Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Pagi
hari
Hye Jun
terbangun melihat pesan di ponselnya [TRANSFER DARI PERAGAAN BUSANA 9.670.000
WON] Ia langsung duduk menelp pria yang mengadakan show, memberitahu kalau baru memeriksa uang masuk
dan menurutnya sepertinya salah kirim karena bayaranya terlalu banyak.
“Berterimakasihlah
kepada Pak Jung. Dia memberi bonus karena penampilanmu baik.” Ucap Si pria. Hye
Jun pun hanya bisa menghela nafas panjang.
Jeong Ha
sibuk merias seorang pria yang cukup tua didepanya. Si pria mengaku senang jika
Jeong Ha yang meriasnya. Jeong Ha mengucapkan Terima kasih menurutnya Karena
telat memulai karir, jadi senang jika dipuji.
“Kau Tak
telat sama sekali. Aku mulai menjadi model saat berumur 65 tahun.” Ucap si
kakek
“Apa Kau
belum lama menjadi model?” tanya Hye Jun. Si kakek mengaku sudah 13 tahun.
Sekarang umurnya 78 tahun. Jeong Ha kaget mendengarnya.
“Kenapa
kau begitu kaget? Aku ingin kerja sampai sepuluh tahun lagi.” Ucap si kakek.
Jin Ju dengan sinis menyuruh Jeong Ha bergeser.
“Kau akan
berkarir sampai 100 tahun. Model senior selalu dibutuhkan. Ini iklan ginseng
merah. Sutradara dan aku putuskan memakai citra kuat dan meyakinkan.” Ucap Jin
Ju.
Jeong Ha
terdiam mengingat saat bicara dengan kakek Sa dengan Hye Jun. Kakek Sa bertanya
“ Apa kau sudah mencari tahu?” Hae Jun menjawab kalau sedang mencari tahu. Hye
Jun pun memperlihatkan foto kakeknya pada Jeong Ha.
“Dia bisa
jadi aktor. Kenapa tak coba berakting?” ucap Jeong Ha. Akhirnya Jeong Ha
mengingat kakek Sa berpikir bisa memulai karirnya walaupun sudah tua.
Hye Jun
keluar dari kamar, Kakek Sa sibuk memasak mengaku baru akan memanggil cucunya dan Waktunya pas
sekali. Hae Jun pun duduk dimeja makan. Kakek Sa memberitahu Ibu Hye Jun membuat gimbap. Hae Jun mengambil satu sambil
berkomentar
“Dulu dia
bilang tak mau membuatkannya karena repot. Ini pasti karena aku mau pergi wajib
militer.” Ucap Hye Jun
“Apa yang
akan kulakukan selama kau wajib militer? Aku akan merindukanmu.” Ucap Kakek Sa
sedih
“Tunggu
saja 18 bulan.” Kata Hye Jun. Kakek Sa merasa
Delapan belas bulan bagi Hae Jun terasa seperti 18 tahun baginya.
“Jangan
begitu! Kau terlihat menyedihkan. Aku tak suka. Apa moto kita? "Tetap
senyummeski didiskriminasi dan dilecehkan." Kata Hye Jun mengingatkan.
“Benar. Tersenyum
membawa keberuntungan... Aku menghangatkan supmu. Enak.” Ucap Kakek Sa.
“Kau
punya tangan emas. Semua pasti berhasil jika disentuh olehmu.” Puji Hye Jun.
Kakek Sa memuji cucunya memang yang terbaik.
“Jangan
mencemaskanku. Berpacaranlah.” Ucap Hye Jun.
Kakek Sa menyuruh cucunya saja yang melakukan itu karena ia hanya ingin
bekerja.
“Kurasa
akan ada kabar baik. Apa Kau temukan pekerjaan? Di mana?” tanya Kakek Sa penuh
semangat.
“Belum
tahu. Aku harus bertemu langsung dengannya.” Ucap Hye Jun. Kakek Sa penasaran
Bertemu siapa.
Jeong Ha
sedang merapihkan alat make up. Hae Hyo datang menayap Jeong Hae. Jeong Ha bertanya
Kenapa Hye Hyo ke sini. Hae Hyo menjawab
mau dirias untuk syuting drama. Jeong Ha pun meminta menunggu karena
Jin-ju segera datang.
“Aku mau
kau meriasku.” Kata Hae Hyo. Jeong Ha menegaskan kalau Tak bisa.
“Apa Kau
sudah datang? Kau datang tanpa reservasi.” Ucap Jin Ju datang dengan direktur
“Ya. Aku
ingin dirias oleh Jeong-ha. Namun, dia bilang tak bisa. Kenapa tak bisa?” tanya
Hye Hyo
“Menurut
peraturan tak boleh. Posisi Jeong-ha masih asisten.” Kata Jin Ju sinis
“Apa
Peraturan lebih penting daripada kepuasan pelanggan?” tanya Hae Hyo akhirnya
berdiri.
“Kepuasan
pelanggan tentu lebih penting. Nona An, kau bisa merias Hae-hyo.” Ucap
Direktur.
“Pangkatku
belum mencukupi.” Ucap Jeong Han. Direktur menegaskan kalau Pangkat bisa dinaikka dan Peraturan bisa
diubah.
“Silakan
keramas dulu.” Ucap Direktur. Akhirnya Hae Hyo pergi dengan pegawai lain.
“Bagaimana
kau bisa melakukan ini?”keluh Jin Ju kesal. Direktur berkomentar Ada alasan kenapa
pelanggan tak memilih Jin Ju
“Kau
seharusnya berintrospeksi.” Kata Direktur dan Akhirnya Jin Ju pergi dengan
wajah kesal. Jeong Ha pun terlihat bingung.
Jeong Ha
pun mulai merias Hae Hyo dengan memakaikan toner lebih dulu. Hye Hyo
memberitahu kalau Kulitnya terasa halus. Padahal sebelumnya terlihat kasar. Ia
pun berkomentar kalau setelah dilihat, ternyata Jeong Ha terampil. Jeong Ha
hanya diam saja dan fokus memberikan make up.
“Firasatku
sungguh bagus. Aku bisa tahu tanpa mencoba.” Ucap Hae Hyo.
“Tolong
jangan bergerak.” Ucap Jeong Ha. Hye Hyo langsung duduk dengan tegak. Jeong Ha
bingung apa yang dilakukan Hae Hyo sekarang.
“Katanya
jangan bergerak.” Ucap Hae Hyo. Jeong Ha berkomentar kalau Hae Hyo boleh
bernapas.
“Apa Kau
merasa lebih baik?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha bingung Memangnya ia kenapa
“Kau
tiba-tiba dingin. Aku hampir membeku karenamu.” Ucap Hae Hyo. Jeong Ha bertanya
apakah Hye Hyo tahu perkataan itu.
“Apa Kau
pikir bisa mengenalku dari informasi di internet?” ucap Hye Hyo.
“Aku tak
terlalu menggali informasimu karena tak tertarik.” Komentar Jeong Ha
“Kau
membuatku tertantang. Jika mengenalku lebih dalam, maka kau tak akan bisa
lepas.” Ejek Hae Hyo
“Begitu?
Sungguh menakutkan. Aku tak akan mengenalmu lebih dalam.” Ucap Jeong Ha
“Apa Kau
hanya ingin mengenal Sa Hye-jun?” tanya Hae Hyo. Jeong Ha mengaku tidak
dan sudah cukup mengenalnya.
“Kau
pasti jadi menyukainya. Aku sangat kenal Hye-jun.” ucap Hae Hyo. Jeong Ha
mengaku sudah suka dia sebelumnya dan mengaku sebagai penggemarnya.
“Maksudku,
kau jadi lebih suka setelah bertemu dengannya.” Ucap Hae Hyo.
“Benar.
Aku jadi lebih menyukainya. Aku sedang berusaha untuk tak jatuh hati.” Ucap
Jeong Ha
“Ikuti
hatimu. Kenapa harus berusaha?” ucap Hae Hyo. Jeong Ha pikir Mengidolakan
seseorang itu indah karena bukan kenyataan.
“Saat
fantasi bertemu kenyataan, keadaan akan kacau.” Ucap Jeong Ha. Hae Hyo pikir Pasti
menyenangkan jika menjadi kacau.
Saat itu
Hye Jun datang ke salon bertanya Di mana Jeong-ha. Si pegawai menjawab ada
didalam. Jeong Ha sedang duduk dengan
direktur, lalu bertanya pada Hae Hyo apakan suka riasannya hari ini. Hae Hyo
mengucapkan Terima kasih membiarkannya untuk memilih penata riasnya sendiri.
“Aku
lebih berterima kasih. Nona An, kerjamu baik.” Puji direktur. Jeong Ha yang
terdiam terlihat tersadar dari lamunanya.
Saat itu Hye Jun datang
“Kenapa
kau ada di sini?” tanya Har Hyo. Hye Jun pikir harus tanyakan hal yang sama.
“Menurutmu
kenapa?” ejek Hae Hyo. Direktur melihat keduanya terlihat dekat dan bertanya sejak
kapan berteman?
“Kami
teman SD.” Jawab Hae Hyo. Direktur pun tahu kalau Hye Jun Rumahnya di Hannam-dong juga. Hye Jun
membenarkan.
“Rupanya
kalian anak orang kaya. Belakangan ini banyak pesohor yang berasal dari
keluarga berada. Zaman dulu sebagian besar adalah tulang punggung keluarga.”
Komentar direktur.
“Tak
semua yang tinggal di Hannam-dong kaya.” Kata Hye Jun dengan nada sedikit
tinggi.
“Tak
perlu merendah seperti itu...Kau mau minum teh apa?” ucap Direktur merasa tak
nyaman. Hye Jun pun memint es kopi.
Jeong ha
ingin mengambilkanya, tapi Direktur melarangnya agar bisa menemani keduanya.
Jeong Ha merasa tak enak hati, Direktur pikir kalau ia sangat disukai orang karena tahu kapan harus
bergabung dan pergi.
“Teman-teman
merindukanmu. Apa yang kau lakukan?” ucap Hae Hyo. Jeong Ha merasa tak nyaman
akhirnya memilih untuk pamit pergi pada keduanya.
“Apa Kau
datang untuk menemuinya?” tanya Hae Hyo. Hye Jun membenarkan dan bertanya
apakah Hye Hyo ada syuting drama.
“Ya.
Semua syuting akan selesai pekan depan.” Ucap Hae Hyo lalu saat itu Hye Jun
melihat telp Hae Hyo bergetar dan menyuruh agar mengangkatnya.
Hae Hyo
pun mengangkat telp dar penulis Kim lal mengaku ingin membantu tapi menurutnya
acara hiburan harus diskusi dengan agensi dulu. Hye Jun duduk diam sambil
meminum es kopinya. Hae Hyo memberitahu kalau akan berperan dalam film
Sutradara Choi.
“Jangan
berlebihan. Kita lihat dulu... Ya. Terima kasih.” Ucap Hae Hyo lal menutup
telpnya.
“Dia
penulis yang kukenal saat tampil di acara hiburan. Dia kini penulis utama, dulu
dia asisten. Ada beberapa anggota grup pria. Dia ingin buat acara bepergian.”
Cerita Hae Hyo
“Kau
sedang apa? Kita sudah telat. Kau tak keluar meski ditelepon.”keluh managernya
akhirnya masuk salon. Hae Hyo pun meminta maaf.
“Rupanya
Hye-jun juga di sini... Apa Kau ada proyek?” tanya manager. Hae Jon
mengelengkan kepala.
“Kenapa
ke salon?” tanya manager dengan nada mengejek. Hae Hyo tak ingin memperpanjang
mengajak managernya pergi dan berjanji
akan menelp Hye Jun selesai syuting.
Hye Jun
menunggu diruangan lain bertanya Apa maksud JeongHa dengan pekerjaan luar
biasa. Jeong Ha sedang merapihkan peralatan make up mengeluh kalau tak sabar sekali
lalu membuka laptopnya. Hye Jun duduk disampingnya.
Jeong Ha
mencoba membuka folder, tapi ternyata malah membuka video Hye Jun yang sedang
catwalk. Ia pun buru-buru menutup layar dan mencari folder lain, tapi kembali
melihat video Hye Jun. Hye Jun menatap heran. Jeong Ha yang malu mencoba
mencari video lainya.
Akhirnya
mereka melihat video AKADEMI MODEL SENIOR, Jeong Ha mendekat. Jeong Ha gugup
berpikir kalau terlalu dekat Hye Jun merasa tak masalah, tapi akhirnya sedikit
bergeser karena melihat Jeong Ha yang tak nyaman.
“Impian
kakekmu menjadi pesohor, 'kan? Ini adalah pekerjaan yang paling mendekati
impiannya.” Ucap Jeong Ha.
“Aku tak
mau mewujudkan impian kakekku. Dia mencari pekerjaan paruh waktu. Umurnya 71
tahun.” Kata Hye Jun
“Ada
banyak model senior berusia 80 tahun yang masih aktif. Punya fisik seperti itu
di usianya adalah sebuah talenta.” Ucap Jeong Ha menyakinkan.
“Tidak,
bukan ini.” Kata Hye Jun menutup laptop. Jeong Ha pikir Hae Jun tak seharusnya
memutuskan ini sepihak tanpa menanyakan pendapat kakeknya.
“Kau
menarik.” Puji Hye Jun. Jeong Ha merasa kalau Hae Jun yyang mengatakannya dan
menganggap sebagai pujian.
“Caramu
marah tenang sekali.” komentar Hye Jun. Jeong Ha pikir Hae Jun bisa tak suka dengan pemikirannya.
“Tapi tak
seharusnya menganggapku konyol seperti itu.” Ucap Jeong Ha dengan nada
cemberut.
“Aku
sering melihat model senior, tapi tak pernah terpikirkan untuk Kakek bisa
melakukannya.” Jelas Hye Jun
“Seperti
gelap di bawah api lilin, orang terdekat bisa tak menyadarinya.” Ucap Jeong Ha
“Kenapa
tiba-tiba membahas lilin?” ucap Hye Jun heran. Jeong Ha menjelaskan Manusia itu
berubah.
“Diri
yang sekarang bisa berbeda dengan yang dulu.” Jelas Jeong Ha. Hye Jun merasa
kalau Perkataan Jeong Ha tak begitu meyakinkan.
“Begitu?
Lalu Bagaimana dengan ini? Mulutmu mengatakan demi kakekmu, tapi sebenarnya
dalam hati kau mengabaikannya.” Ucap Jeong Ha
“ Jangan
lewati batas.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha menegaskan Batas dibuat untuk dilewati.
“Meski
begitu, bukan ini.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha yakin Hye Jun mulai terayu. Hae Jun
mengelaknya dan beranjak pergi. Jeong Ha bertanya Hae Jun mau ke mana
“Ada yang
harus aku urus. Kau kerja sampai pukul berapa?” ucap Hye Jun. Jeong Ha bertanya
Siapa.
Hye Jun
berjalan di lorong rumah dan melihat nama Jjampong Entertainment didepan pintu.
Ia pun menekan bel, Nyonya Lee membuka pintu dengan rambut tangkat apelnya. Hye
Jun mengejek kalau ini Luar biasa.
Nyonya
Lee akhirnya membuka pintu. Hye Jun pun masuk ke rumah hanya bisa melonggo
karena berantakan. Nyonya Lee buru-buru membereskan meja dan langsung
menyuruhnya duduk. Hye Jun pun duduk di meja kerja. Nyonya Lee menyindir kalau
Hye Jun datang untuk menghibur setelah menyakitinya
“Aku
membelikanmu roti. Roti kacang merah kesukaanmu.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee
marah karena Hae Jun tak dibuka
“Kau
banyak mau.” Keluh Hye Jun lalu membuka rotinya. Nyonya Lee tersenyum lalu
memakanya. Hye Jun memberikan sebuah amplop. Nyonya Lee bingung apa ini.
“Aku
sudah terima bayaran untuk peragaan busana. IniLebih banyak dari yang kukira.”
Ucap Hye Jun. Nyonya Lee tak mengerti maksudnya.
“Saat
kita ke Italia, kau membayar tiket pesawat dan akomodasi.” Ucap Hye Jun
“Katanya
mau wajib militer? Pakai saja. Aku melakukannya tanpa pamrih.” Kata Nyonya Lee.
Hye Jun pikir Tak bisa begitu.
“Apa
boleh kunasihati?” tanya Nyonya Lee. Hye Jun menolak karena muak dengan nasihat.
“Kau tak
berambisi.” Ucap Nyonya Lee. Hye Jun mengeluh Nyonya Lee yang tadinya bertanya.
“Arahmu
sudah benar. Menjadi pesohor bisa meningkatkan status sosial. Jika berhasil,
kau bisa beli gedung dalam sekejap. Bahkan kau Hanya tunjuk muka bisa dapat
uang.” Ucap Nyonya Lee menyakinkan.
“Apa sukses
begitu penting? Lakukan apa yang kau suka dan makan makanan enak, menikah,
serta punya anak. Yang terpenting menikmati hari ini.” Kata Hye Jun.
“Jika
terlahir tanpa apa-apa, kau harus hidup miskin selamanya. Tak akan membaik.
Biasanya… baru sadar setelah berusia 30 tahun. Orang berusia 20-an punya
fantasi bisa mewujudkan mimpi. Orang
pintar sadar di usia 20-an.” Ucap Nyonya Lee
“Lebih baik
cari uang daripada bermimpi. Sedangkan kau, masih belum bisa melepaskan
mimpimu. Kenapa kau harus bintangi film Sutradara Choi? Sutradara itu memang
hebat. Namun, sutradara itu bisa salah dan mungkin kau yang benar. Jangan
menyerah sebelum kaucoba semua peluang.” Ucap Nyonya Lee
“Bisa
mulai lagi setelah wajib militer.” Kata Hye Jun. Nyonya Lee mengeluh Siapa yang akan mengingat Hae Jun saat itu
karena Sekarang saja tak dikenal.
Hye Jun
berjalan pulang melihat iklan dilayar besar [TERLAMBAT JIKA SUDAH BERLALU, MASA
MUDA KITA MASIH BELUM SELESAI] dan model minuman adalah Hye Hyo.
“Aku tak
bisa menjelaskannya, tapi dalam hatiku, aku merasa sesuatu muncul. Aku
mengetahuinya. Kita bersinar dengan cara masing-masing.” Gumam Hye Jun
mengingat ucapan pegawai saat pemotretan.
“Temanmu
baik. Harusnya ini wawancara tunggal Hae-hyo.” Ucap si pegawai saat pemotretan.
“Apa Hye-jun
bisa ikut?” ucap Hae Hyo pada managernya ketika berganti pakaian
Manager
Hae Hyo datang dengan nada dingin bertanya paakh Hye Jun ada proyek. Hye Jun
menjawab tak ada. Managernya pun heran kenapa Hye Jun ke salon. Saat bertemu
dengan Nyonya Lee berpikir mulai lagi setelah wajib militer.
“Siapa yang
akan mengingatmu saat itu? Sekarang saja kau tak dikenal.” Ucp Nyonya Lee.
“Kupikir
tak membandingkan adalah hal baik. Aku tertipu. Sekarang aku merasa lega.”
Gumam Hye Jun.
Hye Jun
masuk ke salon bertanya apa Jeong Han sudah selesai. Jeong Han heran Hye Jun
bahkan datang tanpa kabar. Hye Jun mengaku ada yang harus dilakukan. Jeong Ha
bingung apa disalon ini. Hye Jun meminta agar memotong rambutnya cepak.
“Apa kau
ingin kembali menjadi anak tujuh tahun?” tanya Jeong Ha mengejek.
“Aku akan
pergi wajib militer.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha kaget bertanya kapan. Hye Jun menjawab Sepuluh hari lagi.
“Lalu,
kenapa potong sekarang?” ucap Jeong Ha heran. Hye Jun menjawab Karena ia terus
ingin tak pergi.
“Kau
seperti akan pergi selamanya. Bukankah durasi wajib militer berkurang?” ucap
Jeong Ha mengejek
“Mudah
bagimu bicara.” Keluh Hye Jun. Jeong Ha pikir itu pasti, menurutnya Hye
Jun tak perlu memotong rambutnya sepuluh
hari sebelumnya.
“Dipotong
cepak hanya akan membuatmu teringat apa yang akan datang.” Kata Jeong Ha. Hye
Jun pikir benar juga. Jeong Ha pikir seperti itu dengan wajah bangga.
“Persuasimu
membaik dari tadi siang. Kemampuan belajarku cukup baik. Kau pintar
menyombongkan diri.” Ucap Hye Jun.
“Itu
fakta, bukan menyombongkan diri.” Kata Jeong Ha dan menyuruh Hye Junpulang
karena ada Su Bin.
“Tapi Apa
Kau sungguh penggemar Hae-hyo?” tanya Hye Jun memastikan. Jeong Ha membenarkan.
“Aku
benci pembohong.” Kata Hye Jun lalu melangkah pergi dan menghitung mundur.
“Benar.
Aku penggemarmu.” Akui Jeong Ha. Hye Jun hanya bisa tersenyum sumringah dan
langsung beranjak pergi.
“Apa-apaan?
Dia pergi begitu saja? Sial.” keluh Jeong Ha kesal.
Hae Na
masuk ke dalam ruangan ibunya bertanya apakah di rumah tak ada sirop maple.
Nyonya Kim yang sibuk mencari sesuatu
menjawab kalau Harusnya ada. Hae Na menagku sudah mencarinya tapi tak
ada. Nyonya Kim yang kebingungan akhirnya bertanya Apa Hae Na mengambil anting berliannya. Hae
Na menjawab tidak.
“Ada di
mana, ya?” ucap Nyonya Kim terus mencari. Hae Na yakin Pasti ada di suatu tempat dan bertanya Di
mana sirop maple
“Pasti
ada di suatu tempat! Kenapa tanya?” keluh Nyonya Kim kesal. Hae Na mengeluh
kalau mau makan panekuk. Nyonya Kim pun tak peduli terus mencari antingnya.
Nyonya
Han sibuk meminum soju dari botol merasa kalau hidup untuk rasa ini. Nyonya Lee
sibuk melihat baju yang dibawa oleh Nyonya Han menurutnya baju itu Cantik
sekali menurutnya Selera Hae-na dan dirinya sama Namun, ukurannya tak sama.
“Berikan
pada Jin-ri.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Lee pikir
Ini bukan gayanya jadi berikan ke keponakannya saja.
“Ada
celana juga. Ambil saja jika kau mau.” Kata Nyonya Han. Nyonya Lee pikir Selera
ibu Hae-hyo berbeda dengannya jadi akan memberikan untuk kakak iparnya.
Saat itu
ponsel Nyonya Han bergetar. Nyonya Kim menelp bertanya ap melihat anting
berliannya. Nyonya Han menjawab Pasti di tempatnya. Nyonya Kim menjawab tak
ada. Nyonya Han bertanya Nyonya Kim itu menyimpan dimana. Nyonya Kim mengeluh kalau
tak ingat.
“Sirop
maple! Sirop maple ada di mana?” teriak Hae Na menyela. Nyonya Han pun
mendengarnya.
“Ada di
laci ketiga di kulkas sebelah kanan.” Ucap Nyonya Han. Hae Na pun mengucapkan
terimakasih pada Nyonya Han.
“Kau
hanya peduli dirimu, 'kan? Aduh. Ada di mana, ya?” ucap Nyonya Kim kebingungan.
“Coba
periksa kamar mandi atau ruang rias.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Kim seperti baru
mengingatnya.
Nyonya
Lee mendengarnya mengelu kalau Nyonya Kim Selalu menelepon karena tak tahu
letak barang dan meminta agar Berhenti saja adn bisa kerja di tempat lain.
Nyonya Han memberitahu kalau Di sana ia kali pertama belajar melakukan
pekerjaan ini.
“Karena
itu, aku kini bisa hasilkan uang. Aku bersyukur.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Lee
tahu Nyonya Han juga membencinya.
“Aku tak
membencinya. Aku terus bandingkan diriku. Membandingkanmu dengan mereka akan
membuatmu menderita. Aku tak bandingkan diriku dengannya. Tapi terus bandingkan
anak kami.” Ucap Nyonya Han sedih
“Dulu,
kita harus berterima kasih hanya karena sudah dilahirkan.” Kata Nyonya Lee
“ Masa
itu sudah berakhir. Tuangkan aku miras.” Kata Nyonya Han. Nyonya Lee pu
menuangkanya.
“Kau terlihat
menarik saat minum miras. Sehari-hari kau terlalu disiplin.” Puji Nyonya Lee.
Saat itu
Tuan Kim datang melihat Nyonya Han ada dirumah, keduanya pun duduk bersama.
Nyonya Lee bertanya apakah suaminya mau minum juga. Tuan Kim menganguk. Nyonya
Lee pun mengambil gelasnya.
“Bagaimana
audisi film Hye-jun?” tanya Tuan Kim. Nyonya Han dan Tuan Sa hanya terdiam dengan
wajah sedih.
“Kau tak
peka sekali. Jika lolos, mereka pasti beri tahu. Astaga.” Ucap Nyonya Lee
memarahi suaminya.
“Kenapa
tak cerita bahwa Hye-jun tak lulus audisi dan akan pergi wajib militer?” ucap
Nyonya Han berjalan pulang
“Bukan
hanya kau yang mencintai anak. Apa Kau kira aku senang marah kepada Hye-jun?”
ucapTuan Sa
“Kau
sadar telah melakukan itu?” ejek Nyonya Han. Tuan Sa merasa pernah melaluinya
dan begitu karena pernah melaluinya.
KEBAHAGIAAN
HARI DEMI HARI
Hae Hyo
sedang melakukan pilates mengeluh pada ibunya,apakah tak punya teman. Nyonya
Kim menjawab tak ada. Hae Hyo pun
mengeluh agar bermain dengan bibi dan Kenapa terus mengikutinya. Tuan Kim
mengeluh kalau Ibu bukan mengikuti Hae Hyo, tapi mengurusnya.
“Jika
begini, citraku akan rusak. Aku seperti anak manja. Wanita benci itu.” Ucap Hae
Hyo
“Baik. Ibu
akan mundur karena alasan strategis.” Ucap Nyonya Kim, Hae Hyo tersenyum
kalau Ibunya patuh pada saat begini.
“Ibu juga
tak suka anak manja. Citra itu tak cocok denganmu.” Kata Nyonya Kim.
“Karena
ini, aku tak bisa benci Ibu.”ucap Hae Hyo. Nyonya Kim tak percaya anaknya
pernah benci ibunya.
“Kau tak
boleh merasa begitu meski di alam bawah sadar. Itu membuat ibu sedih.” Ucap
Nyonya Kim
“Aku
harus segera berpacaran. Aku harus ke salon.” Ucap Hae Hyo. Nyonya Kim pikir
pacar anaknya ada di salon
“Ibu tak
memperhatikan, ya?” keluh Hae Hyo. Nyonya Kim pikir juga harus ke salon jadi
akan hubungi Bu Jin-ju.
“Aku tak
dengannya lagi.”ucap Hae Hyo. Nyonya Kim bertanya dengan siapa. Hae Hyo
menjawab An Jeong-ha.
“Bukankah
dia masih asisten?” ucap Nyonya Kim. Hae Hyo menjawab dia sudah naik pangkat.
“Meski
begitu, dia belum cukup berpengalaman. Tapi dia ramah dan terampil.” Kata
Nyonya Kim. Hae Hyo membenarkan.
Kakek Sa
sibuk memilih-milih baju. Hye Jun bertanya kakeknya mau kemana. Kakek Sa menjawab
kalau mau bertemu teman-temannya dan bertanya mana baju yang lebih bagus. Hye
Jun pun memilihkan baju untuk kakeknya.
“Kenapa
pemikiran kita sama? Aku juga lebih suka ini.” Ucap Kakek Sa.
“Kakek...
Apa kau bisa jadi model?” tanya Hye Jun. Kakek Sa pun mulai berjalan layaknya
model.
“Tentu.
Aku bisa lakukan segalanya.” Ucap Kakek Sa bangga. Hye Jun hanya bisa tertawa.
Kakek Sa mengeluh melihat cucunya tertawa dan menyuruh Hye Jun berjalan. Hye Jun pun berjalan layaknya model.
“Setelah
diperhatikan, ternyata kau berpinggang lurus. Bagus!” puji Kakek Sa. Hye Jun
membenarkan.
“Jika
seusiamu, aku bisa jadi model.” Ucap Kakek Sa bangga.
Nyonya
Lee sibuk dimeja kerjanya dan melihat nama diponselnya STUDIO FILM UNCHILGISAM PRODUSER
KIM dan langsung mengangkatnya. PD Kim kaget kalau Nyonya Lee langsung angkat.
Nyonya Lee mengaku Ponselnya itu persis di sebelahnya.
“Aku
ingin mengecek jadwal Sa Hye-jun.”ucap PD Kim. Nyonya Lee ingin tahu alasanya.
Hye Jun
pergi ke sebuah tempat dan terlihat para manula sedang berlatih berjalan di
atas catwalk. Ia pun kebagian meja receptionist mengatakan ingin daftar kelas
pemula.Si pegawai memberitahu Ini untuk model senior. Hye Jun tahu karena ini
untuk kakeknya. Pegawai pun meminta Hye Jun mengisi biodata leih dulu.
***
Nyonya
Lee mengirimkan pesan pad Hye Jun [Ada sesuatu yang harus aku berikan.]
akhirnya mereka bertemu di sebuah cafe, Nyonya Lee memakan es serut berkomentar
kalau kombinasi sempurna. Jeruk bali dan madu. Hye Jun heran Nyonya Lee yang menunda-nunda.
“Apa yang
ingin kau berikan?”tanya Hye Jun. Nyonya Lee memberikan naskah [ORANG BIASA, DISUTRADARAI
CHOI SE-HUN]
“Ada lima
adegan. Dua adegan hanya berdiri. Tiga adegan dengan dialog. Karakternya jelas.
Meski peran kecil, mereka harap kau yang mainkan. Aku pergi dulu.” Ucap Nyonya
Lee
“Apa Kau
pergi?”kata Hye Jun bingung. Nyonya Lee bingung apa yang harus dilakukan.
“Bukankah
kau harus lebih merayu dan mendorongku?” kata Hye Jun heran. Nyonya Lee mnyuruh
Hye Jun agar enyah saja dan bergegas pergi. Akhirnya Hye Jun menghabiskan waktu
dengan membaca naskah dan sangat serius.
Tuan Sa
mengetuk dinding sambil berkomentarTambalannya banyak sekali. Si pria
memberitahu kalau Bangunan ini berusia 20 tahun dan bertanya Apa masih bisa
ditambal lagi. Tuan Kim melihat kalau Ruangan akan jadi terlalu sempit.
“Jika dibongkar,
biayanya makin mahal. Dia minta semurah mungkin. Tolong ditambal saja.” Ucap si
pegawai,
“Tak
masalah bagi kami. Coba diskusikan lagi. Jika klien lebih suka yang murah, akan
kulakukan. Ini terlalu sempit untuk kedai kopi. Lebih baik jika tembok dan atap
dibongkar, lalu diubah jadi bentuk struktur pelat.” Ucap Tuan Sa.
“Aku akan
coba bicara dengan klien.” Kata si pegawai. Tuan Sa pun menganguk mengerti.
“Lantainya
harus diratakan ulang. Drainase, suplai air, kabel listrik, dan pengecatan. Butuh
lebih banyak orang.” Ucap Tuan Kim
“Cukup
Chang-min dan Ho-cheol.” Kata Tuan Sa dan berpikir harus beli daging sebelum
pulang jadi menyuruh Tuan Kim pulang saja lebih dulu
“Apa?
Untuk Gyeong-jun?” tanya Tuan Kim. Tuan Sa tahu
Hye-jun akan pergi wajib militer jadi Harus diberi makanan enak.
“Aku juga
mau beli samgyeopsal untuk anak-anakku.” Kata Tuan Kim akhirnya pergi ke toko
daging.
Hye Jun
pulang ke rumah mendekati ibunya yang sedang memetik bayam., Nyonya Han melihat
anaknya tahu bertanya Apa yang ingin dibicarakan. Hye Jun tak percaya kalau
ibunya sudah tahu lalu memberitahu kalau dihubungi studio film. Nyonya Han
heran karena anaknya bilang
“Peran
lain, tapi menarik. Hanya ada lima adegan. Aku ingin melakukannya.” Ucap Hye
Jun penuh semanga.
“Kau mau
menunda karena itu? Apa itu akan mengubah situasi?”ucapNyonya Han.
“Kenapa
harus mengubah?” kata Hye Jun. Nyonya Han mengaku mengharap Hye Jun tak terluka
lagi.
“Menyerah
juga sebuah keberanian.” Ucap Nyonya Han. Saat itu Tuan Sa pulang.
Nyonya
Han menyapa suaminya, Hye Jun langsung masuk kamar. Tuan Sa mengajak untuk
makan bulgogi lalu mengeluh pada Hye Jun
yang bahkan tak sapa ayahnya. Hye Jun membalas kalau Ayahnya juga melihatnya.
Tuan Sa marah karena anaknya memang tak tahu sopan santun.
“Semoga
wajib militer membuatmu sopan.” Ucap Tuan Sa. Hye Jun berhenti masuk ke
kamarnya.
“Ayah... Aku
menerima tawaran film.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa yang marah langsung melempar
daging sambil mengumpat.
“Jika
ayah melempar daging, artinya drama dimulai.”gumam Hye Jun kaget dan bisa
menghindar dari lemparan daging.
“Ayah
pikir kau sudah sadar! Ternyata kembali lagi” teriak Tuan Sa mengejar anaknya.
Nyonya Han mencoba menahanya.
“Aku yang
jalani hidupku.” Ucap Hye Jun membela diri. Tuan Sa mengeluh meminta agar
istrinya bisa melepaskan tanganya.
“Jangan
hanya menasihati. Biar kulakukan yang kusuka. “ ucap Hye Jun. Tuan Sa marah
karean Tinggal beberapa hari dan Kenapa tergoda lagi? Tuan Han meminta agar
dilepaskan.
“Sudah
kulepaskan.” Teriak Nyonya Han. Tuan Sa bingung apa yang dilepaskan istrinya.
“Aku
melepaskanmu.”teriak Nyonya Han. Hye Jun bingung karena berpikir ayahnya akan
mengejarnya sekarang.
Bersambung
ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar