyonya Seo tak peduli menyuruh Tuan Bong menyingkir.
“Astaga, menakutkan sekali... Wanita bisa sangat kejam. Begitu mereka berpaling darimu, selesai sudah.” Ucap Tuan Bong tak percaya melihat Nyonya Seo yang pergi meninggalkanya. 



Eun Ho sedang membaca buku “ANGIN NEW YORK, dibagian KRONOLOGI PENULIS” lalu teringat dengan ucapan Tuan Kang meminta agar  berjanji tak akan menulis kronologinya, seta memastikan dirinya saat mati nanti sebagai penulis Kang Byeong Joon, bukan sebagai pria tua pikun.
 Saat itu Hae Rin menelp, Eun Ho menatap Dan Yi yang ada disampingnya sambil mengelus kepalanya dan menuruni tangga mengangkat telp dari Hae Rin.
“Apa Kau mau kemari sekarang? Kenapa?” ucap Eun Ho kaget. Hae Rin menegaskan kalau Ada naskah yang harus dibaca.
“Ada orang yang mengirimkan naskah berjudul Para Pahlawan Aku telah membacanya sepintas, dan menurutku kau harus lihat.” Ucap Hae Rin
“Apa judulnya?” tanya Eun Ho. Hae Rin menjawab “Para Pahlawan.” Wajah Eun Ho terlihat gugup.
“Ini novel terakhir yang katanya akan Pak Kang tulis. Seseorang mengirimkan naskahnya.” Kata Dan Yi 

Eun Ho bertemu dengan Hae Rin di cafe dekat rumah. Hae Rin memperlihatkan naskah yang diterima dan membuat salinannya. Eun Ho membacanya, Hae Rin memberitahu kalau sudah  cek alamatnya, dan ternyata palsu bahkan Nomor telepon juga tak terdaftar.
“Aku ragu alamat surelnya asli atau tidak.”kata Hae Rin. Eun Ho membaca kop surat “DARI PARK JUNG-HOON”
“Apa Kau sudah baca?” tanya Eun Ho. Hae Rin berpikir Entah Pak Kang sudah kembal atau ada orang yang meniru gaya Pak Kang.
“Aku gabung dengan Gyeoroo karena Pak Kang memindahkan hak ciptanya ke sini setelah memutuskan pensiun. Aku penasaran. Setelah gabung dengan Gyeoroo, ada yang aneh. Tidak ada yang menjawab saat kutanya siapa yang terima deklarasi Pak Kang.” Kata Hae Rin. Eun Ho hanya diam saja.
“Bahkan sekarang, kau hanya duduk diam. Kau adalah salah satu anggota pendiri. Apa Kau sungguh tak tahu siapa yang terima deklarasi dan kontrak terkait hak cipta Pak Kang?” keluh Hae Rin.
“Akan kulihat dulu... Katamu ini dikirim ke kantor. Ada lagi yang sudah lihat?” tanya Eun Ho
“Ji-yul juga melihatnya... Bahkan, aku dapat dari dia.” Kata Hae Rin. Eun Ho mengajak mereka membicarakan di kantor setelah membaca lalu berpesan agar Hae Rin Hati-hati pulangnya.


Eun Ho membaca dengan serius naskah Tuan Kang, lalu melihat nama penulis PARK JUNG-HOON lalu dibagian kop surat  DARI PARK JUNG-HOON 148-23 ANYEONG-DONG, JONGNO-GU, SEOUL dibagian akhir ada alamat Email.
Akhirnya Eun Ho mengirimkan email untuk Tuan Kang “Halo, Pak Park Jung-hoon. Aku Kepala Editor Cha Eun-ho dari Penerbit Gyeoroo. Aku telah membaca naskahmu, dan aku punya beberapa pertanyaan soal novelmu, Para Pahlawan.”
“Aku ingin berbincang denganmu via telepon, tapi saat kuhubungi nomor di sini, katanya tak terdaftar. Ini nomorku. Hubungi jika ingin menerbitkan novelmu.”
Seo Joon membaca pesan yang dituliskan Eun Ho, lalu membalasnya. Eun Ho pun membaca email balasan dengan subject “INI PARK JUNG-HOON”
“Jika sudah coba menelepon, kau pasti juga tahu bahwa alamatnya palsu. Kau pasti sudah tahu bahwa aku hanya ingin komunikasi via surel Balas surelku jika kau ingin terbitkan novelnya. Kuberi waktu satu pekan. Aku agak terburu-buru.”
Eun Ho gugup memikirkan waktu yang diberikan Satu pekan. Seo Joon menyimpulkan kalau, Eun-ho tahu bahwa bukan Pak Kang dan ingin tahu keberadaan Tuan Kang dan Apa yang Eun Ho rencanakan.
“Aku yakin Cha Eun-ho tahu... Dia yang pegang kuncinya.” Ucap Seo Joon yakin .
Eun Ho mencoba membuka kembali naskah yang tulis Tuan Kang “23 APRIL” terlihat makin gugup. 


Eun Ho baru saja turun dari mobil, Hae Rin baru datang langsung menyapa apakah sudah baca naskahnya. Eun Ho menceritakan kalau sudah mengirim surel penulisnya dan orang itu  membalas jadi Akan menteruskan balasannya.
“Jadi, alamat surelnya asli.. Bagaimana jika... Bagaimana jika itu sungguh Pak Kang? Banyak penulis yang mengubah gaya tulisan dan menerbitkan karya mereka dengan nama samaran. Romain Gary menerbitkan novel dengan samaran, Émile Ajar.” Ucap Hae Rin penasaran.
“Aku akan cari tahu lebih lanjut, jangan beri tahu orang lain sampai kita tahu jelasnya.” Pesan Eun Ho
“Baik, aku mengerti. Aku akan beri tahu Ji-yul juga.” Kata Hae Rin lalu bersama-sama masuk kantor. 

Hae Rin minm kopi di pantry. Ji Yool mengeluh dengan wajah cemberut karena He Rin  berikan kepada Pak Cha karena menurutnya Itu dikirim oleh salah satu pembaca  mereka jadi seharusnya editor penerima yang harus bertanggung jawab. Hae Rin juga setuju kalau memang seharusnya begitu.
“Namun, naskah itu...” kata Hae Rin gugup. Ji Yool menebak kalau pasi Karena itu naskah Pak Kang Byeong-jun.
“Kau tahu belakangan ini aku bekerja keras, 'kan? Apakah pegawai baru tak boleh bekerja dengan penulis terkenal seperti Pak Kang?” ucap Ji Yool masih kecewa.
“Ji Yool... Siapa yang mengirim naskah itu?” ucap Hae Rin. Ji Yool menjawab Park Jung-hoon.
“Pengirimnya Park Jung-hoon. Kita harus periksa lebih dulu. Mengerti? Kita biarkan Pak Cha menanganinya. Jadi Coba cari naskah lain. Aku yakin ada yang lebih baik. Mengerti?”ucap Hae Rin. Ji Yool menganguk mengerti
“Tapi aku ingin melakukannya.” Keluh Ji Yool kesal setelah Hae Rin pergi. 


Dan Yi mengangkat telp lagi, seperti dimarahi kembali lalu mengaku  Pak Nam sedang tak ada padahal Tuan Nam sedang berbicara dengan istrinya. Dan Yi berjanji  akan pastikan membayar secepatnya sambil meminta maaf.
“Apa Itu telepon kelima hari ini yang bilang mereka belum dibayar?” kata rekan kerjanya setelah Dan Yi menutup telp. Dan Yi membenarkan dengan wajah lelah, tiba-tiba Tuan Nam memanggilnya.
“Dan-i, kami memeriksa proposal pemasaran yang kau berikan Ini hebat dan orisinal.” Ucap Tuan Nam. Dan Yi tersenyum bahagia.
“Tapi agak mahal... Bukankah banyak strategi pemasaran yang gratis? Contohnya, membuat viral.” Kata Nyonya Nam
“Baik. Akan kuubah jadi proposal pemasaran beranggaran rendah. Aku membaca naskah yang akan kalian terbitkan pada pertengahan tahun.” Kata Dan Yi. Tuan Nam pikir kalau pasti Hebat.
“Apa Menurutmu ini akan laris?” tanya Tuan Nam, Dan Yi berpikir Tuan Nam harus pertimbangkan lagi publikasinya. Tuan Nam kaget dan ingin tahu alasanya berpikir naskahnyaTidak bagus
“Itu... Tidak ada yang unik tentang penulis ini. Sebagian tulisannya bahkan tumpang tindih dengan novel di internet. Dan tak jauh berbeda dengan buku yang pernah terbit.” Komentar Dan Yi
“Dan-i, apakah semua novel pendek dan ringan tak bagus? Jawabannya pasti tidak Ada alasan novel semacam ini akan laris. Ini hanya tren. Pembaca terhibur dengan novel pendek dan ringan.” Kata Nyonya Nam. Dan Yi hanya bisa menganguk mengerti. 



Dan Yi duduk di meja kerjanya memastikan kalau harus bertahan lalu Eun Ho mengirimkan pesan “Mau kerja paruh waktu sebagai asisten Cha Eun-ho? Mari ke perpustakaan, lalu makan malam.” Wajah Dan Yi tersenyum bahagia dan menjawab kalau pasti mau.
Eun Ho mengambil beberapa buku lalu meminta Dan Yi meringkas pengaruh orang tua pada anak sejak bayi sampai usia enam tahun. Dan Yi menganguk mengerti. Eun Ho duduk disamping Dan Yi terus menatap sambil berkata agar Dan Yi fokus pada bukunya.
Dan Yi hanya bisa tersenyum, Eun Ho tiba-tiba memanggil Dan Yi, lalu Keduanya berdiri di lorong, Eun Ho mencium Dan Yi lebih dulu. Dan Yi hanya bisa tertawa. Keduanya pergi ke sisi lain, Eun Ho dengan sengaja berdiri di depan Dan Yi dengan mengoda, lalu keduanya berciuman dibalik buku. 


Eun Ho berjalan bersama Dan Yi mengaku tadi melihat koleksi puisi Pak Na di tasnya. Dan Yi mengaku menyukainya. Jadi sengaja membawanya dan membacanya berulang kali dan mengatakan kalau Di antara semuanya, “Karena Kau” adalah puisi favoritnya.
"Karena kau, aku tak goyah sampai akhir, tak peduli sesulit apa pun." Ucap Eun Ho
"Meskipun dunia ini penuh kerutan dan seringai, karena kau, aku menjadi seseorang yang bisa tersenyum bahkan saat sendirian.” Kata Dan Yi
“Terima kasih, aku bahagia karena bisa tetap kuat bahkan pada kondisi tersulit."kata Eun Ho. Dan Yi menatap Eun Ho dengan senyuman bahagia.
“Kenapa kau melihatku seperti itu? Jika terus melihatku begitu, aku akan menciummu di sini.” Goda Eun Ho. Dan Yi langsung mencium Eun Ho lebih dulu
“Kalau jadi kau, aku akan melakukannya.” Ejek Dan Yi lalu jalan lebih lebih dulu.
Eun Ho hanya bisa tertawa lalu meminta Dan Yi mendekat karena ingin menciumnya juga. Dan Yi menolaknya, Eun Ho tetap meminta sekali saja tapi Dan Yi tetap menolak dan berjalan pergi. 




Ji Yool mengeluh pada Park Hoon kalau  bisa menangani Para Pahlawan dengan baik dengan cemberut kalau memang  belum ada yang tahu tapi Hae Rin dkk bisa yakin itu karya Pak Kang Byeong-jun. Park Hoon hanya bias membenarkan.
“Apa yang kau lakukan? Kau tak mendengarkanku.” Keluh Ji Yool. Park Hoon melihat aplikasi kencan melihat nama Gyu Seok dan seorang wanita bernama Hye In ternyata mereka COCOK dan mulai mengirimkan pesan.
“Itu wanita.” Kata Ji Yool dengan nada cemburu. Park Hoon pikir  Ini menyenangkan.
“Aplikasi Ini menghubungkanmu dengan orang yang tinggal dekat sini.” Ucap Park Hoon. Ji Yool kaget Itu berarti menghubungkan Park Hoon dengan wanita. Park Hoon membenarkan.
“Aku ingin temui dia. Jadi Aku turun di sini.” Kata Park Hoon akan turun. Ji Yool panik kalau  masih ada satu halte lagi.
Park Hoon pamit untuk pergi  lebih dulu. Ji Yool kaget karena Park Hoon  mau menemuinya. Park Hoon membenarkan lalu bergegas turun dari bus. Ji Yool melonggo binggung dan berpikir seharusnya turun saat Park Hoon yang mau menemui wanita.
“Pak, boleh aku turun sekarang?.... Aku benar-benar harus turun, Pak.” Kata Ji Yool akhirnya turun di halte berikutnya.
“Aku bukan naik kereta... Kenapa halte berikutnya jauh sekali?” keluh Ji Yool lalu melepaskan sepatu heels, lalu berlari mencari Park Hoon yang berkencan dengan wanita. 


Park Hoon duduk di restoran subway sambil makan lalu tiba-tiba merasakan sesuatu. Si wanita kaget bertanya apakah baik-baik saja.  Park Hoon merasakan Ada yang tak beres dan Firasatnya sangat kuat. Saat itu juga Ji Yool menemukan Park Hoon dan matanya menatap sinis.
“Dan hatiku yang sensitif merasa sangat cemas sekarang. Aku akan kembali setelah tenang. Aku baik-baik saja.”kata Park Hoon bergegas pergi. Si wanita menganguk mengerti. 

Ji Yool mencari kesempatan datang menemui si wanita, Si wanita kaget melihat Ji Yool menarik sepatu heelsnya diatas meja.  Ji Yool mengaku  ada yang ingin dikatakan soal pria yang tadi duduk didepan si wanita kalau Park Hoon adalah teman serumahnya. Si wanita seperti tak peduli.
“Apa maksudmu "lalu"? Apa Kau tak tahu teman serumah? Itu berarti aku serumah dengan pria yang tadi duduk di sini. Bukankah setidaknya kau merasa sedikit bersalah?” ucap Ji Yool marah.
Saat itu Park Hoon pergi ke kasir memberitahu kalau Toiletnya tersumbat dan ia seperti sudah tak bisa menahan buang air besar jadi meminta agar segera memperbaiki. Ji Yool panik memegang roti mengancam dengan meremas sandwich.
“Ingat baik-baik bahwa sekarang dia tinggal bersamaku... Kumohon.”tegas Ji Yool lalu bergegas pergi. 


Park Hoon akhirnya kembali ke meja meminta maaf karena baru kembali lalu mengaku senang belajar dengan orang di bidang yang sama jadi Kapan bisa gabung dengan kelompok belajar. Si wanita pikir Park Hoon  tak bisa bergabung.
“Kenapa tidak? Aku pemasar yang bersemangat dan ambisius.” Ucap Park Hoon
“Teman serumahmu terlalu menakutkan. Dia barusan kemari dan mengancamku.” Ucap si wanita.
“Apa Ji Yool kemari? Kenapa? Kenapa dia kemari? Hei, tunggu.” Kata Park Hoon bingung. 

Ji Yool duduk di kamar Park Hoon mengeluh dengan yang dilakukan tadi, menurutnya tak ada alasan kalau datang ke sana. Ji Yool lalu menduga kalau  menyukai Hoon, lalu menyakikan kalau itu mustahil dan tak menyukai Park Hoon. Park Hoon akhirnya datang ke rumah dengan tatapan marah.
“Ji Yool... Apa masalahmu? Kudengar kau ke kafe dan mengancam dia.” Ucap Park Hoon marah
“Apa yang terjadi? Kenapa jantungku berdebar? Mustahil.” Kata Ji  Yool panik
“Kenapa kau melakukan itu? Apa Kau tahu betapa sulitnya mencari pemasar dekat sini?” kata Park Hoon marah.
Ji Yool kaget kalau mereka berkerja dibagian pemasaran  wajahnya terlihat tersenyum karena ternyata bertemu sama-sama berkerja dibidang yang sama lalu dengan senyuman bahagia kalau ternyata salah sangka. Park Hoon binggung meminta Ji Yool berhenti senyum karena membuatnya takut.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar