PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Aku
melepaskanmu.” Teriak Nyonya Han. Tuan Sa bingung apa maksudnya dan kenapa
menatapnya seperti itu.
“Aku
lepaskan sesuai keinginanmu. Jadi, lakukan sesukamu. Aku juga akan berlaku
sesukaku.” Ucap Nyonya Han.
“Apa yang
ingin kau lakukan?” kata Tuan Sa. Nyonya Han pikir suaminya itu tak peduli
dengan yang dilakukan. Hye Jun akhirnya akan masuk kamar.
“Kau Mau
ke mana? Kita belum selesai.”ucap Tuan Sa.
Nyonya Han menyuruh anaknya masuk kamar.
“Ibu
harus bicara dengan ayahmu.” Kata Nyonya Han. Hye Jun bingung bertanya harus
patuhi siapa. Keduanya pun menjawab bersamaan.
“Aku
patuhi Ibu saja.”ucap Hye Jun bergegas
masuk kamar. Tuan Sa mengumpat anaknya anak karena terus menghindar.
“Aku suka
dia ceria dan tak menyerah.” Ucap Nyonya Han. Tuan Sa tak percaya dengan sikap
istrinya.
“Hidupnya
bisa hancur. Jika dibiarkan melakukan yang dia suka, dia bisa tak
berpenghasilan dan menjadi benalu. Sekalian saja berdoa agar berakhir begitu.”
Ucap Tuan Sa marah
“Bagaimana
bisa seorang ayah mengatakan itu?” keluh Nyonya Han kesal. Tuan Sa mengeluh
kalau seperti itu karena cemas.
“Kecemasanmu
sangat menjijikkan! Jika orang tua tak percaya anak mereka, lantas siapa?
Lihatlah ke luar. Ada banyak orang mengantre untuk mencelanya!” ucap Nyonya
Han.
“Dia
pria. Dia harus menghidupi keluarga. Itu bukan hal mudah.” Tegas Tuan Sa
“Kenapa
hanya pria yang harus menghidupi keluarga? Apa kau menghidupiku? Apa hanya kau
yang bekerja?” balas Nyonya Han.
“Tak akan
ada wanita sepertimu. Harus mencari di mana?” kata Tuan Sa.
“Kau saja
bisa menemukannya, kenapa Hye-jun tak bisa? Aku mau membantu Hye-jun melakukan
keinginannya. Tentu ini bisa merusak hidupnya seperti perkataanmu. Namun,
setidaknya hidup dia hancur karena melakukan keinginannya. Apa kau pernah hidup
melakukan hal yang kau inginkan?” kata Nyonya Han dengan nada tinggi.
“Bagaimana
bisa hidup seperti itu? Hidup bukan candaan. Katamu dulu kau pintar dan pandai
belajar? Mulai kerja sebelum usia 20 tahun, tapi keadaanmu tak berubah sampai
kini.” Ucap Nyonya Han dingin.
“Mari…Mari
kita berikan anak-anak kita kebebasan. Itu alasan aku bekerja. Meski aku harus
bekerja seumur hidup, kuharap hidup anak-anakku lebih baik daripada hidupku.”
Ucap Nyonya Han.
“Kutahu
hidup tak bisa berjalan sesuai keinginan. Namun, dia ingin mencobanya. Aku tak
ingin menjadi orang yang mematahkan mimpinya. Takkan kubiarkan kau
melakukannya.” Tegas Nyonya Han.
“Jangan
sampai kau menyesal. Hidup itu masalah waktu. Jangan salahkan aku karena tak
menghentikanmu.” Balas Tuan Sa sambil menghela nafas.
Nyonya
Kim memakai anting saat akan tidur, Tuan Won heran istrinya yang berias sebelum
tidur. Nyonya Kim menjawab ingin tampak cantik saat tidur. Tuan Won mengeluh
kalau sungguh tak bisa memahami Istrinya. Nyonya Kim membalas Tak perlu
dipahami, karena hanya perlu
mencintainya.
“Apa Hasil
ujian masuk sekolah hukum Hae-na sudah keluar?” tanya Tuan Won. Nyonya Kim
menjaab Belum keluar, tapi yakin kalau dia lulus.
“Nilainya
cukup bagus karena menurun dariku.” Ucap Tuan Won bangga.
“Apa Kau
pikir sekolah hukum hanya perlu nilai bagus?” ejek Nyonya Kim. Tuan Won pun
balik bertanya perlu apa lagi.
“Kau
menyerahkan anak-anak padaku dan hanya memeriksa sesekali. Ada banyak yang diperlukan. Itulah caramu
menunjukkan kehadiranmu di keluarga ini. Kau berhasil.” Sindir Nyonya Kim
“Tak
bisakah bicara dengan baik?” keluh Tuan Won. Nyonya Kim pikir Saatnya Tuan Won terbiasa dengan itu.
“Makin
tua, makin mudah tersinggung.” Ucap Nyonya Kim. Tuan Won membalas kalauSelama
ini ia hidup menahan semua yang menyinggungnya.
“Aku iri
dengan suami istri yang harmonis.” Ucap Nyonya Kim. uan Won pikir semua suami
istri sama saja.
“Mau baik
atau tidak. Tak banyak berbeda.” Kata Tuan Won. Nyonya Kim mengeluh Pikiran
suaminya sungguh tak kritis.
“Karena
itu, aku terobsesi pada anak-anak.” Ucap Nyonya Kim. Tuan Won mengejek Meski
begitu, akhirnya Istrinya akan kembali padanya.
“Aku
harap hari itu akan tiba.” Kata Nyonya Kim lalu beranjak pergi. Tuan Won
bertanya mau kemana.
“Anak-anak
belum pulang. Aku harus mengurus mereka.” Ucap Nyonya Kim lalu beranjak pergi.
Hye Jun
duduk dimeja makan, Ibunya keluar kamar bertanya apa yang dilakukan anaknya.
Hye Jun langsung memeluk ibunya, dan
mengucapakn Terima kasih. Nyonya Han pikir anaknya tak perlu berterima kasih
karena ia yang bersikap egois.
“Ibu
melakukan itu supaya tak disalahkan. Ibu bisa lebih jahat padamu daripada
ayahmu.” Ucap Nyonya Han.
“Aku suka
Ibu yang jahat.” Kata Hye Jun memeluk ibunya lebih erat lagi.
Jeong Ha
mengambil barang-barangnya, lalu teringat sesuatu dan kembali mengambil tas
lainya. Ia berhenti didepan pintu bertanya-tanya Apa Hye Jun kecewa karena berbohong Atau dia
merasa terbebani karena menyukainya.
“Tapi
Kenapa dia diam saja? Ini harus
diselesaikan.” Ucap Jeong Ha mengeluarkan ponselnya.
“Awalnya
aku yang salah. Tapi aku sudah mengaku. Bukankah kini giliran dia bicara?” kata
Jeong Ha ingin menelp Hye Jun tapi mengurunkan niatnya.
“Dia
sangat tak sopan. Lupakan saja.” Ucap Jeong Ha memasukan ponsel ke dalam
sakunya.
Ponselnya
tiba-tiba bergetar dan terjatuh saat akan mengeluarkanya. Jeong Ha kaget
melihat nama Hye Jun dan bergegas mengambilnya. Hye Jun memilih baju berpikir
Jeong Ha sedang olahraga. Jeong Ha menjawab tidak.
“Apa Kau
terengah-engah?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku baru mau pergi ke luar.
“Kau mau
ke mana?” tanya Hye Jun. Jeong Ha menjawab Kerja di jalan. Hye Jun ingin tahu Setelah
itu ke mana
“Pulang
ke rumah.” Jawab Jeong Ha. Hye Jun mengerti. Jeong Ha tak mengerti Apa
maksudnya "mengerti"
“Karena
aku tahu kau tak ada janji, aku mau mengajak bertemu.” Jelas Hye Jun.
“Kenapa
tak tanya sejak awal?” keluh Jeong Ha. Hye Jun mengaku tak mau tanpa basa-basi
“Memang
akan terdengar mendadak. Namun, aku lebih suka begitu.” Ucap Jeong Ha
“Ada sesuatu
yang harus kita selesaikan.Apa Kau ada waktu untuk mengobrol saat ini?” ucap
Hye Jun
“Tidak.
Aku harus pergi. Apa kakekmu sudah menemukan pekerjaan?” tanya Jeong Ha lalu
bergegas pergi.
Hye Jun
keluar dari kamar. Kakek Sa bertanya apakah Hye Jun akan bertemu sutradara. Hye
Jun menjawab Bukan tapi Manajer. Kakek Sa yakin Semuanya akan menjadi lebih
baik dari sekarang dan Jika Hye Jun bermain film, maka pemeran utama tak akan
terlihat karena terhalang olehnya.
“Kau sudah
dibutakan cintamu padaku. Karena itu, aku akan berikan hadiah.”ucap Hye Jun
memberikan sebuah ID Card. Kakek Sa bingung Apa ini.
“Kau
ingin menjadi model.” Ucap Hye Jun. Kakek sa bingun Kapan bilang begitu.
“Katanya
mau bekerja.” Ucap Hye Jun. Kakek Sa bingung apakah Model bisa hasilkan uang
dan bertanya Siapa yang mau merekrutnya.
“Ternyata
banyak. Kini kita hidup 100 tahun, jadi, usiamu belum tergolong tua. Ini
disebut pasar samudra biru.”jelas Hye Jun. Kakek Sa tak percaya mendengarnya.
“Menurutku
pekerjaan ini sangat cocok denganmu. Jika tak sukses, anggap saja kau bermain
dan berolahraga.” Ucap Hye Jun
“Kembalikan.
Kenapa harus bayar untuk bermain dan berolahraga?” kata Kakek Sa.
Hye Jun
berkomentar kalau kakek Sa itu pasti takut. Kakek Sa mengeluh takut apa. Hye
Jun menjawab kalau kakek Sa takut gagal karena kakeknya selalu Berkata bahwa
kakeknya pasti bisa berkarier jika seusianya.
“Kau
takut gagal, 'kan?” ucap Hye Jun. Kakek Sa membenarkan. Hye Jun mengaku suka kakeknya yang bersikap
jujur.
“Kau
pasti bisa, Pak Sa.” Ucap Hye Jun menyakinkan. Tapi Kakek Sam meminta agar
kembali saja. Hye Jun menolak menyuruh Kakek Sa agar mengembalikan sendiri.
“Kau tak
boleh lagi berkata bahwa kau bisa melakukannya jika masih muda.” Ucap Hye Jun.
“Kau
terlalu ketat. Aku tak suka.” Keluh Kakek Sa. Hye Jun menegaskan kalau ia juga
tak suka pada kakeknya.
“Mari
bertindak sesuai perkataan kita.” Ucap Hye Jun lalu berjalan pergi. Kakek Sa
pun bingung dan melihat kartu AKADEMI MODEL SENIOR, SA MIN-GI.
Nyonya
Lee akan menaiki lift kaget melihat Hye Jun sudah ada didalam dengan tatapan
sinsi bertanya Kenapa datang begitu saja. Hye Jun membawakan barang Nyonya Lee
dan mengajak masuk. Keduanya pun hanya
terdiam dan akhirnya Nyonya Lee menyerah langsung bertanya.
“Jadi,
bagaimana?” tanya Nyonya Lee. Hye Jun dengan senyuman menjawab kalau akan
melakukanya. Nyonya Lee langsung berteriak gembira keluar dari lift.
“Kau
seorang aktor. Tak seharusnya membawa ini.” Ucap Nyonya Lee membawakan barang.
Hye Jun heran Nyonya Lee bersikap seperti itu.
“Sudahlah...
Kau adalah artisku. Perlakuanku harus baik agar perlakuan orang lain baik.”
Ucap Nyonya Lee
“Aku suka
sikapmu.” Kaa Hye Jun. Nyonya Lee pikir itu Bagus jadi mereka bisa bicarakan
sikap Hye Jun.
“Sikapku
selalu baik.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee menegaskan kalau Hye Jun harus
memperbaiki itu.
“Kurangi
egois dan tak objektifmu.” Ucap Nyonya Lee. Hye Jun pikir Aneh, karena
diangga bermasalah akibat terlalu
objektif.
“Aku
ralat. Kau terlalu objektif pada dirimu sendiri.” Ucap Nyonya Lee. Hye Jun
mengejek Apa yakin kenal baik dirinya ini.
“Ya!
Kenal. Aku… Aku hanya tak sangka… kau akan menyetujuinya. Aku agak bingung.
Jika kau melakukannya, aku juga melakukannya. Sejujurnya aku tak yakin. Meski
aku membentakmu, sesungguhnya aku menyerah karena kau tak mau melakukannya.”
Ucap Nyonya Lee berkaca-kaca
Hye Jun
bingung. Nyonya Lee akhirnya hanya bisa tertawa karena menurutnya ucapanya itu
lucu dan sangat senang. Hye Jun melihat Nyonya Lee merasa managernya itu
menyeramkan lalu mengejek bertanya apa masih waras. Nyonya Lee menegaskan
masih.
Nyonya
Lee memberikan KONTRAK KERJA, sambil menegaskan
Hal paling dibenci adalah mengutamakan relasi pribadi dalam pekerjaan.
Hye Jun mengaku ia juga tak mau bekerja mengutamakan relasi menurutnya ini
Sudah cukup danTak ada yang berakhir baik.
“Biasanya
kontrak pemula 50-50, 'kan? Namun, situasimu sedang tak baik. Jadi, 70-30 saja!
Bagianmu lebih banyak.” Ucap Nyonya Lee
“Masa
kontrak tujuh tahun? Lama sekali.” kata Hye Jun membaca kontrak. Nyonya Lee
mejelaskan Ini termasuk masa wajib militernya.
“Tak ada
kontrak seperti ini. Kau sangat diutamakan.” Ucap Nyonya Lee menyakinkan.
“Katanya
tak mau mengutamakan relasi?” ucap Hye Jun. Nyonya Lee membenarkan dan tahu
keadaan Hye Jun.
“Aku mau
50-50 dan masa kontrak satu tahun. Apa pun bisa terjadi. Aku tak ingin
menyusahkanmu.” Ucap Hye Jun menatap Nyonya Lee
“Lihatlah
matamu. Bagaimana mungkin aku mengalahkan mata itu? Dia lembut, tapi di saat
genting bertindak sesuka hati.” Keluh Nyonya Lee.
Hye Jun
merasa tak seperti itu , Nyonya Lee mengeluh kalau Hye Jun ak sadar dan
menurutnya Para sutradara harus mengetahui ini dan mengambil surat kontrak
karena Akan menulis ulang kontraknya dan mengajak untuk bekerja keras!
“Kau tak
akan berpacaran, jadi, itu bagus.” Ucap Nyonya Lee. Hye Jun mengeluh agar
Nyonya Lee Jangan terlalu yakin.
“Apa Kau
belum bisa melupakan Ji-a? Kenapa putus dengannya? Padahal terlihat serasi.”
Ucap Nyonya Lee dan membuat Hye Jun terdiam.
Flash Back
Hye Jun
berjalan menelp Ji-a, saat itu seorang wanita keluar dari gedung tapi seorang
pria menjemputnya. Ji A melihat Hye Jun yang menelp dan akhirnya meminta izin
pada si pria agar bisa mengangkat telpnya. Hye Jun bisa melihat dari kejauhan.
“Aku ke
perpustakaan untuk antar pulang.” Ucap Hye Jun. Ji A meminta maaf mengaku masih
harus belajar.
“Ujian
masuk sekolah hukum sebentar lagi.” Kaya Ji A. Hye Jun pikir Sudah waktunya Jin
A pulang.
“Hari ini
aku harus cukup fokus belajar.” Ucap Ji A memberikan alasan. Hye Jun pun bisa
mengerti.
“Aku
berkata bahwa sudah sampai. Apa Kau tak penasaran di mana keberadaanku?” ucap
Hye Jun. Saat itu Ji A bisa melihat Hye Jun yang berdiri tak jauh darinya.
Ji A pun
mendekat bertanya Kenapa tak mendatanginya. Hye Jun bertanya balik dengan
pertanyaan yang sama dan merasa Ji A sengaja agar bisa melihatnya. Ji A
mengeluh karena Hye Jun berpikir kalau ia bisa sejahat itu
“Menurutku
kau pintar. Kau ingin putus, dan mengungkapkannya seperti ini. Kau kira saat
melihatmu, aku akan simpan rasa sakit seorang diri. Lalu, pulang dan memutuskanmu.”
Akui Hye Jun.
“Kau
berubah.” Komentar Ji A. Hye Jun menegaskan Meski ditipu sekali, maka takkan
tertipu lagi.
“Jangan
ragukan cintaku.” Tegas Ji A. Hye Jun mengaku
akan mengingat saat mencintai Ji A lalu beranjak pergi.
Jin Ju
menyambut Nyonya Kim dan Hae Hyo di salon meminta agar duduk lebih dulu. Nyonya Kim bertanya apa Tak ada Jeong-ha. Jin
Ju menjawa Hari ini dia libur. Hae Hyo
mengeluh Kenapa tak bilang saat reservas Jin Ju menjawab kalau Manajer Hae Hyo
yang reservasi.
“An
Jeong-ha buka penata utama. Jadi, harus membuat permintaan khusus. Aku yang merias
semua pelanggan penting.” Ucap Jin Ju
“Hari ini
dirias Bu Jin-ju saja.” Ucap Nyonya Kim. Jin Ju pun meminta Hae Hyo menunggu
karena akan merias setelah Profesor Kim.
“Tidak.
Tolong rias Hae-hyo dulu. Dia ada pemotretan. Aku mau keramas dulu. Kenapa diam
saja?” ucap Nyonya Kim melihat anaknya menghela nafas.
“Sepertinya
kau hanya ingin dirias oleh Jeong-ha. Tampaknya kau lebih suka kenyamanan
daripada kemampuan.”komentar Jin Ju menyindir
“Kau
terlalu banyak bicara akhir-akhir ini. Kau tak profesional. Aku tak sempat
mengobrol dengan putraku di pagi hari. Bisa cari tempat untuk kami bicara?”
ucap Nyonya Kim
“Tentu
saja. Aku sangat menyukai kepribadianmu.” Ucap Jin Ju ramah lalu pergi keluar
ruangan.
Di ruang
lain, Hae Hyo bertanya Ada apa. Nyonya
Kim pikir Sebenarnya bisa dibicarakan di rumah, tapi ingin bicara sekarang karena
tak ingin kesal seharian. Hae Hyo pikir pikir Menakutkan. Nyonya Kim mengaku
paham anaknya ingin dirias oleh An Jeong-ha.
“Namun,
harus ada alasan jelas jika kau tak mau dirias oleh orang lain selain dia.”
Jelas Nyonya Kim
“Apa Aku
tak bisa pilih penata riasku?” ucap Hae Hyo. Nyonya Kim ingin tahu apakah
anaknya menyukai Jeong Ha.
“Ya... Karena
itu aku mau dirias olehnya.” Ucap Hae Hyo tak mau menutupinya.
“Artinya
kau menyukainya sebagai penata rias.” Kata Nyonya Kim, Hae Hyo pun bertanya
memangnya kenapa.
“Orang
lain tak berpikir seperti itu. Kau dengar sindiran Bu Jin-ju, 'kan? Kenapa kau
menimbulkan gosip? Ada banyak orang di sini.” Ucap Nyonya Kim
“Aku mau
pindah salon.”kata Hae Hyo. Nyonya Kim tahu Berhenti adalah cara termudah dan Itu
pilihan terakhir.
“Apa Ibu
tahu alasan aku berusaha menghindari di sekelilingmu ?” ucap Hae Hyo
“Karena
aman. Karena kau di usia yang menyukai hal berbahaya.” Ucap Nyonya Kim santai.
Jeong Ha
sedang membuat video pelangan yang ingin membuat Pipinya agar lebih tirus. Saat
itu Jin Ju menelp, Jeong Ha pun meminta izin agar bisa mengangkatnya lebih
dulu. Jin Ju menyuruh Setelah salon tutup, ada pelatihan untuk semua staf.
“Namun,
hari ini aku libur.” Ucap Jeong Ha. Jin Ju mengaku tahu tapi Jeong Ha harus
ikut pelatihan.
“Bukankah
seharusnya aku diberi tahu satu hari sebelumnya?” kata Jeong Ha menyela
“Kau jadi
lancang karena Direktur menaikkan pangkatmu. Pangkat itu hanya terbatas untuk
Won Hae-hyo. Jadi, secara keseluruhan pangkatmu tak naik. Aku penasaran kenapa
dia memintamu.” Ucap Jin Ju marah. Jeong Ha menegaskan bukan itu
“Hanya ini
cara pasti untuk menunjukkan bahwa pangkatku lebih tinggi darimu. Benar, 'kan?”
ucap Jin Ju Pelangaan Jeong Ha meminta agar bisa lebih cepat.
Akhirnya
Jeong Ha pun menyudahi telpnya mengaku ada janji hari ini. Jin Ju tak percaya
kalau telpnya ditutup begitu saja.
MUDA,
MASKULIN, KARISMA, Hae Hyo sedang memakain baju dengan KONSEP B, TRENDI Jin U
sibuk merapihkan kabel. Sang Photographera bertanya pada Jin U kenapa katering
belum datang. Jin U tak menjawabnya.
“Apa ada
setrika?”tanya Seorang wanita. Jin U menjawab kalau ada di lemari kantor.
“Kenapa
kau hanya diam saja?” keluh si wanita. Jin U akhirnya melangkah pergi dan si PG
pun mengeluh karena Jin U tak menjawab pertanyaanya. “Jika macet, bisa telat 10
hingga 20 menit.” Ucap Jin U beranjak pergi dengan wajah kesal. Tapi kakinya
malah tersandung kabel dan lampunya pun langsung pecah.
“Maaf.”
Ucap Jin U kaget dan saat itu Hae Hyo melihat dari kejauhan. Semua orang pun
menatap ke arah Jin U
“Kau
malah menghindar. Seharusnya kau menghalanginya menggunakan badanmu. Apa
badanmu begitu berharga? Apa Kau tahu berapa harganya lampu ini ?” teriak si PG
“Aku akan
ganti rugi.” Ucap Jin U. Si PG menegaskan Tanpa memberi tahu, maka akan potong dari upahnya.
“Apa Kau
tak bisa mengatur kabel? Dasar bajingan tak kompeten.” Ucap Si PG marah
“Jangan
mengumpat. Kau bahkan tak memenuhi upah minimum.” Ucap Jin U marah
“Aku
mengajarkanmu trik bekerja, itu jauh lebih penting dari uang. Jika ditukar
dengan uang… Kau mengerjakan semua yang menguntungkan.” Ucap Si PD
“Trik apa
yang kau maksud?” keluh Jin U. Si pria menegkasan kalau ini adalah trik dan Uanglah
segalanya.
“Maka
gaji aku dengan layak.” Ucap Jin U. Si PG pun menyuruh Jin U Tak usah kerja
lagi mulai besok. Jin U pun menganguk mengerti dan beranjak pergi. Si PG panik
menegaskan kalau Mulai besok!
“Sekarang
kau harus kerja.” Ucap PG. Jin U pikir akan lapor ke Disnaker lalu berjalan
peri.
Jin-u
masuk ruangan sambil bernyanyi dengan lirik “Ini hari terakhirku Jadi, aku akan
bersantai Aku akan bekerja sendiri mulai kini” Hae Hyo masuk ruangan heran
melihat temanya malah terlihat senang. Jin U mengaku tak dirugikan dan memang ingin
istirahat.
“Katanya
berhenti adalah hal termudah.” Ucap Hae Hyo. Jin U pikir Itu… hanya berlaku untuk orang seperti Hae
Hyo
“Sebelum
sungguh berhenti, aku sudah sering menahan diri untuk tak berhenti.” Ucap Jin U
“Apa
harus membandingkanku denganmu seperti itu?” keluh Hae Hyo.
“Aku
dipermalukan di depanmu. Apa aku tak boleh kesal?” teriak Jin U marah
“Pak, aku
ada jadwal lain. Tolong selesaikan dalam 30 menit Atau aku akan pergi.” ucap
Hae Hyo pada PG yang datang lalu berjalan pergi. Jin U pun pamit pergi.
PG pun
datang Jin U mengaku sudah mengenalnya.
Jin U bertanya mengenal apa. PG menjawab Jin U bermulut besar. Jin U yang kesal
akan pergi. Si PG langsung menahanya meminta agar Jangan begitu dan mengaku
kalau ingin melucu.
“Semua
tertawa saat aku bicara tadi. Jadi, aku…” ucap PG. Jin U mengeluh
menurutnya Jika ingin melucu, lebih baik hina diri sendiri.
“Kenapa
harus melecehkan orang?” ucap Jin U. Si Pga mengerti Jin U marah
“Apa aku
pernah meremehkanmu di depan orang-orang? Aku selalu memperlakukanmu dengan
sopan. Tapi kapan pun ada orang, kau menggila dan melecehkan…” ucap Jin U
“Maafkan
aku. Dulu aku mempelajari cara bekerja seperti itu. Pada masaku, tulang
keringku dipukul senior. Semua belajar bekerja seperti itu.Hanya menerima uang
transportasi…” ucap PH
“Astaga.
Berhenti membual.” Keluh Jin U. PG pun menahan Jin U memastikan kalau memang
benar-benar pergi.
“Tidak.
Aku hanya bertanya. Jin-u, apa kau bisa tidur jika melakukan ini padaku?” ucap
PG
“Tentu
saja. Aku pasti tidur dengan nyenyak.” Ucap Jin U akan pergi. PG kembali
menahan pergi.
“Jika kau
pergi begitu saja, aku harus batalkan pemotretan. Apa Tahu berapa kerugianku?”
ucap PG. Jin U mengaku tak ingin tahu dan akan keluar ruangan.
“Aku
seniormu saat kuliah. Tak mudah mencari lulusan universitas kita.” Ucap Si PG
“Semestinya
tak mudah. Jika bertemu senior sepertimu lagi, aku… tak akan diam saja.”ucap
Jin U akan memberikan pukulan. Si senior terlihat ketakutan. Tapi Akhirnya Jin
U bisa menahan amarahnya tak sampai memukul.
Kakek Sa
pergi ke AKADEMI MODEL SENIOR dan melihat orang-orang seusianya sedang berlatih
berjalan di catwalk. Seorang wanita bertanya apa ada yang bisa dibantu. Kakek
Sa memberikan kartu anggotanya kalau cucunya itu memberikannya.
“Ya.
Kenapa kau sudah di sini? Kelas pemula dimulai pekan depan.” Ucap Si pegawai.
Kakek Sa pun mengerti.
“Kita
akan belajar bersama. Kau memiliki cucu yang baik. Cucu-cucuku bahkan tak tahu apa
yang aku lakukan.” Komentar Kakek Lain mendekati Kakek Sa.
“Baru
saja bertemu. Kenapa sudah sok dekat?” gumam Kakek Sa kesal lalu bertanya
Berapa usianya.
Hye Jun
menaiki bus lalu menerim pesan dari Nyonya Lee sebuah video pertandingan sepak
bola yang membuat gol dengan Tekniknya yang harus sempurna.
Flash Back
Nyonya
Lee menegaskan kalau Hye Jun itu tak
berambisi. Hye Jun mengeluh lagi-lagi membahasnya dan meminta agar Berhenti
membahas itu. Nyonya Lee meminta agar bicara serius dan sedang membicarakan
visi agensi mereka. Hye Jun mempersilahkan agar mengatakanya.
“Saat ini
adalah masa depan yang datang lebih cepat. Sosokmu saat ini adalah sosokmu di
masa depan.” Ucap Nyonya Lee
“Bukankah
itu tak masuk akal?” komentar Hye Jun.
Nyonya Lee menegaskan tidak seperti itu.
“Masa
depan tak berubah jika tak diubah sekarang. Jujur dan polos itu baik, tapi tak
bisa menang dengan itu.” Ucap Nyonya Lee
“Kenapa
harus menang? Sainganku diriku sendiri. Aku akan melawan diriku sendiri.” Kata
Hye Jun
“Kenapa
bertarung dengan diri sendiri? Kenapa memukul diri sendiri? Jika terluka, siapa
yang ganti rugi? Apa Kau pukul dan bayar biaya rumah sakit sendiri?” ucap
Nyonya Lee. Hye Jun pikir itu Benar juga.
“Sudah
kubilang begitu. Bertarung itu dengan orang lain.” Tegas Nyonya Lee. Hye Jun
menegaskan tak mau jatuhkan orang lain untuk menang.
“Kau
bukan benci persaingan, tapi takut tertinggal. Makanya kau tak pernah memulai. Kau
harus mengatasi itu. Jadi, apa yang akan kau lakukan?” ucap Nyonya Lee.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar