PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Jun
sibuk menonton saat Luis Suarez membuat gol yang sedikit di luar dugaan. Jeong
Ha datang melihat Hye Jun duduk sambil menonton lalu menghampirinya. Hye Jun
melihat Jeong Ha yang tasnya banyak sekali. Jeong Ha pun bertanya sedang
menonton apa. Hye Jun menjawab Sepak bola.
“Manajerku
bilang aku tak berambisi. Aku disuruh melihat cuplikan sepak bola. Meningkatkan
rasa kompetitif dengan memicu adrenalin.” Ucap Hye Jun
“Aku suka
pria tak berambisi.” Komentar Jeong Ha. Hye Jun mengejek kalau sudah tahu Jeong
Ha itu menyukainya.
“Tak
apa-apa.” Kata Hye Jun. Jeong Ha bingung memastikan kalau yang dimaksud
Mengenai kebohongannya.
“Lalu Sejak
kapan kau menjadi penggemarku?” tanya Hye Jun penasaran. Hye Jun mengeluh kalau
ini Terlihat arogan sekali!
“Fantasi
seharusnya dibiarkan jadi fantasi. Kita malah bertemu.” Ucap Jeong Ha.
“Apa Kau
kecewa bertemu denganku?” tanya Jeong Ha. Hye Jun mengaku tidak tapi menurutnya
ternyata punya selera yang sangat bagus.
“Memuji
diri sendiri lagi.” Keluh Hye Jun. Jeong Ha pikir harus memuji dirinya sendiri.
“Aku memilihmu
daripada pesohor lain. Lalu setelah bertemu denganmu, ternyata kau sangat
baik.” Ucap Jeong Ha
“Kita
baru kenal. Bagaimana bisa kau yakin aku orang baik?” kata Hye Jung. Jeong Ha pun
bertany apakah Hye Jun orang jahat
“Aku
orang baik.” Jawab Hye Jun. Jeong Ha pikir dugaanya memang benar.
“Kata
ibuku, pria yang bilang dirinya jahat adalah pria yang benar-benar jahat. Mungkin
bohong mengenai hal lain, tapi tak mengenai itu.” Ucap Jeong Ha yakin
“Ibumu
pasti takkan bertemu pria jahat karena dia paham. Apa Tak terpikir olehmu bahwa
dia paham karena sering bertemu pria jahat?” kata Hye Jun
“Aku
paham.” Ucap Jeong Ha lalu merasa lapar. Hye Jun pun bertanya Mau makan apa.
Hye Jun mengaku tak sering makan di
luar.
“Baik.
Ayo pergi.” kata Hye Jun membawakan tas. Jeong Ha bertanya mau kemana.
“Ke
rumahmu, 'kan? Katanya kau tak sering makan di luar.” Kata Hye Ju. Keduanya
saling menatap.
“Kenapa
harus rumahku? Bisa saja rumahmu.” Ucap Jeong Ha gugup. Hye Jun pun bertanya
apakah Jeong Ha mau ke rumahnya. Jeong Ha gugup mendengarnya.
Mereka
akhirnya pergi ke restoran toppoki. Jeong Ha mengulurkan tanganya dengan wajah
tertunduk. Hye Jun yang sedang menyendok toppoki bingung apa yang dilakukan
Jeong Ha. Jeong Ha seperti pelayan kerajaan mengatakan ”Diriku sangat
tersanjung, Yang Mulia.”
“Kau
berlebihan.” Ejek Hye Jun. Jeong Ha mengaku sangat ingin mengucapkan perkataan
seperti itu.
“Terasa
lega setelah mengaku.” Ungkap Jeong Ha. Hye Jun pikir tak seharusnya membuatnya
mengaku.
“Meski
aku tak punya pandangan yang luar biasa dalam hidup, aku berprinsip untuk tak
berbohong. Namun, aku berbohong sejak bertemu denganmu. Aku sangat tertekan
karena itu.”aku Jeong Ha. Hye Jun hanya tersenyum lalu menyuruh Jeong Ha agar
makan saja.
“Enak.
Tteokbokki memang makanan penenang.” Ungkap Hye Jun lalu tiba-tiba tersedak.
Hye Jun langsung menepuk punggungnya dengan santai.
“Kenapa
menepuk punggungku?” ucap Jeong Ha gugup. Hye Jun bingung berpikir salah melakukanya
dan menyuruhnya minum.
“Tatapan
apa itu?” ucap Jeong Ha bingung. Hye Jun heran bertanya memang tatapanya
seperti apa.
“Terlalu
ramah.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengaku hanya melihatnya. Jeong ha mengaku iri
dengan Hye Jun.
“Hanya
dengan melihat, kau bisa menggerakkan hati orang.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun
berkomentar Jeong Ha lebih heboh dari biasanya.
“Ini efek
samping karena menutupi perasaanku. Aku sangat ingin bertemu denganmu. Banyak
yang ingin kukatakan.” Ucap Jeong Ha
“Katakan
semuanya hari ini.” Kata Hye Jun. Jeong Ha pikir Tak bisa jika tanpa miras.
Akhirnya
Jeong Ha setengah mabuk memberitahu “Rasio dan kombinas sangat penting untuk
miras campur. Kata orang-orang, miras campur buatanku paling enak. Hye Jun
mengeluh kalau Jeong Ha sudah dua kali mengatakan itu.
“Apa Kau
sudah mabuk?” tanya Hye Jun. Jeong Ha pun bertanya Bagaimana bisa nama Hye Jun berarti
"mengampuni"
“Aku
benar-benar tak tahu harus berbuat apa.” Keluh Hye Jun. Jeong Ha pikir Hye Jun
harus Diam saja jika tak tahu. Hye Jun menganguk mengerti.
“ Tapi Kenapa
kau tak minum?” tanya Jeong Ha. Hye Jun menegaskan Salah satu di antara mereka harus ada yang
sadar.
“Jika
bermasalah, bisa diselesaikan”jelas Hye Jun. Jeong Ha bertanya Memang apa yang mungkin terjadi dengan nada
mengoda.
“Tak
tahu. Aku hanya berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha
mengeluh Hidup Hye Jun rumit sekali.
“Kalau
begitu, aku tak keberatan.” Kata Jeong Ha mengambil gelas Hye Jun. Hye Jun tak
boleh mengambilnya karena itu miliknya.
“Katanya
kau tak minum.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun pikir
Meski tak minum, tetap ini miliknya.
“Aku tak
suka milikku direbut.” Kata Hye Jun. Jeong Ha mengeluh kalau tak merebut tapi Hye Jun yang memberikan.
“Meski
menuangkan miras terlihat tak seberapa, ini memerlukan tenaga…” keluh Jeong Ha
dan akhirnya Hye Jun memberikan minumanya.
“Aku tak
pernah dengar marga Sa selain Nona Sa dari Record of Lady Sa's Southward
Journey.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun tak percaya kalau Jeong Ha membaca itu
“Drama versi
Joseon.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha berteriak tak percaya kalau Hye Jun cukup
pandai sampai tahu itu!
“Kau
memiliki wajah yang tampan, juga kecerdasan. Kau terlalu sempurna!” teriak
Jeong Ha. Hye Ju malu bertaya apakah Jeong Ha akan terus begini?
“Tidak...Sa
Hye-jun... Sa Hye-jun.... Sa Hye-jun... Sa Hye-jun... Mengampuni apa? Aku
mengampunimu... Aku mengampuni dosamu.” Ucap Jeong Ha menepuk kepala Hye Jun.
Hye Jun terlihat bingung.
“Kau tahu
itu? Saat lelah hati, orang akan menjadi lebih ceria dan terlalu bersemangat
supaya tak ketahuan orang lain.” Ucap Jeong Ha
“Ya. Saat
ini kau sedang melakukan itu, 'kan?” ucap Hye Jun. Jeong Ha tersenyum karena
sudah Ketahuan.
“Jika
bertemu denganmu, aku sangat ingin berterima kasih.” Ucap Hye Jun.
Flash Back
Jeong Ha
pulang ke kamarnya menyalakan lampu meja dengan teman yang ada diruanganya.
Temanya terbangun melihat Hye Jun yang pulang telat. Jeong ha mejawab Sebentar
lagi UTS jadi harus membantu murid-muridnya bersiap.
“Matikan
lampu. Aku sensitif dengan cahaya.” Ucap temanya. Jeong Ha pun meredupkan lampu
meja belajarnya.
Jeong Ha
membuka ponsel terlihat wallpaper Hye Jun. Ibunya mengirimkan esan [Sabtu ini adalah hari ulang tahun Da-on.
Belikan hadiah, dia adikmu.] Jeong Ha seperti sedang frustasi akhirnya menonton
video Hye Jun yang sedang melakukan wawancara.
“Ayahku
tukang kayu. Aku bukan anak orang kaya. Banyak orang yang keliru saat kubilang
rumahku di Hannam-dong. Keluarga kami biasa. Keseharian kami dipenuhi
pengulangan dari pertengkaran dan perdamaian.” Ucap Hye Jun.
“Awalnya
aku mengidolakanmu karena ketampananmu, tapi lama-lama aku mulai berempati. Aku
juga suka karena kita seumur. Menggemarimu membuatku santai.” Ungkap Jeong Ha.
“Rasanya
kau bercerita soal orang lain, bukan aku.” Komentar Hye Jun. Jeong Ha mengaku
memang bukan tapi Ini adalah fantasi yang dibuatnya.
“Tetap
saja, terima kasih. Aku senang karena bisa membantu seseorang.” Kata Hye Jun
“Menurutku
penggemar dan pesohor tak boleh memiliki hubungan personal. Terlebih lagi,
kita… sudah berteman sekarang. Aku memutuskan berhenti mengidolakanmu. Aku tak
mau melakukannya.” Ucap Jeong Ha
“Padahal
penggemarku tak banyak. Kau malah berhenti mengidolakanku.” Keluh Hye Ju
“Pasti
ada banyak gadis mengejarmu.” Kata Jeong Ha. Hye Jun menegaskan Tak semua orang
yang mengejar adalah penggemar.
“Sulit
mempertahankan penggemar hanya dengan penampilan.” Komentar Hye Jun. Jeong Ha
menatap Hye Jun.
“Rupanya
kau tahu dirimu tampan.” Kata Jeong Ha. Hye Jun mengaku pernah membenci
wajahnya.
***
Flash Back
Hye Jun
sedang ada di kamar, kakaknya tiba-tiba masuk ke dalam kamar membawa sebuah
tas. Gyeong Jun kaget melihat Hye Jun ada dikamarnya, Hye Jung dengan santai bertanya apakah
kakaknya beli sepatu. Gyeong Jun membenarkan lalu bertanya adiknya sedang apa.
Saat itu
ayahnya masuk ruangan berkomentar kalau warna itu lebih… dan sadar kalau ada
Hye Jun dikamar. Gyeong Jun mengaku warna ini lebih bagus lalu keluar dari
kamar. Tuan Sa heran Hye Jung ada di kamar ini. Hye Jun menjawab kalau Komputer
hanya ada di kamar ini.
“Jangan
hanya di rumah karena ujian selesai. Cobalah untuk kerja paruh waktu. Kau juga
bisa membantu ayah.” Ucap Tuan Sa
“Aku sedang
cari kerja sebagai model.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa mengaku paling mencemaskan wajah tampan Hye Jun.
“Mudah
untuk hidup tanpa rencana jika punya wajah tampan. Orang baru menghargai uang
setelah bekerja keras untuk menghasilkan uang. Jika kau dapat uang dengan
berjalan, kau akan menganggap enteng hidup.” Ucap Tuan Sa mengejek.
Jeong Ha
pun bertanya apakah ayah Hye Jun tampan juga. Hye Jun mengaku tak yakin tapi
meurutnya ayahnya terlihat manis jika dilihat. Ia memberitahu ayahnya pendek.
Jeong Ha pun bisa tahu Rupanya Hye Jun mirip dengan kakeknya.
“Ya. Aku
sangat mirip dengan ibuku juga.” Kata Hye Jun. Jeong Ha pikir Jadi, intinya
adala penampilan ayah Hye Jun kurang menarik.
“Dia juga
tak tinggi. Lalu, ibumu cantik dan kakekmu tampan. Begitu?” ucap Jeong Ha. Hye
Jun berkomentar Jeong Ha lucu sekali.
“Ayahmu
pasti menderita.” Kata Jeong Ha. Hye Jun bingung kenapa berpikir seperti itu
karena menurutnya Tak begitu.
“Ayahmu
lebih tahu dari siapa pun mengenai nilai wajah tampan. Namun, dia
menyangkalnya. Kenapa? Karena dia tak menarik. Apa dia sangat tak menarik?”
kata Jeong Ha
“Hentikan.
Aku jadi memikirkannya. Padahal aku sedang membencinya.” Keluh Hye Jun dan
melihat sikap Jeong Ha bertanya Apa lagi ini?
“Ada yang
tak aku katakan padamu.. Ahh.. Aku
banyak bicara saat mabuk...Tidak! Tak terlalu parah. Hanya… Sekitar 30 menit
pertama? Selama 30 menit, aku menjadi sedikit begitu.” Ucap Jeong Ha
“Apa
maksudmu "begitu"?” kata Hye Jun bingung.
Keduanya
berjalan pulang, Hye Jun melihat Jeong Ha berjalan sempoyongan dan menyuruh
agar Jalan dengan benar. Jeong Ha tertawa bertanya-tanya Bagaimana bisa hidup lebih baik lagi dari sekarang. Ia
mengira sudah mengira ini akan sulit, tapi ini sungguh menyiksa.
“Saat berhenti
bekerja di perusahaan, aku yakin bisa mewujudkan mimpiku menjadi kenyataan. An
Jeong-ha. Kau bodoh! Bermimpi seharusnya saat tidur.” Ucap Hye Jun lalu melihat
ponselnya bergetar. Jin Ju kembali menelpnya
“Kenapa
tak diangkat?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku bisa menahan hal lain.
“Para
pelanggan bilang bahwa mereka menyukaiku. Mereka ingin dirias denganku. Tapi
Kenapa memfitnahku? Aku kerjakan sesuai dengan pekerjaanku. Kenapa? Karena
seru. Namun, kenapa dia membuatku menjadi seperti wanita jalang yang merebut
pacarnya?”keluh Jeong Ha kesal. Hye Jun hanya bisa tersenyum melihat tingkah
Jeong Ha.
Hye Jun
akan menyebrang jalan, Hye Jun langsung menghentikanya meminta agar berhenti.
Jeong Ha menatap Hye Jun berkomentar kalau Sepertinya i yang salah. Hye Jun
dengan setia terus mendengarnya.
“Pasti
ada alasan kenapa Bu Jin-ju menjadi seperti itu. Aku pasti memberikan alasan
untuk dia melakukan itu. Bagaimana seseorang… bisa merundung orang lain tanpa
alasan?” ucap Jeong Ha sambil menangis.
“Sudah 30
menit.” Kata Hye Jun. Jeong Ha menangis mengaku kalau ia bersalah.
“Aku
mengampuni dosamu... An Jeong-ha.” Kata Hye Jun menepuk baju Jeong Ha seperti
yang dilakukan sebelumnya.
“Apa aku
memalukan?” tanya Jeong Ha sambil tertawa. Hye Jung mengaku kalau Memalukan dan
beranjak pergi. Jeong Ha mengejar Hye
Jun.
Di dalam
mobil, Jin U berpegangan dengan Hae Na, membahas kalau Ksuka lagu ini. Ia pun
mengaku kalau suka hubungan yang seperti ini tapiia pikir bisa naik ke level lebih tinggi karena sudah dewasa. Hae Na mengaku juga sempat
berpikir seperti itu.
“Apa kau Pernah
memikirkannya?” ucap Jin U penuh semangat. Hae Na membenarkan.
“Kalau
begitu, apa kita mulai dari sekarang?” kata Jin U penuh semangat.
Kakek Sa
pulang ke rumah, mendengar dari depan rumah, Keluarga Sa sedang makan dan
berkomentar kalau bumbunya kurang meresap. Nyonya Han mengeluh kalau tak boleh
makan malam-malam tapi suaminya malah membelinya. Tuan Sa mengeluh kalau Nyonya
Han tak harus memakannya.
“ Tapi Kenapa
Ayah masih belum pulang?” ucap Nyonya Han khawatir. Gyeong Jun mengaku lebih suka mereka bertiga
saja.
“Kepalaku
sakit jika memikirkan Hye-jun dan Kakek.” Ucap Gyeong Jun. Tuan Sa merasa kalau
sehati dengan anaknya.
“Kalian
serasi sekali di saat-saat seperti ini.” Ejek Nyonya Han. Tuan Sa dengan bangga
membenarkan kalau mereka adalah ayah dan anak.
Saat itu
Kakek Sa pulang, Tuan Sa pun bertanya Ayahnya habis dari mana. Kakek Sa menjawab
sedang berpikir untuk memulai sesuatu. Tuan Sa panik ingin tahu Memulai apa. KaKek
Sa mengeluh Apa membicarakannya saja tak boleh?
“Tidak
usah dibicarakan. Hatiku tak bisa tenang jika mendengar Ayah melakukan
sesuatu,” ucap Tuan Sa panik
“Kakek. Apa
yang bisa kau lakukan di usiamu? Jangan menyusahkan Ayah. Istirahat saja.”
Keluh Gyeong Jun. Kakek Sa hanya terdiam
dan akhirnya masuk kamar.
Kakek Sa
didalam kamar dengan wajah kesal, saat itu Nyonya Han mengintip dari depan
pintu dan bertanya Apa boleh masuk. Kakek Sa pun mempersilahkan masuk. Nyonya
Han pun bertanya Apa kakek Sa sudah makan malam
“Apa Kau
pernah lihat ayah tak makan tepat waktu?” kata Kakek Sa. Nyonya Han tahu tak
pernah dan Karena itu menyukai Ayah mertuanya.
“Itu
bukan satu-satunya yang kau suka dari ayah.” Ucap Kakek Sa. Nyonya Han mengaku
suka sosok Ayahnya yang sekarang.
“Yang
penting Ayah sehat. Pasti sulit untuk memulai sesuatu yang baru. Bukankah sudah
saatnya pemeriksaan kesehatan?” ucap Nyonya Han. Kakek Sa mengaku baik-baik
saja.
“Tak ada
gunanya melakukan pemeriksaan kesehatan.” Kata Kakek Sa. Nyonya Han mengaku tak
suka jika Ayahnya sakit.
“Rupanya
kau tak suka aku melakukan sesuatu.” Gumam Kakek Sa. Nonya Han berjanji akan
berlaku baik.
“Kau
selalu berlaku baik... Tapi Di mana Hye-jun?” tanya Kakek Sa. Nyonya Han
yakin Dia pasti sedang melakukan hal
yang dia suka.
“Aku
mengizinkannya, tapi hatiku tak tenang.” Ungkap Nyonya Han. Kakek Sa
berkomentar Penilaian mereka terhadap ketampanan terlalu rendah.
“Hye-jun
pasti akan terkenal. Ayah yakin.” Ucap Kakek Sa. Nyonya Han mengaku hanya
berharap dia tak sedih.
Hye Jun
dan Jeong Ha turun dari halte SEODAEMUN, Hye Jun masih sedikit oleng. Jeong Ha
bertanya Apa efek mabuknya sudah berakhir. Hye Jun pikir seperti itu. Tapi Jeong Ha merasa Tidak, kalau Jeong Ha
masih belum sadar.
“Tidak!
Sudah selesai.” Ucap Jeong Ha dan tiba-tiba Turun hujan. Hye Jun pun tersadar
dan akhirnya mereka lari menuruni tangga. Keduanya pun berteduh didepan
minimarket.
“Aku
mendaftarkan Kakek ke akademi model.” Akui Hye Jun. Jeong Ha pikir Bujukannya
berhasil.
“Ya...
Berhasil... Aku introspeksi juga. Kubilang mencintainya, tapi pemikiranku terhadap
dia sama seperti orang lain.” Ucap Hye Jun.
“Aku suka
orang yang introspeksi. Aku benci orang yang tak bisa ditebak. Aku suka orang
yang menepati janji. Aku benci orang yang buat aku gelisah.” Ucap Jeong Ha
“Jika ada
orang yang introspeksi, tapi tak bisa ditebak. Menepati janji, tapi buat
gelisah. Lalu, kau akan bagaimana?” kata Hye Jun
“Aku membencinya.”jawab
Jeong Ha. Hye Jun pun tak percaya kalau Hye Jun suka membenci.
“Apa yang
kau suka?” tanya Jeong Ha. Hye Jun pikir Bahkan kualitas yang disuka kadang
mengganggunya.
“Berubah
tergantung situasi. Aku suka semuanya jika aku mencintainya.” Kata Hye Jun
“Orang
yang dicintai olehmu beruntung.” Komentar Jeong Ha. Hye Jun hanya menatapnya.
Jeong Ha langsung mengubah jawabnya.
“Bukan
berarti aku ingin dicintai olehmu.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengaku tak bilang
apa-apa.
“Standarku
tinggi sekali. Tadi kau dengar kriteriaku, 'kan? Jika mau pacaran denganku,
harus lulus semua kriteriaku.” Ucap Jeong Ha Hye Jun. tahu itu Sudah pasti.
“Ada
banyak manusia yang tak memahami hal mendasar.” Kata Jeong Ha.
“Jeong-ha.
Salah satu kelebihanmu adalah pandai mengakui.” Ucap Hye Jun.
“Maaf.
Standarku tak tinggi. Namun, ini sulit. Penggemar obsesif dengan kebiasaan
minum buruk. Kau tahu apa artinya jika memiliki keduanya? Kesedihan. Aku tak
pernah mencintai pria mana pun sampai sekarang.” Aku Hye Jun. Keduanya pun menunggu
hujan agar berhenti.
***
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar