PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 10 September 2020

Sinopsis Record of Youth Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

“Apa Kau penggemarku? Apa Kau menyukaiku?” tanya Hye Jun melihat wallpaper handphone Jeong Ha dengan gambar dirinya
“Tidak.” Ucap Jeong Hae menyangkal karena malu. Hye Jun mengerti kalau Jeong Ha pasti menyangkalnya.

“Aku sungguh bukan penggemarmu.” Kata Jeong Ha. Hye Jun pun bisa mengerti kalau Jeong Ha memang tak suka denganya.
“Padahal ada fotoku yang lebih bagus... Ayolah... Baiklah. Sudah kubilang, aku anggap tidak.” Ucap Hye Jun tahu kalau Jeong Ha pasti malu.
“Aku tak berniat mengatakan ini, tapi…” ucap Jeong Ha. Hye Jun menyuruh agar mengatakan saja dengan wajah percaya diri.
“Aku penggemar Won Hae-hyo.” Kata Jeong Ha berbohong. Hye Jun kaget mendengarnya dan mencoba menahan rasa malunya.
“Aku menyukai Won Hae-hyo. Coba Lihat. Ada dua orang dalam foto. Kenapa begitu yakin bahwa itu kau?” ejek Jeong Ha menutupinya.
“Benar juga. Kenapa aku begitu yakin?” ucap Hye Jun menahan malu. Hye Jung pun bertanya Apa Hye Jun berharap kalau menyukainya.
“Bukan berharap, tapi keliru.” Akui Hye Jun. Jeong Ha pun tahu kenapa bisa salah paham.
“Karena itu aku tak seberapa malu. Aku sangat benci kekeliruan.” Tegas Hye Jun. Jeong Ha hanya bisa terdiam mendengarnya. 


Hae Hyo keluar dari ruangan make up, beberapa fans datang melihat Hae Hyo langsung menghampiri dan meminta foto. Hae Hyo dengan ramah memperbolehkan fansnya untuk foto. Nyonya Kim melihat anaknya langsung menghampirinya.
“Tolong berhenti. Sudah cukup sesi fotonya. Aku Ibunya Hae-hyo. Jangan salah paham.” Ucap Nyonya Kim. Mereka pun memuji ibu Hae Hyo yang cantik. Salah satu fans berteriak “Aku ingin menjadi menantumu!”
“Ibu mau memberikan apa?” tanya Hae Hyo duduk dengan ibunya. Nyonya Kim menjawab “Selamat.” Hae Hyo bingung Untuk apa?
“Kau masih belum tahu? Kau lolos audisi! Kau akan memainkan film sutradara Choi Se-hun.” Kata Nyonya Kim bangga
“Bagaimana Ibu bisa tahu?” tanya Hae Hyo heran. Nyonya Kim dengan gugup mengaku menghubungi mereka.
“Ibu agresif sekali.” keluh Hae Hyo. Nyonya Kim mengaku  Bukan agresif, tapi peduli.
“Kau adalah karya ibu. Ibu bertaruh segalanya untukmu.” Ucap Nyonya Kim bangga
“Bertaruhlah untuk diri sendiri. Jangan biarkan aku mengkhianati Ibu.” Kata Hae Hyo
“Kau tak bisa begitu jika tahu semua yang ibu lakukan untukmu.” Ucap Nyonya Kim
“Tampaknya aku harus hidup mandiri.” Keluh Hae Hyo. Nyonya Kim berteria kesal. Hae Hyo pamit harus masuk kembali
“Apa Kau tak senang? Kau dapat perannya! Reaksimu tak memuaskan.” Ucap Nyonya Kim heran
“Ini sedikit rumit.” Ucap Hye Hyo. Nyonya Kim menebak karena Hye-Jun dengan wajah kesal. 


Hye Jun dan Jeong Ha duduk dengan jarak yang jauh dan terasa canggung, keduanya sempat terdiam. Sampai akhirnya Hye Jun berbicara lebih dulu berkomentar kalau Hye Jun pasti gugup sekali. Jeong Ha bingung Hye Jun bisa berpikir seperti itu.
“Ini kali pertamamu bertemu idola, 'kan? Ditambah ada sentuhan fisik.” Ucap Hye Jun
“Aku tak langsung menyentuh.” Kata Jeong Ha membela diri. Hye Jun tahu Jeong Ha tak gugup jika tak langsung menyentuh.
“Aku gugup. Apa Kau tahu betapa gugupnya aku? Aku gugup sejak tadi malam” akui Jeong Ha menatap Hye Jun yang berhasil dimake up olehnya.
“Hae-hyo adalah orang baik. Kau tak salah memilih idola. Lalu Berapa umurmu? Apa aku terlalu lancang?” ucap Hye Jun
“Umurku 26 tahun. Kita seumuran.” Kata Jeong Ha. Hye Jun pikri Pantas terasa akrab karena ternyata mereka seumuran.
“Boleh berbicara santai?” tanya Hye Jun. Jeong Ha menganguk setuju.  Hye Jun pikir Sekarang harus masuk.
“Omong-omong, kenapa ke sini? Apa kau mencariku?” tanya Jeong Ha. Hye Jun yakin kalau Tadi terasa tak adil.
“Kau tak mencuri kliennya, tapi dia salah paham.” Kata  Hye Jun. Jeong Ha mengaku kalau memang sangat tak adil.
“Aku tahu rasanya.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha langsung terpana melihat cara Hye Jun seperti perhatian padanya.
“Kau tak perlu menatapku begitu. Tapi Kenapa kau gunakan foto itu? Aku juga ada di dalamnya. Ini Membingungkan.” Ucap Hye Jun.  Jeong Ha hanya bisa terdiam.
“Hari ini aku mengetahui alasan aku menyukai Sa Hye-jun, bukan pesohor lainnya. Dia punya rasa empati yang tinggi.” Gumam Jeong Ha terpesona dengan sikap Hye Jun. 



Hye Jun dan Hae Hyo berjalan di catwalk, layaknya seperti model profesional.  Jeong Ha melihat Hye Jun terpesona tersenyum bahagia dan  mengabadikan dengan ponselnya. Jin U juga sibuk mengambil gambar dengan kamernya.
Tuan Jung akhirnya keluar dari belakang panggung sebagai designer, mengucapkan Terima kasih karena memberikan apresiasi pada semua rancanganya. 

Hye Jun dan Hae Hyo pun sudah berganti pakaian. Jin U pun datang memberitahu kalau mengambil banyak foto dan ingin tahu Kira-kira ada berapa yang bagus. Hae Jun mengejek aklau Itu tergantung kemampuannya.
“Kenapa dia bilang begitu? Kau juga tak bisa memotret. Kalian bersainglah.” Ucap Hye Jun. Keduanya langsung menjawab kalau dirinya adalah pemenangnya.
“Pergilah nasib sial.” keluh Hae Hyo. Hye Jun mengeluh keduanya  seperti anak SD saja.
“Kita memang bertemu di SD... Tapi aku dan kau di TK.” Ucap Jin U bangga. Hye Jun mengeluh temanya itu berlagak sekali.

Jin Ju meminta Hae Hyo duduk karena akan menghapus riasannya, Hae Hyo mengaku mengerti merasa tak enak hati karena menjadi pulang telat karenanya. Jin Ju pun merasa tak masalah dengan ramah. Hae Jun akhirnya duduk di meja Jeong Ha.
“Tolong pembersih. Kuhapus sendiri.” Ucap Hye Jun. Hae Hyo heran mereka akrab sekali.
“Kenalkan. Kami kini berteman.” Ucap Hae Jun bangga. Jin U langsung memperkenalkan dirinya.
“Kau supel sekali. Apa kau tak merasa malu?” ejek Hae Hyo. Jin U mengaku memang tak punya malu.
“Siapa namamu?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha menjawab  An Jeong-ha. Hae Hyo mengejek kalau artinya "Kau mau kestabilan"
“Namamu kocak sekali.” ucap Hae Hyo dan Jeong Ha membalas namanya "Won Hae-hyo"? "Kau mau apa"menurutnya Namanya juga kocak sekali.
“Kau lulus! Rupanya selera humor kita sama. Mari berteman baik, Jeong-ha.” Ucap Hae Hyo sambil tertawa. Sementara Jin Ju yang mendengarnya hanya bisa cemberut.
“Sebagai perayaan bertemu teman baru, mari kita makan bersama.Ada pertandingan sepak bola. Kita bisa makan sambil menonton.” Ucap Jin U
“Aku traktir dengan upah hari ini.” Kata Hae Hyo. Hye Jun kaget kalau Hae Hyo sudah terima upah?
“Aku gunakan lebih dulu, pasti akan kuterima.” Ucap Hae Hyo. Jin U memuji temanya yang luar biasa.
 “Aku segera kembali. Tentukan mau makan di mana.” Kata Hae Jun lalu bergegas pergi. Jin U bingung temanya mau kemana. Jeong Ha pun hanya bisa menatap sedih idolanya pergi. 


Di depan ruangan, Tuan Jung memuji kalau Tata ruangnya sangat bagus dan sangat menyukainya. Si pria pun mengucapkan terimakasih atas pujianya. Saat itu Hye Jung mendekat meminta maaf karena mengganggu karena ingin bicara dengan si pria.
“Baik. Tunggu aku di sebelah sana.” Kata si pria. Tuan Jung mengalah berpikir sudah selesia bicara jadi mempersilahkan.
“Ada apa?”tanya Si pria. Tuan Jung diam-diam bisa mendengar karena hanya berjalan tak berjauhan.
“Tolong kirim upah hari ini ke rekeningku.” Ucap Hye Jun. Si pria mengeluhkalau ini Merepotkan sekali.
“Apa Kau putus kontrak dengan agensimu?” ucap sipria. Hye Jun membenarkan jadi meminta agar memberikan secepatnya. Si pria pun menganguk mengerti lalu masuk ruangan. 

Hye Jun akan berjalan pergi dan sempat memberikan hormat pada Tuan Jung. Tuan Jung memanggilnya bertanya apakah Tak ada yang ingin disampaikan. Hye Jun hanya terdiam menatap Tuan Jung.
 Flash Back
Tuan Jung mengemudikan mobil sport,  Hye Jun dengan bangga memberitahu  Tenaga mesin mobil ini bisa mencapai 374 tenaga kuda.< Waktu akselarasi dari berhenti hingga 100 km adalah 4,6 detik jadi Harusnya dikendarai lebih cepat.
“Tak boleh. Kalau begitu, aku harus lewat Autobahn. Apa Kau mau coba menyetir?” ucap Tuan Jung menghentikan mobilnya.
“Dengan senang hati.” Kata Hye Jung pun akhirnya bertukar tempat duduk mengemudikan mobil sport. 

Mereka sampai ke sebuah tempat, Hye Jun melonggo melihat ruangan yang sudah banyak makanan dan juga cukup luas.  Tuan Jung pikir Hye Jun  Belum pernah ke sini, Hye Jun mengangguk dan menatap pemandang di luar jendela.
“Apa Kau tak lapar?”tanya Tuan Jung. Hye Jun mengaku lapar. Tuan Jung pun mengajak merka makan hidangan ringan dan menyenangkan.
“Ini kerang kesukaanmu.” Kata Tuan Jung membuka tutup makanan. Hye Jun tak percaya kalau Ini semua makanan kesukaannya.
“Apa boleh dimakan?” kata Hye Jun melonggo. Tuan Jung menganguk dan akhirnya meminta agar membuka botol anggur juga. 

“Kapan yang lainnya datang?” tanya Hye Jung yang akan membuka botol anggur. Tuan Jung menjawab Tak ada yang datang. Hye Jun langsung  tak jadi membuka botol anggur.
“Kau tahu industri ini, 'kan? Semuanya dimulai dengan memberikan sponsor.” Ucap  Tuan Jung
“Pak Jung... Aku menghormatimu.” Kata Hye Jun masih dengan nada hormat dan akan beranjak pergi.
“Itu salah satu jenis cinta... Sponsor itu bisnis. Maaf sudah menipumu. Aku takut kau tak akan datang jika kubilang hanya berdua saja. Aku bertindak berlebihan seperti ini karena perasaanku padamu sangat besar.” Ungkap Tuan Jung.
“Ini bukan bisnis. Sejak kali pertama melihatmu…” ucap Tuan Jung dan langsung disela oleh Hye Jun.
“Lebih baik kau berhenti” ucap Hye Jun menolaknya. Tuan Jung meminta agar Hye Jun dengarkan sampai akhir.
“Karena aku sudah menyukaimu, aku tak ingin berhenti, meski aku ditolak.” Kata Tuan Jung
“Aku tak ingin melukaimu.” Tegas Hye Jun dan akan pergi, tapi Tuan Jung menahanya dengan memeluk Hye Jun dari belakang. Hye Jun dengan tegas langsung melepaskan tangan Tuan Jung. 

Hye Jun bertemu dengan Tuan Jung diruanganya dan bertanya  Ada yang ingin dikatakan padanya. Tuan Jung berkomentar Hye Jun  dingin sekali dan menurutnya Itu daya tarik Hye Jun lalu bertanya apa perlu uang. Hye Jun mengaku selalu butuh uang.
“Jika kau mendengarkan perkataanku lima tahun lalu, kau takkan hidup begini.” Komentar Tuan Jung
“Meski aku tak menyukai hidupku, aku tak membencinya.” Akui Hye Jun. Tuan Jung mengaku bisa menjadi agensi untuk Hye Jun.
“Jika kau ingin menjadi aktor, aku akan mensponsorimu sampai menjadi aktor.” Kata Tuan Jung
“Maafkan aku.” Ucap Hye Jun langsung menolak. Tuan Jung memperingatkan kalau Ini kesempatan terakhir.
“Aku beri waktu satu pekan.” Kata Tuan Jung. Hye Jun pun melangkah keluar ruangan. 


Tuan Sa mencoba memasang plafon tapi tanganya tak kuat malah menjatuhkan bor. Tuan Kim pun menanyakan keadaan Tuan Sa sambil mengeluh kalau ia yang akan melakukannya. Tuan Sa pikir setidaknya  harus mengerjakan sesuatu.
“Aku hanya menyusahkan.” Ucap Tuan Sa. Tuan Kim merasa  Tuan Sa tak menyusahkan.
“Bahumu terluka karena kesalahanku juga.Aku tahu meski kau tak mengatakannya. Padahal bahumu sudah tak pernah kambuh. Apa Kau sedang stres?” tanya Tuan Kim melihat Tuan Sa memegang bahunya.
“Hye-jun dapat surat panggilan wajib militer. Ada baiknya jika dia pergi lebih awal. Usianya 30 tahun saat selesai. Aku tak bisa tidur karenanya.” Cerita Tuan Sa
“Jin-u juga sama saja... Cukup. Pulanglah.. Aku tak bisa bekerja karena mencemaskanmu.” Kata Tuan Kim
“Kalau begitu, pembagian hasil kali ini tiga banding tujuh.” Ucap Tuan Sa.
“Karena aku kepala proyek, aku yang urus hal itu. Pergilah ke rumah sakit. Jangan hanya menempelkan koyo. Paham?” tegas Tuan Kim. Tuan Sa menganguk mengerti. 



Nyonya Han merangkai bunga diatas meja, si majikan melihat vas bunga. Nyonya Han bertanya apakah menyukainya dan memberitahu kalau Putranya mengirim ini untuk buat suasana hatinya lebih baik jadi berusaha menata sebaiknya.
“Cantik sekali. Kau terampil sekali.” puji si majikan. Nyonya Han mengaku pernah ikut lomba dan dapat penghargaan saat SMP.
“Semuanya menghilang setelah Ibuku meninggal.” Akui Nyonya Han sedih.
“Akan lebih baik untuk anakjika ibunya berumur panjang.” Kata Si majikan.
“Semoga kau panjang umur.” Ucap Nyonya Han. Si majikan mengeluh kalau itu seperti umpatan. Nyonya Han hanya bisa tersenyum. Si majikan pun pamit pergi. 

Nyonya Han sibuk didapur, ponselnya berdering. Nyonya Lee menelp memberitahu kalau  suaminya pergi ke rumah sakit karena Ada masalah dengan bahunya. Nyonya Han mengeluh kalau Lagi-lagi cedera bahu dan bertanya apakah Kim Jang-man lakukan semua sendiri.
“Sepertinya dia stres karena Hye-jun. Apa Kali ini dia akan pergi wajib militer?” tanya Nyonya Lee
“Masih belum pasti. Dia ikut audisi Jika lulus, ditunda sekali lagi.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Lee berharap Hye Jun lulus audisi.
“Jika pergi sekarang, kariernya akan terhenti. Semua yang sudah dia lakukan menjadi sia-sia.”ucap Nyonya Lee
“Dia pasti berhasil.”kata Nyonya Han. Nyonya Lee merasa temanya  terdengar tak begitu peduli.
“Hae-hyo bisa membintangi iklan berkat dukungan ibunya.” Komentar Nyonya Lee
“Itu karena Hae-hyo mahir.” Ucap Nyonya Han membela. Nyonya Lee mengeluh tetangganya itu naif sekali.
“Dia harus gunakan kemampuan sendiri untuk bisa bertahan.” Ucap Nyonya Han.
“Kasihan Hye-jun. Tak ada keluarganya yang mendukungnya. Aku akan memulai kelas ini. Aku harus pergi. Waktuku menari.” Kata Nyonya Lee bergegas menutup telpnya.
“Beruntung sekali punya waktu untuk menari.” Keluh Nyonya Han iri. 


Kakek Sa membuka semua kotak makan diatas meja dan mulai mencicipinya lalu memuji kalau  rasa Enak sekali. Ia pun berkomentar Meskipun Nyonya Han itu  menantunya, tapi putranya tak pantas mendapatkannya. Ia pun senang rasanya berada di rumah.
“Tapi Pergi keluar membutuhkan uang.” Ucap Kakek Sa lalu memasukan semua kotak makan ke kulkas. Ia pun mulai makan dan melihat Tuan Sa pulang.
“Ayah di rumah.” Ucap Tuan Sa canggung melihat ayahnya. Kakek Sa mengaku suka masakan rumah.
“Bukannya Ayah suka menari?”kata Tuan Sa. Kakek Sa pikir kalau anaknya belum makan dan mengajak untuk makan bersama.
“Tak perlu.” Ucap Tuan Sa. Kakek Sa bertanya apa bahu anaknya sakit lagi dan apakah sudah ke rumah sakit.
“Butuh uang untuk ke RS.” Ucap Tuan Sa. Kakek Sa menegaskan  Kesehatan lebih penting daripada uang.
“Pada akhirnya, kita akan mati. Apa pentingnya? Tidak semua orang menjaga kesehatan seperti Ayah.” Keluh Tuan Sa.
“Ayah akan menyulitkanmu jika sakit. Setidaknya ayah harus melakukan itu.” Ucap Kakek Sa
“Ayah sangat pandai bicara.” Keluh Tuan  Sa akhirnya memilih untuk masuk kamarnya.
“Kenapa kau tak coba untuk bicara dengan baik? Melihat cara bicaramu membuatku ingin merebut dan membuang makanan yang sedang kau makan.” Keluh kakek Sa mengoceh sendiri. 


Nyonya Han pergi membuang sampah dan melihat di TEMPAT DAUR ULANG. Ia melihat banyak baju bekas dan melihat sebuah jas, lalu yakin Ayah mertuanya pasti menyukainya. Ia lalu mencoba mencari jaket pria lalu melihat baju lainya.
“Baju untuk dipakai keluar rumah... Ini Ukurannya pas. Tapi Jika bilang beli baru, dia takkan percaya. Jika bilang yang sebenarnya, maka dia takkan pakai. Dia tak pantas dapat ini.” Keluh Nyonya Han.


Tuan Sa mencoba agar bisa memasang koyo dipungungnya, tapi tak bisa melakuaknya hanya bisa mengaduh kesakitan. Ia pun berteriak kesal memanggil ayahnya.  Kakek Sa masuk kamar bertanya apa mau ditempelkan koyo.
“Astaga. Ini sudah makin parah. Apa Kau bisa bekerja seperti ini?” ucap Kakek Sa membuka koyo.
“Aku bekerja karena harus, bukan karena sanggup.” Ucap Tuan Sa. Kakek San meminta agar bisa menunggu.
“Jika ayah menang lotre, penderitaanmu akan berakhir.”ucap Kakek Sa yakin
“Ayah terus mengharapkan keberuntungan, makanya berakhir hidup seperti ini.” Keluh Tuan Sa
“Tiap ada celah, kau selalu menceramahi ayah. Apa Kau pikir ayah diam karena tak bisa berkata-kata?” ucap Kakek Sa
“Ayah diam saat tak bisa berkata-kata. Itu sifat Ayah.” Ucap Tuan Sa.  
“Tapi Jangan begitu pada Hye-jun! Dia bukan beban keluarga. Untung kemarin ayah menghentikanmu. Kau tak seharusnya mengatakan hal seperti itu pada anakmu. Perkataan adalah doa.” Ucap Kakek Sa menasehati.
“Aku begitu karena sangat kesal. Dulu Ayah tak acuh pada anak dan pergi dari rumah. Apa Ayah tahu rasa mencemaskan anak?” keluh Tuan Sa.
“Kau terlalu agresif. Kau sudah berumur 60 tahun, tapi belum bisa memaafkan kesalahan orang tua dan selalu menggerutu setiap berbicara. Makanya kau tak diberkati. Mengerti? Tempel saja sendiri! Menyebalkan sekali.” ucap Kakek Sa kesal. 
“Apa sulitnya menempelkan sebelum keluar? Tak ada yang bisa mengerti perasaanku. Jika salah mengambil langkah, hidup akan hancur selamanya. Dia sudah hidup cukup lama. Apa masih tak sadar?” keluh Tuan Sa berbicar sendiri. Kakek Sa akhirnya masuk kamar lagi.
“Lihatlah ayah... Ayah tidak keras kepala sepertimu. Ayah langsung menyadari kesalahan dan menghampirimu, 'kan? Manusia harus bisa merefleksikan diri.” Ucap Kakek Sa
“Hanya orang berhasil yang berhak mengajari orang lain. Orang gagal seperti Ayah… Aduh!” ucap Tuan Sa mengeluh sakit karena Kakek Sa menempel dengan kasar.
“Jangan begini. Ayo ke rumah sakit. Menjaga kesehatan jauh lebih penting daripada menghemat uang.” Ucap Kakek Sa
“Itu sebabnya Ayah terus hidup dalam kemiskinan. Aku tak mau merepotkan anak-anakku.” Ucap Tuan Sa lalu berbaring ditempat tidur. 

Hye Jun masuk ke ruangan make up melihat semua sudah kosong lalu menghampiri Jeong Ha bertanya Ke mana yang lain. Jeong Ha menjawab Di luar. Hye Jun pun heran Jeong Ha masih di ruangan make up. Jeong Ha mengaku harus kerja.
“Kenapa tadi diam saja?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku tak mau merusak suasana dan tak berhak melakukan itu.
“Tapi Tak begitu. Apa Kau harus kembali ke salon?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku tidak
“Aku merias di jalanan untuk mengisi waktu luang.” Kata Jeong Ha. Hye Ju berkomentar kalau Jeong Ha pekerja keras.
“Kebanyakan penggemarku begitu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha mengakui kalau penggemar Hye Jun orang baik.
“Kau pandai menghargai orang seperti Hae-hyo.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha tahu kalau Hye Jun masih dekat dengan Hae-hyo sejak SD.
“Tidakkah itu sulit?” kata Jeong Ha. Hye Jung kaget kalau Jeong Ha tahu berteman sejak SD.
“Area rumah kalian sama, tapi beda lingkungan.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun pikir Jeong Ha itu penggemar Hae-hyo tapi mencari informasinya juga. Jeong Ha hanya diam saja.
“Apa Kau tak mau menjawab? Masuk akal. Aku tak berhak menanyakan itu.” Ucap Hye Jun
“Tak begitu!” teriak Jeong Ha. Hye Jun kaget dan bingung  Kenapa berteriak.
“Kau membuatku makin terlihat seperti bukan siapa-siapa.” Ucap Hye Jun heran.
“Benar juga. Kenapa aku berteriak?” ucap Jeong Ha bingung. Hye Jun pikir Jangan tanya padanya karena Jeong Ha yang berteriak.
“Aku tak bertanya padamu. Aku berbicara pada diri sendiri.” Kata JeongHa mencoba menahan malu.
“Setelah dipikir-pikir, "tak berhak" adalah frasa yang merendahkan diri sendiri. Aku tak suka orang pakai frasa itu. Karena itu aku dengan tegas membantahmu.” Ucap Jeong Ha
“Kau memakainya lebih dulu. Aku hanya memberi reaksi agar kau tak malu.” Komentar Hye Jun
“Kau tak tahan diperlakukan tak adil, 'kan?” ucap Jeong Ha mengejek. Hye Jun heran Jeong Ha bisa mengetahuinya.
“Aku sadar setelah dipermalukan.” Kata Jeong Ha. Hye Jun hanya bisa tertawa dan terlihat keduanya sangat akrab.
Bersambung ke part 2



Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar