PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hyun Joo
dkk berjalan bersama, Min Jung merasa sudah lama atidak berbelanja, dan merasa darahnya
mengalir lagi. Hyun Joo mengeluh kalau Min Jung membeli tas itu dua hari lalu
lalu bertanya pada Yeong Eun apakah suka
pakaian itu
“Ini
bukan gayaku tapi kau bilang ini akan membuat kencanku berjalan lancar, jadi,
aku harus memercayaimu.” Kata Yeong Eun
“Hyun Joo.
Bukankah itu pacarmu?” kata Jin Ah melihat Ji Woo keluar dari toko perhiasan.
Hyun Joo membenarkan dan akan memanggilnya. Min Jung menahanya.
“Kau gila.
Kau bisa melihat dia merencanakan kejutan. Bagaimana jika kamu merusaknya?”
ucap Min Jung. Hyun Joo bingung apa maksudnya Kejutan.
“Hyun Jo.
Tempat itu Tippan. Menurutmu apa yang dia beli di sana? Panci antikarat?” kata
Min Jung
“Menurutmu
itu cincin untuk melamar?” ucap Jin Ah. Min Jung pun mengajak agar mereka
bertanya. Hyun Joo heran apa yang harus mereka tanyakan.
“Bagaimana
menurutmu? Apa Kau tidak ingin tahu seperti apa cincinnya?”kata Min Jung. Tiga
temanya pun mengajak Hyun Joo segera masuk ke dalam toko.
Mereka
akhirnya bertemu dengan pegawai pria mengaku datang untuk melihat cincin. Si
pegawai pria pun bertanya Cincin apa
yang diinginkan. Min Jung mengatakan Cincin yang sama dengan pria yang baru
saja pergi dan membelinya. Si pegawai terlihat bingung.
“Dia
tinggi dan tampan. Dan dia memakai jas. Bukankah dia membeli cincin?” ucap Min
Jung penasaran
“Begitu
rupanya. Ya. Tolong tunggu.” Ucap si pegawai mengeluarkan sepasang cincin.
Mereka
hanya bisa melonggo melihat jumlah angka nol dibelakangnya dan yakin kalau itu
cincin lamaran. Pegawai membenarkan kalau pria tadi baru membeli cincin itu
untuk melamar pacarnya dan menawarkan untuk mencobanya.
“Maafkan
aku. Aku akan kembali.” ucap Hyun Joo panik bergegas keluar dari toko.
Semenatara tiga temanya sibuk untuk mencoba cincin yang harganya sangat mahal.
Hyun Joo
menelp Ji Woo dengan wajah gugup. Ji Woo mengangkatnya. Hyun Joo menanyakan
keberadaan Ji Woo. Ji Woo engaku akan beres-beres di kantor dan akan segera
menjemput Pak Park.
“Apa kau membeli...”
ucap Hyun Joo gugup. Ji Woo mengaku tak mendengar ucapan Hyun Joo.
“Kau...
Kau harus bersenang-senang hari ini.” Kata Hyun Joo mencoba untuk mengalihkan
pembicaraan.
“Jangan
khawatir. Aku akan meneleponmu begitu tiba.” Ucap Ji Woo. Hyun Joo mengerti dan
langsung menutup dengan wajah panik
“Dia
mungkin tidak menginginkan ucapan selamat kita, bukan?” kata Ji Ah. Min Jung
pikir tidak.
“Sulit
untuk menikah, tapi tetap melajang lebih sulit.” Ucap Yeong Eun.
Nyonya
Jung duduk disebuh ruangan, Hyun Joo menelp dengan nada panik menelp ibunya
memberitahu kalau mungkin akan menikah. Nyonya Jung langsung tersenyum bahagia.
Hyun Joo mengeluh kalau ada masalah. Nyonya Jung melihat seseorang masuk
ruangan dan langsung menutup telp anaknya dan akan melanjutkan lain kali.
“Aku ibu
Hwang Ji Woo... Senang bertemu denganmu. Putraku bilang dia ingin menikahi
putrimu. Apa Kau tahu soal ini?” kata Ibu Ji Woo
“Aku baru
dengar.”akui Nyonya Jung tersenyum bahagia. Ibu Ji Woo mengaku tidak akan
memperpanjang masalah ini.
“Aku
tidak mau pertunangan ini terus berlanjut. Aku memasukkan lima yang besar. Kau
pasti akan merasa itu cukup.” Kata Ibu Ji Woo memberikan sebuah amplop. Nyonya
Jung melihat isinya lima lembar daun perlia.
Hyun Joo
datang dengan Ji Woo ke dalam ruangan. Ji Woo mengeluh ibunya yang melakukan ini dan Menurutnya daun perilla tak
bisa menyelesaikan semuanya. Ibu Ji Woo mengumpat anaknya itu anak bodoh karena tergila-gila dengan gadis
ini.
“Beraninya
kau membentak ibu?” kata Ibu Ji Woo marah. Ji Woo memeluk Hyun Joo merasa yakin
ibunya tahu betapa berartinya dia baginya.
“Dia
penyelamat yang menyelamatkanku saat aku merasa sangat hampa.” Kata Ji Woo.
“Kau
kasar sekali!” teriak Ibu Ji Woo. Hyun Joo meminta Ji Woo untuk berhenti
melawan ibunya.
“Aku akan
menjadi menantu yang baik. Tolong jangan terlalu keras kepada cintaku.” Ucap
Hyun Joo memohon sambil berlutu. Ji Woo tak percaya melihat sikap Hyun Joo
“Apa?
Cintamu? Dasar penyihir jahat. Jangan ikut campur. Beraninya kamu.” Ucap Ibu Ji
Woo akan menampar Hyun Joo tapi Nyonya Seo menahanya.
“Beraninya
kau hendak menampar putriku?” kata Nyonya Seo. Ibu Hji Woo langsung mengejek
Nyonya Seo itu wanita tidak berkelas.
“Kau
bilang "Tidak berkelas"? Aku lulusan S1!” teriak Nyonya Seo akhirnya
mereka saling menjambak rambut.
Tuan Jung
mengeluh kesakitan meminta Nyonya Seo agar melepaskan tanganya dari rambutnya.
Nyonya Seo yang sedang bermimpi akhirnya terbangun. Tuan Jung mengeluh istrinya itu bermimpi apa? Kenapa
tiba-tiba menjambak rambutnya.
“Sayang,
aku tidak bisa merestui pernikahan ini.” Kata Nyonya Seo. Tuan Jung bingung Pernikahan
apa?
“Apa Hyun
Joo dan Pak Hwang akan bertunangan?” kata Tuan Jung sambil merapihkan rambutnya
yang berantakan.
“Sayang,
kita harus pertimbangkan pernikahannya dengan Pak Hwang.” Ucap Nyonya Seo.
“Jadi,Apa
dia bilang akan menikahinya? Astaga.” Ucap Tuan Jung. Nyonya Seo panik meminta
agar Jangan terburu-buru lalu mengambil botol vitamin dan tertulis "Vitamin
C Sun Woo” Ia pun kesal langsung membuang botonya. Tuan Jung melihat sikap
istrinya kalau marah karena mimpinya.
Ji Woo
dan Do Gyum berjalan bersama, Do Gyum berkomentar Tempat ini tampak mahal. Ji Woo menegaskan
kalau akan memperkenalka pada Do Gyum pada sebotol anggur kuno hari ini. Ini
satu-satunya botol yang bisa ditemukan di Korea.
“Apa ini "Sedang
direnovasi"? kata Do Gyum. Ji Woo melonggo bingung dan melihat tertulis
dipapan "Sedang Direnovasi, mohon
maaf atas ketidaknyamanan ini"
“Tunggu.
Tempat ini baru buka dan beroperasi beberapa hari lalu.” Kata Ji Woo bingung
“Astaga.
Butuh lebih dari satu jam untuk sampai ke sini. Kurasa tidak ada pilihan lain.
Ayo pergi saja.” Kata Do Gyum tersenyum bahagia.
Jin Woo
mengikuti Do Gyum berjalan mengajak untuk
minum lain kali. Do Gyum pikir tidak akan lowong hari itu dan melihat
bar kaki lima di jalan tadi jadi mengajak untuk minum soju di sana. Ji Woo
mengaku Biasanya idak minum di bar kaki lima.
“Jika
kita tidak berkumpul, Hyun Joo akan kecewa. Mari kita cepat selesaikan saja.”
Kata Do Gyum
“Kau
bilang "Cepat selesaikan"? Tentu. Mari kita lakukan itu. Saling
menghabiskan waktu dengan orang yang tidak akrab tidak akan baik bagi kita
berdua.” Ucap Ji Woo dengan nada menyindir. Do Gyum mendengarnya berpikir Ji
Woo baru saja memarahinya.
Hyun Joo
mengambar di atas buku gambarnya, terlihat bentuk cincin seperti cincin
lamaran. Ia lalu mengeluh karena Ji Woo yang
akan menelepon setelah tiba tapi belum menelepon juga. Akhirnya keduanya pun minum di warung tenda.
“Tapi
tetap saja. Kita datang untuk saling mengenal sambil minum.” Ucap Do Gyum akan
menuangkan soju lagi.
“Aku
belum menghabiskan minumanku.” Ucap Ji Woo menolak untuk menambahnya.
“Kenapa
kau tidak mencobanya?” ucap Do Gyum. Ji Woo pikir seperti itu dan mencoba
menatap Do Gyum tapi tak bisa berkata-kata.
“Jujur
saja, aku tidak tahu cara memperlakukanmu.” Akui Ji Woo sambil meminum soju
“Jika itu
artinya kau tidak nyaman di dekatku, aku juga merasa begitu.” Kata Do Gyum
“ Apa Kau
masih dendam kepadaku?” tanya Ji Woo. Do
Gyum mengaku tidak akan menyebutnya dendam.
“Aku akan
jujur kepadamu. Aku tidak menyukaimu sebagai pacar Hyun Joo.” akui Do Gyum
“Bukan
hanya aku. Bahkan saat seorang pria sempurna memacarinya, kau tidak akan menyukai
pria itu.” Kata Ji Woo
“Itu
mungkin benar. Omong-omong, kurasa kita tidak bisa akur.” Ungkap Do Gyum. Ji
Woo pikir seperti itu.
“Kini, akhirnya
kita menyetujui sesuatu. Kurasa tidak memaksakan diri menjadi teman baik adalah
cara yang tepat.” Ucap Ji Woo
“Ya. Mari
kita menjaga jarak seperti sebelumnya.” Ucap Do Gyum dan mereka mulai minum.
Tiba-tiba
seorang pria yang mabuk menabrak Do Gyum yang sedang duduk.Si pria langsung
marah menyindir Do Gyumm menyewa tempat ini karena menghalangi jalanya dan
meminta agar segera minggir. Do Gyum
mengeluh kalau tidak menghalanginya.
“Kau yang
memukul bahuku saat berjalan melewatiku.” Kata Do Gyum marah. Ji Woo yang
mendengarnya meminta agar bisa berhenti.
“Kenapa
aku harus berhenti? Aku tidak memulai ini.” Ucap Do Gyum marah. Teman si pria
pun mengeluh pada suara ribut-ribut.
“Bedebah
ini menghalangiku. Kini, dia bicara kasar kepadaku.. Hei.. Kau jauh lebih muda
dariku.” Ucap si pria. Ji Woo menaha Do Gyum agar bisa menahan diri.
“Kau yang
pertama bersikap kasar.” Ucap Do Gyum akhirnya berdiri. Si prai pun melihat Do
Gyumtinggi dan berbahu lebar.
“Biarkan
aku memukulmu. Berengsek!” teriak si pria. Do Gyum akan membalasnya , tapi Ji
Woo lebih dulu menahanya dan langsung memberikan pukulanya.
“Kenapa
kau bertengkar dengannya padahal dia tidak melakukan apa pun? Hei, apa
masalahmu?” ucap Ji Woo marah. Do Gyum melonggo melihatnya,akhirnya keduanya
berkelahi dengan pria-pria dalam warung tenda.
Hyun Joo
datang ke kantor polisi melihat Do Gyum dan Ji Woo bertanya Apa yang terjadi.
Do Gyum meminta maaf. Hyun Joo mengomel
karena mereka bilang sedang minum dan bersenang-senang, tapi keduanya berakhir
di kantor polisi setelah bertengkar.
“Hyun
Joo. Kurasa kamu salah. Kami berdua tidak bertengkar. Kami bertengkar dengan
orang-orang itu.” Kata Ji Woo. Hyun Joo melonggo melihat tiga pria lain yang
sudah babak belur.
“Jadi,
kamu dan Do Gyum berada di pihak yang sama?” ucap Hyun Joo tak percaya
“Aku
sangat tersentuh oleh Ji Woo.” Ucap Do Gyum memanggilnya Hyung. Hyun Joo tak
percaya Do Gyum memanggil Hyung.
“Dia
bertengkar dengan mereka untuk melindungiku.” Ucap Do Gyum memeluk Ji Woo
“Tidak.
Aku memperburuk situasi dan membuat Do Gyum menderita.” Kata Ji Woo. Hyun Joo
tak percaya Ji Woo memanggilnya adik.
“Kami
memutuskan saling memanggil dengan nama depan. Bagaimana menurutmu?” ucap Do
Gyum. Ji Woo pikir itu baik
“Ji Woo,
ada goresan di sini. Kamu tidak boleh mendapatkan bekas luka di wajah tampanmu.”
Ucap Do Gyum perhatian. Hyun Joo yang melihat keduanya hanya bisa melonggo.
“Kau
lebih tampan dariku, tapi kamu... Apa itu memar?” ucap Ji Woo dan ingin memukul
Para bedebah itu. Do Gyum menahan Ji Woo mengakuTidak apa-apa.
“Hyun Joo.
Kami akan menulis pernyataan dan makan tahu dan kimchi. Aa Kau mau bergabung
dengan kami? Kudengar jika kamu pergi ke kantor polisi, maa kau harus makan
tahu setelah itu. Kami sudah sepakat, jadi, kau tidak perlu khawatir.” Ucap Ji
Woo. Hyun Joo hanya bisa melonggo.
Ponsel Ji
Woo berdering, Ia pun sedikit menyingkir
mengangkat telpnya. Ternyata Sekretaris Nam. Hyun Joo menatap dari kejauhan. Do
Gyum memuji Do Gyum kalau Ji Woo sangat bisa dipercaya bahkan saat menyentuhnya
tadi, ternyata Ji Woo punya otot yang sangat kua. Ia juga melihat Ji Woo yang
pandai berkelahi.
“Ukurannya?”
ucap Ji Woo lalu milik pada Hyun Joo. Hyun Joo yang mendengarnya panik karena
berpikir kalau itu pasti tentang cincin lamaran
“Kurasa
yang lebih kecil akan pas.” Ucap Ji Woo lalu mengucapkan Terima kasih. Do Gyum
terus memuji Ji Woo yang memang terlihat keren sekali dan sangat bisa
dipercaya.
Hyun Joo
pulang ke rumah, menatap jarinya mengingat Ji Woo yang membahas Ukuran. Ia pun
yakin kalauJi Woo pasti membicarakan
ukuran jari manisnya. Ia kembali mengingat taruhan Min Jung “Aku akan
mempertaruhkan tas rancangan desainerku dan mengatakan bahwa dia akan segera
melamarmu.”
“Ya. Dia
baru membeli cincin itu untuk melamar pacarnya.” Kata pegawai memperlihatkan
sepasang cincin.
“Aku akan
menikah secepat mungkin. Aku yang memberitahunya bahwa aku ingin menikahimu
lebih dahulu.” Ucap Ji Woo sebelumnya. Hyun Joo hanya bisa menjerit sambil
menghela nafas panjang.
Hyun Joo
terdiam dengan wajah kurang tidur hanya bisa tertunduk memberikan berkas. Ji
Woo melihat Hyun Joo tidak terlihat sehat dan bertanya apakah sakit. Hyun Joo
mengaku tidak bisa tidur belakangan ini. Ji Woo panik bertanya Kenapa? Apa Kau mengkhawatirkan sesuatu?
“Ada
pesta peluncuran malam ini. Mungkin aku hanya bersemangat, tapi aku tidak bisa
tidur. Seharusnya aku tidak membuatmu khawatir, tapi aku gugup.” Ucap Hyun Joo
“Aku
menyiapkan sesuatu yang istimewa hanya untukmu.” Kata Ji Woo dengan senyuman
penuh arti.
“Kau
menyiapkan sesuatu hanya untukku? Apa itu?” tanya Hyun Joo maki panik
“Kau akan
tahu dalam empat jam.” Ucap Ji Woo dengan senyuman lebar. Saat itu Sek Nam
masuk. Hyun Joo pun pamit keluar lalu panik saat melihat Sek Nam membawa
majalah tertulis "Woman Condition, Rencana Pernikahan, Cara
Memikatnya"
Sek Nam
membrikan majalah memberitahu kalau Sebuah artikel tentang obat baru ada di
sini. Hyun Joo tersenyum melihat bagian samping ada artikel "Obat Baru
Farmasi Sunwoo Memberikan Harapan Untuk Pasangan Mandul"
“Ini
kejutan yang kau minta. Aku mengganti ukurannya seperti yang kamu minta.” Ucap
Sek Nam memberikan sebuah tas
“Terima
kasih atas kerja kerasmu.” Ucap Ji Woo terlihat sangat puas dengan pekerjaan
Sek Nam.
Di dalam
ruangan, Hyun Joo panik mengingat dengan majalah yang dibawa Sek Nam "Woman Condition, Rencana Pernikahan,
Cara Memikatnya" akhirnya ia mencari di komputer dan terlihat artikel "Kami
perkenalkan proposal kejutan yang akan membawa kebahagiaan"
["Apa
yang harus kau siapkan"? "Teman-teman yang akan mendukungku". "Cincin
yang akan menggugah hatinya". "Lagu lamaran yang bagus".[
Di rumah
Ji Woo, semua anggota tim sudah berkumpul. Ji Woo memakai jas rapih mengaku seharusnya
tidak membuat HyunJoo khawatir, tapi ia
juga merasa gugup. Ia pun mengaku menyiapkan sesuatu yang istimewa hanya untuk
Hyun Joo.
Ji Woo
pun dengan percaya diri menyanyi untuk Hyun Joo didepan semua pegawainya. Hyun
Joo hanya bisa terdiam melihat jalur bunga yang sudah disiapkan Ji Woo.
“Keinginanku
adalah menikahimu. Aku mencintaimu, Sayangku.” Ucap Ji Woo berlutut memasang
cincin untuk Hyun Joo.
“Astaga!
Apa yang akan kulakukan? Apa yang harus kulakukan?” jerit Hyun Joo yang
tersadar dari lamunanya.
Nyonya
Kim masuk ke kamarnya, Seo Yoon membawa minuman minuman milik ibunya. Nyonya
Kim melihatnya bertanya apakah Seo Yoon ingin
membuang minumannya. Seo Yoon membenarkan. Nyonya Kim meminta agar
segera mengembalikanya karena harus minum untuk tidur.
“Ibu
tidak bisa tidur bahkan jika sudah minum. Ibu selalu bermimpi buruk dan bangun.”
ucap Seo Yoon. Nyonya Kim melihat sebuah
boneka diatap.
“Saat
masih kecil, aku sering bermimpi buruk, dan aku berlari menghampiri Ibu sambil
menangis. Jadi, Ibu membuatkannya untukku. Ibu bilang jika aku memegangnya saat
sedang tidur, aku tidak akan bermimpi buruk.” Ucap Seo Yoon.
“Apa Kau
masih menyimpan ini?” tanya Nyonya Kim. Seo Yoon membenarkan.
“Ibu... Aku
paling menyayangi Ibu di dunia ini, tapi apa Ibu tidak merasakan hal yang sama?”
ucap Seo Yoon duduk di depan ibunya. Nyonya Kim tak mengerti ucapan anaknya.
“Ibu juga
paling menyayangimu. Tidak ada yang lebih berharga bagi orang tua daripada anak
mereka.” Kata Nyonya Kim
“Kalau
begitu, demi aku, bisakah Ibu melupakan dan memaafkan semuanya?” ucap Seo Yoon
tak bisa menahan tangisnya.
“Itu
pasti sulit bagi Ibu.” Kata Nyonya Kim. Seo Yoon tahu menurutnya Sekarang lebih
sulit.
“Ibu
hanya mengonsumsi obat tidur dan minum minol. Aku sangat khawatir hal buruk
akan menimpa Ibu. Hanya Ibu yang kumiliki.” Ucap Seo Yoon. Nyonya Kim memeluk
anaknya dengan mata berkaca-kaca meminta agar Jangan menangis.
“Ibu akan
menuruti perkataanmu. Ibu akan melupakan semuanya dan meminta maaf.” Ucap
Nyonya Kim.
Min Jung,
Hyun Joo dan Do Gyum akan pergi ke rumah Ji Woo. Min Jung berkomentar Rumah Ji
Woo itu terlihat keren sekali dan Bangunannya bagus sekali. Ia pun ingin tahu
meeka ada di lingkungan mana dan ingin pindah ke sini.
“Aku
yakin akan ada banyak makanan lezat, bukan? Aku akan makan banyak. Aku akan
makan banyak sekali.” ucap Min Jung bersemangat dan ingin menekan bel
“Tunggu...
Aku akan masuk nanti, jadi, masuklah lebih dahulu.” Ucap Hyun Joo panik. Do
Gyum bingung bertanya Nanti? Kapan?
“Kapan-kapan
tahun depan?” kata Hyun Joo panik. J Woo heran Bagaimana bisa Hyun Joo yang
melewatkan pesta peluncurannya.
“Apa ada
masalah?” tanya Min Jung binggung. Hyun Joo mengaku bukan seperti itu dan
akhirnya berbisik kalau merasa hari ini.
“Lamarannya?”
kata Min Jung kaget. Hyun Joo ragu tapi merasa yakin seperti itu. Do Gyum pun
ikut kaget.
“Katanya
dia menyiapkan hadiah kejutan.” Kata Hyun Joo. Ji Woo dengan sengaja menekan
bel. Dan akhirnya Min Jung menarik Hyun Joo masuk ke dalam rumah menurutnya
agar mencari tahu karena mungkin salah.
Hyun Joo
gugup masuk ke dalam rumah, Min Jung pun memberitahu kalau Hyun Joo akhirnya
datang. Ji Woo senang melihat Hyun Joo datang dan menurutnya Karena semuanya
sudah datang mengajak mereka segera bersulang.
“Terima
kasih... Terima kasih atas kerja keras kalian. Kuharap Webtun Sunwoo bisa terus
berkembang, dan aku ingin berbagi semua kebahagiaan hari ini dengan kalian
semua dan Nona Seo Hyun Joo. Untuk Webtun Sunwoo. Bersulang.” Kata Ji Woo.
Semua pun mengangkat gelas dan mulai minum. Hyun Joo makin panik.
“Ada satu
lagi yang ingin kusampaikan kepada semua orang. Nona Seo Hyun Joo. Semua orang
memiliki momen yang sudah lama mereka impikan. Aku ingin menghadiahkan orang
yang kusayangi dengan momen itu di sini.” Ungkap Ji Woo, Min Jung yang
mendengarnya tak bisa menutupi rasa bahagia.
“Ini mungkin
bukan jalan yang mudah, tapi aku ingin berada di sisimu dan mendukungmu.” Ucap
Ji Woo
“Tidak.
Aku tidak bisa menerima cincinnya. Tapi
Pak Hwang akan terluka jika aku menolaknya.” Gumam Hyun Joo panik
“Hadiah
yang kusiapkan untukmu...” ucap Ji Woo mengeluarkan sebuah tas.
“Lebih
baik aku bersikap seperti orang gila daripada membiarkannya.” Gumam Hyun Joo
Hyun Joo
langsung mengambil tas Ji Woo dan bergegas pergi keluar rumah. Semua orang
bingung, Ji Woo pun akhirnya mengejar Hyun Joo yang terlihat panik. Do Gyum
akan mengejarnya tapi Min Jung menahanya karena ada cincin didalam tasnya.
Ji Woo
mengejar Hyun Joo sampai ke depan rumah mengajak untuk bicara. Hyun Joo yang
terburu-buru pun akhirnya terjatuh. Ji Woo akhirnya mendekati Hyun Joo
memastikan kalau baik-baik saja dan ingin tahu Apa yang terjadi.
“Aku melakukannya
karena aku bingung. Aku tidak tahu cara menjawabnya.” Akui Hyun Joo
“Apa Kau
sudah tahu?” tanya Ji Woo. Hyun Joo mengaku sudah tahu da mengaku Bukannya tidak
tahu bagaimana perasaan Ji Woo tapi Ia merasa tidak bisa menerimanya.
“Bukankah
sudah waktunya memikirkannya lagi?” kata Ji Woo. Hyun Joo menegaskan Berapa
kali pun sudah memikirkannya, itu tetap sama.
“Percayalah
kepadaku dan pikirkan lagi. Kau bisa menjadi seniman hebat.” Ucap Ji Woo
“Sudah
kubilang. Aku tidak berniat menjadi seniman! Apa? Seniman?” ucap Hyun Joo
tersadar dan melihat isi tas sebuah buku
berjudul "Haruskah Kita Tidak Menikah? Ditulis dan ilustrasi oleh Seo Hyun
Joo"
Flash Back
Ji Woo
melihat buku yang dipesan pada Sek Nam dengan senyuman. Sek Nam bertanya apakah
Ji Woo akan memberitahunya hari ini. Ji Woo membenarkan kalau ingin memberinya
tawaran untuk terbitkan webtoonnya di pesta.
“Tidakkah
menurutmu dia bisa memberanikan diri setelah melihat apa yang dia gambar?” ucap
Sek Nam
“Nona Seo
akan sangat bahagia.” Kata Sek Nam. Ji Woo pun sangat senang melihat buku "Haruskah
Kita Tidak Menikah?"
Hyun Joo
akhirnya duduk memegang buku, lalu meminta maaf karena mengira Ji Woo yang
ingin melamarnya. Ji Woo mengaku Tidak
apa-apa karena setelah mendengar penjelasan Hyun Joo bisa tahu kenapa Hyun Joo bisa salah menduga.
“Cincin,
artikel itu, dan acara kejutan. Yang kubeli hari itu adalah ini. Apa Kau tidak
keberatan dengan cincin pasangan?” kata Ji Woo memperlihatkan cincin pasangan.
Hyun Joo pun membiarkan Ji Woo memasangkan pada jari manisnya.
“Apa Kau
menyukainya?” tanya Ji Woo. Hyun Joo melihat cincin yang Cantik sekali. Ji Woo
pun memasangkan cincin di jarinya sendiri.
“Aku
ingin kau mempertimbangkan menjadi seniman webtun dengan pandangan positif.”
Jelas Ji Woo. Hyun Joo pun yakin dengan hal itu
“Apa Kau kecewa
hari ini Berapa banyak orang yang kabur
karena mereka pikir orang yang mereka cintai melamar mereka?” ucap Hyun Joo
“Kau
melakukan itu agar aku tidak malu di depan orang-orang. Aku bersyukur untuk
itu. Namun, aku agak kecewa. Tapi aku tahu kau menentang pernikahan.” Ucap Ji
Woo
“Tapi kau
tidak.” Ucap Hyun Joo. Ji Woo mengaku ingin membuat Hyun Joo bahagia di
kehidupan ini.
“Jika kau
memilih tidak menikah karena kehidupan masa lalumu, aku ingin membantu
memperbaiki bekas luka itu. Aku tidak memintamu untuk segera menikah denganku.
Aku bisa menunggu. Aku bisa menunggu sampai hari kamu berubah pikiran, entah
itu 10 atau 20 tahun.” Ucap Ji Woo yakin
“Bagaimana
jika... Bagaimana jika selama apa pun waktu telah berlalu, pikiranku tidak berubah?
Jika kamu menunggu seumur hidup, tapi pikiranku tidak berubah? Apa yang akan kau
lakukan?” tanya Hyun Joo. Ji Woo hanya bisa terdiam.
Bersambung
ke Episode 31
Cek My Wattpad... ExGirlFriend
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar