PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jeong Ha
menunggu dengan wajah gugup. Sebuah mobil van datang, Hae Hyo membuka pintu dan
menyuruh Jeong Ha agar naik. Jeong Ha bisa sedikit tersenyum. Keduanya duduk
dalam mobil. Hae Hyo pun menawarkan minum. Jeong Ha menolak karena merasa gugup.
“Kenapa gugup?
Padahal aku yang lakukan pembacaan naskah.” Ejek Hae Hyo
“Mimpiku
mendekat terlalu cepat. Tujuanku memiliki merek dengan namaku sendiri.” Ungkap
Jeong Ha.
“Tujuan
yang hebat.” Kata Hae Hyo. Jeong Ha pikir Harus begitu karena Biar setidaknya
bisa mendekati.
“Lalu,
apa hubungannya dengan menjadi gugup?” tanya Hae Hyo heran.
“Karena
penata rias baru tak dikenal, harus merias dan bergantung pada pesohor.” Ucap
Jeong Ha
“Apa Kau
pikir aku pesohor?” ejek Hae Hyo. Jeong Ha pikir Meski sedikit tak terlalu
terkenal, Tapi Hae Hyo lebih hebat darinya.
“Terima
kasih atas kesempatan ini.” Ucap Jeong Ha. Hae Hyeo mengejek agar bekerjalah
dengan baik. Jeong Ha tiba-tiba mendekat. Hae Hyo terlihat gugup.
“Dari
tadi ini tersangkut. Aku akan bekerja dengan baik.” Ucap Jeong Ha menemukan
sesuatu yang menempel di baju Hae Hyo. Hae Hyo menganguk dan tersenyum.
“Ada hal
lain yang aku lakukan untukmu. Tentang kau suka Hye-jun. Selama ini aku
merahasiakannya…” ucap Hae Hyo.
“Tak
perlu lagi. Kami sudah membahasnya.” Kata Jeong Ha. Hae Hyo kaget kalau Jeong
Ha sudah menyebut "Kami"
“Ya. Aku
dan Hye-jun. Jadi, utangku padamu hanya ada satu.” Ucap Jeong Ha.
“Kau
perhitungan sekali.” keluh Hae Hyo. Jeong Ha pikir Harus begitu agar tak berutang.
“Aku
paling benci utang budi. Lalu Apa aku boleh minum itu?” kata Jeong Ha. Hae Hyo
tersenyum lalu menganguk.
Di
toilet, Hye Jun sedang mencuci tangan. Tuan Lee datang berkomenatr jika tetap
bersamany maka akan membawa Hye Jun pindah ke A June. Hye Jun hanya diam saja.
Tuan Lee dengan bangga memberitahu kalau sudah membeli gedung.
“Apa kau
tak akan menyelamatiku?” ucap Tuan Lee. Hye Jun pun mengucapkan Selamat.
“Tapi Bisakah
kau minggir?” kata Hye Jun. Tuan Lee mengeluh kalau tingkah Hye Jun yang
sombong.
“Berlagaklah
sesukamu selagi mampu melakukannya.” Ucap Tuan Lee. Hye Jun pikir sudah lama
melupakan Tuan Lee.
“Kini aku bisa menyingkirkanmu.” Kata Tuan Lee. Hye Jun pun mempersilahkan.
Hye Jun
pun keluar dari toilet, saat itu Hae Hyo baru datang bertanya pada Jeong Ha apakah
sudah makan. Jeong Ha mengaku sudah makan banyak dan kenyang sekali lalu meliha
Hye Jun yang berdiri didepanya. Hye Jun pun bertanya Kapan tiba.
“Sekitar
20 menit lalu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha pun bertanya apakah datang bersama
Min-jae
“Ya. Kau
datang ke pembacaan naskah?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku harus memahami peran agar bisa menyesuaikan
riasan.
“Apa Harus
ikut pembacaan naskah baru paham?” kata Hye Jun. Jeong Ha membenarkan.
“Apa kau
melihatku?” keluh Hae Hyo merasa tak dianggap. Hye Jun menganguk. Hae Hyo pikir
Hye Jun perhatian sekali pada Jeong Ha.
“Kapan
kau pernah begitu padaku? Kau ingat?” keluh Hae Hyo kesal. Jeong Ha pikir kalau
Hae Hyo iri
“Apa Kalian
pacaran?” ucap Jeong Ha. Keduanya langsung berteriak kalau Jeong Ha itu gila.
Dan
keduanya merasa kalau kalau akan sial kalau berbicara bersamaan, akhirnya
saling mencubit dan berkata “Bawa sial” Jeong Ha yang meliha keduanya seperti
kekanak-kanakan.
Gyeong
Jun membuka keran didalam kamar mandi lalu meliha di ruangan tengah dengan
jendela yang cukup besar. Seorang pria membeirtahu Jendela di dua sisi jadi Pasti
takkan terasa sesak. Gyeong Jun melihat pemandangan dari depan jendela.
“Susah
temukan yang semurah ini di Yeouido. Deposit lima juta won dan sewa per bulan
450.000 won. Lalu ada biaya pemeliharaan.” Ucap Si pegawai
“Tak ada
pemanas ruangan.” Komentar Gyeong Jun. Si pria menjawab kalau Harga sesuai
dengan kualitas.
“Biaya
sewa unit sebelumnya 900.000 won, 'kan?” kata Gyeong Jun. Si pria menganguk.
Gyeong Jun seperti mulai memikirkanya.
Nyonya
Han keluar kamar melihat suaminya membuat kopi lalu meminta dibuatkan juga
karena ingin minum kopi. Tuan Sa melihat istrinya berkomentar kalau Bajunya
cantik dan berkomentar Nyonya Han berpakaian cantik saat ke rumah itu.
“Aku
selalu berpakaian cantik.” Balas Nyonya Han. Tuan Sa bertanya apakah Nyonya Han
senang pakai baju bekas orang
“Aku tak
mampu beli baju mewah seperti ini. Senang bisa dapat gratis.” Ucap Nyonya Han
dingin
“Kenapa
sensitif soal baju?” keluh Tuan Sa. Nyonya Han mengingatkan kalau Kakaknya ada
banyak jadi selalu memakai baju bekas.
“Dia
bukan kakakmu.” Ucap Tuan Sa. Nyonya Sa pikir Sering kali orang lain lebih baik
daripada saudara sendiri.
“Adikmu
menghilang. Padahal kau sudah menyekolahkan dan menikahkannya.” Ejek Nyonya Sa
“Yang
penting hidup dengan baik. Kau Mau berharap apa pada adik?” keluh Tuan Sa.
“Cobalah
begitu pada ayahmu juga.” Kata Nyonya Han, Tuan Sa pikir tak bisa merasakan itu pada Ayah.
“Mereka
membicarakanku. Semua pembicaraan terdengar di rumah ini. Aku tak mau dengar.”
Keluh Kakek Sa yang mendengar di depan pintu kamarnya.
Saat itu
Gyeong Jun pulang, Nyonya Han meliha suaminya menambahkan banyak gula mengeluh harus
minum kopi hitam. Tuan Sa kesal karena rasanya pahit dan tak suka, Nyonya Han memberitahu kalau Lebih sehat jika
minum kopi hitam.
“Padahal
sudah beli mesin pembuat kopi. Kau selalu seperti ini.” Keluh Nyonya Han.
“Kopi
instan paling enak. Kenapa melarangku?” keluh Tuan Sa. Gyeong Jun berkomentar
kalau Lebih tak sehat jika stres karena tak bisa minum kopi.
“Putra
ayah yang terbaik!” puji Tuan Sa. Nyonya Han pikir Ini Sabtu dan bertanya Pergi
ke mana pagi-pagi sekali?
“Itu… Aku
habis melihat rumah.” Ucap Gyeong Jun. Tuan Sa panik akhirnya mengalihkan
menawarkan kopi pada anaknya. Tapi Gyeong Jun menolaknya.
“ Rumah
apa?” tanya Nyonya Han. Gyeong Jun sadar akhirnya bertanya Ibunya mau ke mana.
“Kerja di
rumah Hae-hyo.” Kata Nyonya Han. Gyeong Jun meminta ibunya agar Berhenti kerja
di sana dan akan berikan uang tiap
bulan.
“Gajimu
tak seberapa. Tak perlu beri ibu uang.” Ucap Nyonya Han. Gyeong Jun mengaku dapat
pekerjaan yang baik.
“Aku tak
suka Ibu kerja di rumah orang lain.” Keluh Gyeong Jun kesal.
“Jika
dipikirkan, kita semua kerja untuk orang lain. "Perusahaan atau perorangan?
Berukuran besar atau kecil? Dapat bonus bagus atau tidak?" Hanya itu saja
perbedaannya.” Ucap Nyonya Han.
“Apa Ibu
tak pikirkan Hye-jun? Jika aku, pasti benci. Tak disangka, dia tak peduli hal
seperti itu. “ ejek Gyeong Jun.
“Harga
dirinya tinggi.” Kata Nyonya Han, tapi Gyeong Jun merasa adiknya tak punya
harga diri.
“Lihat
aku. Setelah dapat kerja, aku mau berikan uang pada Ibu.” Kata Gyeong Jun.
“Jika
demi ibu, tabung uangmu untuk menikah.” Ucap Nyonya Han. Gyeong Jun menegaskan
kalau Menikah tak bisa sendiri.
“Aku akan
pindah ke apartemen dekat kantor.” Kata Gyeong Jun lalu mengeluh karena ayahnya
membuatkan kopi.
“Kenapa
tak beri tahu sejak awal?” keluh Tuan Sa berusaha mengalihkan. Nyonya Han pikir
Kopi tak penting saat ini.
“Ayah,
tak apa-apa. Ibu harus tahu.” Ucap Gyeong Jun. Tuan Sa mengeluh anaknya Kenapa
tak beri tahu saat pindah, karena Saat ini hanya timbulkan masalah.
“Apa Kau
sudah tahu?” ucap Nyonya Han tak percaya,
Gyeong Jun memberitahu kalau ayahnya sudah setuju.
“Meski
Yeouido dekat, transportasinya tak nyaman. Dia harus transit dua kali.” Ucap
Tuan Sa membela.
“Di Seoul
kebanyakan harus transit setidaknya dua kali. Berapa sewa bulanannya?” kata
Nyonya Han
“Sembilan
ratus ribu won.” Ucap Gyeong Jun. Nyonya Han kaget mendengar Satu bulan 900.000
won
“Gajimu
3,5 juta won. Dikurangi biaya sewa, biaya pemeliharaan, dan biaya hidup, sisa
berapa? Apa Hidup hanya untuk hari ini?” ucap Nyonya Han heran.
“Ya. Aku
mau hidup enak. Aku Bisa mati besok jika ada kecelakaan.” Ucap Gyeon Jun.
Nyonya Han langsung memukul lengan anaknya.
“Jangan
bicara sembarangan.”ucap Nyonya Han. Gyeong Jun mengeluh lenganya sakit dan
mengaku hanya asal bicara.
“Sayang!
Dia mirip dengan ayahmu!” ucap Nyonya Han marah.
Saat itu
dikamar, Kakek Sa mendengar kalau Gyeong Jun itu seperti dirinya. Ia pikir
kalau Gyeong Jun memang sungguh mirip
dengannya dan Hal seperti itu tak boleh diikuti. Sementara adu mulut kembali
dilanjutkan.
“Kenapa
dia mirip dengan Ayah?” keluh Tuan Sa tak terima. Nyonya Han ingin tahu Berapa
banyak tabungannya.
“Tabung
apa? Aku baru saja bekerja.” Kata Gyeong Jun. Nyonya Han tahu Yeong Jun kerja
paruh waktu saat kuliah!
“Apa Kau
habiskan semua? Kami yang bayar uang sekolahmu.” Ucap Nyonya Han.
“Wajar
orang tua bayar uang sekolah. Kenapa pamer?” kata Tuan Sa membela anaknya.
“Setelah
dipikir-pikir, dia seperti ini sejak kecil. Hye-jun menggunakan uang dengan
bijak. Tapi dia tidak. Lebih besar pasak daripada tiang. Bahkan Sering belanja
impulsif juga.” Ucap Nyonya Han.
Tuan Sa
tak percaya mendengarnya. Gyeong Jun mengeluh ayahnya yang tak membelanya.
“Siapa di
antara kita yang angkuh? Dia mau hidup sendiri dengan nyaman dan tanpa beban.
Itu juga mirip Ayah. Ayah mengabaikan keluarganya saat muda.” Ucap Nyonya Han.
“Kenapa
terus bilang aku mirip Kakek? Ayah!” keluh Gyeong Jun meminta ayahnya agar bisa
membelanya.
“Tak
boleh. Pokoknya tak boleh.” Tegas Nyonya Han melarang. Gyeong Jun menegaskan
pada ibunya kalau sudah dewasa.
“Aku tak
butuh izin Ibu. Aku hanya coba pergi baik-baik.” Kata Gyeong Jun. Nyonya Han
pikir mereka harusrapat keluarga.
“Kenapa
keluarga ikut campur? Aku akan pindah dengan uangku sendiri.” Kata Gyeong Jun.
“Kalau begitu,
keluar saja!” ucap Nyonya Han marah. Tuan Sa bertanya mau kemana istrinya.
Nyonya Han dengan nada tinggi berteriak kalau akan Pergi kerja!
“Sejak awal, ibu tak berharap banyak pada
anak. Padahal ibu merasa lega karena kau sudah dapat kerja. Setelah melihat
tingkahmu, tampaknya ibu harus mengurusmu selamanya!” ucap Nyonya Han marah dan
bergegas pergi. Gyeong Jun berteriak memanggil Ibunya.
“Ada apa
dengan Ibu? Jika mau memihakku, lakukan dengan benar!” keluh Gyeong Jun kesal
pada ayahnya.
“Ayah
sudah memihakmu! Tapi katamu dia akan senang jika disuruh berhenti kerja
Ternyata tidak.” Ucap Tuan Han.
“Sepertinya
ada masalah.” Kata Gyeong Jun yakin. Tuan Han bertanya Apa itu.
Flash Back
Nyonya
Han tersenyum membaca buku “GADIS DENGAN ANTING-ANTING MUTIARA” lalu menaruh
lagi di rak buku. Gyeong Jun melihat ibunya sering sekali baca buku itu. Nyonya
Han mengaku senang saat membacanya.
Gyeong
Jun memberikan buku "Gadis dengan Anting-anting Mutiara." Pada
ayahnya. Tuan Sa bertanya Buku ini tentang apa. Gyeong Jun menjawa Afair
emosional yaitu Gadis dari keluarga miskin bekerja sebagai ART di rumah
bangsawan.
Terlihat
Nyonya Han dengan makai penutup kepalanya sedang membersihkan rumah. Ia pun
melirik melihat bayangan seperti seorang pria yang sedang mendekat.
“Di sana,
dia dan tuan pemilik rumah…” ucap Gyeong Jun. Tuan Sa langsung memarahi anaknya
sebagai Anak nakal dan malah kurang ajar!
“Kenapa
marah?” ucap Gyeong Jun heran. Tuan Sa pikir anaknya tak masuk akal.
“Tidak, tapi
itu kecurigaan yang wajar. Kelakukan Ibu sangat aneh hingga terpikir imajinasi
aneh seperti ini.” Ucap Gyeong Jun.
“Apa yang
aneh? Dia kerja sepuluh tahun di sana. Dia terbiasa.” Kata Tuan Sa yang percaya
dengan sang istri.
“Kenapa
kerja sepuluh tahun sampai terbiasa? Apa Menurut Ayah tak aneh? Sempat berhenti
karena lelah, tapi Ibu kembali kerja di sana. Ibu pasti punya alasan khusus kerja
di rumah itu.” Ucap Gyeong Jun yakin. Tuan Sa mengumpat pada anaknya dan
sedikit curiga.
Nyonya
Han berjalan ke rumah Nyonya Kim, ia pun membuka pintu sendiri karena memiliki
kartu dan akhirnya masuk ke dalam lobby.
“Pekerjaanku
berhubungan erat dengan privasi orang lain< Aku menjadi tahu hal-hal yang
tak ingin kuketahui.” Gumam Nyonya Han.
Di dalam rumah, Nyonya Kim sibuk melihat di laptopnya lalu melihat -[PENDAFTARAN MAHASISWA BARU NAMA LENGKAP: WON HAE-NA SELAMAT TELAH DITERIMA DI SEKOLAH HUKUM SEOHAN] Hae Na baru saja turun dari kamarnya.
“Hae-na...
Kau lulus.” Ucap Nyonya Kim. Hae Na menjawab kalau sudah tahu. Nyonya Han betanya Hae Ne mau ke mana. Hae Na
menjawab Pergi main.
“Kau main
dengan siapa?” tanya Nyonya Kim. Hae Na pikir ibunya tahu semua temannya dan akan beranjak pergi.
“Tidakkah
kau berpikir untuk merayakan kelulusanmu dengan ibu? Kita harus rayakan sebagai
keluarga.” Ucap Nyonya Kim menahan anaknya pergi.
“Itu Pasti.
Jadwalkan saja.” Ucap Hae Na. Nyonya Kim mengeluh anaknya menganggap ia sebagai
sekretarisnya.
“Ibu yang
mau merayakan.” Ucap Hae Na. Nyonya Kim kesal memilih untuk melupakan saja.
“Mulailah
hidupmu tanpa doa orang tua!” kata Nyonya Kim kesal. Saat itu Nyonya Han datang
melihat Hae Na ada dirumah.
Hae Na
seperti sangat suka dengan Nyonya Han langsung memeluknya dan memberitahu kalau
diterima di sekolah hukum. Nyonya Han langsung mengucapkan Selamat dan sudah
tahu kalau pasti diterima. Nyonya Kim melirik sinis karena anaknya dekat dengan
Nyonya Han.
“Bagaimana
cara mempersiapkan perayaan? Agar Ibu tak menjadi seperti sekretaris.” Ucap Hae
Na.
“Kenapa
berubah pikiran?” kata Nyonya Kim heran. Hae Na mengaku tak suka memulai hidup tanpa
doa orang tua.
“Kau
mirip ibu. Tak asal keras kepala dan langsung sadar diri.” Ucap Nyonya Kim
bangga.
“Jadi mau
Restoran mana?” tanya Hae Na. Nyonya Kim pikir ia sendiri yang reservasi.
“Jika kau
patuh begini, ibu akan beri hadiah sebagai imbalan. Ibu sungguh sederhana. Itu
pesona Ibu.” Ucap Nyonya Kim bangga. Hae Na pun pamit pergi pada ibunya.
“Apa aku
baru saja kena tipu?” ucap Nyonya Kim bingung. Nyonya Han berkomentar kalau
majikanya tak bisa perhitungan dengan anak.
“Kau akan
biarkan mereka menang meski tahu tujuan mereka.” Komentar Nyonya Han.
“Dia
mengajariku lagi. Sungguh tanpa henti.” Gumam Nyonya Kim kesal lalu berpikir
Nyonya Han minum kopi dulu
“Nanti
saja. Aku sudah minum di rumah.” Kata Nyonya Han lalu berjanjak pergi. Nyonya
Kim hanya terdiam dan akhirnya ikut pergi.
Di
ruangan luar, Nyonya Han sibuk menyemprot tanaman dan membersihkan ruangan
dengan sangat teliti. Ia menaruh barang-barang Nyonya Kim pada tempatnya.
“Awalnya,
aku tak suka pekerjaan ini. Selama melakukan pekerjaan ini, aku sadar bahwa
manusia itu setara. Bukan mempelajarinya, tapi mengetahuinya. Prinsip
bersih-bersih yang terpenting adalah memindahkan barang dan mengembalikannya ke
tempat semula seolah-olah tak pernah disentuh.”
Nyonya
Han baru saja selesai membersihkan ruangan dan kembali ke dapur. Nyonya Kim
menawarkan kopi untuk Nyonya Han, Nyonya Han pun menganguk. Nyonya Kim pikir Lebih
nyaman jika bersih-bersih menyeluruh dua kali sebulan.
“Bukannya
aku tak percaya kau.” Kata Nyonya Kim. Nyonya Han tahu karean Bersih-bersih
memang begitu.
“Banyak sekali
debu dari tubuh manusia. Tapi Kenapa tak pekerjakan orang lagi?” ucap Nyonya
Han.
“Aku
tak…” kata Nyonya Kim lalu terhenti dan bergumam “Jika bilang aku tak suka ART
lain, dia akan besar kepala.”
“Lebih
baik tak nyaman daripada stres karena ada orang asing yang terus keluar masuk.”
Kata Nyonya Kim berbohong lalu memberikan kopi buatanya.
“Semuanya
terasa asing di awal. Tapi Kau akan terbiasa jika melaluinya.” Komentar Nyonya
Han sambil meminum kopi.
“Aku tak
bisa melaluinya.” Gumam Nyonya Kim lalu menyuruh Nyonya Kim duduk sambil minum
kopi bersamanya, seperti butuh teman untuk mengobrol.
“Tidak.
Pekerja tak bisa duduk bersama dengan majikan.” Kata Nyonya Han menolak. Nyonya
Kim menegaskan kalau Nyonya Han itu berbeda.
“Biasanya
aku yang jaga jarak dari orang lain. Tapi malah kau yang menjaga jarak.” Ucap
Nyonya Kim.
Flash
Back
Nyonya
Kim mendekati Nyonya Han yang sedang mengepel lantai lalu bertanya apa lihat
jam tangannya. Nyonya Han bertanya balik simpan di mana. Nyonya Kim pikir Pasti
disimpan di tempat biasa. Nyonya Han pikir pasti ada di sana.
“Ada di
mana, ya? Sudah kucari, tapi tak ada. Hanya kau yang menyentuhnya.” Ucap Nyonya
Kim kebingungan.
Nyonya
Han akhirnya mencoba mencarinya dan seperti sangat lelah lalu menemui Nyonya
Kim yang ada didapur. Ia memberitahu hanya bisa bekerja sampai akhir bulan ini.
Nyonya Kim panik bertanya harus bagaimana jika tiba-tiba begini
“Masih
ada 20 hari lagi. Kau pasti bisa menemukan pengganti.” Ucap Nyonya Han.
Nyonya
Kim mencium bau gelasnya dan mengeluh kalau Bau amis. I apun mengeluh pada
pembantu barunya kalau pasti Tak disiram air panas. Si bibi mengeluh kalau
Rumah ini terlalu luas dan Ada lantai dua juga. Nyonya Kim tak peduli langsung
menaruh gelas ditempat cuci piring.
“Kau
pakai sabun cuci piring terlalu banyak.” Ucap Nyonya Kim kesal melihat si bibi
yang menaruh banyak sabun diatas spons.
“Bu, kau
tak suka denganku?” ucap Si bibi menahan emosi. Nyonya Kim tak menjawab hanya
menyuruh si bibi agar meLanjutkan pekerjaanmu.
“Astaga! Selalu dipindahkan! Aku tak minta untuk dirapikan.” Keluh Nyonya Kim melihat tempat jam didalam laci. Ia pun menelp temanya
“Kenapa
ART rumahmu merekomendasikan orang seperti itu? Apa Tak ada orang lain? Aku
memintamu karena tak bisa temukan satu pun.” Keluh Nyonya Kim kesal
Nyonya
Han baru saja kelua dari rumah, Nyonya Kim melihatnya lalu berpura-pura sedang
berjalan. Nyonya Han tak melihatnya karena sedang berbicara di telp dan
memberitahu Tak bisa karena Besok mengunjungi Gyeong-jun di militer.
“Hei... Ae-suk!”
panggil Nyonya Kim seolah-olah tak sengaja bertemu. Nyonya Han kaget dan
bertanya Kenapa ada di sini
“Aku
sedang jalan-jalan di sini.” Akui Nyonya Kim. Nyonya Han tahu kalau Nyonya Kim
benci jalan.
“Hari ini
tak masalah.” Kata Nyonya Kim. Akhirnya Nyonya Han menutup telpnya lebih dulu.
Keduanya
duduk di atas bukit, Nyonya Han bertanya Ada yang mau di bicarakan. Nyonya Kim
mengeluh Tak disangka, sifat Nyonya Han itu dingin sekali bahkan tak
menghubunginya sekali pun. Nyonya Han hanya bergumam “Untuk apa? Aku tak kerja
denganmu lagi.”
“Kembalilah
ke rumahku.” Ucap Nyonya Kim. Nyonya Han meminta maaf karena tak mau melakukan kerja
penuh waktu lagi.
“Aku lebih
suka kerja di beberapa rumah.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim mengaku tak perlu
penuh waktu karena anak-anaknya sudah besar.
“Aku akan
menyesuaikan dengan waktu kosongmu.” Ucap Nyonya Kim. Nyonya Han hanya bisa
terdiam.
“Apa Kau
membenciku? Aku tak akan memintamu lagi.” Kata Nyonya Kim. Nyonya Han mengaku
tak membencinya.
“Jika
saja bisa tanya apa dia tak menyukaiku.” Gumam Nyonya Han. Nyonya Kim akhirnya
memberikan penawaran Sehari 100.000 won.
“Kau Bisa
pulang setelah pekerjaan selesai. Rumahku cukup besar. Jadi, aku melebihkan upahmu.
Jika tak datang, maka aku akan menganggapmu membenciku.” Ucap Nyonya Kim
mengancam.
“Bekerja
sebagai ART di rumah ibu teman putraku adalah pilihan yang sulit bagiku.”
Ungkap Nyonya Han.
“Apa
hubungan pekerjaan dengan ibu teman putramu?” kata Nyonya Kim heran.
“Namun,
putraku menyemangatiku. Aku sangat senang mengetahui bahwa dia memiliki harga
diri yang tinggi.” Kata Nyonya Han tersenyum bangga.
“Aku tahu
Hye-jun anak baik. Rumahmu adalah tempat kerja pertamaku sebagai ART. Berkat
bos yang pilih-pilih, aku banyak belajar. Banyak yang menginginkanku sekarang.”
Ungkap Nyonya Han.
“Aku tak
datang untuk mendengar kepopuleranmu.” Kata Nyonya Kim kesal . Nyonya Han
bergumam “Ternyata datang mencariku, bukan jalan-jalan.”
“Maksudku,
aku memiliki ikatan batin dengan keluargamu.” Kata Nyonya Han.
“Jadi,
kau akan kembali atau tidak?” ucap Nyonya Kim tak sabar. Nyonya Han pun ingin
memastikan kalau Nyonya Kim Hari ini datang
mencarinya.
“Jika kau sangat membutuhkanku, maka aku akan kembali.” kata Nyonya Han. Nyonya Kim pun langsung mengucapkan Terima kasih.
Pembacaan naskah pun selesai, mereka semua bubar. Hye Jun membaca pesan dari ibunya digrup keluarga “Ada rapat keluarga pukul 20.00 soal Gyeong-jun keluar dari rumah.” Gyeong Jun mengeluh “Seharusnya disebut agenda. "Gyeong-jun pindah hidup sendiri." Nyonya Han menulskan “Hye-jun harus hadir.”
“Tak berjalan sesuai keinginanku.” Keluh Hye Jun. Hae Hyo bertanya ada apa.
“Ada rapat keluarga malam ini.” Ucap Hye Jun. Hae Hyo mengaku ia ada acara keluarga malam ini juga
“Hae-na diterima di sekolah hukum.” Kata Hae Hyo. Hye Jun pun mengucapkan selamat.
“Ayo makan bersama lain kali. Kini kita makan dulu. Mau apa?” kata Hae Hyo. Hye Jun pun bertanya pada Jeong Ha.
“Apa Kau mau mengajakku atau menanyakan menu makanan?” tanya Jeong Ha bingung.
“Tak mungkin pergi tanpamu. Aku tanya pilihan menu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha tersipu malu. Hye Jun heran Jeong Ha malah terlihat malu.
“Dia penggemarmu. Bersamamu pasti membuatnya sangat senang.” Ejek Hae Hyo
“Dia berhenti jadi penggemarku. Sikapnya berubah sangat cepat.” Kata Hye Jun.
“Aku cukup cepat. Aku bisa jatuh cinta dan tak suka dalam sepekan. Dibanding itu, aku lama mengidolakanmu dan itu beri pengaruh besar.” Ucap Jeong Ha.
“Jeong-ha, suka artinya suka. Jangan dirasionalkan. Menu siang ini jjajangmyeon di tempat biasa.” Ucap Hye Jun lalu melihat Nyonya Lee datang.
Hye Jun pun mengajak pergi. Hae Hyo tiba-tiba menahan Jeong Ha. Hye Jun marah melihat Hae Hyo memegang lengan Jeong Ha. Hae Hyo meminta maaf mengaku kalauterburu-buru dan menegaskan kalau Jeong Ha naik mobilna karena ia yang mengajaknya lebih dulu.
“Tak bisa begitu. Dia datang naik mobilku. Jadi, pergi naik mobilku juga.” Ucap Hye Jun
“Aku punya pendapat dan kehendak. Aku naiki mobil yang kumau.” Kata Jeong Ha.
“Jadi, mobilku. Kau berutang budi padaku.” Kata Hae Hyo. Jeong Ha pun berterimakasih karena Bisa dibayar dengan in,
“Maaf. Aku pakai nanti.” kata Hae Hyo. Jeong Ha pikir kalau akan ikut Min-jae dan Hae Jun bisa ikut Hae-hyo.
“Tak mau. Kau ikut Hae-hyo. Aku naik mobil manajerku.” Kata Hae Jun. Hae Hyo marah karena Hae Jun tak mau ikut denganya.
“Kalian selesaikan. Kalian terlihat seperti anak SD jika bertemu. Aku tak mau terlibat.” Ucap Jeong Ha melihat keduanya seperti tom and jerry.
“Ini karenamu.” Kata Hae Hyo marah. Hye Jun kesal Hae Hyo yang mudah dibodohi. Hae Hyo menjawab Karena ia anak SD. Keduanya pun tertawa dan akhirnya naik ke mobil masing-masing.
Jeong Ha sudah masuk lebih dulu. Hye Jun mengetuk jendela mobil meminta agar ia menyetir. Nyonya Lee bertanya Mau ke mana. Hye Jun menjawab Makan jjajangmyeon dan Nyonya Lee tak tahu tempatnya. Nyonya Lee pun menurut pindah ke bangku belakang.
“Apa Kau bisa menyetir?” tanya Jeong Ha tak percaya. Hye Jun mengaku Lebih sulit cari hal yang tak bisa dilakukan.
“Aku tak sangka kau begini. Ternyata kau…” ucap Jeon Ha. Dan Hye Jun sudah tahu ucapan Jeong Ha.
“Aku Menyebalkan, 'kan? Itu karena aku terlalu hebat.” Ucap Hye Jun bangga
“Min-jae, ada apa dengannya?” tanya Jeong Ha bingung melihat sikap Hye Jun berubah jadi lebih percaya diri.
“Jeong-ha, tolong mengerti. Dia menjadi angkuh karena menonton video sepak bola. Seiring waktu kau akan terbiasa.” Ucap Nyonya Lee.
“Di sini aneh sekali. Aku salah naik mobil.” Kata Jeong ha ingin turun. Hye Jun membalas kalau sudah terlambat dan langsung melajukan mobilnya.
***
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar