PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Jun
pun menahan air matanya, lalu masuk ke sebuah toko sandwich dan bertanya apakah
temanya mengganti jam kerjanya dan menyapa kalau sudah lama tak bertemu. Si
pria mengeluh kalau Hye Jun saja yang terima pesanan. Hye Jun bingung memangnya
kenapa.
“Coba
Lihat sebelah sana.” Kata si pegawai kesal. Akhirnya Hye Jun pun mendekati
counter dan menyapa pelanganya.
“Kau akan
melakukan apa?” tanya Si wanita. Hye Jun menjawab menerima pesanan. Para wanita
pun langsung berebutan untuk dilayani.
“Tolong
rekomendasikan untukku.” Kata si wanita. Hye Jun pun menawarkan apakah suka
Italian BMT. Si wanita menganguk. Hye Jun langsung membuatnya.
Di rumah,
Nyonya Kim melihat majalah mengeluh kalau
selalu terlihat sama dan Tak ada yang lebih baik dari musim sebelumnya.
Nyonya Han Ae Suk membawakan vas bunga lalu menaruhnya diatas meja makan.
Nyonya Kim mengeluh kalau Bunga dahlia itu terlalu panjang jadi menyuruh agar
memotong sedikit.
“Padahal
terlihat cantik karena panjang.” Gumam Nyonya Han dan akhirnya menganguk
mengerti.
“Aku lupa
memberikanmu sesuatu. Ada yang harus dicuci.” Kata Nyonya Km. Nyonya Kim
memberitahu kalau sudah ganti baju.
“Apa kau
tak menyadarinya?” tanya Nyonya Han. Nyonya Kim mengeluh di dalam hati kalau
pasti tak tahu Nyonya Han sudah ganti baju
“Apa Maksudnya,
dia sudah selesai bekerja?” gumam Nyonya Kim sinis dan memberitahu kalau mencuci
baju tak akan memakan waktu lama.
“Hari ini
aku harus pulang lebih cepat.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim bertanya apakah
Nyonya Han bisa melakukannya
“Aku akan
lakukan lain kali. Ada acara untuk merayakan hari pertama anak sulungku masuk
kerja. Para tetangga diundang. Aku harus pergi belanja.” Ucap Nyonya Han.
“Jika
mendapat pekerjaan, apa harus dirayakan satu kompleks? Saat ini sulit mendapat
kerja, bagaimana dia melakukannya?” kata Nyonya Kim menyindir.
“Kualifikasinya
bagus.” Ucap Nyonya Han bangga. Nyonya Kim bergumam bertanya-tanya apa Lulusan
universitas ternama?
“Aku sama
sekali tidak iri.Sekalipun bekerja di perusahaan besar, dia harus bekerja
selamanya.”gumam Nyonya Kim
“Bekerja
di mana? Jika kau beri tahu aku, dia bisa menjadi staf di sekolahku.” Kata
Nyonya Kim sinis
“Lebih
baik dia menganggur daripada bekerja di sana.” Gumam Nyonya Han sinis.
“Dia
memilih dari beberapa tempat yang memanggilnya.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim
pun ingin tahu anaknya itu bekerja di mana.
“Jika kau
mau pamer, silakan. Jangan buang waktu. Waktu yang kau buang bisa dipakai
mencuci.” Ucap Nyonya Kim
Nyonya
Han mengeluh kalau agi-lagi cucian dan akhirnya pamit pergi lebih dulu. Nyonya
Kim pun heran karena Nyonya Han yang pandai mengalihkan pembicaraan. Ia tahu
kalau Nyonya Han itu Padahal sudah lama bekerja di dirumahnya dan berani
menolak permintaannya seperti itu.
Di kamar
mandi, Nyonya Han mencoba sambil mengomel kalau
Katanya tak ada orang yang hidup sesuai keinginannya menurutnya Itu
semua bohong. Ia pun sudah tahu bahwa hidup itu tak adil dan Hidupnya kali ini
sudah gagal dan Jadi, mengeluh hanya merugikannya.
Ponselnya
berbunyi, Suaminya menuliskan pesan dalam grup keluarga [Ingat, malam ini kita
makan bersama.] Nyonya Han mengeluh kalau sudah tahu tapi suaminya terus memastikannya
lagi. Hye Jun pun membalas [Aku telat.]
“Kenapa
dia telat? Apa dia mau dimarahi ayahnya? Aku tak bisa membantu jika begini.”
Keluh Nyonya Han
“Harus
tepat waktu.” Balas Tuan Sa. Nyonya Han yang membacanya mengeluh suaminya itu
harus tepat waktu.
“Telat bukan
masalah...Aku tak suka... Katanya dia pergi kerja? Apa sudah selesai?” kata
Nyonya Han khawatir dengan anaknya.
Tuan Sa
berbicara dengan temanya, Kim Jang Min yang sedang membuka dinding kayu. Ia
meminta agar katakan jika mau sesuatu karena akan minta istrinya yang
memasaknya. Tuan Kim yakin yakin dia akan siapkan makanan lezat dan mnegaku iri
dengan Tuan Sa.
“Gyeong-jun
sudah bekerja, jadi Hanya tersisa Hye-jun.” ucap Tuan Kim Tuan Sa mengeluh
kalau Anak itu masalahnya.
“Dia hanya
mengejar hal yang tak pasti.” Keluh Tuan Sa. Tuan Kim pikir Meski menggerutu,
Tuan Sa tetap tersenyum senang saat anaknya muncul di TV dan majalah.
“Bukan
begitu. Saat itu kupikir dia bisa mencari nafkah dengan wajahnya. Jika tak
berhasil sejak awal, dia tak akan terus berharap. Sudah tujuh tahun gagal,
harusnya berhenti. Dia tak bisa merelakannya. Kuharap dia mengikuti kita dan
belajar beberapa teknik.” Ucap Tuan Sa
“Jika
Jin-u setampan Hye-jun, maka aku akan mendukung sepenuhnya. Kenapa kau ingin
dia bekerja seperti kita?” ucap Tuan Kim
“Dia tak
akan kelaparan jika punya keterampilan.” Kata Tuan Sa dan ingin mengangkat kayu
tapi tanganya tak kuat dan mengeluh kesakitan.
“Sudah
kubilang, biar aku yang angkat.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa mengaku tak enak hati.
“Kau
pandai merancang. Terluka saat kerja, dan tak bisa pakai satu tanganmu. Apa Kau
mau mewariskannya ke anakmu?” ucap Tuan Kim mengejek.
“Aku
bekerja keras karena utang ayahku. Dia harus wajib militer juga. Aku tak bisa
tidur jika memikirkannya. Aku tak bisa terus mengurusnya.” Ucap Tuan Sa
“Astaga.
Istrimu juga bekerja, 'kan?” ucap Tuan Kim. Tuan Sa mengaku tak bisa biarkan dia bekerja karena Nyoya Han
pamer soal menghasilkan uang.
“Dia
pantas seperti itu. Kau harus mengurus istrimu.” Kata Tuan Kim. Tuan Sa mengeluh
mendengarnya.
Nyonya
Han akhirnya berteriak didepan pintu untuk pamit pergi. Nyonya Kim memanggilnya
dan memberikan amplop sebagai uang lemburnya. Nyonya Han merasa Tak perlu.
Nyonya Kim pikir kalau Nyonya Han harus menerimanya karena menambah 50.000 won.
“Upahku
100.000 won sehari. Mencuci tak seberapa.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Kim pikir
Ini hadiah karena aku menahan Nyonya Kim untuk pulang cepat jadi meminta agar
bisa mengambilnya.
Nyonya
Han pikir tak perlu dan melihat Hae Hyo pulang dan menyapa Nyonya Han dengan
sopan. Nyonya Han pun senang melihat Hae Hyo mengaku Sudah lama tak berjumpa
dan memuji kalau makin tampan. Hae Hyo pun tersenyum memuji Nyonya Han juga
makin cantik.
“Aku
selalu pulang malam, kita tak pernah bertemu.” Ucap Hae Hyo ramah. Nyonya Kim
yang melihatnya terlihat kesal.
“Hye-jun
juga selalu pulang malam. Dia tak pernah beri tahu kegiatannya. Dia
memberitahumu semuanya, 'kan?” kata Nyonya Han.
“Tentu.
Aku juga beri tahu Hye-jun semua yang tak kuberi tahu pada ibuku.” Kata Hae Hyu
dengan nada mengoda.
“Apa yang
tak kau ceritakan pada ibu?” tanya Nyonya Han penasaran. Hae Hyo tersadar kalau ada ibunya. Nyonya Han
pun pamit pergi karena sudah telat
“Hati-hati
di jalan, Ibu.” Ucap Hae Hyo. Nyonya Kim tak terima kalau Nyonya Han dipanggil
oleh anaknya.
“Kenapa
panggil dia seperti itu? Untuk apa kau melakukan itu?” ucap Nyonya Kim kesal
“Lantas
panggil apa? Dia ibu temanku.” Kata Hae Hyo. Nyonya Kim menyuruh anaknya agar Panggil
saja "Bibi".
“Jangan
hanya meniru cara bicara anak muda, tapi tiru juga cara berpikirnya. Jangan
meremehkan orang karena gagasan kelas sosial Ibu.” Keluh Hae Hyo
“Ibu tak
pernah lakukan itu. Apa yang tak kau ceritakan pada ibu? Apa yang kau beri tahu
pada Hye-jun, tapi tak pada ibu? Apa kau punya pacar? “ ucap Nyonya Kim
mengikuti anaknya yang menaiki tangga.
“Jika
terus begini, Ibu akan menulis film soal itu. “Sang Penguntit.”ejek Hae Hyo
“Hei,
bagaimana makan malammu? Besok ada peragaan busana. Ibu siapkan salad.” Kata
Nyonya Kim.
“Ibu membuatku
merinding. Berhenti menguntitku.” Keluh Hae Hyo. Nyonya Kim meminta anaknya
agar Jangan main-main.
“Kau
pikir posisimu sekarang didapat begitu saja?” ucap Nyonya Kim dengan nada
tinggi. Hae Hyo berhenti melangkah dan ingin tahu apa maksud ucapan ibunya.
“Kenapa
kau menatap ibu seperti itu?” ucap Nyonya Kim panik dengan tatapan anaknya.
“Akan
kutunjukkan aku bisa sukses dengan usahaku. Tolong hargai itu.” Tegas Hae Hyo.
“Ibu menghargaimu
dengan sepenuh hati. Jangan khawatir.” Ucap Nyonya Kim gugup. Hae Hyo pun masuk
ke dalam kamarnya.
Flash Back
PD film
datang menemui Nyonya Kim direstoran dengan sopan memanggilnya Nyonya Kim
I-yeong. Nyonya Kim mengaku tak suka
kalau memanggilnya seperti itu. PD film merasa lancang jika memanggil nama. Nyonya
Kim pun memberikan sebuah tas dan mengaku kalau ini untuk istrinya. PD film pun
mengucapkan Terima kasih.
“Aku terus
mengusulkan Hae-hyo, tapi sutradara bergeming.” Kata PD Film
“Jika kau
katakan itu setelah terima hadiah, maka aku terlihat seperti mengharapkan
sesuatu. Tentu kau harus memberi jika sudah menerima.” Kata Nyonya Kim
“Jika
Hae-hyo menjadi bintang, setengahnya karena kontribusimu.” Ucap PD Film
menjilat
“Apa
Hanya setengah? Aku harus bekerja lebih keras.” Ucap Nyonya Kim tersenyum.
Nyonya
Kim pun hanya terdiam karena sengaja membantu anaknya dengan caranya dan tak
boleh diketahui oleh Hye Hyo.
Nyonya
Han pulang ke rumah dengan barang belanjan lalu melihat kotak pos. Sebuah surat
PANGGILAN WAJIB MILITER, lalu masuk ke dalam rumah dan menatap surat dengan
tertulisa PENERIMA, SA HYE-JUN. Seorang wanita masuk memanggil Nyonya Han.
“Kenapa kau
sudah datang? Aku belum melakukan apa pun.” Ucap Nyonya Han
“Aku datang
lebih awal untuk membantu. Setelah seharian bekerja di rumah orang, kau masih
harus menyiapkan makanan hanya untuk anakmu.” Ucap Lee Kyung Mi
“Benar
juga. Aku bersusah payah demi anak.” Keluh Nyonya Han. Nyonya Le pun bertanya Apa
wanita itu tak buat onar?
“Dia buat
onar sesekali dalam setahun. Belakangan dia lebih diam.” kata Nyonya Han.
Nyonya Lee yakin Pasti begitu.
“Setelah
kau berhenti, dia memohon agar kau kembali bekerja.” Ucap Nyonya Lee
“Dia
begitu karena sudah terbiasa denganku.” Ucap Nyonya Lee lalu mengambil daun
bawang dan akan mencucinya.
“Jika mau,
dia bisa mencari orang lain. Berhenti merendah.. Tapi Apa ini? Apa Hye-jun dapat surat panggilan?” kata Nyonya
Lee melihat surat diatas meja.
“Hari ini
akan ada pertumpahan darah.” Kata Nyonya Lee menghela nafas.
Su Bin
dan Jeong Ha membereskan peralatan make up. Su Bin bertanya apakah Jeong Ha
langsung pulang. Jeong Ha membenarkan.
Sun Bin heran Apa rumah Jeong Ha itu begitu nyaman karena senang sekali diam di rumah.
“Apa Mau
makan daging di rumahku?” tanya Jeong Ha. Su Bin langsung memeluk Jeong Ha dan
mengaku “Aku mencintaimu”
“Cepat
selesaikan.” Keluh Jeong Ha, Tapi Su Bin tetap memeluk Jeong Ha dan mengaku “Aku
mencintaimu.” Beberapa kali.
Saat itu
direktur masuk ruangan melihat keduanya bertanya kenapa tertawa. Keduanya hanya
bisa terdiam dan menahan tawanya. Direktur bertany pada Jeong Ha, Apa mau kerja
di luar besok untuk Peragaan busana Homme.
“Besok
hari libur, jika tak mau tak apa.” Ucap Direktur. Jeong Ha melonggo dan
menjawab kalau langsung bersedia.
“Meski
Jin-ju bisa mengatasinya, terlalu berat jika dilakukan sendiri.” Ucap Direktur.
Jeong Ha pun mengucapkan Terima kasih.
“Terima
kasih. Aku akan bekerja keras.” Kata Jeong Ha penuh semangat. Direktur tahu
kalau Jeong Ha selalu bekerja keras dan harus lakukan dengan baik. Direktur pun
langsung pamit pergi.
“Sepertinya
ini takdirmu. Sa Hye-jun dan kau!” ucap Su Bin. Jeong Ha panik memikirkanya. Su
Bin pun melihat wajah Jeong Ha memerah. Jeong Ha mencoba menyangkal tapi tetap
saja terlihat tersipu malu.
Di
restoran, Hye Jun sibuk membawakan pesanan. Dua orang wanita terlihat senang
saat Hye Jun membawakan makanan. Hye Jung pun bertanya Apa memerlukan sesuatu.
Si wanita memuji kalau Hye Jun keren sekali. Hye Jun pun mengucapkanTerima
kasih.
“Kami
datang ke sini karenamu” akui si wanita. Hye Jun tak mengubrinya dan bertanya
Apa mau tambah sayuran. Keduanya menganguk.
“Kau
populer sekali.” ejek Jin U masuk ke restoran. Hye Jun heran temanya yang tak
ke rumahnya.
“Agar
kita bisa pergi bersama.” Kata Jin U. Hye Jun pikir temanya ingin memesan Dua
porsi samgyeopsal
“Dan
bibim naengmyeon Aku harus cepat melakukannya.” Kata Jin U melihat temanya yang
sibuk berkerja.
Nyonya
Lee dan Nyonya Han sibuk didapur, Nyonya Lee pun memanggil suaminya agar bisa
menaruh dimeja. Suara suaminya pun terdengar, Tuan Kim sedang duduk dengan Tuan
Sa. Sa Kyung Jun, kakak Hye Jun pikir akan melakukanya karean Tuan Kim itu Tamu
harus duduk saja.
“Tamu?
Apa kami tamu? Ini semua berkatmu.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa menyuruh agar membiarkan
saja karena Anak muda lebih cekatan.
“Ya,
Ayah. Biar Gyeong-jun saja.” Ucap Jin Ri, adik dari Jin U yang sibuk bermain
handphone.
“Perkataanmu
membuatku enggan.” Ucap Gyeong Jun. Jin Ri
mengeluh Gyeong Jun selalu seperti itu jika disuruh.
“Apa Hanya
aku yang begitu?” ucap Gyeong Jun. Tuan Kim mengaku merasa begitu lalu bertanya
pada Tuan Sa.
“Meski
aku ingin melakukannya, aku enggan jika disuruh.” Ucap Tuan Sa. Tuan Kim pikir Semua
orang serupa. Sama saja.
“Aku
minta bawakan lauk, kenapa masih di sini?” ucap Nyonya Lee dari dapur. Suaminya
mengeluh istrinya Banyak omong sekali.
“Aku
bantu. Maaf.” Ucap Gyeong Jun. Nyonya Han melarang karena menurutnya Gyeong
Jung bintang utama hari ini.
Jin Ri
ingin membantu tapi ibunya melarang agar diam saja arena hanya buat masalah.
Tuan Kim mengeluh kalau ini "Tak adil karena tak menyuruh Jin-u, dan hanya menyuruhnya. Ia
pikir Zaman berubah karena Tak harus
wanita yang mengerjakan pekerjaan rumah!
“Itu
pemikiran anakronistis!" Aku saja yang kerjakan.” Keluh Tuan Kim akhirnya
beranjak pergi.
“Jin-ri, Apa
kau mengatakan hal itu?” tanya Tuan Sa. Jin Ri membenerkan kalau Belakangan tertarik
dengan hidup mandiri dan independen.
“Kau
terdengar cerdas. Ayahmu pasti bangga.” Puji Tuan Sa. Tuan Kim mengeluh agar
Tuan Sa mencobalah tinggal dengan anaknya.
“Gyeong-jun
cekatan sekali.”puji Tuan Kim. Nyonya Lee menyuruh suaminya agar membawa
makanan yang lain.
Didalam
kamar, Kakek Sa menguping dari depan pintu terlihat kebingung Apa harus keluar
atau tidak dan berpikir kalau harus keluar sebelum dipanggil karena Mereka
pasti berpikir dirinya itu sangat merepotkan. Ia pun mencoba mengintip tapi
saat itu pintu terbuka.
“Kakek...
Mari makan.” Ucap Jin Ri melonggo didepan pintu. Kakek Sa berpura-pura kalau sedang
berolahraga.
“Aku tak
bertanya. Aku menghormati privasi.” Ucap Jin Ri lalu menutup telpnya.
“Astaga. Rupanya
semua orang tahu bahwa aku merasa tak enak hati.” Kata Kakek Sa.
Hye Jun
menatap wajahnya yang terlihat terluka,
Direktur masuk ruangan bertanya sampai kapan Hye Jun akan hidup seperti
ini. Hye Jung bingung Apa maksud ucapanya. Direktur Restoran mengaku sudah
memikirkan pekerjaan untuk Hye Jun.
“Bagaimana
jika kau bekerja sebagai manajer di sini? Kau tahu aku tak bisa kerja tetap.
Kau tak selamanya muda. Kau bisa menghasilkan uang dan belajar urus toko. Usai
wajib militer, kuberi tokoku jika kerjamu bagus.” Ucap Direktur
“Terima
kasih atas tawarannya.” Kata Hye Jun. Direktur tapi percaya kalau Hye Jung
langsung menolak tawarannya tanpa dipikirkan lebih dulu.
“Maafkan
aku.” Ucap Hye Jun. Direktur meminta Hye Ju agar bisa mendengarkanlah perkaatan
orang tua.
“Berdasarkan
pengalamanku, perkataan orang tua selalu ada benarnya.” Kata Hye Jun
“Dulu aku
sangat patuh. Namun, aku sadar bahwa manusia hanya memikirkan kepentingannya
sendiri.” Kata Hye Jun
“Hei. Aku
berniat memberikanmu tokoku. Kenapa ini untuk kepentinganku? Hye-jun. Aku tak
sangka kau seperti ini. Kau menyebalkan.” Keluh Direktur
“Maksudku,
bukan kau yang begitu. Aku hanya mengatakan hal pada umumnya.” Jelas Hye Jun.
Direktur menganguk mengerti.
“Kau tak
mungkin berpikir aku begitu. Maka, dengar perkataan orang tua. Coba pikirkan
sekali lagi.” Ucap Direktur. Hye Jun hanya diam saja.
“Kenapa
kau tak menjawabku?” kata Direktur. Hye Jun menganguk mengerti. Direktur pun
memuji Hye Jun sudah bekerja keras. Hye Jun pun hanya bisa terdiam
Di luar,
Jin U sudah menungu dan melihat temanya akhirnya keluar dan mengeluh karena
lama sekali ganti bajunya. Ia pun ingin tahu apakah Bosnya mengatakan sesuatu. Hye Jun mengaku
Hari ini sedang banyak pikiran.
“Di saat
seperti ini, harus bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?” ucap Hye Jun dengan
wajah memberikan kode.
“Tidak
mau... Tidak mau! Aku tak akan melakukannya. Aku tak mau! Sial.” ucap Jin U
tapi Hye Jung sudah berlari kabur.
“Kau tak
perlu melakukannya.” Kata Hye Jun trus berlari. Jin U menegaskan tak akan
melakukannya.
Saat itu
Hae Hyo ikut berlari. Jin U meminta agar Hae Hyo bisa menghentikanya karena Hye
Jun sangat cepat. Hae Hyo ikut berlari bertanya pada Hye Jun kenapa disini
padahal Ini area rumahnya dan
bertanya Apa Hye Jun tak suka. Hye Jun
mengaku tidak sambil memeluk temanya.
“Dasar
Won Hae-hyo, pengkhianat itu. Aku panggil dia untuk hentikan Hye-jun. Tunggu
aku! Dasar manusia raksasa!”keluh Jin U kesal
“Dia
selalu lari dengan mulutnya.” Keluh Hae Hyo. Hye Jun pikir Mungkin mulutnya
adalah kakinya mereka pun pergi meninggalkan JALAN UN VILLAGE 3.
Di rumah
banyak menu makanan diatas meja. Tuan Kim berbicara pada Gyeong-jun, kalau berarti sekarang bisa membantunya
untuk kredit pinjaman. Gyeong Ju mengaku menangani korporat dantak tahu
pinjaman individu.
“Sekalipun
tahu, kau harus memisahkan masalah pekerjaan dan pribadi.” Komentar Kakek Sa
“Dia bisa
memutuskan sendiri. Apa Ayah perlu mengatakan itu?” ejek Tuan Sa pada ayahnya.
“Lebih
baik mencari aman.” Kata Kakek Sa. Suasana terasa dingin akhirnya Tuan Kim pun
mengajak bersulang lagi.
“Yeong-nam,
coba katakanlah sesuatu.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa mengaku Tak ada yang ingin dikatakan.
“Kenapa
begitu? Padahal anakmu berhasil mendapat pekerjaan. Jika anakku sukses seperti
ini, maka aku pasti sudah membanggakannya pada semua orang.” Ucap Kakek Sa
“Kakek,
kurasa kau baru melakukan “diss” komentar Jin Ri. Kakek Sa tak mengerti apa maksudnya
“Dalam
bahasa kita, artinya mengkritik.” Ucap Jin Ri. Gyeong Jun pikir Jin Ri harus menjelaskan, Biar tak ada
salah paham.
“Bukan
salah paham. Dia jelas mengkritikku.”kata Tuan Sa santai. Istrnay mengeluh
dengan ucapan suaminya.
“Benar,
'kan? Siapa anak ayah? Aku, 'kan? Dia bilang akan membanggakanku jika aku
sukses. Dia tak bisa begitu karena aku payah.” Ucap Tuan Sa dengan nada
menyindir
“Ya
ampun. Kau mengagumkan. Kau keren sekali. Kau hebat!” ucap Jin Ri memuji Tuan
Sa. Tuan Kim mengeluh dengan tingkah anaknya.
“Yeong-nam,
sejak masuk kuliah, dia menjadi aneh. Dia hanya mengatakan fakta.”kata Tuan
Kim.Semua pun tertawa, hanya Kakek Sa yang tertunduk diam.
“Ya.
Tertawalah. Ini hari baik. Ayo bersulang untuk merayakan pekerjaan baru anak
sulungku. Jin-ri, minumlah. Ini adalah hadiah karena sudah membuatku tertawa.” Ucap
Tuan Sa. Jin Ri pun bahagia.
“Sayang
sekali Hye-jun dan Jin-u tak ada di sini.” Kata Tuan Kim. Tuan Sa hanya
tersenyum dan mengajak mereka bersulang.
Jin U
memakan es krim sambil melihat Hye Jun dan Hae Hyo yang hanya duduk di taman.
Ia berkomentar kalau model adalah orang yang memiliki banyak dosa di kehidupan
sebelumnya karena tak bisa makan sesukanya. Hye Jun berkomentar Makan bukan
segalanya.
“Bagi
beberapa orang, makan adalah segalanya.” Ejek Hye Jun. Jin U mengeluh kalau yang dimaksud adalah
dirinya.
“Kita tak
mengolok-olok mereka.” Ucap Hae Hyo. Hye Jun pikir Tak mengolok-olok, tapi
menghormati.
“Kalian
berdua serasi sekali.” ejek Jin U lalu meliha sebuah mobil lewat dan memanggil “Hae
Na”
“Hei, kau
bisa kena marah.” Kata Hye Jun panik. Jin U pikir tak ada alasanya. Saat itu Won Hae Na memundurkan mobilnya.
“Hei,
kalian! Naiklah. Aku bosan.” Teriak Hae Na. Hae Hyo dan Hye Jun menolaknya. Tapi
Jin U mengaku mau dan langsung berlari menaiki mobil.
“Apa Dia
tak punya harga diri?” kelu Hae Hyo, Hye Jun pikir tak ada gunanya karen Hae Na
itu adiknya.
“Omong-omong,
Hae-na sudah besar.” Komentar Hye Jun. Hae Hyo pikir Bukan hanya itu.
“Dia
berhenti tumbuh dan mulai menua.” Keluh Hae Hyo. Jin U pun denga wajah bahagia
pamit pergi dari dalam mobil.
“Dia
terlihat senang. Biarkan saja. Dia pasti dibuang di depan rumah.” Kata Hae Hyu
“Saat
melihat Hae-na, aku sadar bahwa waktu itu adil. Kupikir hanya aku yang menua,
ternyata dia juga. Kenapa hanya waktu saja yang adil?” ucap Hye Jun
“Apa kau
ada masalah?” tanya Hae Hyo. Hye Jun mengaku terus diserang oleh kenyataan.
Hae Na
pun berhenti ditengah jalan menyuruh Jin U agar turun dari mobilnya. Jin U
bertanya apa hanya turun saja. Hae Na menganguk. Jin U memastikan lagi dan Jangan
menyesal. Hae Na akhirnya mengaku kalau akan menyesal.
Keduanya
pun akhirnya langsung berciuman, Hae Na dan Jin U pun tersenyum bahagia seperti
sedang menjalin cinta diam-diam. Jin U pun mengajak pergi ke tempat lain. Hae Na
langsung menolaknya. Jin U pikir Jika
Ha Nae tak mau, maka ia juga tak akan melakukanya.
“Aku suka
sikapmu... Aku harus memberimu hadiah.” Ucap Hae Na akhirnya melajukan
mobilnya. Jin U panik dan buru-buru memasangkan sabuk pengaman.
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar