PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 13 Maret 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Hye Ja dkk berbaring menaikan kaki sambil mengunakan masker. Hye Ja pikir Jika ini penerbangan tengah malam,  dia pasti sudah berkemas sekarang. Sang Eun bertanya siapa itu. Hye Ja menjawab Tuan Aurora. Sang Eun mengerti dan berpikir seperti itu juga.
“Dia membawa tabir surya atau tidak, kan? Kulitnya bisa mudah terbakar karena wajahnya pucat.” Ucap Hye Ja khawatir
“Kudengar mi gelas mahal di tempat-tempat seperti itu. Aku harap dia membawa mi gelas.” Kata Sang Eun
“Apa Kau tahu betapa pemilihnya dia dengan makanan? Dia harus membawa gochujang dan doenjang juga.” Kata Hye Ja membayangkan isi koper.
“Apa Tempat itu dingin?” tanya Sang Eun. Hye Ja menjawab kalau Sangat dingin.
“Kalau begitu, dia juga harus membawa jaket panjang.” Kata Sang Eun.
“Tapi rentang suhu di negara itu sangat buruk. Seharusnya dia tidak hanya membawa pakaian musim dingin yang tebal.” Ucap Hye Ja.
“Kalau begitu, tambahkan pakaian tipis agar dia bisa melapisi di dalam. “ kata Sang Eun
“Tapi mungkin tidak muat karena ada jaket panjang.” Komentar Hye Ja. Sang Eun pikir bisa mengeluarkan gochujang dan doenjang-nya.
“Tidak. Ganti saja ke tabung-tabung kecil yang bisa dia tekan.” Kata Hye Ja. Sang Eun berpikir nasi instan.
“Dia tidak bisa melupakan itu. Haruskah kita mengeluarkan celana dalamnya? Jadi, dia bisa membelinya di sana?” ucap Sang Eun
“Anggarannya terbatas. Bagaimana dia bisa membeli pakaian dalam?” kata Hye Ja.
Sang Eun lalu berpikir mereka ganti ke koper lebih besar. Hye Ja pikir itu ide bagus lalu berpikir Joon Ha  harus membayar lebih mahal di bandara saat  mendaftar. Hyun Joo yang mendengar dua temanya mengeluh kalau mereka saja yang mengemasi kopernya. Sang Eun pun setuju mengajak Hye Ja pergi. Hye Ja setuju dan akan pergi
“Hei... Jangan pernah berpikir tentang itu. Jangan mengikuti dia terus. Kau sudah berpamitan, maka itu sudah berakhir.” Kata Hyun Jo. Hye Ja pikir benar karena sudah berpamitan.
“Kenapa? Apa Kau ingin melihatnya lagi?” ejek Hyun Joo. Hye Ja mengaku tidak dengan wajah cemberut. 

Sementara Joon Ha dalam keadaan babak belur. Hee Won datang mengumpat Joon Ha adalah pria menyebalkan itu lalu mengeluh meminta pada orang tua untuk bersikap baik padanya dan melihat  Wajah kecil rupawan temanya itu hancur.
“Hei, Joon Ha...Apa Kau sungguh akan melaporkan aku ke polisi?” ucap Hee Won
“Hentikan ini, Hee Won.” Kata Joon Ha memohon. Hee Won malah makin marah karena bertanya apakah Joon Ha akan melaporkannya.
“Kau keterlaluan... Bisa-bisanya kau berpikir melakukan itu kepadaku? Selama ini, aku membantumu. Apa Kau tidak ingat? Saat nenekmu meninggal, aku yang memimpin pelayat. Saat kau dikurung karena ayahmu, aku berusaha mengeluarkanmu. Apa Kau tidak ingat? Bisa-bisanya kau memperlakukan aku seperti...” ucap Hee Won marah
“Kau Sudah keterlaluan. Tolong hentikan.” Pinta Joon Ha. Hee Won tak terima dianggap Keterlaluan
“Keterlaluan apa? Apa tindakan aku yang keterlaluan? Hei. Apa Kau pikir bisnis kami bisa bertahan dengan menjual produk murah? Kami panik sepanjang waktu. Aku pun mengambil pinjaman pribadi untuk mengelola bisnis ini. Bagaimana aku bisa melunasinya?” tegas Hee Won
“ Apa Kau akan melakukannya untukku? Aku perlu memiliki sesuatu untuk diandalkan, kan? Para orang tua itu bahkan ditinggalkan oleh anak-anak mereka. Kami bermain dengan mereka, menjaga mereka, dan bahkan membantu mereka memiliki asuransi. Lalu jika mereka meninggal, aku akan menerima uang asuransi sebagai hadiah atas kerja kerasku. Aku bukan berencana untuk membunuh orang.” Tegas Hee Won. Joon Ha hanya bisa diam saja.

Pagi hari
Hye Ja heran karena Hyun Joo meminta mereka untuk berkumpul pagi-pagi begini. Sang Eun juga mengaku tak tahu sambil menguap karena  masih mengantuk. Tiba-tiba sebuah mobil datang dan Hyun Joo membuka jendela dengan kacamata hitanya. Hye Ja dan Sang Eun tak percaya melihatnya.
“Aku menyewa mobil untuk kalian. Kalian ingin melakukan perjalanan. Ayo lakukan.  Dia akan melihat Aurora. Kenapa kita tidak? Ayo jalan-jalan juga. Masuk!” ucap Hyun Joo penuh semangat. Keduanya pun masuk mobil
“Sudah kubilang hormati orang tua... Kalian harus menghormati pendapatku.” Kata Hye Ja masuk mobil
“Aku memang akan melakukannya.” Akui Hyun Joo. Hye Ja bertanya kemana mereka akan pergi. Hyun Joo menjawab Pantai.
“Melihat matahari terbit.” Kata Hye Ja semua pun setuju akan pergi ke pantai.
Hyun Joo menyalakan mobil tapi tiba-tiba berhenti seperti tak bisa jalan mulus. Sang Eun memberitahu kalau ada rekaman hari ini. Hye Ja pikir mereka harus berkemas juga. Hyun Joo setuju kalau mereka  pergi besok saja.
Mereka berkumpul dikamar Hye Ja. Sang Eun melihat isi koper bertanya apakah Hyun Joo hanya membawa ini. Hyun Joo hanya membawa satu baju yang menurunya sangat nyaman untuk tidur lalu mengeluh Sang Eun bawa banyak barang seperti mau menjual pakaianmu.
“Apa Kau mau menjual pilmu?” komentar Hyun Joo melihat Hye Ja membawa banyak pil
“Aku baru membawa obat. Kita perlu koper lain jika aku juga membawa suplemenku.” Kata Hye Ja
“Semua pil itu pasti membuatmu kenyang.”ejek Hyun Joo. Hye Ja menegaskan kalau ini masa depan mereka.
“Sekarang, kalian hanya memedulikan penampilan, tapi saat tua sepertiku, kalian harus bertahan hidup.” Ucap Hye Ja.
“Apa yang harus kita lakukan setelah melihat matahari terbit?” tanya Sang Eun. Hyun Joo mengatakan mereka harus makan sashimi.
“Ada banyak kafe bagus di sana, jadi, mari kita berfoto. Kita harus ke spa juga.” Kata Hyun Joo. Sang Eun mengaku ingin melakukan itu. Hyun Joo bertanya apa itu.
“Kembang api.” Kata Sang Eun penuh semangat. Hye Ja pun mau juga. Hyun Joo menegaskan mereka akan melakukan semuanya.



Hyun Joo keluar kamar mengambil minum melihat Young Soo makan ramyun. Young Soo bertanya apakah Hyun Joo mau berwisata. Hyun Joo mengeluh Young Soo yang mendengar pembicaran merkea. Young Soo pikir mereka para wanita aoa tidak masalah jika tidak ditemani.
“Kau tidak boleh ikut. Jangan mencoba mencari alasan. Perjalanan ini untuk persahabatan kami.” Tegas Hyun Joo
“Apa? Aku bahkan tidak mau ikut!” balas Young Soo dan kembali makan mie.
“Hei, lihat aku... Jangan menghindari kontak mata.” Kata Hyun Joo menarik wajah Young Soo agar menatapnya.
“Matamu berair pasti karena kecewa... Apa Kau masih menyangkal?” ejek Hyun Soo
“Itu karena ini terlalu pedas... Aku harus melakukan siaranku.” Kata Young Soo menghindar. Hyun Joo mengingatkan kalau saluran Young Soo sudah diblock.
“Hei, kenapa kau terus bicara santai kepadaku? Aku kakak temanmu. Apa aku seperti lelucon bagimu?” teriak Young Soo marah
Saat itu Hye Ja datang menyuruh Young Soo untuk minggir karena berdiri ditengah meja.  Young Soo mengeluh Hye Ja yang berpikir telah  menghalangi jalannya. 


Di kamar
Hyun Joo bertanya apakah Hye Ja sudah membawa matras. Hye Ja mengaku belum. Hyun Joo bertanya dimana itu. Hye Ja pikir Mungkin di kamar Young Soo. Saat itu Hyun Joo masuk kamar Young Soo bertanya dimana matras.
“Keluar! Cepat keluar! Kau masuk tanpa mengetuk. Keluar!” teriak Young Soo panik menutupi tas yang baru saja dikemar.
“Apa itu? Minggir.” Kata Hyun Joo curiga. Young Soo terus menutupnya. Hyun Joo langsung mencubit dengan kakinya, Young Soo pun menyerah.
“Kenapa kau berkemas? Apa Kau berencana ikut?” ucap Hyun Joo melihat tas milik Young Soo
“ Tidak.. Aku akan pergi beberapa hari juga.” Kata Young Soo. Hyun Joo ingin tahu kemana Young Soo akan pergi.
“Aku mau pergi ke kuil. Itu akan membantuku menjernihkan pikiran. Aku mau mencari udara segar dan menjernihkan pikiran juga.” Kata Young Soo
“Kalau mau ke kuil, kenapa membawa panggangan steik?” ucap Hyun Joo melihat isi tas
“Angin di sana cukup kencang. Saat membaca buku, halamannya akan tertiup angin, jadi, aku membawanya untuk menahan halaman.” Kata  Young Soo
“Baiklah. Anggap saja aku sudah gila. "Tentu saja, kau bisa membawa panggangan steik ke kuil." Anggap aku percaya argumenmu itu. Lalu kenapa kamu membawa celana renangmu ke kuil?”ucap Hyun Joo mengeluarkan celana pendek
“Kepala biksu memintaku membawanya.” Ucap Young Soo mencari alasan.
“Kenapa kepala biksu butuh celana renang seperti ini?” ucap Hyun Joo. Young Soo mengaku tak tahu alasan Biksu membawanya.
“Apa Hasrat duniawinya kembali? Tapi aku harus membawanya karena dia memintaku membawanya. Aku akan mencoba membujuknya agar melupakan hasrat duniawinya.” Ucap Young Soo
“Hentikan itu... Kau tidak boleh ikut! Ini kuambil!” kata Hyun Joo. Young Soo mengeluh lalu berteriak marah kalau tidak akan ikut. Hyun Joo binggung dengan sikap Young Soo yang aneh. 


Hye Ja mencari sesuatu di salon. Ibunya datang bertanya apa yang dicari Hye Ja. Hye Ja mengatakan untuk kompres hangat. Yang bisa masuk microwave dan melihat disalon. Nyonya Lee pun menemukan di atas kursi. Hye Ja pun mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kau mau berwisata?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja membenarkan karena tak tahu kapan lagi  bisa pergi dengan gadis-gadis.
“Bagaimana dengan kita? Kapan kita bisa berwisata keluarga? Kita harus pergi ke suatu tempat.” Kata Nyonya Lee
“Ayo pergi saat Ayah libur... Ingat saat kita ke pantai dan makan semangka? Wisata yang menyenangkan.” Ucap Hye Ja lalu pamit pergi lalu melihat ayahnya.
Tuan Kim bertanya apa yang mereka lakukan. Hye ja mengajak ayahnya untuk  berwisata keluarga seperti dahulu saat mereka bahagia. Tuan Kim hanya diam saja lalu keluar rumah. Hye Ja dan Nyonya Lee sedih akhirnya Hye Ja mengeluh karena lama sekali berkemas untuk perjalanan ini lalu masuk kamar. 

Young Soo masuk kamar bertanya kapan mereka pergi. Hyun Joo menjawab Besok subuh dan ingin tahu alasanya. Young Soo mengucapkan Semoga selamat sampai tujuan lalu memberikan sebuah amplop. Hye Ja binggung apa itu.
“Belilah makanan enak untukmu dengan ini. Maaf sedikit sekali.” kata Young Soo. Hye Ja binggung berpikir kakaknya sedang sakit.
“Kenapa? Apa salahnya aku memberi adikku uang saku?” kata Young Soo
“Tidak, bukan itu maksudku... Terima kasih, Young Soo Oppa.” Ucap Hye Ja.
“Hyun Joo, jaga Hye Ja.” Kata Young Soo. Hyun Joo terlihat bingung lalu menganguk mengerti.
“Kau bilang akan pergi besok subuh, kan? Ini pasti berat. Aku akan menaruhnya di bagasi. Kau Berkendaralah dengan aman.” Ucap Young Soo dan mengucapkan selamat bersenang-senang.
Hye Ja dan Hyun Joo melonggo bingung melihat tingkah Young Soo. Hyun Joo pikir Young Soo makan sesuatu yang aneh karena sikapnya berbeda. Hye Ja pikir ibunya yang menaruh racun tikus ke makanannya membuat sikap kakaknya berbeda.
“Bagus. Ini sempurna... Aku berhasil menipu mereka... Apa Kalian berpikir aku tidak bisa ikut? Semuanya sudah siap sekarang... Pasti kalian tidak menyangka aku melakukan ini.” Ucap Young Soo bahagai memasukan koper dibagasi dan menaikinya. 


Hye Ja mengantar Hyun Joo berpikir Seharusnya menginap di rumahnya agar  bisa pergi bersama di pagi hari. Young Soo pikir akan pergi selama beberapa hari, setidaknya harus memotong bawang agar tidak terlalu merasa bersalah. Sang Eun pulang dengan wajah cemberut.
“Apa Rekamannya berjalan dengan baik?” tanya Hyun Joo. Sang Eun menganguk tapi wajahnya terlihat sedih
“Lalu kenapa kau terlihat sedih?” tanya Hyun Joo. Sang Eun mengaku  kelaparan.
“Aku belum makan seharian karena terjebak di bilik rekaman.” Kata Sang Eun. Hyun Joo mengajak pergi ke restoranya karena  akan memasak sesuatu.
“Hyun Joo! Aku akan memastikan namamu masuk ke bagian terima kasih di albumku.” Jerit Sang Eun bahagia.
Hye Ja melihat nenek tetangga Joon Ha menyapanya kalau baru pulang dan bertanya darimana.  Si nenek mengaku dari  pesta ulang tahun ke-70 sepupunya dan membawakan semua makanan untuknya. Hye Ja membantu untuk membawakanya. Si nenek menolak tapi Hye Ja memaksa.
“Aku akan mengantarnya pulang dan menyusul kalian.” Kata Hye Ja. Hyun Joo dan Sang Eun berjalan pergi membiarkan keduanya berbeda arah.

Hyun Joo  melewati parkiran mobil karena Young Soo bilang akan memasukkan koper kita ke bagasi tapi tak tahu dimana kakak temanya itu. Young Soo berdoa agar tak ketahuan didalam bagasi. Hyun Joo teringat dengan kunci mobilnya.
“Apa dia kabur dengan kunci itu supaya kita tidak bisa pergi?” ucap Hyun Joo marah. Young Soo buru-buru menjatuhkan kunci mobil karena pintu bagasi masih terbuka.
“Bukankah ini kuncinya?”kata Sang Eun melihat kunci mobil yang jatuh. Hyun Joo mengambilnya.
“Astaga, dasar pria ceroboh... Aku kasihan dengan gadis yang akan menikah dengannya. Tapi Kenapa bagasinya...” ucap Hyun Joo curiga. Young Soo berdoa agar tak ketahuan.
“Apa ada orang di dalam? Ah... Tidak mungkin.” Kata Hyun Joo langsung menutup rapat mengajak Sang Eun pergi untuk makan malam dengan menu Tangsuyuk.
“Misi selesai!!! Astaga! Sekarang, aku terkunci di dalam bagasi... Satu hari tidak akan membunuhku.” Kata Young Soo menjerit bahagia. 

Hye Ja mnegantar si nenek ke dekat rumah Joon Ha lalu binggung karena melihat lampu menyala. Nenek memberitahu  Sudah beberapa hari lampu menyala, bahkan siang hari. Hye Ja mengerti. Si nenek pun mengucapkan terima kasih lalu masuk ke dalam rumah.
Hye Ja yang penasaran mencoba masuk ke rumah Joon Ha dengan lampu yang masih terang.  Ia pikir Joon Ha belum pergi dan tak melihat ada dirumah, lalu melihat meja yang terbalik lalu tas Joon Ha masih ada di dalam rumah.

Hee Won bertanya apakah Tuan Park mengawasi kertas asuransi para lansia itu. Tuan Park menjelaskan Sekarang hanya lima atau enam orang yang belum mendaftar asuransi Tapi masalahnya, ada banyak yang ingin membatalkan kontraknya.
“Mari kita selesaikan.” Kata Hee Won. Tuan Park bingung dengan kata  "Selesaikan"
“Panggil semua orang yang telah mendaftar asuransi. Katakan pada mereka kita buka kembali besok.” Ucap Hee Won. Tuan Park ingin tahu  rencananya.
“Aku lelah berurusan dengan orang tua lagi. Ikuti perkataanku. Selain itu, pastikan bedebah itu tetap di sini sampai semuanya selesai. Kau Awasi dia.” Perintah Hee Won. Tuan Park menganguk mengerti
Joon Ha masih berada di lantai dengan banyak luka, sementara Hye Ja memeluk tas Joon Ha bertanya-tanya keberadaan Joon Ha meminta agar kembali karena khawatir. Ia pun tertidur sambil memeluk tas Joon Ha dan melihat jam tangan tapi Joon Ha belum pulang, wajahnya pun mulai khawatir. 


“Aula Pameran Hyoja”
Hye Ja pergi ke aula dengan wajah khawatir bertemu dengan sepasang kakek dan nenek  lalu pergi  ke "Ruang Belajar" Semua kakek dan nenek berkumpul sambil bermainya. Mereka melihat Hye Ja menyapa kalau sudah menunggu.
“Aku pikir tempat ini akan ditutup sementara.” Kata Hye Ja. Salah satu nenek menceritakan mereka membuka kembali.
“Sebagai permintaan maaf karena telah menutup tempat ini, mereka mengajak kami piknik.” Ucap Nenek lan. Hye Ja binggung karena mereka akan pergi piknik.
“Kami akan menginap di sini semalam dan berangkat besok pagi.” Ucap si nenek.
“Apa kalian melihat Pak Lee?” tanya Hye Ja. Si nenek mengaku belum melihatnya dan bertanya pada nenek yang lain.
“Bukankah dia bilang mau ke luar negeri?” kata Nenek lain. Hye Ja pun pamit pergi. 

Hye Ja mencoba mencari Joon Ha, tiba-tiba si kakek di kursi roda menahanya. Hye Ja mengeluh meminta agar melepaskan tanganya. Si kakek seperti berbicara sesuatu. Hye Ja melihat dan bertanya apakah ingin mengatakan sesuatu.
“Lee... Joon...” kata Si kakek terbata-bata.  Hye Ja mengerti kalau itu tentang Joon Ha
“Kau melihatnya, kan? Di mana dia sekarang?” kata Hye Ja penasaran.
Tiba-tiba Tuan Park datang melihat si kakek yang selama ini dicarinya, mengajak pergi karena waktunya makan. Hye Ja pun tak bisa berkata apa-apa lalu mencari ke ruangan lain. 

Hye Ja melhat jalan menurun yang gelap, tapi terlihat ragu. Akhirnya Hye Ja memberanikan diri menuruni tangga dan menemukan ada bandul dan teringat kalau itu gelang milik Joon Ha dari sang nenek.
“Apa yang harus aku lakukan?” ucap Hye Ja panik akhirnya masuk ke dalam ruangan Joon Ha dan melihat surat asuransi diatas meja.
Hee Won masuk dengan wajah dingn melihat Hye Ja dan bergegas memasukan surat ke dalam laci. Hye Ja berbohong mengaku butuh obat. Hee Won curiga karena mencari obat di ruanganya dan bertanya obat apa yang dibutuhkan. Hee Won binggung.
“Katanya Anda mencari obat. Obat apa?” tanya Hee Won.  Hye Ja mengaku obat untuk persendian.
“Obat Untuk sendi? Di sana.” Kata Hee Won menunjuk meja lain. Hye J mengaku tidak bisa melihat dengan baik.
“Anda rabun jauh.” Kata Hee Won melihat mata Hye Ja lalu mengambil sekotak obat. Hye Ja pun mengucapkan terimakasih  dan bergegas pergi


Hee Won mengikuti menawarkan Hye Ja ikut piknik bersama. Hye Ja menolak karena Keluarganya tidak akan suka. Hee Won menahanya meminta Hye Ja tak perlu khawatir karena akan menghubungi mereka dan Keluarga lain suka ide itu saat menghubunginya.
“Entahlah, aku tidak ikut.” Kata Hye Ja. Hee Won menahan Hye Ja ingin tahu alasanya.
“Ikutlah dengan kami Kita bersenang-senang bersama.” Kata Hee Won. Hye Ja menolak mengaku akan ikut lain kali.
“Ikutlah dengan kami, Bu.” Kata Hee Won dan Hye Ja tetap ingin nanti saja...
Saat itu si kakek datang, terlihat marah karean Hee Won menahan lengan Hye Ja. Hye Ja pun berpura-pura mengeluh karena Si kakek yang masuk padahal sudah meminta tunggu di luar lalu memberitahu kalau akan pergi ke bioskop dengannya hari ini.
“Kurasa Anda sangat ingin menonton film itu.” Ucap Si kakek. Hye Ja langsung merangkul si kakek meminta agar jangan beri tahu orang lain.
“Aku bilang bertemu di luar. Ini memalukan.” Kata Hye Ja mengajak si kakek pergi dan hampir jatuh.
Tuan Park dan Hee Won melihat dari jendela ruangan, Tuan Park pikir Hye Ja tak masalah. Tuan park yakin kalau Hye Ja tidak tahu apa-apa. Sementara Hye Ja berusaha cepat luar aula. Si kakek merasapasti lupa kalau pergi ke bioskop hari ini.
“Jangan katakan apa pun. Jalan saja” kata Hye Ja. Si kakek berpikir Hye Ja  hari pertama mereka sebagai pasangan. Hye Ja mengeluh akhirnya si kakek pun menutup mulutnya


Young Soo didalam bagasi bingung karena Hye Ja dkk belum pergi padahal ingin buang air kecil. Ia pun mengeluh karena lupa ke kamar mandi, tiba-tiba tak bisa menahan lalu panik dengan keadaan gawat.
Ia mengambil botol melihat kalau Terlalu banyak air dalam botol, lalu menyakinkan Sebelum dikosongkan, harus diisi dahulu. Ia mulai minum tapi tak kuat karena banyak, lalu menyakinkan diri bisa melakukan ini.
 Baru saja beberapa teguk sudah terlalu kenyang dan makin membuatnya ingin buang air kecil.  Akhirnya terlihat air menetes dari luar bagasi seperti Young Soo berhasil. 

Hye Ja akhirnya duduk di luar aula. Si kakek kaget kalau Pak Lee diculik dan ingin tahu alasanya. Hye Ja mengaku belum tahu pasti dan ingin tahu alasan si kakek datang ke aula berpikir mau piknik. Si kakek binggung kalau temanya pergi piknik.
“Apa Kau belum dengar?” tanya Hye Ja. Si kakek mengaku belum. Hye Ja pikir Tidak mungkin hanya piknik biasa teringat dengan surat  "Kontrak asuransi - Penerima, Kim Hee Won"
“Apa Kau mendaftar asuransi melalui tempat ini?” tanya Hye Ja. Si kakek mengaku tidak karena tidak perlu asuransi.
“Gigiku masih lengkap, dan aku banyak berolahraga. Coba kau Rasakan ototku” kata Si kakek bangga.
“Bisakah kau membantuku? Jika ada lebih banyak orang yang tidak mendaftar, bisakah kau mencarinya dan membawa mereka kepadaku?” ucap Hye Ja. Si kakek menganguk mengerti.

Hee Won bertanya apakah Tuan Park sudah siapkan busnya. Hee Won mengatakan mereka sedang mengerjakannya, dan akan membawanya ke aula. Joon Ha memastikan Ini tidak seperti yang dipikirkan, Hee Won marah karean dipanggil dengan namanya. Joon Ha meminta maaf.
“Aku berterima kasih karena kau sudah merawat aku dan Nenek. Aku tidak akan ke Rusia, aku akan membantu rencanamu. Jadi, tolong hentikan itu Itu tidak benar” Ucap Joon Ha.
“Lakukan apa pun yang kau mau, Brengsek... Dengarkan aku baik-baik. Para orang tua itu akan mati karena kau, Berengsek. Ucap Tuan Park kembali memberikan pukulan pada Joon Ha. 


Hye Ja gugup menunggu di restoran Hyun Joo, saat itu nenek dan kakek yang tak daftar asuransi pun datang. Hye Ja pun memberitahu Aula pameran akan piknik besok dan mereka semua yag datang tidak diundang, Semua menganguk membenarkan.
“Kenapa kalian tidak diundang?  Karena tidak menandatangani polis asuransi rekomendasi mereka.” Kata Hye Ja.
Sementar di ruangan, Hee Won melihat jumlahnya yang akan mereka dapatkan sekitar 1,5 juta dolar lalu bertanya apakah busnya sudah datang.
Hye Ja memberitahu semua nenek kalau pihak aula hanya mengundang yang punya asuransi Lalu orang-orang itu akan berpiknik.

Tuan Park bertanya apakah mereka  harus ke Daegwallyeong. Hee Won pikir Jalanan di sana berbatu Jika sopir bus lengah sedikit saja, mereka bisa jatuh dan akan menjadi yang pertama dicurigai. Tuan Park merasa kalau ragu dengan hal itu.
“Kenapa mereka mencurigai kita? Kita akan berada di bus itu juga.” Ucap Hee Won. Tuan Park pikir itu sudah gila karena Hee Won ingin mati juga.
“Mereka mungkin punya suatu cara. Mereka akan selamat, sementara yang lainnya..” ucap Hye Ja berbicara dengan semua nenek dan kakek.
“Itu sebabnya kita menyabotase busnya, Bodoh. Pastikan saja sabuk pengaman kita bekerja dengan benar.” Kata Hee Won yang tak ingin dicurigai. 

Nenek mengumpat merek itu Penjahat. Kakek lain berpikir  lebih cepat jika melaporkannya ke polisi. Hye Ja pikir  Percuma melaporkannya ke polisi. Di ruangan, Hee Won pikir percuma melakukan semua mengingat semua kakek dan nenek itu ingin pikinik.
“Harus ada kecelakaan agar mencurigakan.” Kata Hee Won merencanakan sesuatu.
“Pak Lee mungkin tahu segalanya. Dia akan melaporkannya, lalu dia pun diculik.” Ucap Hye Ja.
“Kau bilang percuma melapor.” Kata kakek. Hye Ja memberitahu Joon Ha  adalah orang dalam jadi berbeda dari mereka.
“Lalu bagaimana dengan Pak Lee?” tanya kakek terlihat binggung. 

Hee Won melihat surat "Polis Asuransi - Tertanggung, Lee Joon Ha Penerima, Kim Hee Won" dan menyuruh Tuan Park memasukan semua ke dalam bus.
Hye Ja memberitahu kalau yang bisa menyelamatkan Joon Ha dan para manula yang pergi piknik adalah mereka.  Tuan Park pikir ada sesuatu terus mengganggunya, yaitu semua harus lancar sampai mereka memulai piknik.
“Aku yakin mereka akan lebih waspada. Kita butuh rencana yang tepat untuk menyelamatkan mereka.” Kata Hye Ja.
Si nenek yang suka mengambil barang mengambil sumpit diatas meja. Sementara Nenek lain yang mengunkan tongkat meminta izin untuk pergi ke toilet. Hye Ja seperti tak bisa berharap dengan para teman manula bahkan untuk berjalan saja susah. 

Di dalam bagasi
Young Soo kelaparan mulai makan ramen tanpa direbus, lalu mengeluh kalau lebih baik merasa lapar tapi tidak tahan haus. Ia bertanya-tanya kenapa Hyun Joo dkk akan pergi lalu mulai merasa haus melirik pada botol yang sudah penuh dengan air seni dan mencoba menahanya. 


Hyun Joo menemui Hye Ja bertanya apakah bisa bergabung. Hye Ja pikir tak perlu karena mungkin lebih menonjol karena teman-temanya masih muda. Hyun Joo pikir benar juga.
“Lalu Kau mau apa dengan orang-orang itu?” tanya Hyun Joo. Hye Ja mengatakan harus mencobanya.
“Sang Eun, kita berwisata setelah mengurus ini saja.. Tidak apa-apa, bukan?” kata Hye Ja. Sang Eun mengangk mengerti. 

Hye Ja pun akan kumulai pengarahannya, pertama akan menyusup ke aula pameran tengah malam malam ini, saat semua orang tertidur dan menulis dibuku catatanya. Nenek yang mengunakan tongkat mengaku harus tidur pukul 22.00.
“Kalau begitu, tengah malam tidak akan berhasil. Pukul 21.00.” kata Hye Ja menulis pada catatanya.
“Aku selalu tidur pukul 20.00.”kata Pria yang tak bisa melihat. Kakek yang lain mengaku tidur setelah makan malam.
“Aku biasanya tidur setelah matahari terbenam.” Kata Kakek yang lain.
“Baik, jadi tidak ada yang bisa pergi setelah matahari terbenam. Kalau begitu, sebelum matahari terbenam besok, saat siapa pun bisa melihat kita, saat terlihat jelas kita hendak menyelamatkan mereka, kita akan menyusup pukul 10.00.” ucap Hye Ja mencatat dalam notenya. 

Di dalam bagasi, Young Soo mengeluh Kapan mereka akan pergi. Sang Eun pikir sia-sia  menyewa mobil karena Biayanya mungkin mahal. Hyun Joo pikir mereka bisa tenang karena Sebenarnya tak bayar, Pamannya bekerja di sana.
“Kita bisa mengembalikannya. Ayo.” Ucap Hyun Joo. Sang Eun tersenyum bahagia mengucap syukur.
“Apa Mereka di sini?” kata Young Soo penuh semangat mendengar. Hyun Joo meminta agar Sang Eun memakai sabuk pengaman. Young Soo pun senang akhirnya pergi juga.
“Rasanya seperti berwisata sungguhan.” Ucap Hyun Joo. Sang Eun pikir  seharusnya pergi saja. Hyun Joo pikir bisa pergi lain kali. Young Soo menari-nari bahagia. 

Di restoran
Si kakek yang memiliki anjingnya layaknya seorang anak memuji kalau menggemaskan. Beberapa nenek merasa tak yakin bisa menyelamatkan pada nenek karena sudah tua dan hampir tidak bisa berjalan. Kakek yang lain juga berpikir yang sama seperti tak bisa dilakukan.
“Secara fisik, itu sulit.. Tapi secara mental, lain cerita... Aku menyadarinya setelah menua... Pikiran kita bisa melampaui kelemahan fisik kita.” Ucap Hye Ja lalu melihat kakek kembar.
“Kakek Kembar... Kalian dapat berpura-pura menjadi satu orang, bukan?” ucap Hye Ja. Keduanya menganguk membenarkan.  
“Dengarkan baik-baik... Mulai sekarang, beri tahu aku keahlian kalian. Dengan begitu, kita bisa menyusun strategi dan menyelamatkan para lansia serta Pak Lee.” Ucap Hye Ja menyakinkan semuanya.
Bersambung ke part 2




Tidak ada komentar:

Posting Komentar