PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 23 September 2020

Sinopsis Record of Youth Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

“Kurasa aku suka.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha bingung bertanya suka apa.

“Kurasa aku menyukaimu.” Akui Hye Jun. Jeong Ha terdiam sejenak mendengar pengakuan Hye Jun.  Hujan turun makin deras

[AKU AKAN MENJADI CAHAYA YANG MEMBIMBINGMU]

Jeong Ha melihat tatapan Hye Jun seperti sedang tak sadarkan diri lalu merasa kalau sudah menduga akan seperti ini.  Hye Jun menahan Jeong Ha pergi lalu melepaskan jasnya dan mereka pun berlari mencari tempat berteduh.

Didepan minimarket, keduanya terlihat gugup. Jeong Ha akhirnya memberitahu kalau Ada payung di rumahnya. Hye Jun kaget Jeong Ha mengajak untuk kerumah, akhirnya mereka pun masuk ke dalam rumah Jeong Ha dengan jendela yang basah karena hujan. 


Di rumah

Tuan Sa sibuk memperbaiki pintu lemari dapur, Nyonya Han yang melihatnya memuji kalau Tuan Sa terlihat dapat diandalkan saat memperbaiki hal-hal seperti ini. Tuan Sa pikir istirnya Hanya memuji  saat berlaku baik padanya.

“Kau tak hanya berlaku baik padaku. Ini demi keluarga. Tapi Ayah makan malam lebih awal dan terus diam di kamar. Apa Mungkin dia pergi?” ucap Nyonya Han khawatir

“Mau ke mana semalam ini?” kata Tuan Sa. Nyonya Han melihat ke arah kamar terlihat sangat khawatir. 


Sementara di kamar, Kakek Sa berusaha berbaring tapi badanya merasa sakit dan sangat lelah sekali. Ia pun berpikir kalau karena sudah lama tak menggunakan otot lalu bangun ingin tahu Sekarang sudah pukul berapa. Tuan Sa masuk kamar melihat ayahnya yang ada dikama.

“Tentu saja. Ayah tak ke mana-mana.” Ucap Kakek Sa menahan rasa sakitnya.

“Apa kau Habis dari klub tari?” tanya Tuan Sa. Kakek Sa menjawab tidak. Tuan Sa melihat ayahnya yang kesakitan tahu kalau Pasti habis menari.

“Kau benar-benar tak mengenal ayah” ucap Kakek Sa lalu keluar kamar. Tuan Sa curiga bertanya mau ke mana?

“Minum. Apa kau Mau ikut?” keluh Kakek Sa kelas. Tuan Sa akhirnya ingin memperjelas sekali lagi.

“Aku tak mau melihat Ayah jika membuat masalah lagi.” Ucap Tuan Sa

“Percayalah pada ayah. Ayah tak akan mengecewakanmu.” Tegas Kakek Sa. Tuan Sa pun yakin Pasti ada sesuatu.

“Tidak ada!” tegas Kakek Sa tapi Tuan Sa yakin ada sesuatu.


Hye Jun mengeringkan rambut di dalam kamar mandi dengan hair dryer. Jeong Ha bertanya apakah Sudah selesai. Hye Jun langsung membuka pintu dan Jeong Ha kaget langsung memalingkan wajahnya. Hye Jun heran melihat Jeong Ha yang kaget.

“Itu… Biasanya setelah mengetuk, pengetuk yang membuka pintu. Namun, kau yang membuka pintu terlebih dulu. Aku tak menduganya. Aku terkejut.” Ucap Jeong Ha gugup.

“Caramu menjawab terlalu tulus. Aku tak suka.” Komentar Hye Jun. Jeong Ha pikir Jika tak suka, Jeong ha bisa keluarlah dari rumahya.

Hye Jun mengerti dan keluar dari kamar mandi. Jeong Ha hanya bisa tersenyum melihat tingkah Hye Jun. 


Jas yang Hye Jun masih meneteskan air. Keduanya duduk di ruangn tengah sambil meminum minuman hangat, suasana terasa canggung. Hye Jun melihat di bagian rak ada banyak gambar dalam figura lalu bertanya apakah itu semua Jeong Ha.

“Ya. Ayahku menggambarnya untukku.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun pikir  Ayah Jeong ha itu  seorang pelukis.

“Bukan. Ayah mengajar cara menggambar untuk pemula di Daejeon. Dia Mengajar di pusat budaya juga.” Kata Jeong Ha

“Aku boleh lihat?” tanya Hye Jun. Jeong Ha menganguk dan Hye Jun pu berdiri melihat gambar dalam figura. 


“Ini saat usia berapa?” tanya Hye Jun melihat sebuah gambar anak kecil. Jeong Ha menjawab  Setelah ulang tahun pertama.

“Ini terlihat melankolis.” Komentar Hye Jun pada foto lainya. Jeong He menceritakan  Ibunya menikah lagi saat itu.

“Kau tahu apa yang sulit saat orang tua bercerai? Aku tak mau beri tahu.”ucap Jeong Ha

“Kenapa bertanya jika tak mau beri tahu?” keluh Hye Jun. Jeong Ha pikir  Tak bisa beri tahu semudah itu karena  belum terlalu dekat.

“Baiklah. Aku harus pergi sekarang.” Kata Hye Jun akan mengambil tas dan bajunya. 


Jeong Ha mengejek kalau Hye Jun pasti kesal. Hye Jun menyangkalnya karena menurutnya mereka belum terlalu dekat jadi tak harus kesal.  Jeong Ha tahu kalau Hye Jun itu kesal. Hye Jun tetap menyangkalnya. Jeong Ha yakin Hye Jun kesal. Akhirnya Hye Jun mengaku kalau memang kesal.

“Terasa berlebihan jika terlalu banyak informasi sejak awal. Aku beri tahu sedikit demi sedikit.” uacp Jeong Ha

“Apa Bisa kuanggap sebagai jawaban pernyataanku?” kata Hye Jun. Jeong Ha bingung apa maksudnya  "Pernyataan"?

“Aku menyatakan perasaanku tadi.” Kata Hye Jun blak-blakan. Jeong Ha meminta agar menunggu lalu bergegas masuk kamarnya.

“Kupikir kata "pernyataan" hanya bisa didengar di lirik lagu... Ayo.. Tenangkan diri. Hidup bukan lagu. Keadaan sekarang sudah cukup. Memulai hubungan baru bukan ide bagus. An Jeong-ha, kau tak boleh biarkan ini terjadi.” Ucap Jeong Ha mencoba menenangkan dirinya. 


Hye Jun memakai jas dan melihat kalau Sudah tak hujan lagi. Jeong Ha keluar dari kamar berpkir kalau tak perlu payung. Saat itu telp Hye Jun berdering, Kakek Sa menelp bertanya kenapa belum pulang. Hye Jun mengaku akan pulang sekarang dan bertanya kenapa menelpnya


“Kakek dapat pujian dari pengajar hari ini. “ cerita kakek Sa. Hye Jun pun memuji kalau itu Bagus sekali.

“Aku diminta menyerahkan foto. Mereka akan kirim ke perusahaan iklan. Aku tak ingat istilahnya. Pro… Pri… Tak ingat. Aku mencatatnya.” Kata Kakek Sa

“Portofolio.” Kata Hye Jun tersenyum. Kakaek Sa membenarkan dan mencoba mengulanginya tapisusah sekali diucapkan.

“Jangan khawatir. Aku akan urus semuanya. Kakek hanya perlu ikuti perintahku. Baiklah. Karena sudah melapor, aku tidur dulu.” Ucap Kakek Sa. Hye Jun pun mengucapkan Selamat tidur untuk kakeknya. 

Hye Jun pun akan pergi. Jeong Ha berdiri didepanya.  Hye Jun bingung sedang apa Jeong Ha didepannya. Jeong Ha pikir akan mengantar sampai depan. Hye Jun ingin tahu alasanya. Jeong Ha pikir Jika Hye Jun pergi tutup pintu, maka ia akan tinggal sendiri.

“Tapi saat masuk sendiri, tak apa-apa?” kata Hye Jun. Jeong ha pikir Tak apa-apa karena sudah terbiasa.

“Tak boleh.” Kata Hye Jun akhirnya membalikan tempatnya berdiri. Hye Jun bingung bertanya memangnya kenapa.

“Mengantarmu jadi sia-sia.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha pikir Memang apa gunanya


“Pastikan kau sampai rumah dengan aman.” Kata Hye Jun. Jeong Ha pun tak bisa berkata-kata melihat Hye Jun memakai sepatunya.

“Ini harus diselesaikan. Aku harus menolak dengan tegas.” Gumam Jeong Ha dan akhirnya berani bertanya.

“Jadi, bagaimana dengan kita? Maksudku, pembicaraan kita terhenti tadi.” Ucap Jeong H

“Katamu mau pelan-pelan saling mengenal. Bukankah itu penolakan halus?” kata Hye Jun santai



“Bukan begitu. Aku juga menyukaimu.” Akui Jeong Ha akhirnya tak bisa menolak Hye Jun

“Apa yang terjadi setelah bilang, "Aku juga menyukaimu"?” tanya Hye Jun. Jeong Ha gugup mengaku tak tahu dan meminta agar memberitahukanya.

“Berpacaran.”kata Hye Jun tersenyum lalu keluar dari rumah. Jeong Ha yang mendengarnya hanya bisa bergumam “Aku kalah.”


Hye Jun berjalan keluar dari rumah. Jeong Ha tiba-tiba berjalan disampingnya. Ia meminta agar bisa merias Kakek saat membuat portofolio dan bertanya apakah Terlalu ikut campur. Hye Jun pikir tidak bahkan berterima kasih jika Jeong ha mau.

“Kalau begitu, aku mau. Aku butuh idola baru setelah berhenti mengidolakanmu. Bangun rasa pada idola itu hal terbaik. “ kata Jeong Ha

“Lakukan sesukamu.” Ucap Hye Ju. Jeong Ha pun mengucapkan Terima kasih. Hye Jun akhirnya berjalan meninggalkkan Jeong Ha sambill berguma. 


“Apa hari ini Jeong-ha terus berdiri sampai aku menghilang? Rasanya ingin menoleh ke belakang, tapi tak aku lakukan. Seharusnya aku berbalik dan menatapnya.” Gumam Hye Jun terus berjalan ke halte bus dengan senyuman.


Didalam bus, Hye Jun masih tersenyum mengingat kejadianya dengan Jeon Ha. Saat itu Nyonya Lee mengirimkan pesan [Kudengar kau terluka? Aku di kedai kopi dekat rumahmu.] Hye Jun pun akhirnya turun dari bus.

“Seharusnya awal hubungan kami dibuat lebih intim. Saat itu, aku tak tahu kami akan berakhir seperti ini.” Gumam Hye Jun. 



Di dalam cafe, Nyonya Lee kaget melihat plester yang ada didahi Hye Jun dan mengaku terkejut saat dengar Hye Jun terluka dan tak beri tahunya, lalu dengan panik bertanya apakah sudah periksa ke rumah sakit. Hye Jun mengeluh Pertanyaanya terlalu banyak.

“Jawabannya, semua sudah berlalu. Kenapa datang? Harusnya telepon saja.” Ucap Hye Jun

“Aku mau periksa kondisimu dan berbagi kabar baik.” Ucap Nyonya Lee penuh semangat

“Apa Aku dapat perannya?” tanya Hye Jun. Nyonya Lee membenarkan lalau dengan wajah penuh semangat kalau ini Luar biasa

“Sepertinya kita akan sukses. Ini menakutkan, semuanya berjalan lancar.” Kata Nyonya Lee

“Itu karena kau bekerja dengan baik.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee pun bertanya Hye Jun dari mana.

“Ada yang ingin aku katakan. Aku belum beri tahu ini pada siapa pun.” Ucap Hye Jun. 


Jeong Ha baru saja selesai mandi, menerima pesan dari Hae Hyo [Apa ini terlalu larut? Aku penasaran. Kau sudah tak di lokasi syuting, 'kan?] Ia hanya bisa tersenyum membaca pesanya.

Hae Hyo sedang dikamarnya membuka ponselnya, Jeong Ha membalas [Aku sudah di rumah. Selamat malam.] Wajah Hae Hyo tersenyum bahagia membacanya.

“Kau tak mau bicara denganku, 'kan?” ucap Hae Hyo lalu membalasnya [Ya. Selamat malam juga.] 


Hae Hyo pagi hari sudah pergi ke pasar bunga, menyapa seorang bibi Si bibi melihat Hae Hyo terlihat bahagia memuji kalau makin tampan. Hae Hyo bertanya apa Ada bunga tulip kuning. Sibibi bertanya apakah ini untuk pacarnya. Hae Hyo hanya bisa tersenyum. 


Nyonya Kim tersenyum bahagia melihat bunga tulip kuning diatas meja, memuji kalau Cantik sekali. Ia pun melihat kalau Telur dadar buatan Hae Hyo terlihat sedikit berbeda. Hae Hyo membeirtahu kalau sudah menambah tahu dan tuna.

“Ibu suka jika kau lakukan ini saat ayahmu dalam perjalanan bisnis. Kau Dapat diandalkan. Ini keunggulan membesarkan putra.” puji Nyonya Kim . Hae Hyo hanya bisa tersenyum.

“Ibu, ini hanya akan menguntungkan wanita yang akan dinikahi Hae-hyo.” Komentar Hae Na 


“Ini saling menguntungkan. Saat kakakmu punya pacar dulu, dia berlaku baik pada ibu juga. Ibu juga menyukai wanita itu.” Kata Nyonya Kim yakin

“Dia bisa saja menikahi gadis yang Ibu tak suka.” Komentar Hae Na. Nyonya Kim yakin Itu tak mungkin terjadi.

“Kau lebih mengkhawatirkan. Seleramu tak konsisten.” Ucap Nyonya Kim

“Hae-hyo, bagaimana dengan sirop?” kata Hae Na. Hae Hyo mengeluh menyuruh agar ambil sendiri.

“Apa Kau tak mau dengar pujian bahwa perjamuanmu sempurna?” ucap Hae Na. Hae Hyo pun menolaknya.

“Ini Tak mempan... Oppa.... Hae-hyo! Sirop... Aku mau sirop.” Ucap Hae Na dengan gaya aegyo.

“Jangan lakukan itu! Astaga.” Keluh Hae Hyo kesal dan akhirnya pergi kedapur. 


“Tadi kau agak aneh. Kenapa ubah topik?” ucap Nyonya Kim curiga. Hae Na menyangkalnya menutupi rasa gugupnya.

“Siapa yang mau memacarinya? Kasihan pacarnya. Dia hanya memikirkan diri sendiri.” Ucap Hae Hyo

“Dia cantik... Cantik dan reputasi keluarga baik. Tak kurang apa pun.” Ucap Nyonya Kim. Hae Na mengeluh kalau Ibunya membuatnya merinding.

“Makanlah salad dengan keju ricotta. Ini tak mengandung protein.” Kata Nyonya Kim. Hae Hyo menganguk mengerti.

“Apa Kau langsung ke lokasi syuting setelah dari salon?” tanya Nyonya Kim. Hae Hyo yang mendengarnya mengeluh dengan sikap ibunya. 


“Seorang penolong yang tulus dan setia.” Kata Nyonya Kim. Hae Na pikir Bukan penolong, tapi menara kontrol. Nyonya Kim pun membenarkan.

“Pergilah ke salon dan jaga tingkah lakumu. Ini saatnya kau naik satu tingkat. Jangan sampai kau dihujat.” Ucap Nyonya Kim menasehati

“Bagaimana jika aku sungguh berpacaran?” kata Hae Hyo. Nyonya Kim pikir itu bahan hujatan.

“Nak, ini pagi yang indah. Ibu suka sarapan yang kau siapkan untuk membuatku senang. Kuharap suasana pagi ibu bisa terus bertahan dengan ini.” Kata Nyonya Kim. Hae Na pun menjawab Amin.


Di dalam mobil. Hae Hyo tersenyum bahagia duduk disamping managernya. Managernya berkomentar kalau Belakangan Hae Hyo terlihat sangat bersemangat. Hae Hyo pun hanya tersenyum dan seperti tak ngubrisnya.

“Aku tahu bunga itu untuk siapa, tapi jangan berikan.” Ucap Manager. Hae Hyo bingung ingin tahu alasanya.

“Jika kau berikan, hubungan dimulai.” Kata Manager. Hae Hyo pikir Managernya itu terlalu berpikir jauh.

“Kau Tak bisa mulai sendiri.” Ucap Hae Hyo. Managernya yakin  Tak akan ada yang menolak Hae Hyo dan berpesan agar Jangan menyakiti perasaan orang.



Direktur memberikan name tag pada Jeong Ha memberikan Selamat karena sudah naik pangkat menjadi penata rias dan meminta agar bisa menariklah banyak pelanggan baru. Jeong Ha pun berjanji kalau akan berusaha.

“Berusahalah akur dengan Bu Jin-ju.” Ucap Direktur. Jeong Ha menganguk mengerti.  Direktur pun keluar dari ruangan.

“Apa Kau lihat kuas yang sudah aku rapikan?” kata Su Bin mendekati Jeong Ha.

“Sudah lihat. Kau melakukannya dengan baik.” Ucap Jeong Ha tersenyum bahagia. Su Bin ingin melihat name tag tertulis "Penata Rias An Jeong-ha". Keren sekali!

 

“Kau Terlihat bahagia sekali. Su-bin, aku yang mengizinkanmu menjadi asisten di tim kami.” Ucap Jin Ju datang dengan tatapan sinis

“Aku akan melakukan yang terbaik dan melayani kalian berdua sebaik mungkin.” Ucap Su Bin

“Kau bilang "Kalian berdua"?Apa Ini sudah dicuci?” ucap Jin Ju mengambil salah satu kuas. Su Bin menjawab kalau sudah sterilkan juga.

“Apa Sudah bilas dengan kondisioner?” tanya Jin Ju sengaja memegang bagian kuas yang masih terasa kasar. 


“Maaf. Aku belum mengajarinya.” Ucap Jeong Ha. Su Bin membela kalau Jeong-ha sudah menyuruhnya tapi lupa dan meminta maaf.

 “Apa-apaan ini?Apa kau Berusaha saling melindungi atau apa? Ini Konyol sekali. Cepat Cuci lagi!” ucap Jin Ju. Su Bin langsung menjawab  Oke!

“Kau bilang "Oke"? "Oke"? Kau main-main denganku? Ini tempat kerja!” ucap Jin Ju marah. Jeong Ha dan Su Bin hanya bisa tertunduk.

“Su-bin, beberapa hari yang lalu, kau bilang kepadaku bahwa kau sangat menyukaiku dan akan mengikutiku. Namun, kau langsung mengkhianatiku?” sindir Jin Ju. Su Bin mengaku bukan seperti itu.

“Ya. Tak begitu, 'kan? Kau harus menepati kata-katamu.” Ucap Jin Ju menyindir dan langsung beranjak pergi.

“Jeong-ha, aku tak pernah mengatakan itu.” Ucap Su Bin menangani. Jeong Ha mengaku tahu.

“Serahkan kuas padaku. Ada yang harus aku cuci.” Ucap Jeong Ha lalu pergi ke tempat cuci kuas. 


Jeong Ha sedang merapihkan kuas lalu kaget melihat Hae Hyo datang bertanya sejak kapan di sini.  Hae Hyo datang membawakan bunag, Jeong Ha kaget bertanya Ada apa. Hae Hyo mengaku Sekalian beli untuk ibunya. Jeong Ha mencium dan mencium wanginya Harum.

“Apa kau Suka bunga?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha menjawab tidak. Wajah Hae Hyo langsung berubah. Jeong Ha tersenyum mengaku suka.

“Dari cemberut langsung tertawa. Apa Kau dimarahi lagi?” kata Hae Hyo

“Kau bilang "Lagi"? Kau pikir aku terus dimarahi? Aku menjadi penata rias secara resmi.” Ucap Jeong Ha memberikan name tagnya. 


“Bagus sekali... Ini Sudah kuduga, pemilihan waktuku tepat. Aku bawa bunga untuk menyelamatimu.” Ucap Hae Hyo bangga. Jeong Ha pikir kalau sudah terlambat.

“Apa kau Mau makan malam bersama? Aku traktir untuk merayakan ini.” Kata Hae Hyo

“Aku ada janji malam ini dengan Hye-jun.”ucap Jeong Ha. Hae Hyo  bingung bertanya Ada apa di antara kalian, apakah Kencan.

“Hari ini bukan kencan. Aku mau bantu kakeknya membuat portofolio.” Ucap Jeong Ha.

“Jika hari ini bukan kencan, lalu besok?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha menjawab Bisa jadi begitu dengan senyuman.






Hae Hyo pun curiga bertanya apakah mereka berpacaran. Jeong ha mengaku sudah memutuskan untuk tak berpacaran dengan Hye Jun tapi tak bisa lalu bertanya Apa melakukan hal yang benar, Hae Hyo pkir Jeong Ha itu sungguh lucu.

“Sebelumnya kau bilang, saat fantasi bertemu kenyataan, keadaan akan kacau.Apa Kau ingat itu?” ucap Hae Hyo 


“Ingat. Baguslah. Kau punya bahan olok-olok selama sejuta tahun. Aku juga tak bisa berbuat apa-apa.” Kata Jeong Ha pasrah.

“Apa Kalian akan berpacaran selama sejuta tahun?” ejek Hae Hyo. Jeong Ha mengeluh agar Berhenti mengolok-oloknya lalu berjalan pergi.

“Padahal aku tak mengolok-olok.” Kata Hae Hyo menatap sedih melihat Jeong Ha yang pergi. 


Hye Jun sibuk olahraga di taman sambil mendengarkan musik, Jin U menelp meminta agar Nanti datanglah ke studio bersama Kakeknya. Hye Jun pikir memina agar Pinjamkan saja kameranya karena pasti tak bisa pinjamkan studio seenaknya.

“Aku sudah dapat izin dari bos. Astaga. Orang yang rewel meski akan dibantu sepertimu sungguh harus dibantu.” Ucap Jin U. Hye Jun pun mengucapkan Terima kasih.

“Kau memotivasiku untuk membuka studio sendiri.” Ucap Jin U. Hye Jun pun bertanya apakah Uangnya sudah terkumpul.

“Studio tak dibuat dengan uang tabungan, tapi dengan uang ayah atau bank.” Kata Jin U. Hye Jun hanya bisa tersenyum mendengarnya. 


Di rumah, Nyonya Han sibuk mengelurkan kimchi. Tuan Sa mengaku  Padahal sudah sarapan, tapi makan dengan masih lahap lalu memuji kalau Nyonya Lee yang pintar masak. Nyonya Lee pun berkomentar Reaksi Tuan Sa  bagus dan berjanji besok akan membuatkan lagi.

“Padahal buchimgaecocok diminum dengan makgeolli. Apa tak ada?” ucap Nyonya Lee seperti sengaja memperlihatkan gelang yang dipakainya.

“Kalau Ada pun tak akan kuberikan. Tak baik minum miras pagi-pagi. .” Ucap Nyonya Kim

“Aku dan Yeong-nam harus pergi kerja  Kenapa egois sekali?” kata Tuan Kim 


“Aku tak ajak minum sampai mabuk, hanya untuk mencairkan suasana. Kita benar-benar tak cocok.” Keluh Nyonya Lee

“Lihatlah Yeong-nam. Tutur katanya sangat halus. Dia tak begitu padaku.” Keluh Tuan Nam

“Ya. Kau tak boleh diam saja mendengar orang lain memujiku. Itu fakta.” Komentar Nyonya Han.

“Kau juga selalu memarahiku.”keluh Tuan Sa. Tuan Kim pun memarahi istrinya karena bicara omong kosong dan buat mereka bertengka

“Kami tak bertengkar.” Ucap Nyonya Ha. Nyonya Lee heran kalau Nyonya Han yang ikut campur dan dimaki?

“Itu bukan makian.” Kata Tuan Sa. Nyonya Le melihat keduanya benar-benar cocok. Nyonya Han dan Tuan Sa langsung menjawab tidak seperti itu. 


“Rupanya tak cocok.”ucap Nyonya Lee. Akhirnya Nyonya Han melihat gelang yang dipakai Nyonya Lee dan memujinya kalau cantik.

“Aku baru beli ini. Ini tiruan barang bermerek, tapi mahal.” Ucap Nyonya Lee bangga

“Kau bisa beli barang bermerek. Uangmu banyak.” Koemntar Nyonya Han.

“Keluargamu pasti akan hidup enak jika ayah mertuamu tak boros. Bukan begitu?” kata Nyonya Lee

“Lebih nyaman jika menganggap itu bukan milik kami sejak awal.” Kata Nyonya Han. 


Saat itu Hye Jun datang.  Nyonya Lee senang melihat Hye Jun karena sudah lama tak bertemu dan kaget melihat luka didahi lalu bertanya Ada apa dengan wajahnya. Hye Jun menjawab kalau Terluka saat syuting. Tuan Sa yang melihatnya hanya terdiam tapi terlihat khawatir.

“Bagaimana kau bisa tetap keren dengan plester di wajahmu.” Puji Nyonya Lee

“Ayah, aku butuh mobil malam ini.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee pun ingin tahu Mau ke mana malam ini

“Kenapa kau bertanya? Dia pergi karena ada tempat yang dituju. Hye-jun, apa Park Do-ha aslinya tampan?”ucap Nyonya Lee penasaran. Hye Jun menganguk.

“Apa kau bisa minta tanda tangannya?” kata Nyonya Lee. Hye Jun mengaku tak bisa karena tak dekat dengannya.

“Rupanya menjadi bintang membuat dia sombong.” Keluh Nyonya Lee. Hye Jun mengaku bukan seperti ini dan akhirnya pamit masuk ke dalam kamar. 


Nyonya Lee langsung bergosip menurutnya Do Ha tak seperti itu tapi digosipkan berperilanya kasar bahkan putus dengan Lee Mun-jeong karena selingkuh. Bukan hanya satu wanita, tapi banyak. Tuan Kim mengeluh istrinya yang selalu membicarakan pesohor.

“Apa Kau tak punya kegiatan lain?” keluh Tuan Kim. Nyonya Lee merasa tak ada yang salah karena Ini menyenangkan.

“Hanya melihat orang tampan dan cantik sudah menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi jika dibicarakan. Katanya para pesohor lebih suka dihujat daripada diacuhkan.” Ucap Nyonya Lee 


“Tak mungkin. Jika bukan kelainan, tak akan ada yang suka dihujat.” Kata Nyonya Han

“Mereka hanya mengada-ada karena merasa bersalah jika menghujat.” Ucap Tuan Sa

“Kalian benar-benar menyinggungku dengan sarkasme. Apa yang kau lakukan? Kenapa tak membelaku?” keluh Nyonya Lee pada suaminya

“Yeong-nam, sudah saatnya kita pergi kerja.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa hanya bisa tertawa dan akhirnya beranjak pergi. 


Tuan Sa masuk kamar anaknya, bertanya Hye Jun mau pergi ke mana lagi. Hye Jun menjawab kalau Kerja paruh waktu. Tuan Sa kesal karena Hye Jun yang  masih kerja paruh waktu, padahal Katanya sedang syuting film dan berpikir kalau kerja tanpa dibayar.

“Aku akan dapat uang setelah selesai syuting. Apa Ayah harus bicara begitu kepadaku sebelum bekerja?” keluh Hye Jun kesal

“Ayah kesal karena melihat dahimu. Lalu Kakek pergi ke mana? Beri tahu ayah jika ada yang aneh. Dia tak boleh dibiarkan buat onar.” Ucap Tuan Sa

“Sampai kapan Ayah akan mengungkit masa lalu?” keluh Hye Jun. Tuan Sa yakin  Orang tak berubah.


Kakek Sa pergi ke ruangan latihan, guru datang melihat kakek Sa berpikir kalau Hari ini tak ada kelas. Kakek Sa pun berhenti berdiri tegak mengaku datang untuk berlatih. Pelatih pikir Jika dari awal terlalu banyak berlatih, maka ototnya akan terkejut.

“Ini bukan kali pertamaku menggunakan tubuhku. Dulu aku suka menari.” Ucap Kakek Sa bangga

“Pantas saja. Kau sangat lentur. Ototmu juga sedikit terlihat.” Puji pelatih.

“Selain itu, cucuku membayar biaya kursus di sini. Seharusnya kakek yang merawat cucunya, tapi malah cucu yang merawat kakeknya.” Kata Kakek Sa

“Sempat-sempatnya kau membanggakan cucumu.” Ucap Pelatih. Kakek Sa memberitahu kalau Hari ini dia akan memotretnya juga.


Hye Jun menjadi pegawai di kedai sandwich. Jin U datang mengaku datang sebagai pembeli. Hye Jun bertanya apakah ada pemotretan. Jin U menjawab bukan tapi rapat sebelum pemotretan. Hye Jun pun bertanya mau berapa banyak. Jin U pun menjawab Sepuluh.

“Untuk Menu... Karena aku suka daging, aku prioritaskan menu dengan daging.” Ucap Hye Jun. Jin U pun meminta Satu roti lapis klub untuknya. 


“Apa Kau tak apa-apa? Park Do-ha ramai dibicarakan.” Ucap Jin U sibuk melhat ponselnya.

“Itu sering terjadi. Apa Dia rilis video musik?” tanya Hye Jun sibuk membuat sandwich.

“Ini keyword "Park Do-ha, Americano." "Park Do-ha, tindak kekerasan." Dia di mana-mana. Ini tak akan memengaruhi film kalian, 'kan?” ucap Jin U memperlihatkan ponselnya.

“Entahlah.” Kata Hye Jun. Jin U meminta agar menanyakan pada Nyonya Lee



“Jika dia dalam masalah, film kalian akan kena dampaknya.” Ucap Jin U. Hye Jun mengeluarkan ponselnya.

Hye Jun langsung meneriman pesan dari Nyonya Lee [Hari ini pun bekerja keras. Menakutkan karena ini berjalan lancar. Semangat!] Lalu memberitahu Jin U kalau  Lee Min-jae yang selalu muncul saat dibicarakan. Jin Ju memuji Hye Jun kalau punya manajer yang hebat.

“Aku terpilih membintangi miniseri.” Ucap Hye Jun bangga. Jin U senang mendengarnya.

“Kutraktir roti lapis. Kubuat kau terlihat baik di depan bosmu.” Ucap Hye Jun. Jin U pun mengucapkan Selamat.Hye Jun pun mengucapkan Terima kasih.

Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar