PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Kim melihat media social anaknya sudah berubah PENGIKUT, 553.000 Ia pun bahagia
melihatnya. Ia mengaku Sebenarnya aku
ingin membeli 10.000 pengikut lagi, tapi tak ada isu karena nanti Pasti
ketahuan.
“Aku harus
tambah banyak saat artikelmengenai pemilihan pemain film keluar.” Ucap Nyonya
Kim memasang iklan untuk menambah pengikut. Dan memilih BIAYA 1.357.000 WON
UNTUK 3.670 PENGIKUT
Saat itu
Hae Nee ddtang mengambil minum. Nyonya Kim tahu anaknya selalu menganggur setiap selesai ujian jadi
memintaagar Berhenti mencamil karena itu membuatnya gemuk. Hae Nee mnegerti dan
mengambil botol minum di kulkas.
“Ibu
punya bakat untuk berbuat kejam pada orang. Tapi Ibu sedang apa?” ucap Hae Nee
“Bukan
apa-apa.” Ucap Nyonya Kim langsung menutup laptopnya. Hae Nee pun curig karena
ibunya buru-buru menutup laptopnya dan menduga sesuatu. Nyonya Kim mulai panik
“Kudengar
sedang tren bagi ibu-ibu Gangnam punya pacar.” Ucap Hae Nee. Nyonya Kim
menegaskan bukan orang seperti itu.
“Meski
ayahmu membosankan, ibu adalah orang yang bermoral.” Tegas Nyonya Kim. Hae Nee
muji itu bagus.
“Apa kau
mau dijodohkan?” ucap Nyonya Kim sebelum anaknya pergi. Hae Nee mengeluh kalau
itu Kuno sekali.
“Cari pacar
saat masuk sekolah hukum.” Ucap Nyonya Kim. Hae Nee meminta agar membiarkan
memilih sesukanya.
“Baik.
Lakukan sesukamu. Namun, pernikahan tak bisa sesukamu. Semua keluarga harus
setuju.” Tegas Nyonya Kim
“Aku tak
bisa bersama Ibu lebih dari sepuluh menit.
Tingkat stresku meningkat.” Keluh Hae Nee kesal
“Ibu mau ke
mal. Sepatu kets Chanel yang baru keluar sangat cantik.” Ucap Nyonya Kim
“Apa Ibu
pergi sekarang?” tanya Hae Nee berubah dengan senyuman bahagia. Nyonya Kim
menegaskan Hanya ia yang memihak anaknya sampai akhir.
“Kau
cukup pintar untuk mengerti.” Ucap Nyonya Kim. Hae Nee bertanya Ibunya mau terlihat
adil dengan memercayainya.
“Semua perhatian
Ibu tertuju ke Hae-hyo. Ibu hanya memberikanku barang mewah.” Keluh Hae Nee.
“Tunggu
saja. Giliranmu tiba setelah ibu selesai dengan Hae-hyo.” Tegas Nyonya Kim.
“Apa Ibu
tak jadi ke mal?” tanya Hae Nee. Nyonya Kim berjalan pergi mengaku harus ganti
baju.
Jin U
menemani Hye Hyo di luar gedung dan melihat Kaki temanya selalu gemetar tiap ada masalah dan ingin tahu
Ada apa. Hye Hyo mengaku dapat kabar dari audisi film. Jin U pikir Hye Hyo bisa
Katakan saja karena Hye-jun terus gelisah menunggu kabar.
“Aku tak
enak hati. Dia akan wajib militer jika tak lulus.” Ucap Hae Hyo bingung
“Aku ajak
dia untuk wajib militer bersama, tapi dia tak mau.” Keluh Jin U
“Saat itu
dia bersiap untuk acara Gucci, jadi, tak bisa pergi.” kata Hae Hyo. Jin U pun
menyarankan agar menyuruh menelepon studio.
“Hari ini
mereka tutup. .. Kau saja yang beri tahu.” Ucap Hye Ho. Jin U langsung menolak
merasa Tak bisa
“Aku tak
terlibat. Lebih baik dengar langsung dari kau.” Kata Jin U. Hye Hyo pun
memikirkan apa yang akan dilakukan.
“Beri
tahu saat dia senang.” Ucap Jin U. Hye Hyo mengeluh Bagaimana bisa tahu kapan Hye Jun sedang
senang.
“Hei!
Hari ini pertandingan sepak bola. Bagaimana jika Korea menang?” ucap Jin U. Hye
Hyo pun berpikir kalau itu ide Luar biasa.
Hye Jun
keluar dengan Jeong Ha, Jin U melambaikan tanganya. Hye Jun pun membalasnya.
Jeong Ha meminta agar mengembalikan tasnya. Hye Jun pikir tasnya berat jadi
akan antar sampai halte bus. Hye Jun mengambil tasnya merasa tak perlu karena bisa
sendiri.
“Kau
mandiri sekali.” komentar Hye Jun. Jeong Ha mengaku tak punya tempat bersandar.
“Itu Tak
disangka. Kukira kau tumbuh nyaman karena kau penggemar Hae-hyo.” Ucap Hye Jun.
Jeong Ha heran Hye Jun berpikir seperti itu.
“Biasanya
orang tertarik dengan orang yang serupa. Aku begitu.” Ucap Hye Jun.
“Kau tak
ikut pergi?” teriak Jin U yang tak tahan menunggu. Hye Jun menjawab akan ikut.
“Sampai
jumpa nanti.” ucap Hye Jun pamit. Jeong Ha berpikir Mana bisa bertemu lagi dan menurutnya Berbasa-basi
seperti itu tak baik.
“Berikan
ponselmu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha memberikan ponselnya lalu meminta Hye Jun agar Datanglah ke salonnya
karena akan memberi diskon pesohor.
“Kau cuek
sekali pada idolamu. Biasanya orang tunda pekerjaan dan ikut pergi.” komentar
Hye Jun
“Jika
begitu, rutinitasku terganggu. Rutinitasku harus teratur agar bisa mendukung
seseorang dengan stabil.” Ucap Jeong Ha.
“Apa Karena
namamu, kau suka kestabilan?” ejek Hye Jun. Jeong Ha mengaku bukan
“Karena
namaku, hidupku penuh ketidakpastian.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun pikir Jeong HaTak
kalah sekata pun.
“Kalah
sekata akan membuatmu kalah terus.” Tegas Jeong Ha. Hye Jun yakin Jeong Ha pasti tak akan tertindas.
“Aku
terus tertindas. Setelah keluar dari
perusahaan, aku lebih tertindas.” Keluh Jeong Ha
“Jadi,
kau melampiaskan semua unek-unekmu padaku?” kata Hye Jun heran. Jeong Ha pikir
Hye Jun menyerang dengan fakta.
“Orang
bilang aku lugas.” Kata Hye Jun lalu memperlihatkan nomor ponselnya pada Jeong
Han.
“Dia
berbeda dengan yang aku bayangkan.” Gumam Jeong Ha terpana. Hye Jun heran
dengan tatapan Jeong Ha.
“Tanpa
alasan.” Ucap Jeong Ha dengan senyuman. Hye Jun bertanya sampai kapan akan menatapnya.
Jeong Ha menjawab samapi Hye Jun pergi.
“Aku
harus segera pergi. Kau membuatku tak nyaman.” Ucap Hye Jun malu lalu beranjak
pergi.
“Aku berbicara dengan manusia, tapi seperti
berbicara dengan boneka.” Ucap Jeong Ha bahagia dan melihat Hye Jun pergi
dengan teman-temanya.
“Hei...Sadarlah,
An Jeong-ha! Sekarang Hye-jun adalah kenyataan.” Ucap Jeong Ha menepuk
wajahnya.
Di
ruangan, Tuan Lee memberikan surat kontrak pada seorang pria lalu mengeluh
karena terus membaca seperti itu. Si pria tahu kalau Kata teman-temannya masa
kontraknya terlalu lama. Tuan Lee pikir si pria tak perlu melakukanya.
“Kita tak
bisa kerja sama jika tak saling percaya. Apa kau tahu seberapa banyak waktu dan
uang yang diperlukan untuk melatih pemula?” ucap Tuan Lee mencoba menyakinkan.
“Kata
teman-temanku, pembagian hasil 30 persen terlalu sedikit.”ucap Si pria.
“Siapa
teman-temanmu itu? Anak-anak zaman sekarang terlalu perhitungan, materialistis,
dan mudah menyerah. Itu sebabnya kalian tak bisa berhasil.” Ucap Tuan Lee
mengeluh. Sipria menutup KONTRAK KERJA
“Itu karena
aku sangat berhati-hati. Aku pikirkan sekali lagi. Kau benar-benar
membutuhkanku. Bagaimana kau bisa menjalani hidupmu jika tak bisa tegas? Kau
pasti akan kena tipu.”ucap Tuan Lee terus menyakinkan.
“Ibuku
bilang aku tak cukup baik untuk ditipu. Selamat tinggal.” Ucap si Pria pamit
pergi. Tuan Lee pun mengeluh kesal dan menyuruhnya pergi.
Nyonya
Lee datang bertanya Siapa pria itu dan apakah Dia tanda tangan kontrak. Tuan
Lee mengeluh Kenapa harus merekrut pecundang seperti itu dan bertanya balik ada
apa datang. Nyonya Lee heran Tuan Lee yang masih bertanya.
“Aku Mau
pastikan Hye-jun terima uang.” Tegas Nyonya Lee. Tuan Lee mengeluh Belakangan
ini terus berurusan dengan orang menyebalkan.
“Lanjut
ke rencana kedua?” ucap Nyonya Lee memperlihatkan ponselnya.
“Kau tak
mengenal Hye-jun. Apa kau pikir dia akan mengganggumu?” kata Tuan Lee akhirnya
pindah ke meja kerjanya.
“Kau
sangat mengenal dia, tapi tega melakukan itu?” keluh Nyonya Lee. Tuan Lee
menegaskan Itulah hidup.
“Dia
terlalu baik. Dia tak bisa bertahan. Dia terlalu bersih untuk bekerja di
industri ini. Penata peran Dalman menghubungiku. Dia ingin Hye-jun di peragaan
busananya.” Ucap Tuan Lee. Nyonya Lee pikir itu bagus.
“Kau tahu
aku bilang apa? Aku bilang bahwa dia sudah pensiun.” Ucap Tuan Lee sambil
mengangkat telpnya. Nyonya Lee hanya bisa melonggo.
Kakek Sa
duduk di luar rumah. Nyonya Han pulang melihat ayah mertuanya terlihat bahagia.
Kakek Sa melihat Nyonya Han telat hari ini dan dari arah yang berbeda. Nyonya
Han mengaku harus beli bahan makanan karena mau membuatkan sup kesukaan
Yeong-nam.
“Apa Kau
dapat sesuatu?” tanya kakek Sa melihat tas belanjaan menantunya.
“Aku
mendapatkan jas yang cocok untuk Ayah. Jadi Aku akan cuci dulu.” Ucap Nyonya
Han bahagia. Kakek Sa pun terlihat senang.
“Apa ada
untuk suamimu?” tanya Kakek Sa. Nyonya Han mengaku Ada jaket, tapi tak yakin
Tuan Sa mau memakainya.
“Ayah
pakai dulu, lalu berikan. Seolah aku yang beli.” Ucap Kakek Sa. Nyonya Han pun
senang mendengarnya merasa Kakek Sa memang pintar sekali.
“Jika
menang lotre, maka ayah akan membelikanmu rumah.”ucap Kakek Sa. Nyonya Han pun
mengucapkan Terima kasih.
“Astaga.
Terima kasih sudah menerima harapan tak bermutu ayah.” Ucap Kakek Sa.
“Aku tak
bisa membenci Ayah. Sampai saat ini, tak ada wanita yang membenci ayah. Kuharap
Yeong-nam bisa berbicara lembut seperti
Ayah.” Ucap Nyonya Ha. Kakek Sa hanya tersenyum dan mengajak untuk pulang.
Tuan Sa
mengeluh bertanya pukul berapa istrinya baru pulang. Nyonya Han melihat
suaminya sedang berbaring sambil di kompres lalu mengaluh agar Pergilah ke
rumah sakit jika sakit.
Tuan Sa
merasa Tak ada gunanya pergi ke rumah sakit karean Biaya satu suntikan saja
mahal sekali. Nyonya Han pikir Daripada makan obat dan tempel koyo, lebih murah
jika langsung diobati.
“Biar aku
yang bayar biaya RS. Berhenti merengek.”ucap Nyonya Han. Tuan Sa langsung duduk
tak terima dianggap Merengek
“Beraninya
kau berkata begitu padaku?” ucap Tuan Ha. Nyonya Han pikir suaminya yang harus belajar kapan harus tutup mulut.
“Meski
dekat dengan Jang-man, harus hati-hati saat cerita.” Ucap Nyonya Han kesal
“Lagi
pula, semua orang sudah tahu. Aku akan akhiri hal ini saat Hye-jun pulang Bermain
film takkan mengubah hidupnya.” Kata Tuan Sa.
“Siapa
tahu?” ucap Nyonya Han. Tuan Han yakin itu mustahil jadi meminta istrinya agar
diam saja dan jangan ikut campur.
Saat itu
disebuah restoran, semua orang sedang menonton bola bersama. Mereka melihat
pertandingan Korea melawan Jepang. Hye Jun dkk berteriak bahagia saat Lee Seung-woo,
Hwang Hee-chan membuat gol. Semua penonton berteriak histeris.
Sebuah
tempat terlihat papan bertuliskan [AREA PERTUNJUKAN RUANG TERBUKA] beberapa
orang sedang menyanyi dan juga menar memperlihatkan semua keahilanya. Jeong Ha
menaruh meja dan juga peralatan make up lengkap dengan cahaya dan juga
handphonenya.
“Jika ada
pertanyaan, tanya saja.” Ucap Jeong Ha melihat seorang wanita berdiri tak jauh
darinya.
“Halo...
Aku tak pernah berias. Namun, saat banyak debu halus, wajahku terasa gatal dan
tak nyaman.” Ucap Si wanita
“Ada cara
merias untuk menangkal debu halus. Aku sedang merekamnya. Jika tak masalah
terekam, maka aku akan mengajarimu.” Ucap Jeong Ha
“Aku tak
pandai berias. Apa aku bisa?”ucap si wanita akhirnya duduk disamping Heong Ha.
“Aku akan
memberi tahu cara merias untuk menyangkal debu halus. Warna kulitmu… Coba lihat
ke arahku sebentar.” Ucap Jeong Ha akhirnya membuat videonya.
Hye Jun
dkk akhirnya berjalan pulang, Jin U berkomentar
Son Heung-min pasti senang sekali hari ini. Hye Jun yakin Heung-min
pantas dapat pengecualian wamil. Hae Hyo pun berharap Heung-min terus berjaya
dan menurutnya Beruntung sekali.
“Bukankah
itu suatu kehormatan bagi pria?” kata Hae Hyo. Ji Un merasa bukan hanya itu
“Kehormatan
sejati milik para pemuda seperti kita yang menghabiskan dua tahun untuk menjaga
negara! Apa kalian pernah makan ayam tiga kali sehari? Jika ada wabah flu
burung…” ucap Jin U
“ Pagi, samgyetang
Siang, dakbokkeumtang. Malam, ayam goreng.” Kata Hye Jun.
“Jika ada
wabah kolera babi?” ucap Jin U. Hye Jun menjawab Pagi, jeyukbokkeum Siang,
dwaejigalbijjim Malam, samgyeopsal. Lalu mereka berterik kalau rasanya Mau
muntah.
“Kau
punya banyak pengalaman secara tak langsung melaluiku. Pergi sekarang pun, kau
akan langsung terbiasa.” Ucap Jin U
“Memangnya
aku pergi sekarang?” kata Hye Jun. Hae Hyo terdiam lalu mengaku sudah dapat
kabar dari studio.
“Aku tak
tahu bagaimana memberitahumu. Kurasa lebih cepat lebih baik.” Kata Hae Hyo
“Kau
kejam sekali! Kenapa harus beri tahu sekarang?” ucap Hye Jun marah. Jin U
merasa temanya sudah gila.
“Kau yang
membahasnya.” ucap Hae Hyo. Jin U mengeluh Kenapa sekarang. Hae Hyo menegaskan
kalau Jin U yang menyuruhnya. Hye Jun sudah berjalan melalu sebuah papan
bertuliskan [AKU PUNYA MIMPI]
Mereka
pun akhirnya pergi ke karaoke dan Hye Jun melampiaskan semuanya sambil
bernyanyi. Jin U mendengar Hye Jun bernyanyi dengan lirik keputus asaan meminta
agar berhenti karena terlihat
menyedihkan dan Sudah cukup karena
terlalu banyak minum.
“Kalian menghancurkan
momen berhargaku. Aku jarang merasa bahagia tanpa harus memikirkan apa pun.”
Ucap Hye Jun kesal
“Dia
bilang untuk memberitahumu saat kau senang.” Ucap Hae Hyo membela diri. Jin U
mengeluh apakah harus mengatakan itu padanya?
“Aku suka
kisah lagu-lagu BTS. Lagu mereka membuatku ingin hidup dengan benar..” Ucap Hye
Jun.
“Hei!
Lakukan saja sesuai keinginan kalian Tentu, itu tak mungkin terjadi.” Kata Jin
U
“Kau
hanya merusak suasana saja. Kau pantas dipukul.” Kata Hae Hyo memberikan
pukulan. Jin U mengeluh sakit.
Di rumah,
Jeong Ha melihat hasil rekaman videoanya yang memberikan tips make up, dengan
memberikan shading maka fitur wajahnya akan terlihat jelas.
Flash Back
Si wanita
melihat Jeong Ha merasa kalau pasti punya pacar. Jeong Ha mengaku tak mau
pacaran karena itu menguras emosi dan mengganggu hidupnya dan hanya
mengidolakan pesohor. Si wanita ingin tahu siapa itu karena ingin mengikutinya
juga karena sedang berhenti dari hal itu.
“Ini
rahasia. Tadi siang aku bertemu dengan idolaku.” Akui Jeong Ha. Si wanita
berkomentar Jeong Ha beruntung sekali.
Jin U
berjalan pulang dengan Hye Jun bertanya
Apa butuh penghiburan. Hye Jun merasa Tadi sudah cukup. Jin Un
memberikan semngat pada temanya kalau
yakin akan berhasil dan menurutnya Ini bukan sekadar basa-basi.
“Aku
sangat objektif. Kau tahu itu, 'kan?” ucap Jin U. Hye Jun mengaku kalau
sekarang ingin jalan dengan tenang. Jin U menganguk mengerti.
“Ketenangan
adalah yang terbaik saat banyak pikiran. Wah.. Waktunya pas sekali. Jika
wanita, aku nikahi.” Ucap Jin U mendengar ponselnya berbunyi.
Hae Nee
mengirimkan pesan [Ayo makan ramyeon.]
Hye Jun pun bertanya apakah Jin U akan menikah. Jin U mengumpat dan langsung pamit pergi sambil berpesan
agar Jangan terlalu banyak berpikir
untuk Hari ini saja.
Hye Jun
terdiam melihat bayangan dirinya dinding, seperti akan menghilang apabila tak
ada sinar. Ia pun mengingat ucapan Tuan Jung.
“Pikirkan
baik-baik masa depanmu. Sudah kuperingatkan lima tahun lalu, kau tak bisa
melakukannya sendiri.” Kata Tuan Jung
“Jika tak
bisa kulakukan sendiri, aku harus berhenti.” Kata Hye Jun
“Kenapa
kau tak punya ambisi? Apa Kau mau begini terus sampai mati?” ucap Tuan Jung.
Hye Jun mengeluh kalau itu Persetan.
Nyonya
Kim menonton drama di TV dan terlihat senang melihat adegan berciuman. Saat itu
Ia mendengar bunyi suara pintu dan tahu kalau anaknya pulang. Hae Hyo pun masuk
rumah, Nyonya Kim bertanya apakah anaknya minum miras dan pergi ke acara
penutup. Hae Hyo mengaku tak ke sana dan
hanya minum dengan Jin-u dan Hye-jun.
“Ini hari
baik. Kenapa kau terlihat tak senang?” ucap Nyonya Kim heran melihat anaknya.
“Ibu. Apa
Ibu kenal seseorangdi perusahaan film?” tanya Hae Hyo. Nyonya Kim panik dan
mengaku itu tak mungkin dan ingin tahu alasan bertanya.
“Mungkin
ada peran lain untuk Hye-jun.” ucap Hae Hyo. Nyonya im mengeluh anaknya yang selalu
memikirkan Hye-jun.
“Dia
bukan saudaramu. Kenapa begitu memikirkannya? Meski tahu, ibu tak mau bantu.”
Ucap Nyonya Kim marah
“Baiklah.
Aku menyesal mengatakannya. Maaf... Apa Ayah sudah pulang?” tanya Hae Hyo
melihat ibunya cemberut dan mengalihkan ke percakapan lainya.
“Tidur. Karena
senang, ibu menunggumu untuk merayakannya Kau mengecewakan ibu.” Ucap Nyonya
Kim kesal
“Sepertinya
Ibu tetap mau merayakan, 'kan? Tapi aku mau tidur.” Kata Hae Hyo berlari ke lantai atas. Nyonya Kim
makin berterika kesal.
Nyonya
Kim masuk kamar mengeluh kesal melihat suaminya yang tidur tenang sekali tapi
ia masih kesal jika memikirkan sekolah Hae-hyo. Tuan Won yang berbaring
menyahut bertanya Kenapa begitu kesal.
Nyonya Kim kaget karena ternyata suaminya masih belum tidur.
“Asupan
kafeinku hari ini terlalu banyak.” Ucap Tuan Won akhirnya duduk diatas tempat
tidurnya.
“Aku ingin
Hae-hyo masuk sekolah swasta, tapi malah dimasukkan sekolah negeri. Coba Lihat
temannya. Dia berteman dekat dengan anak ART.” Keluh Nyonya Kim
“Pria
harus berteman dengan orang dari berbagai kelas. Hanya berteman dengan orang
sekelas membuat pandangannya sempit.” Ucap Tuan Won
“Berhenti
mengutip perkataan Konfusius.
Hidup
harus sesuai kelas. Suatu saat nanti Hye-jun akan menghambat Hae-hyo. Dia tak
bisa mengekspresikan kebahagiaannya setelah lulus audisi karena Hye-jun.” keluh
Nyonya Lee.
“Kenapa
harus begitu? Itu hanya hobi. Dia akan segera berhenti. Kenapa kau begitu
marah?” ucap Tuan Won.
“Kata
siapa cuma hobi? Mengambil alih sekolah adalah hobi, pesohor adalah pekerjaan
utama.” Ucap Nyonya Kim kesal
“Belakangan
ini kau keterlaluan. Kau selalu Bicara formal dan kasual sesukamu. Sudah
kubilang dalam hubungan harus ada tata krama. Vulgar sekali.” keluh Tuan Won
akhirnya memilih untuk berbaring kembali.
“Kebanyakan
orang bilang bahwa mereka iri denganku. Mereka kira aku punya semua. Tapi
Mereka tak tahu. Sangat menderita tinggal bersama suami yang tak bisa
berkomunikasi. Astaga.” Ucap Nyonya Kim kesal meihat suaminya.
Hae Hyo
akhirnya mandi tapi seperti memikirkan tentang nasib temanya. Ia lalu menelp
seseorang memberitahu kalau mau melakukan pemotretan Arena dengan Hye-jun.
Managernya mengeluh kalau Mereka menginginkan Hae Hyo saja.
“Mereka tak
akan suka jika Hye-jun ikut.” Ucap si manager. Hae Hyo pun menegaskan kalau tak
mau melakukanya.
“Konsepnya
adalah model yang menjadi aktor, 'kan? Aku bayar biaya tambahannya.” Ucap Hae
Hyo.
“Aku akan
coba bicara. Pengikut media sosialmu bertambah lagi. Mari raih satu juta pengikut.”
Ucap managernya.
Hae Hyo
akhirnya melihat jumlah PENGIKUT, 557.000 dan tak percaya kalau Bertambah 3.000
dalam sehari. Ia pun tersenyum bahagia karena makin banyak orang yang kenal
denganya.
Jeong Ha
menguploud video CARA MERIAS UNTUK MENANGKAL DEBU HALUS lalu berteriak bahagia
karena Akhirnya Selesai. Ia pun measa kalau Hari yang sempurna jadi hari seperti
ini harus diabadikan. Ia pun memula mengunakan fitur video di media sosialnya.
“Hari ini
adalah hari yang sempurna.” Ucap Jeong Ha mengingat saat pertama kali melihat
sosok Hye Jun yang akan dimake up olehnya.
“Ini Mendebarkan.”
Ungkap Jeong Ha lalu mengingat keadaan
yang membuatnya sedih saat Jin Ju memarahinya karena dianggap Selalu merebut
klien orang lain.
“Ini Tak
adil.” Kata Jeong ha lalu mengingat saat duduk bersama dengan Hye Jun dan
karena mereka seumuran jadi mengajak untuk berbicara santai
“Ini Tak
disangka.” Kata Jeong ha bahagia mengingatnya dan mengingat saat Hye Jun
berbicara lagi padanya.
“Tadi
terasa tak adil, 'kan? Kau tak mencuri kliennya, tapi dia salah paham. Aku tahu
rasanya.” Ucap Hye Jun seperti sangat mengerti perasaan Jeong Ha.
“Tersentuh.”
Ucap Jeong Ha. Dan saat diruang make up. Hye Jun memberitahu kalau Orang bilang
dirinya itu lugas.
“Realitas.”
Ucap Jeong Ha lalu mengirikan foto dengan hastag #HARI SEMPURNA #MENDEBARKAN #TAK ADIL #TAK
DISANGKA #MENYENTUH
Tuan Sa
sibuk memasang pintu di kamar Gyeong Jun. Nyonya Han mengeluh kalau tak mengerti jalan pikiran suaminya
padahal Bahunya sedang sakit jadi Kenapa harus dipasang sekarang. Tuan Sa
merasa Putranya mendapat pekerjaan dan tak bisa belikan rumah.
“Setidaknya
ganti daun pintu Ini Kukuh sekali. Hidup Gyeong-jun juga harus sekukuh ini.”
Ucap Tuan Sa bangga melihat pintu buatanya.
“Jika terima
upah bulan ini, aku akan mentraktir Ayah.”kata Gyeong Jun. Nyonya Han ingin
tahu dengan nasibnya. Gyeong Jun pun mengatakan kalau akan traktir Ibunya juga
dan pergi ke mal.
Hye Jun
pulang ke rumah melihat dari jendela rumahnya, sang ayah memuji kakaknya yang sangat
berbakti. Gyeong Jun merendah agar Jangan berlebihan. Hye Jun akan berjalan
masuk tak melihat ada sesuatu didepan lalu tersandung.
“Menyedihkan
sekali.” keluh Tuan Sa bisa melihat kalau anaknya baru saja tersandung.
“Kau tak
seharusnya minum miras.” Ucap Tuan Sa menyindir anaknya saat akan masuk kamar.
“Tolong
biarkan aku sendiri untuk hari ini.” Pinta Hye Jun yang sedang frustasi.
“Bagaimana
kau menghadapi dunia jika lemah seperti ini?” ucap Tuan Sa menyindir.
“Ayah tak
memarahiku pun, aku sudah cukup menderita. Hentikan.” Pintu Hye Jun.
“Saat
seusiamu, ayah kerja di lokasi konstruksi untuk menghidupi keluarga. Kau hanya
perlu merawat diri sendiri. Kenapa begitu menderita?” ucap Tuan Sa.
“Jika
kuberi tahu penderitaanku, apa Ayah bisa paham?” ucap Hye Jun mencoba menahan
amarahnya.
“Kapan
ayah tak memahamimu?” keluh Tuan Sa. Hye Jun memberitahu kalau tak lulus
audisi.
“Bagus.
Kini, kau bisa pergi wajib militer.” Ucap Tuan Sa. Gyeong Ju pikir Rupanya berakhir begini.
“Coba
Lihat aku. Wajib militer dulu. Anak keluarga miskin seperti kita lebih baik
selesaikan kewajiban secepatnya.” Ucap Gyeong Jun.
“Kau
malah pamer.” Keluh Hye Jun kesal. Gyeong Jun mengaku sangat cemas karena
adiknya harus pergi wajib militer.
“Wajib militer
adalah tugas. Aku harus menyelesaikannya. Jika tak diselesaikan, akan terus
terpikirkan. Siapa yang lebih menderita? Ini hidupku. Siapa yang lebih
menderita?” ucap Hye Jun dengan nada tinggi
“Siapa yang
menyuruhmu menjadi model? Saat kau berkeliaran ingin menjadi model, tapi dia masuk
Universitas Nasional Seoul tanpa les sekali pun. Meski orang tua tak bisa
membantu, kakakmu berhasil melakukannya. Duduk dan belajar adalah hal paling
mudah.” Ucap Tuan Sa membela.
“Aku
mulai bekerja lebih dulu daripada Gyeong-jun. Aku menjadi model terkenal.” Kata
Hye Jun membela diri.
“Tak
berguna. Tak ada orang yang mengenalimu di jalanan.” Kata Tuan Sa. Hye Jun tak
percaya mendengar komentar ayahnya.
“Keberuntunganmu
hanya sampai di sini.” Ucap Tuan Sa. Nyonya Han pun tak bisa membela anak
bungsunya.
“Menyerahlah
dan hadapi kenyataan. Kau sudah bekerja selama tujuh tahun, berapa uang di
tabunganmu? Kita harus mencari nafkah. Aku tak mau berkorban hanya karena aku
anak sulung keluarga miskin ini!” tegas Gyeong Jun.
“ Aku tak
peduli kita miskin. Tapi Apa harus merendahkan orang begini? Di luar aku
diserang, di rumah lebih diserang. Katanya, kalian keluargaku. Semua demi aku.”
Keluh Hye Jun.
“ Keluarga
tak bisa bereskan segalanya.”tegas Gyeong Jun. Hye Jun pun berteriak meminta
agar jangan mengatur hidupnya.
“Semenjak
lulus SMA, maka aku tak pernah minta uang ke Ayah. Kenapa kalian mengatur masa
depanku dan merendahkanku?” ucap Hye Jun dengan nada tinggi.
“Apa
sekarang kau merasa menjadi korban?”keluh Gyeong Jun. Hye Jun pikir kalau
dirinya korban, maka kakaknya adalah psikopat.
“Aku tak
lulus audisi. Biasanya akan ada yang mengatakan "Sayang sekali. Kau pasti
sedih." Itu perkataan yang wajar. Tapi ayah mengatakan "Bagus. Kini,
kau bisa pergi wajib militer." Apa Ayah manusia?” Ucap Hye Jun marah. Tuan
Sa pun mulai mengumpat marah.
“Kau
mengatai ayah?Anak durhaka. Beraninya bicara begitu ke orang tua?”ucap Tuan Sa
marah. Saat itu kakek Sa pun keluar kamar.
“Hei!
Jika dia durhaka, maka kau juga sama melihat perlakuanmu pada ayah!” ucap Kakek
Sa.
“Ayah.
Jangan ikut-ikutan.” Ucap Tuan Sa. Hye Jun pun mulai menangis karena hanya
kakeknya yang membela.
“Kenapa
kau hanya memarahi Hye-jun? Dia tak lulus audisi dan tak bisa melakukan hal
yang dia inginkan. Kau seharusnya menghibur dia terlebih dulu... Ya ampun.”
Ucap Kakek Sa.
“ Jika
kakek menyela seperti ini, maka kau merusak cara mendidik ayah.” Ucap Gyeong
Jun marah
“Hei!
Hye-jun masih 26 tahun! Dulu, dia cukup tua untuk menikah! Biar dia tentukan
hidupnya! Kenapa mengajarinya?” kata Kakek Sa.
“Kakek,
ayo kita masuk kamar.” Ucap Hye Jun tak ingin adu mulut lagi. Kakek Sa pun
mengikuti permintaan cucunya.
“Orang
serupa berkumpul bersama.”ejek Tuan Sa. Kakek Sa keluar kamar berteriak agar
anaknya bisa melihat daun pintu ini!
“Kau mengganti
daun pintu anak sulungmu agar hidupnya kukuh Lalu, kau mengharapkan kami hidup
menderita? Jika kau mau melakukannya, lakukan untuk keduanya atau jangan sama
sekali. Kau selalu membeda-bedakan.” Teriak Kakek Sa lalu membanting pintu.
Tapi
karena pintunya sudah lapuk malah jatuh di lantai. Nyonya Han hanya bisa
melonggo. Kakek San pun panik mengaku tak melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar