PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Apa Kau
penggemarku? Apa Kau menyukaiku?” tanya Hye Jun melihat wallpaper handphone
Jeong Ha dengan gambar dirinya
“Tidak.”
Ucap Jeong Hae menyangkal karena malu. Hye Jun mengerti kalau Jeong Ha pasti menyangkalnya.
“Aku
sungguh bukan penggemarmu.” Kata Jeong Ha. Hye Jun pun bisa mengerti kalau
Jeong Ha memang tak suka denganya.
“Padahal
ada fotoku yang lebih bagus... Ayolah... Baiklah. Sudah kubilang, aku anggap
tidak.” Ucap Hye Jun tahu kalau Jeong Ha pasti malu.
“Aku tak
berniat mengatakan ini, tapi…” ucap Jeong Ha. Hye Jun menyuruh agar mengatakan
saja dengan wajah percaya diri.
“Aku
penggemar Won Hae-hyo.” Kata Jeong Ha berbohong. Hye Jun kaget mendengarnya dan
mencoba menahan rasa malunya.
“Aku
menyukai Won Hae-hyo. Coba Lihat. Ada dua orang dalam foto. Kenapa begitu yakin
bahwa itu kau?” ejek Jeong Ha menutupinya.
“Benar
juga. Kenapa aku begitu yakin?” ucap Hye Jun menahan malu. Hye Jung pun
bertanya Apa Hye Jun berharap kalau menyukainya.
“Bukan
berharap, tapi keliru.” Akui Hye Jun. Jeong Ha pun tahu kenapa bisa salah
paham.
“Karena
itu aku tak seberapa malu. Aku sangat benci kekeliruan.” Tegas Hye Jun. Jeong
Ha hanya bisa terdiam mendengarnya.
Hae Hyo
keluar dari ruangan make up, beberapa fans datang melihat Hae Hyo langsung
menghampiri dan meminta foto. Hae Hyo dengan ramah memperbolehkan fansnya untuk
foto. Nyonya Kim melihat anaknya langsung menghampirinya.
“Tolong
berhenti. Sudah cukup sesi fotonya. Aku Ibunya Hae-hyo. Jangan salah paham.”
Ucap Nyonya Kim. Mereka pun memuji ibu Hae Hyo yang cantik. Salah satu fans
berteriak “Aku ingin menjadi menantumu!”
“Ibu mau
memberikan apa?” tanya Hae Hyo duduk dengan ibunya. Nyonya Kim menjawab
“Selamat.” Hae Hyo bingung Untuk apa?
“Kau
masih belum tahu? Kau lolos audisi! Kau akan memainkan film sutradara Choi
Se-hun.” Kata Nyonya Kim bangga
“Bagaimana
Ibu bisa tahu?” tanya Hae Hyo heran. Nyonya Kim dengan gugup mengaku menghubungi
mereka.
“Ibu
agresif sekali.” keluh Hae Hyo. Nyonya Kim mengaku Bukan agresif, tapi peduli.
“Kau
adalah karya ibu. Ibu bertaruh segalanya untukmu.” Ucap Nyonya Kim bangga
“Bertaruhlah
untuk diri sendiri. Jangan biarkan aku mengkhianati Ibu.” Kata Hae Hyo
“Kau tak
bisa begitu jika tahu semua yang ibu lakukan untukmu.” Ucap Nyonya Kim
“Tampaknya
aku harus hidup mandiri.” Keluh Hae Hyo. Nyonya Kim berteria kesal. Hae Hyo
pamit harus masuk kembali
“Apa Kau tak
senang? Kau dapat perannya! Reaksimu tak memuaskan.” Ucap Nyonya Kim heran
“Ini
sedikit rumit.” Ucap Hye Hyo. Nyonya Kim menebak karena Hye-Jun dengan wajah
kesal.
Hye Jun
dan Jeong Ha duduk dengan jarak yang jauh dan terasa canggung, keduanya sempat
terdiam. Sampai akhirnya Hye Jun berbicara lebih dulu berkomentar kalau Hye Jun
pasti gugup sekali. Jeong Ha bingung Hye Jun bisa berpikir seperti itu.
“Ini kali
pertamamu bertemu idola, 'kan? Ditambah ada sentuhan fisik.” Ucap Hye Jun
“Aku tak
langsung menyentuh.” Kata Jeong Ha membela diri. Hye Jun tahu Jeong Ha tak
gugup jika tak langsung menyentuh.
“Aku
gugup. Apa Kau tahu betapa gugupnya aku? Aku gugup sejak tadi malam” akui Jeong
Ha menatap Hye Jun yang berhasil dimake up olehnya.
“Hae-hyo
adalah orang baik. Kau tak salah memilih idola. Lalu Berapa umurmu? Apa aku
terlalu lancang?” ucap Hye Jun
“Umurku
26 tahun. Kita seumuran.” Kata Jeong Ha. Hye Jun pikri Pantas terasa akrab
karena ternyata mereka seumuran.
“Boleh
berbicara santai?” tanya Hye Jun. Jeong Ha menganguk setuju. Hye Jun pikir Sekarang harus masuk.
“Omong-omong,
kenapa ke sini? Apa kau mencariku?” tanya Jeong Ha. Hye Jun yakin kalau Tadi
terasa tak adil.
“Kau tak
mencuri kliennya, tapi dia salah paham.” Kata
Hye Jun. Jeong Ha mengaku kalau memang sangat tak adil.
“Aku tahu
rasanya.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha langsung terpana melihat cara Hye Jun seperti
perhatian padanya.
“Kau tak
perlu menatapku begitu. Tapi Kenapa kau gunakan foto itu? Aku juga ada di
dalamnya. Ini Membingungkan.” Ucap Hye Jun.
Jeong Ha hanya bisa terdiam.
“Hari ini
aku mengetahui alasan aku menyukai Sa Hye-jun, bukan pesohor lainnya. Dia punya
rasa empati yang tinggi.” Gumam Jeong Ha terpesona dengan sikap Hye Jun.
Hye Jun
dan Hae Hyo berjalan di catwalk, layaknya seperti model profesional. Jeong Ha melihat Hye Jun terpesona tersenyum
bahagia dan mengabadikan dengan
ponselnya. Jin U juga sibuk mengambil gambar dengan kamernya.
Tuan Jung
akhirnya keluar dari belakang panggung sebagai designer, mengucapkan Terima
kasih karena memberikan apresiasi pada semua rancanganya.
Hye Jun
dan Hae Hyo pun sudah berganti pakaian. Jin U pun datang memberitahu kalau
mengambil banyak foto dan ingin tahu Kira-kira ada berapa yang bagus. Hae Jun
mengejek aklau Itu tergantung kemampuannya.
“Kenapa dia
bilang begitu? Kau juga tak bisa memotret. Kalian bersainglah.” Ucap Hye Jun.
Keduanya langsung menjawab kalau dirinya adalah pemenangnya.
“Pergilah
nasib sial.” keluh Hae Hyo. Hye Jun mengeluh keduanya seperti anak SD saja.
“Kita
memang bertemu di SD... Tapi aku dan kau di TK.” Ucap Jin U bangga. Hye Jun
mengeluh temanya itu berlagak sekali.
Jin Ju
meminta Hae Hyo duduk karena akan menghapus riasannya, Hae Hyo mengaku mengerti
merasa tak enak hati karena menjadi pulang telat karenanya. Jin Ju pun merasa
tak masalah dengan ramah. Hae Jun akhirnya duduk di meja Jeong Ha.
“Tolong
pembersih. Kuhapus sendiri.” Ucap Hye Jun. Hae Hyo heran mereka akrab sekali.
“Kenalkan.
Kami kini berteman.” Ucap Hae Jun bangga. Jin U langsung memperkenalkan
dirinya.
“Kau
supel sekali. Apa kau tak merasa malu?” ejek Hae Hyo. Jin U mengaku memang tak
punya malu.
“Siapa
namamu?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha menjawab
An Jeong-ha. Hae Hyo mengejek kalau artinya "Kau mau
kestabilan"
“Namamu
kocak sekali.” ucap Hae Hyo dan Jeong Ha membalas namanya "Won
Hae-hyo"? "Kau mau apa"menurutnya Namanya juga kocak sekali.
“Kau
lulus! Rupanya selera humor kita sama. Mari berteman baik, Jeong-ha.” Ucap Hae
Hyo sambil tertawa. Sementara Jin Ju yang mendengarnya hanya bisa cemberut.
“Sebagai
perayaan bertemu teman baru, mari kita makan bersama.Ada pertandingan sepak
bola. Kita bisa makan sambil menonton.” Ucap Jin U
“Aku
traktir dengan upah hari ini.” Kata Hae Hyo. Hye Jun kaget kalau Hae Hyo sudah
terima upah?
“Aku
gunakan lebih dulu, pasti akan kuterima.” Ucap Hae Hyo. Jin U memuji temanya
yang luar biasa.
“Aku segera kembali. Tentukan mau makan di
mana.” Kata Hae Jun lalu bergegas pergi. Jin U bingung temanya mau kemana.
Jeong Ha pun hanya bisa menatap sedih idolanya pergi.
Di depan
ruangan, Tuan Jung memuji kalau Tata ruangnya sangat bagus dan sangat
menyukainya. Si pria pun mengucapkan terimakasih atas pujianya. Saat itu Hye
Jung mendekat meminta maaf karena mengganggu karena ingin bicara dengan si
pria.
“Baik.
Tunggu aku di sebelah sana.” Kata si pria. Tuan Jung mengalah berpikir sudah
selesia bicara jadi mempersilahkan.
“Ada apa?”tanya
Si pria. Tuan Jung diam-diam bisa mendengar karena hanya berjalan tak
berjauhan.
“Tolong
kirim upah hari ini ke rekeningku.” Ucap Hye Jun. Si pria mengeluhkalau ini
Merepotkan sekali.
“Apa Kau
putus kontrak dengan agensimu?” ucap sipria. Hye Jun membenarkan jadi meminta
agar memberikan secepatnya. Si pria pun menganguk mengerti lalu masuk ruangan.
Hye Jun
akan berjalan pergi dan sempat memberikan hormat pada Tuan Jung. Tuan Jung
memanggilnya bertanya apakah Tak ada yang ingin disampaikan. Hye Jun hanya
terdiam menatap Tuan Jung.
Tuan Jung
mengemudikan mobil sport, Hye Jun dengan
bangga memberitahu Tenaga mesin mobil
ini bisa mencapai 374 tenaga kuda.< Waktu akselarasi dari berhenti hingga
100 km adalah 4,6 detik jadi Harusnya dikendarai lebih cepat.
“Tak
boleh. Kalau begitu, aku harus lewat Autobahn. Apa Kau mau coba menyetir?” ucap
Tuan Jung menghentikan mobilnya.
“Dengan
senang hati.” Kata Hye Jung pun akhirnya bertukar tempat duduk mengemudikan
mobil sport.
Mereka
sampai ke sebuah tempat, Hye Jun melonggo melihat ruangan yang sudah banyak
makanan dan juga cukup luas. Tuan Jung
pikir Hye Jun Belum pernah ke sini, Hye
Jun mengangguk dan menatap pemandang di luar jendela.
“Apa Kau
tak lapar?”tanya Tuan Jung. Hye Jun mengaku lapar. Tuan Jung pun mengajak merka
makan hidangan ringan dan menyenangkan.
“Ini
kerang kesukaanmu.” Kata Tuan Jung membuka tutup makanan. Hye Jun tak percaya
kalau Ini semua makanan kesukaannya.
“Apa
boleh dimakan?” kata Hye Jun melonggo. Tuan Jung menganguk dan akhirnya meminta
agar membuka botol anggur juga.
“Kapan
yang lainnya datang?” tanya Hye Jung yang akan membuka botol anggur. Tuan Jung
menjawab Tak ada yang datang. Hye Jun langsung
tak jadi membuka botol anggur.
“Kau tahu
industri ini, 'kan? Semuanya dimulai dengan memberikan sponsor.” Ucap Tuan Jung
“Pak
Jung... Aku menghormatimu.” Kata Hye Jun masih dengan nada hormat dan akan
beranjak pergi.
“Itu
salah satu jenis cinta... Sponsor itu bisnis. Maaf sudah menipumu. Aku takut
kau tak akan datang jika kubilang hanya berdua saja. Aku bertindak berlebihan
seperti ini karena perasaanku padamu sangat besar.” Ungkap Tuan Jung.
“Ini
bukan bisnis. Sejak kali pertama melihatmu…” ucap Tuan Jung dan langsung disela
oleh Hye Jun.
“Lebih
baik kau berhenti” ucap Hye Jun menolaknya. Tuan Jung meminta agar Hye Jun dengarkan
sampai akhir.
“Karena
aku sudah menyukaimu, aku tak ingin berhenti, meski aku ditolak.” Kata Tuan
Jung
“Aku tak
ingin melukaimu.” Tegas Hye Jun dan akan pergi, tapi Tuan Jung menahanya dengan
memeluk Hye Jun dari belakang. Hye Jun dengan tegas langsung melepaskan tangan
Tuan Jung.
Hye Jun
bertemu dengan Tuan Jung diruanganya dan bertanya Ada yang ingin dikatakan padanya. Tuan Jung
berkomentar Hye Jun dingin sekali dan
menurutnya Itu daya tarik Hye Jun lalu bertanya apa perlu uang. Hye Jun mengaku
selalu butuh uang.
“Jika kau
mendengarkan perkataanku lima tahun lalu, kau takkan hidup begini.” Komentar
Tuan Jung
“Meski
aku tak menyukai hidupku, aku tak membencinya.” Akui Hye Jun. Tuan Jung mengaku
bisa menjadi agensi untuk Hye Jun.
“Jika kau
ingin menjadi aktor, aku akan mensponsorimu sampai menjadi aktor.” Kata Tuan
Jung
“Maafkan
aku.” Ucap Hye Jun langsung menolak. Tuan Jung memperingatkan kalau Ini
kesempatan terakhir.
“Aku beri
waktu satu pekan.” Kata Tuan Jung. Hye Jun pun melangkah keluar ruangan.
Tuan Sa
mencoba memasang plafon tapi tanganya tak kuat malah menjatuhkan bor. Tuan Kim
pun menanyakan keadaan Tuan Sa sambil mengeluh kalau ia yang akan melakukannya.
Tuan Sa pikir setidaknya harus
mengerjakan sesuatu.
“Aku
hanya menyusahkan.” Ucap Tuan Sa. Tuan Kim merasa Tuan Sa tak menyusahkan.
“Bahumu terluka
karena kesalahanku juga.Aku tahu meski kau tak mengatakannya. Padahal bahumu
sudah tak pernah kambuh. Apa Kau sedang stres?” tanya Tuan Kim melihat Tuan Sa
memegang bahunya.
“Hye-jun
dapat surat panggilan wajib militer. Ada baiknya jika dia pergi lebih awal. Usianya
30 tahun saat selesai. Aku tak bisa tidur karenanya.” Cerita Tuan Sa
“Jin-u
juga sama saja... Cukup. Pulanglah.. Aku tak bisa bekerja karena
mencemaskanmu.” Kata Tuan Kim
“Kalau begitu,
pembagian hasil kali ini tiga banding tujuh.” Ucap Tuan Sa.
“Karena
aku kepala proyek, aku yang urus hal itu. Pergilah ke rumah sakit. Jangan hanya
menempelkan koyo. Paham?” tegas Tuan Kim. Tuan Sa menganguk mengerti.
Nyonya
Han merangkai bunga diatas meja, si majikan melihat vas bunga. Nyonya Han
bertanya apakah menyukainya dan memberitahu kalau Putranya mengirim ini untuk
buat suasana hatinya lebih baik jadi berusaha menata sebaiknya.
“Cantik
sekali. Kau terampil sekali.” puji si majikan. Nyonya Han mengaku pernah ikut
lomba dan dapat penghargaan saat SMP.
“Semuanya
menghilang setelah Ibuku meninggal.” Akui Nyonya Han sedih.
“Akan
lebih baik untuk anakjika ibunya berumur panjang.” Kata Si majikan.
“Semoga
kau panjang umur.” Ucap Nyonya Han. Si majikan mengeluh kalau itu seperti umpatan.
Nyonya Han hanya bisa tersenyum. Si majikan pun pamit pergi.
Nyonya
Han sibuk didapur, ponselnya berdering. Nyonya Lee menelp memberitahu
kalau suaminya pergi ke rumah sakit
karena Ada masalah dengan bahunya. Nyonya Han mengeluh kalau Lagi-lagi cedera
bahu dan bertanya apakah Kim Jang-man lakukan semua sendiri.
“Sepertinya
dia stres karena Hye-jun. Apa Kali ini dia akan pergi wajib militer?” tanya
Nyonya Lee
“Masih
belum pasti. Dia ikut audisi Jika lulus, ditunda sekali lagi.” Ucap Nyonya Han.
Nyonya Lee berharap Hye Jun lulus audisi.
“Jika
pergi sekarang, kariernya akan terhenti. Semua yang sudah dia lakukan menjadi
sia-sia.”ucap Nyonya Lee
“Dia
pasti berhasil.”kata Nyonya Han. Nyonya Lee merasa temanya terdengar tak begitu peduli.
“Hae-hyo
bisa membintangi iklan berkat dukungan ibunya.” Komentar Nyonya Lee
“Itu
karena Hae-hyo mahir.” Ucap Nyonya Han membela. Nyonya Lee mengeluh tetangganya
itu naif sekali.
“Dia harus
gunakan kemampuan sendiri untuk bisa bertahan.” Ucap Nyonya Han.
“Kasihan
Hye-jun. Tak ada keluarganya yang mendukungnya. Aku akan memulai kelas ini. Aku
harus pergi. Waktuku menari.” Kata Nyonya Lee bergegas menutup telpnya.
“Beruntung
sekali punya waktu untuk menari.” Keluh Nyonya Han iri.
Kakek Sa
membuka semua kotak makan diatas meja dan mulai mencicipinya lalu memuji kalau rasa Enak sekali. Ia pun berkomentar Meskipun
Nyonya Han itu menantunya, tapi putranya
tak pantas mendapatkannya. Ia pun senang rasanya berada di rumah.
“Tapi Pergi
keluar membutuhkan uang.” Ucap Kakek Sa lalu memasukan semua kotak makan ke
kulkas. Ia pun mulai makan dan melihat Tuan Sa pulang.
“Ayah di
rumah.” Ucap Tuan Sa canggung melihat ayahnya. Kakek Sa mengaku suka masakan
rumah.
“Bukannya
Ayah suka menari?”kata Tuan Sa. Kakek Sa pikir kalau anaknya belum makan dan
mengajak untuk makan bersama.
“Tak
perlu.” Ucap Tuan Sa. Kakek Sa bertanya apa bahu anaknya sakit lagi dan apakah
sudah ke rumah sakit.
“Butuh
uang untuk ke RS.” Ucap Tuan Sa. Kakek Sa menegaskan Kesehatan lebih penting daripada uang.
“Pada
akhirnya, kita akan mati. Apa pentingnya? Tidak semua orang menjaga kesehatan
seperti Ayah.” Keluh Tuan Sa.
“Ayah
akan menyulitkanmu jika sakit. Setidaknya ayah harus melakukan itu.” Ucap Kakek
Sa
“Ayah
sangat pandai bicara.” Keluh Tuan Sa
akhirnya memilih untuk masuk kamarnya.
“Kenapa
kau tak coba untuk bicara dengan baik? Melihat cara bicaramu membuatku ingin
merebut dan membuang makanan yang sedang kau makan.” Keluh kakek Sa mengoceh
sendiri.
Nyonya
Han pergi membuang sampah dan melihat di TEMPAT DAUR ULANG. Ia melihat banyak
baju bekas dan melihat sebuah jas, lalu yakin Ayah mertuanya pasti menyukainya.
Ia lalu mencoba mencari jaket pria lalu melihat baju lainya.
“Baju
untuk dipakai keluar rumah... Ini Ukurannya pas. Tapi Jika bilang beli baru,
dia takkan percaya. Jika bilang yang sebenarnya, maka dia takkan pakai. Dia tak
pantas dapat ini.” Keluh Nyonya Han.
Tuan Sa
mencoba agar bisa memasang koyo dipungungnya, tapi tak bisa melakuaknya hanya
bisa mengaduh kesakitan. Ia pun berteriak kesal memanggil ayahnya. Kakek Sa masuk kamar bertanya apa mau
ditempelkan koyo.
“Astaga.
Ini sudah makin parah. Apa Kau bisa bekerja seperti ini?” ucap Kakek Sa membuka
koyo.
“Aku
bekerja karena harus, bukan karena sanggup.” Ucap Tuan Sa. Kakek San meminta
agar bisa menunggu.
“Jika
ayah menang lotre, penderitaanmu akan berakhir.”ucap Kakek Sa yakin
“Ayah terus
mengharapkan keberuntungan, makanya berakhir hidup seperti ini.” Keluh Tuan Sa
“Tiap ada
celah, kau selalu menceramahi ayah. Apa Kau pikir ayah diam karena tak bisa
berkata-kata?” ucap Kakek Sa
“Ayah
diam saat tak bisa berkata-kata. Itu sifat Ayah.” Ucap Tuan Sa.
“Tapi
Jangan begitu pada Hye-jun! Dia bukan beban keluarga. Untung kemarin ayah
menghentikanmu. Kau tak seharusnya mengatakan hal seperti itu pada anakmu.
Perkataan adalah doa.” Ucap Kakek Sa menasehati.
“Aku
begitu karena sangat kesal. Dulu Ayah tak acuh pada anak dan pergi dari rumah. Apa
Ayah tahu rasa mencemaskan anak?” keluh Tuan Sa.
“Kau
terlalu agresif. Kau sudah berumur 60 tahun, tapi belum bisa memaafkan
kesalahan orang tua dan selalu menggerutu setiap berbicara. Makanya kau tak
diberkati. Mengerti? Tempel saja sendiri! Menyebalkan sekali.” ucap Kakek Sa
kesal.
“Apa
sulitnya menempelkan sebelum keluar? Tak ada yang bisa mengerti perasaanku. Jika
salah mengambil langkah, hidup akan hancur selamanya. Dia sudah hidup cukup
lama. Apa masih tak sadar?” keluh Tuan Sa berbicar sendiri. Kakek Sa akhirnya
masuk kamar lagi.
“Lihatlah
ayah... Ayah tidak keras kepala sepertimu. Ayah langsung menyadari kesalahan
dan menghampirimu, 'kan? Manusia harus bisa merefleksikan diri.” Ucap Kakek Sa
“Hanya
orang berhasil yang berhak mengajari orang lain. Orang gagal seperti Ayah…
Aduh!” ucap Tuan Sa mengeluh sakit karena Kakek Sa menempel dengan kasar.
“Jangan
begini. Ayo ke rumah sakit. Menjaga kesehatan jauh lebih penting daripada
menghemat uang.” Ucap Kakek Sa
“Itu
sebabnya Ayah terus hidup dalam kemiskinan. Aku tak mau merepotkan
anak-anakku.” Ucap Tuan Sa lalu berbaring ditempat tidur.
Hye Jun
masuk ke ruangan make up melihat semua sudah kosong lalu menghampiri Jeong Ha
bertanya Ke mana yang lain. Jeong Ha menjawab Di luar. Hye Jun pun heran Jeong
Ha masih di ruangan make up. Jeong Ha mengaku harus kerja.
“Kenapa
tadi diam saja?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku tak mau merusak suasana dan
tak berhak melakukan itu.
“Tapi Tak
begitu. Apa Kau harus kembali ke salon?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku tidak
“Aku
merias di jalanan untuk mengisi waktu luang.” Kata Jeong Ha. Hye Ju berkomentar
kalau Jeong Ha pekerja keras.
“Kebanyakan
penggemarku begitu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha mengakui kalau penggemar Hye Jun
orang baik.
“Kau
pandai menghargai orang seperti Hae-hyo.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha tahu kalau Hye
Jun masih dekat dengan Hae-hyo sejak SD.
“Tidakkah
itu sulit?” kata Jeong Ha. Hye Jung kaget kalau Jeong Ha tahu berteman sejak
SD.
“Area
rumah kalian sama, tapi beda lingkungan.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun pikir Jeong Ha
itu penggemar Hae-hyo tapi mencari informasinya juga. Jeong Ha hanya diam saja.
“Apa Kau
tak mau menjawab? Masuk akal. Aku tak berhak menanyakan itu.” Ucap Hye Jun
“Tak
begitu!” teriak Jeong Ha. Hye Jun kaget dan bingung Kenapa berteriak.
“Kau
membuatku makin terlihat seperti bukan siapa-siapa.” Ucap Hye Jun heran.
“Benar
juga. Kenapa aku berteriak?” ucap Jeong Ha bingung. Hye Jun pikir Jangan tanya
padanya karena Jeong Ha yang berteriak.
“Aku tak
bertanya padamu. Aku berbicara pada diri sendiri.” Kata JeongHa mencoba menahan
malu.
“Setelah
dipikir-pikir, "tak berhak" adalah frasa yang merendahkan diri
sendiri. Aku tak suka orang pakai frasa itu. Karena itu aku dengan tegas
membantahmu.” Ucap Jeong Ha
“Kau
memakainya lebih dulu. Aku hanya memberi reaksi agar kau tak malu.” Komentar
Hye Jun
“Kau tak
tahan diperlakukan tak adil, 'kan?” ucap Jeong Ha mengejek. Hye Jun heran Jeong
Ha bisa mengetahuinya.
“Aku
sadar setelah dipermalukan.” Kata Jeong Ha. Hye Jun hanya bisa tertawa dan
terlihat keduanya sangat akrab.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar