PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 02 September 2020

Sinopsis Men Are Men Episode 30

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Hyun Joo dkk berjalan bersama, Min Jung merasa sudah lama atidak berbelanja, dan merasa darahnya mengalir lagi. Hyun Joo mengeluh kalau Min Jung membeli tas itu dua hari lalu lalu bertanya pada Yeong Eun apakah  suka pakaian itu
“Ini bukan gayaku tapi kau bilang ini akan membuat kencanku berjalan lancar, jadi, aku harus memercayaimu.” Kata Yeong Eun
“Hyun Joo. Bukankah itu pacarmu?” kata Jin Ah melihat Ji Woo keluar dari toko perhiasan. Hyun Joo membenarkan dan akan memanggilnya. Min Jung menahanya.
“Kau gila. Kau bisa melihat dia merencanakan kejutan. Bagaimana jika kamu merusaknya?” ucap Min Jung. Hyun Joo bingung apa maksudnya Kejutan.
“Hyun Jo. Tempat itu Tippan. Menurutmu apa yang dia beli di sana? Panci antikarat?” kata Min Jung
“Menurutmu itu cincin untuk melamar?” ucap Jin Ah. Min Jung pun mengajak agar mereka bertanya. Hyun Joo heran apa yang harus mereka tanyakan.
“Bagaimana menurutmu? Apa Kau tidak ingin tahu seperti apa cincinnya?”kata Min Jung. Tiga temanya pun mengajak Hyun Joo segera masuk ke dalam toko. 

Mereka akhirnya bertemu dengan pegawai pria mengaku datang untuk melihat cincin. Si pegawai pria pun bertanya  Cincin apa yang diinginkan. Min Jung mengatakan Cincin yang sama dengan pria yang baru saja pergi dan membelinya. Si pegawai terlihat bingung.

“Dia tinggi dan tampan. Dan dia memakai jas. Bukankah dia membeli cincin?” ucap Min Jung penasaran
“Begitu rupanya. Ya. Tolong tunggu.” Ucap si pegawai mengeluarkan sepasang cincin.
Mereka hanya bisa melonggo melihat jumlah angka nol dibelakangnya dan yakin kalau itu cincin lamaran. Pegawai membenarkan kalau pria tadi baru membeli cincin itu untuk melamar pacarnya dan menawarkan untuk mencobanya.
“Maafkan aku. Aku akan kembali.” ucap Hyun Joo panik bergegas keluar dari toko. Semenatara tiga temanya sibuk untuk mencoba cincin yang harganya sangat mahal.

Hyun Joo menelp Ji Woo dengan wajah gugup. Ji Woo mengangkatnya. Hyun Joo menanyakan keberadaan Ji Woo. Ji Woo engaku akan beres-beres di kantor dan akan segera menjemput Pak Park.
“Apa kau membeli...” ucap Hyun Joo gugup. Ji Woo mengaku tak mendengar ucapan Hyun Joo.
“Kau... Kau harus bersenang-senang hari ini.” Kata Hyun Joo mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
“Jangan khawatir. Aku akan meneleponmu begitu tiba.” Ucap Ji Woo. Hyun Joo mengerti dan langsung menutup dengan wajah panik
“Dia mungkin tidak menginginkan ucapan selamat kita, bukan?” kata Ji Ah. Min Jung pikir tidak.
“Sulit untuk menikah, tapi tetap melajang lebih sulit.” Ucap Yeong Eun. 

Nyonya Jung duduk disebuh ruangan, Hyun Joo menelp dengan nada panik menelp ibunya memberitahu kalau mungkin akan menikah. Nyonya Jung langsung tersenyum bahagia. Hyun Joo mengeluh kalau ada masalah. Nyonya Jung melihat seseorang masuk ruangan dan langsung menutup telp anaknya dan akan melanjutkan lain kali.
“Aku ibu Hwang Ji Woo... Senang bertemu denganmu. Putraku bilang dia ingin menikahi putrimu. Apa Kau tahu soal ini?” kata Ibu Ji Woo
“Aku baru dengar.”akui Nyonya Jung tersenyum bahagia. Ibu Ji Woo mengaku tidak akan memperpanjang masalah ini.
“Aku tidak mau pertunangan ini terus berlanjut. Aku memasukkan lima yang besar. Kau pasti akan merasa itu cukup.” Kata Ibu Ji Woo memberikan sebuah amplop. Nyonya Jung melihat isinya lima lembar daun perlia. 
Hyun Joo datang dengan Ji Woo ke dalam ruangan. Ji Woo mengeluh ibunya yang  melakukan ini dan Menurutnya daun perilla tak bisa menyelesaikan semuanya. Ibu Ji Woo mengumpat anaknya itu  anak bodoh karena tergila-gila dengan gadis ini.
“Beraninya kau membentak ibu?” kata Ibu Ji Woo marah. Ji Woo memeluk Hyun Joo merasa yakin ibunya tahu betapa berartinya dia baginya.
“Dia penyelamat yang menyelamatkanku saat aku merasa sangat hampa.” Kata Ji Woo.
“Kau kasar sekali!” teriak Ibu Ji Woo. Hyun Joo meminta Ji Woo untuk berhenti melawan ibunya.
“Aku akan menjadi menantu yang baik. Tolong jangan terlalu keras kepada cintaku.” Ucap Hyun Joo memohon sambil berlutu. Ji Woo tak percaya melihat sikap Hyun Joo
“Apa? Cintamu? Dasar penyihir jahat. Jangan ikut campur. Beraninya kamu.” Ucap Ibu Ji Woo akan menampar Hyun Joo tapi Nyonya Seo menahanya.
“Beraninya kau hendak menampar putriku?” kata Nyonya Seo. Ibu Hji Woo langsung mengejek Nyonya Seo itu wanita tidak berkelas.
“Kau bilang "Tidak berkelas"? Aku lulusan S1!” teriak Nyonya Seo akhirnya mereka saling menjambak rambut. 



Tuan Jung mengeluh kesakitan meminta Nyonya Seo agar melepaskan tanganya dari rambutnya. Nyonya Seo yang sedang bermimpi akhirnya terbangun. Tuan Jung  mengeluh istrinya itu bermimpi apa? Kenapa tiba-tiba menjambak rambutnya.
“Sayang, aku tidak bisa merestui pernikahan ini.” Kata Nyonya Seo. Tuan Jung bingung Pernikahan apa?
“Apa Hyun Joo dan Pak Hwang akan bertunangan?” kata Tuan Jung sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.
“Sayang, kita harus pertimbangkan pernikahannya dengan Pak Hwang.” Ucap Nyonya Seo.
“Jadi,Apa dia bilang akan menikahinya? Astaga.” Ucap Tuan Jung. Nyonya Seo panik meminta agar Jangan terburu-buru lalu mengambil botol vitamin dan tertulis "Vitamin C Sun Woo” Ia pun kesal langsung membuang botonya. Tuan Jung melihat sikap istrinya kalau marah karena mimpinya.


Ji Woo dan Do Gyum berjalan bersama, Do Gyum berkomentar  Tempat ini tampak mahal. Ji Woo menegaskan kalau akan memperkenalka pada Do Gyum pada sebotol anggur kuno hari ini. Ini satu-satunya botol yang bisa ditemukan di Korea.
“Apa ini "Sedang direnovasi"? kata Do Gyum. Ji Woo melonggo bingung dan melihat tertulis dipapan  "Sedang Direnovasi, mohon maaf atas ketidaknyamanan ini"
“Tunggu. Tempat ini baru buka dan beroperasi beberapa hari lalu.” Kata Ji Woo bingung
“Astaga. Butuh lebih dari satu jam untuk sampai ke sini. Kurasa tidak ada pilihan lain. Ayo pergi saja.” Kata Do Gyum tersenyum bahagia. 

Jin Woo mengikuti Do Gyum berjalan mengajak untuk  minum lain kali. Do Gyum pikir tidak akan lowong hari itu dan melihat bar kaki lima di jalan tadi jadi mengajak untuk minum soju di sana. Ji Woo mengaku Biasanya idak minum di bar kaki lima.
“Jika kita tidak berkumpul, Hyun Joo akan kecewa. Mari kita cepat selesaikan saja.” Kata Do Gyum
“Kau bilang "Cepat selesaikan"? Tentu. Mari kita lakukan itu. Saling menghabiskan waktu dengan orang yang tidak akrab tidak akan baik bagi kita berdua.” Ucap Ji Woo dengan nada menyindir. Do Gyum mendengarnya berpikir Ji Woo baru saja memarahinya. 

Hyun Joo mengambar di atas buku gambarnya, terlihat bentuk cincin seperti cincin lamaran. Ia lalu mengeluh karena Ji Woo yang  akan menelepon setelah tiba tapi belum menelepon juga.  Akhirnya keduanya pun minum di warung tenda.
“Tapi tetap saja. Kita datang untuk saling mengenal sambil minum.” Ucap Do Gyum akan menuangkan soju lagi.
“Aku belum menghabiskan minumanku.” Ucap Ji Woo menolak untuk menambahnya.
“Kenapa kau tidak mencobanya?” ucap Do Gyum. Ji Woo pikir seperti itu dan mencoba menatap Do Gyum tapi tak bisa berkata-kata.
“Jujur saja, aku tidak tahu cara memperlakukanmu.” Akui Ji Woo sambil meminum soju
“Jika itu artinya kau tidak nyaman di dekatku, aku juga merasa begitu.” Kata Do Gyum
“ Apa Kau masih dendam kepadaku?” tanya Ji Woo.  Do Gyum mengaku tidak akan menyebutnya dendam.
“Aku akan jujur kepadamu. Aku tidak menyukaimu sebagai pacar Hyun Joo.” akui Do Gyum
“Bukan hanya aku. Bahkan saat seorang pria sempurna memacarinya, kau tidak akan menyukai pria itu.” Kata Ji Woo
“Itu mungkin benar. Omong-omong, kurasa kita tidak bisa akur.” Ungkap Do Gyum. Ji Woo pikir seperti itu.
“Kini, akhirnya kita menyetujui sesuatu. Kurasa tidak memaksakan diri menjadi teman baik adalah cara yang tepat.” Ucap Ji Woo
“Ya. Mari kita menjaga jarak seperti sebelumnya.” Ucap Do Gyum dan mereka mulai minum. 
Tiba-tiba seorang pria yang mabuk menabrak Do Gyum yang sedang duduk.Si pria langsung marah menyindir Do Gyumm menyewa tempat ini karena menghalangi jalanya dan meminta agar segera minggir.  Do Gyum mengeluh kalau tidak menghalanginya.
“Kau yang memukul bahuku saat berjalan melewatiku.” Kata Do Gyum marah. Ji Woo yang mendengarnya meminta agar bisa berhenti.
“Kenapa aku harus berhenti? Aku tidak memulai ini.” Ucap Do Gyum marah. Teman si pria pun mengeluh pada suara ribut-ribut.
“Bedebah ini menghalangiku. Kini, dia bicara kasar kepadaku.. Hei.. Kau jauh lebih muda dariku.” Ucap si pria. Ji Woo menaha Do Gyum agar bisa menahan diri.
“Kau yang pertama bersikap kasar.” Ucap Do Gyum akhirnya berdiri. Si prai pun melihat Do Gyumtinggi dan berbahu lebar.
“Biarkan aku memukulmu. Berengsek!” teriak si pria. Do Gyum akan membalasnya , tapi Ji Woo lebih dulu menahanya dan langsung memberikan pukulanya.
“Kenapa kau bertengkar dengannya padahal dia tidak melakukan apa pun? Hei, apa masalahmu?” ucap Ji Woo marah. Do Gyum melonggo melihatnya,akhirnya keduanya berkelahi dengan pria-pria dalam warung tenda. 

Hyun Joo datang ke kantor polisi melihat Do Gyum dan Ji Woo bertanya Apa yang terjadi. Do Gyum meminta maaf. Hyun Joo mengomel  karena mereka bilang sedang minum dan bersenang-senang, tapi keduanya berakhir di kantor polisi setelah bertengkar.
“Hyun Joo. Kurasa kamu salah. Kami berdua tidak bertengkar. Kami bertengkar dengan orang-orang itu.” Kata Ji Woo. Hyun Joo melonggo melihat tiga pria lain yang sudah babak belur.
“Jadi, kamu dan Do Gyum berada di pihak yang sama?” ucap Hyun Joo tak percaya
“Aku sangat tersentuh oleh Ji Woo.” Ucap Do Gyum memanggilnya Hyung. Hyun Joo tak percaya Do Gyum memanggil Hyung. 

“Dia bertengkar dengan mereka untuk melindungiku.” Ucap Do Gyum memeluk Ji Woo
“Tidak. Aku memperburuk situasi dan membuat Do Gyum menderita.” Kata Ji Woo. Hyun Joo tak percaya Ji Woo memanggilnya adik.
“Kami memutuskan saling memanggil dengan nama depan. Bagaimana menurutmu?” ucap Do Gyum. Ji Woo pikir itu baik
“Ji Woo, ada goresan di sini. Kamu tidak boleh mendapatkan bekas luka di wajah tampanmu.” Ucap Do Gyum perhatian. Hyun Joo yang melihat keduanya hanya bisa melonggo.
“Kau lebih tampan dariku, tapi kamu... Apa itu memar?” ucap Ji Woo dan ingin memukul Para bedebah itu. Do Gyum menahan Ji Woo mengakuTidak apa-apa.
“Hyun Joo. Kami akan menulis pernyataan dan makan tahu dan kimchi. Aa Kau mau bergabung dengan kami? Kudengar jika kamu pergi ke kantor polisi, maa kau harus makan tahu setelah itu. Kami sudah sepakat, jadi, kau tidak perlu khawatir.” Ucap Ji Woo. Hyun Joo hanya bisa melonggo.
Ponsel Ji Woo  berdering, Ia pun sedikit menyingkir mengangkat telpnya. Ternyata Sekretaris Nam. Hyun Joo menatap dari kejauhan. Do Gyum memuji Do Gyum kalau Ji Woo sangat bisa dipercaya bahkan saat menyentuhnya tadi, ternyata Ji Woo punya otot yang sangat kua. Ia juga melihat Ji Woo yang pandai berkelahi.
“Ukurannya?” ucap Ji Woo lalu milik pada Hyun Joo. Hyun Joo yang mendengarnya panik karena berpikir kalau itu pasti tentang cincin lamaran
“Kurasa yang lebih kecil akan pas.” Ucap Ji Woo lalu mengucapkan Terima kasih. Do Gyum terus memuji Ji Woo yang memang terlihat keren sekali dan sangat bisa dipercaya.



Hyun Joo pulang ke rumah, menatap jarinya mengingat Ji Woo yang membahas Ukuran. Ia pun yakin kalauJi Woo  pasti membicarakan ukuran jari manisnya. Ia kembali mengingat taruhan Min Jung “Aku akan mempertaruhkan tas rancangan desainerku dan mengatakan bahwa dia akan segera melamarmu.”
“Ya. Dia baru membeli cincin itu untuk melamar pacarnya.” Kata pegawai memperlihatkan sepasang cincin.
“Aku akan menikah secepat mungkin. Aku yang memberitahunya bahwa aku ingin menikahimu lebih dahulu.” Ucap Ji Woo sebelumnya. Hyun Joo hanya bisa menjerit sambil menghela nafas panjang.

Hyun Joo terdiam dengan wajah kurang tidur hanya bisa tertunduk memberikan berkas. Ji Woo melihat Hyun Joo tidak terlihat sehat dan bertanya apakah sakit. Hyun Joo mengaku tidak bisa tidur belakangan ini. Ji Woo panik bertanya Kenapa? Apa  Kau mengkhawatirkan sesuatu?
“Ada pesta peluncuran malam ini. Mungkin aku hanya bersemangat, tapi aku tidak bisa tidur. Seharusnya aku tidak membuatmu khawatir, tapi aku gugup.” Ucap Hyun Joo
“Aku menyiapkan sesuatu yang istimewa hanya untukmu.” Kata Ji Woo dengan senyuman penuh arti.
“Kau menyiapkan sesuatu hanya untukku? Apa itu?” tanya Hyun Joo maki panik
“Kau akan tahu dalam empat jam.” Ucap Ji Woo dengan senyuman lebar. Saat itu Sek Nam masuk. Hyun Joo pun pamit keluar lalu panik saat melihat Sek Nam membawa majalah tertulis "Woman Condition, Rencana Pernikahan, Cara Memikatnya"


Sek Nam membrikan majalah memberitahu kalau Sebuah artikel tentang obat baru ada di sini. Hyun Joo tersenyum melihat bagian samping ada artikel "Obat Baru Farmasi Sunwoo Memberikan Harapan Untuk Pasangan Mandul"
“Ini kejutan yang kau minta. Aku mengganti ukurannya seperti yang kamu minta.” Ucap Sek Nam memberikan sebuah tas
“Terima kasih atas kerja kerasmu.” Ucap Ji Woo terlihat sangat puas dengan pekerjaan Sek Nam. 

Di dalam ruangan, Hyun Joo panik mengingat dengan majalah yang dibawa Sek Nam  "Woman Condition, Rencana Pernikahan, Cara Memikatnya" akhirnya ia mencari di komputer dan terlihat artikel "Kami perkenalkan proposal kejutan yang akan membawa kebahagiaan"
["Apa yang harus kau siapkan"? "Teman-teman yang akan mendukungku". "Cincin yang akan menggugah hatinya". "Lagu lamaran yang bagus".[
Di rumah Ji Woo, semua anggota tim sudah berkumpul. Ji Woo memakai jas rapih mengaku seharusnya tidak membuat HyunJoo  khawatir, tapi ia juga merasa gugup. Ia pun mengaku menyiapkan sesuatu yang istimewa hanya untuk Hyun Joo.
Ji Woo pun dengan percaya diri menyanyi untuk Hyun Joo didepan semua pegawainya. Hyun Joo hanya bisa terdiam melihat jalur bunga yang sudah disiapkan Ji Woo.
“Keinginanku adalah menikahimu. Aku mencintaimu, Sayangku.” Ucap Ji Woo berlutut memasang cincin untuk Hyun Joo.
“Astaga! Apa yang akan kulakukan? Apa yang harus kulakukan?” jerit Hyun Joo yang tersadar dari lamunanya. 


Nyonya Kim masuk ke kamarnya, Seo Yoon membawa minuman minuman milik ibunya. Nyonya Kim melihatnya bertanya apakah Seo Yoon ingin  membuang minumannya. Seo Yoon membenarkan. Nyonya Kim meminta agar segera mengembalikanya karena harus minum untuk tidur.
“Ibu tidak bisa tidur bahkan jika sudah minum. Ibu selalu bermimpi buruk dan bangun.” ucap Seo Yoon. Nyonya Kim  melihat sebuah boneka diatap.
“Saat masih kecil, aku sering bermimpi buruk, dan aku berlari menghampiri Ibu sambil menangis. Jadi, Ibu membuatkannya untukku. Ibu bilang jika aku memegangnya saat sedang tidur, aku tidak akan bermimpi buruk.” Ucap Seo Yoon.
“Apa Kau masih menyimpan ini?” tanya Nyonya Kim. Seo Yoon membenarkan.
“Ibu... Aku paling menyayangi Ibu di dunia ini, tapi apa Ibu tidak merasakan hal yang sama?” ucap Seo Yoon duduk di depan ibunya. Nyonya Kim tak mengerti ucapan anaknya.
“Ibu juga paling menyayangimu. Tidak ada yang lebih berharga bagi orang tua daripada anak mereka.” Kata Nyonya Kim
“Kalau begitu, demi aku, bisakah Ibu melupakan dan memaafkan semuanya?” ucap Seo Yoon tak bisa menahan tangisnya.
“Itu pasti sulit bagi Ibu.” Kata Nyonya Kim. Seo Yoon tahu menurutnya Sekarang lebih sulit.
“Ibu hanya mengonsumsi obat tidur dan minum minol. Aku sangat khawatir hal buruk akan menimpa Ibu. Hanya Ibu yang kumiliki.” Ucap Seo Yoon. Nyonya Kim memeluk anaknya dengan mata berkaca-kaca meminta agar Jangan menangis.
“Ibu akan menuruti perkataanmu. Ibu akan melupakan semuanya dan meminta maaf.” Ucap Nyonya Kim. 



Min Jung, Hyun Joo dan Do Gyum akan pergi ke rumah Ji Woo. Min Jung berkomentar Rumah Ji Woo itu terlihat keren sekali dan Bangunannya bagus sekali. Ia pun ingin tahu meeka ada di lingkungan mana dan ingin pindah ke sini.
“Aku yakin akan ada banyak makanan lezat, bukan? Aku akan makan banyak. Aku akan makan banyak sekali.” ucap Min Jung bersemangat dan ingin menekan bel
“Tunggu... Aku akan masuk nanti, jadi, masuklah lebih dahulu.” Ucap Hyun Joo panik. Do Gyum bingung bertanya Nanti? Kapan?
“Kapan-kapan tahun depan?” kata Hyun Joo panik. J Woo heran Bagaimana bisa Hyun Joo yang melewatkan pesta peluncurannya.
“Apa ada masalah?” tanya Min Jung binggung. Hyun Joo mengaku bukan seperti itu dan akhirnya berbisik kalau merasa hari ini.
“Lamarannya?” kata Min Jung kaget. Hyun Joo ragu tapi merasa yakin seperti itu. Do Gyum pun ikut kaget.
“Katanya dia menyiapkan hadiah kejutan.” Kata Hyun Joo. Ji Woo dengan sengaja menekan bel. Dan akhirnya Min Jung menarik Hyun Joo masuk ke dalam rumah menurutnya agar mencari tahu karena mungkin salah. 

Hyun Joo gugup masuk ke dalam rumah, Min Jung pun memberitahu kalau Hyun Joo akhirnya datang. Ji Woo senang melihat Hyun Joo datang dan menurutnya Karena semuanya sudah datang mengajak mereka segera bersulang.
“Terima kasih... Terima kasih atas kerja keras kalian. Kuharap Webtun Sunwoo bisa terus berkembang, dan aku ingin berbagi semua kebahagiaan hari ini dengan kalian semua dan Nona Seo Hyun Joo. Untuk Webtun Sunwoo. Bersulang.” Kata Ji Woo. Semua pun mengangkat gelas dan mulai minum. Hyun Joo makin panik.
“Ada satu lagi yang ingin kusampaikan kepada semua orang. Nona Seo Hyun Joo. Semua orang memiliki momen yang sudah lama mereka impikan. Aku ingin menghadiahkan orang yang kusayangi dengan momen itu di sini.” Ungkap Ji Woo, Min Jung yang mendengarnya tak bisa menutupi rasa bahagia.
“Ini mungkin bukan jalan yang mudah, tapi aku ingin berada di sisimu dan mendukungmu.” Ucap Ji Woo
“Tidak. Aku tidak bisa menerima cincinnya.  Tapi Pak Hwang akan terluka jika aku menolaknya.” Gumam Hyun Joo panik
“Hadiah yang kusiapkan untukmu...” ucap Ji Woo mengeluarkan sebuah tas.
“Lebih baik aku bersikap seperti orang gila daripada membiarkannya.” Gumam Hyun Joo
Hyun Joo langsung mengambil tas Ji Woo dan bergegas pergi keluar rumah. Semua orang bingung, Ji Woo pun akhirnya mengejar Hyun Joo yang terlihat panik. Do Gyum akan mengejarnya tapi Min Jung menahanya karena ada cincin didalam tasnya. 


Ji Woo mengejar Hyun Joo sampai ke depan rumah mengajak untuk bicara. Hyun Joo yang terburu-buru pun akhirnya terjatuh. Ji Woo akhirnya mendekati Hyun Joo memastikan kalau baik-baik saja dan ingin tahu Apa yang terjadi.
“Aku melakukannya karena aku bingung. Aku tidak tahu cara menjawabnya.” Akui Hyun Joo
“Apa Kau sudah tahu?” tanya Ji Woo. Hyun Joo mengaku sudah tahu da mengaku Bukannya tidak tahu bagaimana perasaan Ji Woo tapi Ia merasa tidak bisa menerimanya.
“Bukankah sudah waktunya memikirkannya lagi?” kata Ji Woo. Hyun Joo menegaskan Berapa kali pun sudah memikirkannya, itu tetap sama.
“Percayalah kepadaku dan pikirkan lagi. Kau bisa menjadi seniman hebat.” Ucap Ji Woo
“Sudah kubilang. Aku tidak berniat menjadi seniman! Apa? Seniman?” ucap Hyun Joo tersadar dan melihat isi tas sebuah  buku berjudul "Haruskah Kita Tidak Menikah? Ditulis dan ilustrasi oleh Seo Hyun Joo"

Flash Back
Ji Woo melihat buku yang dipesan pada Sek Nam dengan senyuman. Sek Nam bertanya apakah Ji Woo akan memberitahunya hari ini. Ji Woo membenarkan kalau ingin memberinya tawaran untuk terbitkan webtoonnya di pesta.
“Tidakkah menurutmu dia bisa memberanikan diri setelah melihat apa yang dia gambar?” ucap Sek Nam
“Nona Seo akan sangat bahagia.” Kata Sek Nam. Ji Woo pun sangat senang melihat buku "Haruskah Kita Tidak Menikah?"

Hyun Joo akhirnya duduk memegang buku, lalu meminta maaf karena mengira Ji Woo yang ingin melamarnya.  Ji Woo mengaku Tidak apa-apa karena setelah mendengar penjelasan Hyun Joo   bisa tahu kenapa Hyun Joo bisa salah menduga.
“Cincin, artikel itu, dan acara kejutan. Yang kubeli hari itu adalah ini. Apa Kau tidak keberatan dengan cincin pasangan?” kata Ji Woo memperlihatkan cincin pasangan. Hyun Joo pun membiarkan Ji Woo memasangkan pada jari manisnya.
“Apa Kau menyukainya?” tanya Ji Woo. Hyun Joo melihat cincin yang Cantik sekali. Ji Woo pun memasangkan cincin di jarinya sendiri.
“Aku ingin kau mempertimbangkan menjadi seniman webtun dengan pandangan positif.” Jelas Ji Woo. Hyun Joo pun yakin dengan hal itu
“Apa Kau kecewa hari ini  Berapa banyak orang yang kabur karena mereka pikir orang yang mereka cintai melamar mereka?” ucap Hyun Joo
“Kau melakukan itu agar aku tidak malu di depan orang-orang. Aku bersyukur untuk itu. Namun, aku agak kecewa. Tapi aku tahu kau menentang pernikahan.” Ucap Ji Woo
“Tapi kau tidak.” Ucap Hyun Joo. Ji Woo mengaku ingin membuat Hyun Joo bahagia di kehidupan ini.
“Jika kau memilih tidak menikah karena kehidupan masa lalumu, aku ingin membantu memperbaiki bekas luka itu. Aku tidak memintamu untuk segera menikah denganku. Aku bisa menunggu. Aku bisa menunggu sampai hari kamu berubah pikiran, entah itu 10 atau 20 tahun.” Ucap Ji Woo yakin
“Bagaimana jika... Bagaimana jika selama apa pun waktu telah berlalu, pikiranku tidak berubah? Jika kamu menunggu seumur hidup, tapi pikiranku tidak berubah? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Hyun Joo. Ji Woo hanya bisa terdiam.
Bersambung ke Episode 31

 Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar