PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 08 September 2020

Sinopsis Record of Youth Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Hye Jun pun menahan air matanya, lalu masuk ke sebuah toko sandwich dan bertanya apakah temanya mengganti jam kerjanya dan menyapa kalau sudah lama tak bertemu. Si pria mengeluh kalau Hye Jun saja yang terima pesanan. Hye Jun bingung memangnya kenapa.
“Coba Lihat sebelah sana.” Kata si pegawai kesal. Akhirnya Hye Jun pun mendekati counter dan menyapa pelanganya.
“Kau akan melakukan apa?” tanya Si wanita. Hye Jun menjawab menerima pesanan. Para wanita pun langsung berebutan untuk dilayani.
“Tolong rekomendasikan untukku.” Kata si wanita. Hye Jun pun menawarkan apakah suka Italian BMT. Si wanita menganguk. Hye Jun langsung membuatnya. 


Di rumah, Nyonya Kim melihat majalah mengeluh kalau  selalu terlihat sama dan Tak ada yang lebih baik dari musim sebelumnya. Nyonya Han Ae Suk membawakan vas bunga lalu menaruhnya diatas meja makan. Nyonya Kim mengeluh kalau Bunga dahlia itu terlalu panjang jadi menyuruh agar memotong sedikit.
“Padahal terlihat cantik karena panjang.” Gumam Nyonya Han dan akhirnya menganguk mengerti.
“Aku lupa memberikanmu sesuatu. Ada yang harus dicuci.” Kata Nyonya Km. Nyonya Kim memberitahu kalau sudah ganti baju.
“Apa kau tak menyadarinya?” tanya Nyonya Han. Nyonya Kim mengeluh di dalam hati kalau pasti tak tahu Nyonya Han sudah ganti baju
“Apa Maksudnya, dia sudah selesai bekerja?” gumam Nyonya Kim sinis dan memberitahu kalau mencuci baju tak akan memakan waktu lama.
“Hari ini aku harus pulang lebih cepat.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim bertanya apakah Nyonya Han bisa melakukannya
“Aku akan lakukan lain kali. Ada acara untuk merayakan hari pertama anak sulungku masuk kerja. Para tetangga diundang. Aku harus pergi belanja.” Ucap Nyonya Han.
“Jika mendapat pekerjaan, apa harus dirayakan satu kompleks? Saat ini sulit mendapat kerja, bagaimana dia melakukannya?” kata Nyonya Kim menyindir.
“Kualifikasinya bagus.” Ucap Nyonya Han bangga. Nyonya Kim bergumam bertanya-tanya apa Lulusan universitas ternama?
“Aku sama sekali tidak iri.Sekalipun bekerja di perusahaan besar, dia harus bekerja selamanya.”gumam Nyonya Kim
“Bekerja di mana? Jika kau beri tahu aku, dia bisa menjadi staf di sekolahku.” Kata Nyonya Kim sinis
“Lebih baik dia menganggur daripada bekerja di sana.” Gumam Nyonya Han sinis.
“Dia memilih dari beberapa tempat yang memanggilnya.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim pun ingin tahu anaknya itu bekerja di mana.
“Jika kau mau pamer, silakan. Jangan buang waktu. Waktu yang kau buang bisa dipakai mencuci.” Ucap Nyonya Kim
Nyonya Han mengeluh kalau agi-lagi cucian dan akhirnya pamit pergi lebih dulu. Nyonya Kim pun heran karena Nyonya Han yang pandai mengalihkan pembicaraan. Ia tahu kalau Nyonya Han itu Padahal sudah lama bekerja di dirumahnya dan berani menolak permintaannya seperti itu. 

Di kamar mandi, Nyonya Han mencoba sambil mengomel kalau  Katanya tak ada orang yang hidup sesuai keinginannya menurutnya Itu semua bohong. Ia pun sudah tahu bahwa hidup itu tak adil dan Hidupnya kali ini sudah gagal dan Jadi, mengeluh hanya merugikannya.

Ponselnya berbunyi, Suaminya menuliskan pesan dalam grup keluarga [Ingat, malam ini kita makan bersama.] Nyonya Han mengeluh kalau sudah tahu tapi suaminya terus memastikannya lagi. Hye Jun pun membalas  [Aku telat.]
“Kenapa dia telat? Apa dia mau dimarahi ayahnya? Aku tak bisa membantu jika begini.” Keluh Nyonya Han
“Harus tepat waktu.” Balas Tuan Sa. Nyonya Han yang membacanya mengeluh suaminya itu harus tepat waktu.
“Telat bukan masalah...Aku tak suka... Katanya dia pergi kerja? Apa sudah selesai?” kata Nyonya Han khawatir dengan anaknya. 


Tuan Sa berbicara dengan temanya, Kim Jang Min yang sedang membuka dinding kayu. Ia meminta agar katakan jika mau sesuatu karena akan minta istrinya yang memasaknya. Tuan Kim yakin yakin dia akan siapkan makanan lezat dan mnegaku iri dengan Tuan Sa.
“Gyeong-jun sudah bekerja, jadi Hanya tersisa Hye-jun.” ucap Tuan Kim Tuan Sa mengeluh kalau Anak itu masalahnya.
“Dia hanya mengejar hal yang tak pasti.” Keluh Tuan Sa. Tuan Kim pikir Meski menggerutu, Tuan Sa tetap tersenyum senang saat anaknya muncul di TV dan majalah.
“Bukan begitu. Saat itu kupikir dia bisa mencari nafkah dengan wajahnya. Jika tak berhasil sejak awal, dia tak akan terus berharap. Sudah tujuh tahun gagal, harusnya berhenti. Dia tak bisa merelakannya. Kuharap dia mengikuti kita dan belajar beberapa teknik.” Ucap Tuan Sa
“Jika Jin-u setampan Hye-jun, maka aku akan mendukung sepenuhnya. Kenapa kau ingin dia bekerja seperti kita?” ucap Tuan Kim
“Dia tak akan kelaparan jika punya keterampilan.” Kata Tuan Sa dan ingin mengangkat kayu tapi tanganya tak kuat dan mengeluh kesakitan.
“Sudah kubilang, biar aku yang angkat.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa mengaku  tak enak hati.

“Kau pandai merancang. Terluka saat kerja, dan tak bisa pakai satu tanganmu. Apa Kau mau mewariskannya ke anakmu?” ucap Tuan Kim mengejek.
“Aku bekerja keras karena utang ayahku. Dia harus wajib militer juga. Aku tak bisa tidur jika memikirkannya. Aku tak bisa terus mengurusnya.” Ucap Tuan Sa
“Astaga. Istrimu juga bekerja, 'kan?” ucap Tuan Kim. Tuan Sa mengaku  tak bisa biarkan dia bekerja karena Nyoya Han pamer soal menghasilkan uang.
“Dia pantas seperti itu. Kau harus mengurus istrimu.” Kata Tuan Kim. Tuan Sa mengeluh mendengarnya. 


Nyonya Han akhirnya berteriak didepan pintu untuk pamit pergi. Nyonya Kim memanggilnya dan memberikan amplop sebagai uang lemburnya. Nyonya Han merasa Tak perlu. Nyonya Kim pikir kalau Nyonya Han harus menerimanya karena menambah 50.000 won.
“Upahku 100.000 won sehari. Mencuci tak seberapa.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Kim pikir Ini hadiah karena aku menahan Nyonya Kim untuk pulang cepat jadi meminta agar bisa mengambilnya.  

Nyonya Han pikir tak perlu dan melihat Hae Hyo pulang dan menyapa Nyonya Han dengan sopan. Nyonya Han pun senang melihat Hae Hyo mengaku Sudah lama tak berjumpa dan memuji kalau makin tampan. Hae Hyo pun tersenyum memuji Nyonya Han juga makin cantik.
“Aku selalu pulang malam, kita tak pernah bertemu.” Ucap Hae Hyo ramah. Nyonya Kim yang melihatnya terlihat kesal.
“Hye-jun juga selalu pulang malam. Dia tak pernah beri tahu kegiatannya. Dia memberitahumu semuanya, 'kan?” kata Nyonya Han.
“Tentu. Aku juga beri tahu Hye-jun semua yang tak kuberi tahu pada ibuku.” Kata Hae Hyu dengan nada mengoda.
“Apa yang tak kau ceritakan pada ibu?” tanya Nyonya Han penasaran.  Hae Hyo tersadar kalau ada ibunya. Nyonya Han pun pamit pergi karena sudah telat 

“Hati-hati di jalan, Ibu.” Ucap Hae Hyo. Nyonya Kim tak terima kalau Nyonya Han dipanggil oleh anaknya.
“Kenapa panggil dia seperti itu? Untuk apa kau melakukan itu?” ucap Nyonya Kim kesal
“Lantas panggil apa? Dia ibu temanku.” Kata Hae Hyo. Nyonya Kim menyuruh anaknya agar Panggil saja "Bibi".
“Jangan hanya meniru cara bicara anak muda, tapi tiru juga cara berpikirnya. Jangan meremehkan orang karena gagasan kelas sosial Ibu.” Keluh Hae Hyo
“Ibu tak pernah lakukan itu. Apa yang tak kau ceritakan pada ibu? Apa yang kau beri tahu pada Hye-jun, tapi tak pada ibu? Apa kau punya pacar? “ ucap Nyonya Kim mengikuti anaknya yang menaiki tangga.
“Jika terus begini, Ibu akan menulis film soal itu. “Sang Penguntit.”ejek Hae Hyo
“Hei, bagaimana makan malammu? Besok ada peragaan busana. Ibu siapkan salad.” Kata Nyonya Kim.
“Ibu membuatku merinding. Berhenti menguntitku.” Keluh Hae Hyo. Nyonya Kim meminta anaknya agar Jangan main-main.
“Kau pikir posisimu sekarang didapat begitu saja?” ucap Nyonya Kim dengan nada tinggi. Hae Hyo berhenti melangkah dan ingin tahu apa maksud ucapan ibunya.
“Kenapa kau menatap ibu seperti itu?” ucap Nyonya Kim panik dengan tatapan anaknya.
“Akan kutunjukkan aku bisa sukses dengan usahaku. Tolong hargai itu.” Tegas Hae Hyo.
“Ibu menghargaimu dengan sepenuh hati. Jangan khawatir.” Ucap Nyonya Kim gugup. Hae Hyo pun masuk ke dalam kamarnya. 


Flash Back
PD film datang menemui Nyonya Kim direstoran dengan sopan memanggilnya Nyonya Kim I-yeong. Nyonya Kim mengaku  tak suka kalau memanggilnya seperti itu. PD film merasa lancang jika memanggil nama. Nyonya Kim pun memberikan sebuah tas dan mengaku kalau ini untuk istrinya. PD film pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku terus mengusulkan Hae-hyo, tapi sutradara bergeming.” Kata PD Film
“Jika kau katakan itu setelah terima hadiah, maka aku terlihat seperti mengharapkan sesuatu. Tentu kau harus memberi jika sudah menerima.” Kata Nyonya Kim
“Jika Hae-hyo menjadi bintang, setengahnya karena kontribusimu.” Ucap PD Film menjilat
“Apa Hanya setengah? Aku harus bekerja lebih keras.” Ucap Nyonya Kim tersenyum.
Nyonya Kim pun hanya terdiam karena sengaja membantu anaknya dengan caranya dan tak boleh diketahui oleh Hye Hyo. 


 Nyonya Han pulang ke rumah dengan barang belanjan lalu melihat kotak pos. Sebuah surat PANGGILAN WAJIB MILITER, lalu masuk ke dalam rumah dan menatap surat dengan tertulisa PENERIMA, SA HYE-JUN. Seorang wanita masuk memanggil Nyonya Han.
“Kenapa kau sudah datang? Aku belum melakukan apa pun.” Ucap Nyonya Han
“Aku datang lebih awal untuk membantu. Setelah seharian bekerja di rumah orang, kau masih harus menyiapkan makanan hanya untuk anakmu.” Ucap Lee Kyung Mi
“Benar juga. Aku bersusah payah demi anak.” Keluh Nyonya Han. Nyonya Le pun bertanya Apa wanita itu tak buat onar?
“Dia buat onar sesekali dalam setahun. Belakangan dia lebih diam.” kata Nyonya Han. Nyonya Lee yakin Pasti begitu.
“Setelah kau berhenti, dia memohon agar kau kembali bekerja.” Ucap Nyonya Lee
“Dia begitu karena sudah terbiasa denganku.” Ucap Nyonya Lee lalu mengambil daun bawang dan akan mencucinya.
“Jika mau, dia bisa mencari orang lain. Berhenti merendah..  Tapi Apa ini? Apa  Hye-jun dapat surat panggilan?” kata Nyonya Lee melihat surat diatas meja.
“Hari ini akan ada pertumpahan darah.” Kata Nyonya Lee menghela nafas. 


Su Bin dan Jeong Ha membereskan peralatan make up. Su Bin bertanya apakah Jeong Ha langsung pulang. Jeong Ha membenarkan.  Sun Bin heran Apa rumah Jeong Ha itu begitu nyaman karena  senang sekali diam di rumah.
“Apa Mau makan daging di rumahku?” tanya Jeong Ha. Su Bin langsung memeluk Jeong Ha dan mengaku “Aku mencintaimu”
“Cepat selesaikan.” Keluh Jeong Ha, Tapi Su Bin tetap memeluk Jeong Ha dan mengaku “Aku mencintaimu.” Beberapa kali. 

Saat itu direktur masuk ruangan melihat keduanya bertanya kenapa tertawa. Keduanya hanya bisa terdiam dan menahan tawanya. Direktur bertany pada Jeong Ha, Apa mau kerja di luar besok untuk Peragaan busana Homme.
“Besok hari libur, jika tak mau tak apa.” Ucap Direktur. Jeong Ha melonggo dan menjawab kalau langsung bersedia.
“Meski Jin-ju bisa mengatasinya, terlalu berat jika dilakukan sendiri.” Ucap Direktur. Jeong Ha pun mengucapkan Terima kasih.
“Terima kasih. Aku akan bekerja keras.” Kata Jeong Ha penuh semangat. Direktur tahu kalau Jeong Ha selalu bekerja keras dan harus lakukan dengan baik. Direktur pun langsung pamit pergi.
“Sepertinya ini takdirmu. Sa Hye-jun dan kau!” ucap Su Bin. Jeong Ha panik memikirkanya. Su Bin pun melihat wajah Jeong Ha memerah. Jeong Ha mencoba menyangkal tapi tetap saja terlihat tersipu malu. 

Di restoran, Hye Jun sibuk membawakan pesanan. Dua orang wanita terlihat senang saat Hye Jun membawakan makanan. Hye Jung pun bertanya Apa memerlukan sesuatu. Si wanita memuji kalau Hye Jun keren sekali. Hye Jun pun mengucapkanTerima kasih.
“Kami datang ke sini karenamu” akui si wanita. Hye Jun tak mengubrinya dan bertanya Apa mau tambah sayuran. Keduanya menganguk.
“Kau populer sekali.” ejek Jin U masuk ke restoran. Hye Jun heran temanya yang tak ke rumahnya.
“Agar kita bisa pergi bersama.” Kata Jin U. Hye Jun pikir temanya ingin memesan Dua porsi samgyeopsal
“Dan bibim naengmyeon Aku harus cepat melakukannya.” Kata Jin U melihat temanya yang sibuk berkerja. 

Nyonya Lee dan Nyonya Han sibuk didapur, Nyonya Lee pun memanggil suaminya agar bisa menaruh dimeja. Suara suaminya pun terdengar, Tuan Kim sedang duduk dengan Tuan Sa. Sa Kyung Jun, kakak Hye Jun pikir akan melakukanya karean Tuan Kim itu Tamu harus duduk saja.
“Tamu? Apa kami tamu? Ini semua berkatmu.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa menyuruh agar membiarkan saja karena Anak muda lebih cekatan.
“Ya, Ayah. Biar Gyeong-jun saja.” Ucap Jin Ri, adik dari Jin U yang sibuk bermain handphone.
“Perkataanmu membuatku enggan.” Ucap Gyeong Jun. Jin Ri  mengeluh Gyeong Jun selalu seperti itu jika disuruh.
“Apa Hanya aku yang begitu?” ucap Gyeong Jun. Tuan Kim mengaku merasa begitu lalu bertanya pada Tuan Sa.
“Meski aku ingin melakukannya, aku enggan jika disuruh.” Ucap Tuan Sa. Tuan Kim pikir Semua orang serupa. Sama saja.
“Aku minta bawakan lauk, kenapa masih di sini?” ucap Nyonya Lee dari dapur. Suaminya mengeluh istrinya Banyak omong sekali.
“Aku bantu. Maaf.” Ucap Gyeong Jun. Nyonya Han melarang karena menurutnya Gyeong Jung bintang utama hari ini.
Jin Ri ingin membantu tapi ibunya melarang agar diam saja arena hanya buat masalah. Tuan Kim mengeluh kalau ini "Tak adil karena  tak menyuruh Jin-u, dan hanya menyuruhnya. Ia pikir  Zaman berubah karena Tak harus wanita yang mengerjakan pekerjaan rumah!
“Itu pemikiran anakronistis!" Aku saja yang kerjakan.” Keluh Tuan Kim akhirnya beranjak pergi.
“Jin-ri, Apa kau mengatakan hal itu?” tanya Tuan Sa. Jin Ri membenerkan kalau Belakangan tertarik dengan hidup mandiri dan independen.
“Kau terdengar cerdas. Ayahmu pasti bangga.” Puji Tuan Sa. Tuan Kim mengeluh agar Tuan Sa mencobalah tinggal dengan anaknya.
“Gyeong-jun cekatan sekali.”puji Tuan Kim. Nyonya Lee menyuruh suaminya agar membawa makanan yang lain. 



Didalam kamar, Kakek Sa menguping dari depan pintu terlihat kebingung Apa harus keluar atau tidak dan berpikir kalau harus keluar sebelum dipanggil karena Mereka pasti berpikir dirinya itu sangat merepotkan. Ia pun mencoba mengintip tapi saat itu pintu terbuka.
“Kakek... Mari makan.” Ucap Jin Ri melonggo didepan pintu. Kakek Sa berpura-pura kalau sedang berolahraga.
“Aku tak bertanya. Aku menghormati privasi.” Ucap Jin Ri lalu menutup telpnya.
“Astaga. Rupanya semua orang tahu bahwa aku merasa tak enak hati.” Kata Kakek Sa. 

Hye Jun menatap wajahnya yang terlihat terluka,  Direktur masuk ruangan bertanya sampai kapan Hye Jun akan hidup seperti ini. Hye Jung bingung Apa maksud ucapanya. Direktur Restoran mengaku sudah memikirkan pekerjaan untuk Hye Jun.
“Bagaimana jika kau bekerja sebagai manajer di sini? Kau tahu aku tak bisa kerja tetap. Kau tak selamanya muda. Kau bisa menghasilkan uang dan belajar urus toko. Usai wajib militer, kuberi tokoku jika kerjamu bagus.” Ucap Direktur
“Terima kasih atas tawarannya.” Kata Hye Jun. Direktur tapi percaya kalau Hye Jung langsung menolak tawarannya tanpa dipikirkan lebih dulu.
“Maafkan aku.” Ucap Hye Jun. Direktur meminta Hye Ju agar bisa mendengarkanlah perkaatan orang tua.
“Berdasarkan pengalamanku, perkataan orang tua selalu ada benarnya.” Kata Hye Jun
“Dulu aku sangat patuh. Namun, aku sadar bahwa manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri.” Kata Hye Jun
“Hei. Aku berniat memberikanmu tokoku. Kenapa ini untuk kepentinganku? Hye-jun. Aku tak sangka kau seperti ini. Kau menyebalkan.” Keluh Direktur
“Maksudku, bukan kau yang begitu. Aku hanya mengatakan hal pada umumnya.” Jelas Hye Jun. Direktur menganguk mengerti.
“Kau tak mungkin berpikir aku begitu. Maka, dengar perkataan orang tua. Coba pikirkan sekali lagi.” Ucap Direktur. Hye Jun hanya diam saja.
“Kenapa kau tak menjawabku?” kata Direktur. Hye Jun menganguk mengerti. Direktur pun memuji Hye Jun sudah bekerja keras. Hye Jun pun hanya bisa terdiam 


Di luar, Jin U sudah menungu dan melihat temanya akhirnya keluar dan mengeluh karena lama sekali ganti bajunya. Ia pun ingin tahu apakah  Bosnya mengatakan sesuatu. Hye Jun mengaku Hari ini sedang  banyak pikiran.
“Di saat seperti ini, harus bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?” ucap Hye Jun dengan wajah memberikan kode.
“Tidak mau... Tidak mau! Aku tak akan melakukannya. Aku tak mau! Sial.” ucap Jin U tapi Hye Jung sudah berlari kabur.
“Kau tak perlu melakukannya.” Kata Hye Jun trus berlari. Jin U menegaskan tak akan melakukannya. 
Saat itu Hae Hyo ikut berlari. Jin U meminta agar Hae Hyo bisa menghentikanya karena Hye Jun sangat cepat. Hae Hyo ikut berlari bertanya pada Hye Jun kenapa disini padahal  Ini area rumahnya dan bertanya  Apa Hye Jun tak suka. Hye Jun mengaku tidak sambil memeluk temanya.
“Dasar Won Hae-hyo, pengkhianat itu. Aku panggil dia untuk hentikan Hye-jun. Tunggu aku! Dasar manusia raksasa!”keluh Jin U kesal
“Dia selalu lari dengan mulutnya.” Keluh Hae Hyo. Hye Jun pikir Mungkin mulutnya adalah kakinya mereka pun pergi meninggalkan JALAN UN VILLAGE 3. 

Di rumah banyak menu makanan diatas meja. Tuan Kim berbicara pada  Gyeong-jun, kalau berarti sekarang bisa membantunya untuk kredit pinjaman. Gyeong Ju mengaku menangani korporat dantak tahu pinjaman individu.
“Sekalipun tahu, kau harus memisahkan masalah pekerjaan dan pribadi.” Komentar Kakek Sa
“Dia bisa memutuskan sendiri. Apa Ayah perlu mengatakan itu?” ejek Tuan Sa pada ayahnya.
“Lebih baik mencari aman.” Kata Kakek Sa. Suasana terasa dingin akhirnya Tuan Kim pun mengajak bersulang lagi.
“Yeong-nam, coba katakanlah sesuatu.” Ucap Tuan Kim. Tuan Sa mengaku Tak ada yang ingin dikatakan.
“Kenapa begitu? Padahal anakmu berhasil mendapat pekerjaan. Jika anakku sukses seperti ini, maka aku pasti sudah membanggakannya pada semua orang.” Ucap Kakek Sa
“Kakek, kurasa kau baru melakukan “diss” komentar Jin Ri. Kakek Sa tak mengerti apa maksudnya
“Dalam bahasa kita, artinya mengkritik.” Ucap Jin Ri. Gyeong Jun  pikir Jin Ri harus menjelaskan, Biar tak ada salah paham.
“Bukan salah paham. Dia jelas mengkritikku.”kata Tuan Sa santai. Istrnay mengeluh dengan ucapan suaminya.
“Benar, 'kan? Siapa anak ayah? Aku, 'kan? Dia bilang akan membanggakanku jika aku sukses. Dia tak bisa begitu karena aku payah.” Ucap Tuan Sa dengan nada menyindir
“Ya ampun. Kau mengagumkan. Kau keren sekali. Kau hebat!” ucap Jin Ri memuji Tuan Sa. Tuan Kim mengeluh dengan tingkah anaknya.
“Yeong-nam, sejak masuk kuliah, dia menjadi aneh. Dia hanya mengatakan fakta.”kata Tuan Kim.Semua pun tertawa, hanya Kakek Sa yang tertunduk diam.
“Ya. Tertawalah. Ini hari baik. Ayo bersulang untuk merayakan pekerjaan baru anak sulungku. Jin-ri, minumlah. Ini adalah hadiah karena sudah membuatku tertawa.” Ucap Tuan Sa. Jin Ri pun bahagia.
“Sayang sekali Hye-jun dan Jin-u tak ada di sini.” Kata Tuan Kim. Tuan Sa hanya tersenyum dan mengajak mereka bersulang. 




Jin U memakan es krim sambil melihat Hye Jun dan Hae Hyo yang hanya duduk di taman. Ia berkomentar kalau model adalah orang yang memiliki banyak dosa di kehidupan sebelumnya karena tak bisa makan sesukanya. Hye Jun berkomentar Makan bukan segalanya.
“Bagi beberapa orang, makan adalah segalanya.” Ejek Hye Jun.  Jin U mengeluh kalau yang dimaksud adalah dirinya.
“Kita tak mengolok-olok mereka.” Ucap Hae Hyo. Hye Jun pikir Tak mengolok-olok, tapi menghormati.
“Kalian berdua serasi sekali.” ejek Jin U lalu meliha sebuah mobil lewat dan memanggil “Hae Na”
“Hei, kau bisa kena marah.” Kata Hye Jun panik. Jin U pikir tak ada alasanya.  Saat itu Won Hae Na memundurkan mobilnya.
“Hei, kalian! Naiklah. Aku bosan.” Teriak Hae Na. Hae Hyo dan Hye Jun menolaknya. Tapi Jin U mengaku mau dan langsung berlari menaiki mobil.
“Apa Dia tak punya harga diri?” kelu Hae Hyo, Hye Jun pikir tak ada gunanya karen Hae Na itu adiknya.
“Omong-omong, Hae-na sudah besar.” Komentar Hye Jun. Hae Hyo pikir Bukan hanya itu.
“Dia berhenti tumbuh dan mulai menua.” Keluh Hae Hyo. Jin U pun denga wajah bahagia pamit pergi dari dalam mobil.
“Dia terlihat senang. Biarkan saja. Dia pasti dibuang di depan rumah.” Kata Hae Hyu
“Saat melihat Hae-na, aku sadar bahwa waktu itu adil. Kupikir hanya aku yang menua, ternyata dia juga. Kenapa hanya waktu saja yang adil?” ucap Hye Jun
“Apa kau ada masalah?” tanya Hae Hyo. Hye Jun mengaku terus diserang oleh kenyataan.



Hae Na pun berhenti ditengah jalan menyuruh Jin U agar turun dari mobilnya. Jin U bertanya apa hanya turun saja. Hae Na menganguk. Jin U memastikan lagi dan Jangan menyesal. Hae Na akhirnya mengaku kalau  akan menyesal.
Keduanya pun akhirnya langsung berciuman, Hae Na dan Jin U pun tersenyum bahagia seperti sedang menjalin cinta diam-diam. Jin U  pun mengajak pergi ke tempat lain. Hae Na langsung menolaknya. Jin U pikir   Jika Ha Nae tak mau, maka ia juga tak akan melakukanya.
“Aku suka sikapmu... Aku harus memberimu hadiah.” Ucap Hae Na akhirnya melajukan mobilnya. Jin U panik dan buru-buru memasangkan sabuk pengaman.
Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar