PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 22 September 2020

Sinopsis Record of Youth Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Jeong Ha menunggu dengan wajah gugup. Sebuah mobil van datang, Hae Hyo membuka pintu dan menyuruh Jeong Ha agar naik. Jeong Ha bisa sedikit tersenyum. Keduanya duduk dalam mobil. Hae Hyo pun menawarkan minum. Jeong Ha menolak karena merasa gugup.

“Kenapa gugup? Padahal aku yang lakukan pembacaan naskah.” Ejek Hae Hyo

“Mimpiku mendekat terlalu cepat. Tujuanku memiliki merek dengan namaku sendiri.” Ungkap Jeong Ha.

“Tujuan yang hebat.” Kata Hae Hyo. Jeong Ha pikir Harus begitu karena Biar setidaknya bisa mendekati.



“Lalu, apa hubungannya dengan menjadi gugup?” tanya Hae Hyo heran.

“Karena penata rias baru tak dikenal, harus merias dan bergantung pada pesohor.” Ucap Jeong Ha

“Apa Kau pikir aku pesohor?” ejek Hae Hyo. Jeong Ha pikir Meski sedikit tak terlalu terkenal, Tapi Hae Hyo lebih hebat darinya.

“Terima kasih atas kesempatan ini.” Ucap Jeong Ha. Hae Hyeo mengejek agar bekerjalah dengan baik. Jeong Ha tiba-tiba mendekat. Hae Hyo terlihat gugup.

“Dari tadi ini tersangkut. Aku akan bekerja dengan baik.” Ucap Jeong Ha menemukan sesuatu yang menempel di baju Hae Hyo. Hae Hyo menganguk dan tersenyum. 



“Ada hal lain yang aku lakukan untukmu. Tentang kau suka Hye-jun. Selama ini aku merahasiakannya…” ucap Hae Hyo.

“Tak perlu lagi. Kami sudah membahasnya.” Kata Jeong Ha. Hae Hyo kaget kalau Jeong Ha sudah menyebut "Kami"

“Ya. Aku dan Hye-jun. Jadi, utangku padamu hanya ada satu.” Ucap Jeong Ha.

“Kau perhitungan sekali.” keluh Hae Hyo. Jeong Ha pikir  Harus begitu agar tak berutang.

“Aku paling benci utang budi. Lalu Apa aku boleh minum itu?” kata Jeong Ha. Hae Hyo tersenyum lalu menganguk. 


Di toilet, Hye Jun sedang mencuci tangan. Tuan Lee datang berkomenatr jika tetap bersamany maka akan membawa Hye Jun pindah ke A June. Hye Jun hanya diam saja. Tuan Lee dengan bangga memberitahu kalau sudah membeli gedung.

“Apa kau tak akan menyelamatiku?” ucap Tuan Lee. Hye Jun pun mengucapkan Selamat.

“Tapi Bisakah kau minggir?” kata Hye Jun. Tuan Lee mengeluh kalau tingkah Hye Jun yang sombong.

“Berlagaklah sesukamu selagi mampu melakukannya.” Ucap Tuan Lee. Hye Jun pikir sudah lama melupakan Tuan Lee.

“Kini aku bisa menyingkirkanmu.” Kata Tuan Lee. Hye Jun pun mempersilahkan. 


Hye Jun pun keluar dari toilet, saat itu Hae Hyo baru datang bertanya pada Jeong Ha apakah sudah makan. Jeong Ha mengaku sudah makan banyak dan kenyang sekali lalu meliha Hye Jun yang berdiri didepanya. Hye Jun pun bertanya Kapan tiba.

“Sekitar 20 menit lalu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha pun bertanya apakah datang bersama Min-jae

“Ya. Kau datang ke pembacaan naskah?” tanya Hye Jun. Jeong Ha mengaku  harus memahami peran agar bisa menyesuaikan riasan.

“Apa Harus ikut pembacaan naskah baru paham?” kata Hye Jun. Jeong Ha membenarkan. 


“Apa kau melihatku?” keluh Hae Hyo merasa tak dianggap. Hye Jun menganguk. Hae Hyo pikir Hye Jun perhatian sekali pada Jeong Ha.

“Kapan kau pernah begitu padaku? Kau ingat?” keluh Hae Hyo kesal. Jeong Ha pikir kalau Hae Hyo iri

“Apa Kalian pacaran?” ucap Jeong Ha. Keduanya langsung berteriak kalau Jeong Ha itu gila.

Dan keduanya merasa kalau kalau akan sial kalau berbicara bersamaan, akhirnya saling mencubit dan berkata “Bawa sial” Jeong Ha yang meliha keduanya seperti kekanak-kanakan. 


Gyeong Jun membuka keran didalam kamar mandi lalu meliha di ruangan tengah dengan jendela yang cukup besar. Seorang pria membeirtahu Jendela di dua sisi jadi Pasti takkan terasa sesak. Gyeong Jun melihat pemandangan dari depan jendela.

“Susah temukan yang semurah ini di Yeouido. Deposit lima juta won dan sewa per bulan 450.000 won. Lalu ada biaya pemeliharaan.” Ucap Si pegawai

“Tak ada pemanas ruangan.” Komentar Gyeong Jun. Si pria menjawab kalau Harga sesuai dengan kualitas.

“Biaya sewa unit sebelumnya 900.000 won, 'kan?” kata Gyeong Jun. Si pria menganguk. Gyeong Jun seperti mulai memikirkanya. 


Nyonya Han keluar kamar melihat suaminya membuat kopi lalu meminta dibuatkan juga karena ingin minum kopi. Tuan Sa melihat istrinya berkomentar kalau Bajunya cantik dan berkomentar Nyonya Han berpakaian cantik saat ke rumah itu.

“Aku selalu berpakaian cantik.” Balas Nyonya Han. Tuan Sa bertanya apakah Nyonya Han senang pakai baju bekas orang

“Aku tak mampu beli baju mewah seperti ini. Senang bisa dapat gratis.” Ucap Nyonya Han dingin

“Kenapa sensitif soal baju?” keluh Tuan Sa. Nyonya Han mengingatkan kalau Kakaknya ada banyak jadi selalu memakai baju bekas.


“Dia bukan kakakmu.” Ucap Tuan Sa. Nyonya Sa pikir Sering kali orang lain lebih baik daripada saudara sendiri.

“Adikmu menghilang. Padahal kau sudah menyekolahkan dan menikahkannya.” Ejek Nyonya Sa

“Yang penting hidup dengan baik. Kau Mau berharap apa pada adik?” keluh Tuan Sa.

“Cobalah begitu pada ayahmu juga.” Kata Nyonya Han, Tuan Sa pikir  tak bisa merasakan itu pada Ayah.



“Mereka membicarakanku. Semua pembicaraan terdengar di rumah ini. Aku tak mau dengar.” Keluh Kakek Sa yang mendengar di depan pintu kamarnya.

Saat itu Gyeong Jun pulang, Nyonya Han meliha suaminya menambahkan banyak gula mengeluh harus minum kopi hitam. Tuan Sa kesal karena rasanya pahit dan tak suka,  Nyonya Han memberitahu kalau Lebih sehat jika minum kopi hitam.

“Padahal sudah beli mesin pembuat kopi. Kau selalu seperti ini.” Keluh Nyonya Han.

“Kopi instan paling enak. Kenapa melarangku?” keluh Tuan Sa. Gyeong Jun berkomentar kalau Lebih tak sehat jika stres karena tak bisa minum kopi.

“Putra ayah yang terbaik!” puji Tuan Sa. Nyonya Han pikir Ini Sabtu dan bertanya Pergi ke mana pagi-pagi sekali?


“Itu… Aku habis melihat rumah.” Ucap Gyeong Jun. Tuan Sa panik akhirnya mengalihkan menawarkan kopi pada anaknya. Tapi Gyeong Jun menolaknya.

“ Rumah apa?” tanya Nyonya Han. Gyeong Jun sadar akhirnya bertanya Ibunya mau ke mana.

“Kerja di rumah Hae-hyo.” Kata Nyonya Han. Gyeong Jun meminta ibunya agar Berhenti kerja di sana dan  akan berikan uang tiap bulan.

“Gajimu tak seberapa. Tak perlu beri ibu uang.” Ucap Nyonya Han. Gyeong Jun mengaku dapat pekerjaan yang baik.

“Aku tak suka Ibu kerja di rumah orang lain.” Keluh Gyeong Jun kesal.

“Jika dipikirkan, kita semua kerja untuk orang lain. "Perusahaan atau perorangan? Berukuran besar atau kecil? Dapat bonus bagus atau tidak?" Hanya itu saja perbedaannya.” Ucap Nyonya Han.

“Apa Ibu tak pikirkan Hye-jun? Jika aku, pasti benci. Tak disangka, dia tak peduli hal seperti itu. “ ejek Gyeong Jun. 


“Harga dirinya tinggi.” Kata Nyonya Han, tapi Gyeong Jun merasa adiknya tak punya harga diri.

“Lihat aku. Setelah dapat kerja, aku mau berikan uang pada Ibu.” Kata Gyeong Jun.

“Jika demi ibu, tabung uangmu untuk menikah.” Ucap Nyonya Han. Gyeong Jun menegaskan kalau Menikah tak bisa sendiri.

“Aku akan pindah ke apartemen dekat kantor.” Kata Gyeong Jun lalu mengeluh karena ayahnya membuatkan kopi.

“Kenapa tak beri tahu sejak awal?” keluh Tuan Sa berusaha mengalihkan. Nyonya Han pikir Kopi tak penting saat ini.


“Ayah, tak apa-apa. Ibu harus tahu.” Ucap Gyeong Jun. Tuan Sa mengeluh anaknya Kenapa tak beri tahu saat pindah, karena Saat ini hanya timbulkan masalah.

“Apa Kau sudah tahu?” ucap Nyonya Han tak percaya,  Gyeong Jun memberitahu kalau ayahnya sudah setuju.

“Meski Yeouido dekat, transportasinya tak nyaman. Dia harus transit dua kali.” Ucap Tuan Sa membela.

“Di Seoul kebanyakan harus transit setidaknya dua kali. Berapa sewa bulanannya?” kata Nyonya Han

“Sembilan ratus ribu won.” Ucap Gyeong Jun. Nyonya Han kaget mendengar Satu bulan 900.000 won

“Gajimu 3,5 juta won. Dikurangi biaya sewa, biaya pemeliharaan, dan biaya hidup, sisa berapa? Apa Hidup hanya untuk hari ini?” ucap Nyonya Han heran.

“Ya. Aku mau hidup enak. Aku Bisa mati besok jika ada kecelakaan.” Ucap Gyeon Jun. Nyonya Han langsung memukul lengan anaknya.

“Jangan bicara sembarangan.”ucap Nyonya Han. Gyeong Jun mengeluh lenganya sakit dan mengaku hanya asal bicara.

“Sayang! Dia mirip dengan ayahmu!” ucap Nyonya Han marah. 


Saat itu dikamar, Kakek Sa mendengar kalau Gyeong Jun itu seperti dirinya. Ia pikir kalau Gyeong Jun memang  sungguh mirip dengannya dan Hal seperti itu tak boleh diikuti. Sementara adu mulut kembali dilanjutkan.

“Kenapa dia mirip dengan Ayah?” keluh Tuan Sa tak terima. Nyonya Han ingin tahu Berapa banyak tabungannya.

“Tabung apa? Aku baru saja bekerja.” Kata Gyeong Jun. Nyonya Han tahu Yeong Jun kerja paruh waktu saat kuliah!

“Apa Kau habiskan semua? Kami yang bayar uang sekolahmu.” Ucap Nyonya Han.

“Wajar orang tua bayar uang sekolah. Kenapa pamer?” kata Tuan Sa membela anaknya.

“Setelah dipikir-pikir, dia seperti ini sejak kecil. Hye-jun menggunakan uang dengan bijak. Tapi dia tidak. Lebih besar pasak daripada tiang. Bahkan Sering belanja impulsif juga.” Ucap Nyonya Han.

Tuan Sa tak percaya mendengarnya. Gyeong Jun mengeluh ayahnya yang tak membelanya. 


“Siapa di antara kita yang angkuh? Dia mau hidup sendiri dengan nyaman dan tanpa beban. Itu juga mirip Ayah. Ayah mengabaikan keluarganya saat muda.” Ucap Nyonya Han.

“Kenapa terus bilang aku mirip Kakek? Ayah!” keluh Gyeong Jun meminta ayahnya agar bisa membelanya.

“Tak boleh. Pokoknya tak boleh.” Tegas Nyonya Han melarang. Gyeong Jun menegaskan pada ibunya kalau sudah dewasa.

“Aku tak butuh izin Ibu. Aku hanya coba pergi baik-baik.” Kata Gyeong Jun. Nyonya Han pikir mereka harusrapat keluarga.

“Kenapa keluarga ikut campur? Aku akan pindah dengan uangku sendiri.” Kata Gyeong Jun.

“Kalau begitu, keluar saja!” ucap Nyonya Han marah. Tuan Sa bertanya mau kemana istrinya. Nyonya Han dengan nada tinggi berteriak kalau akan Pergi kerja!

 “Sejak awal, ibu tak berharap banyak pada anak. Padahal ibu merasa lega karena kau sudah dapat kerja. Setelah melihat tingkahmu, tampaknya ibu harus mengurusmu selamanya!” ucap Nyonya Han marah dan bergegas pergi. Gyeong Jun berteriak memanggil Ibunya. 


“Ada apa dengan Ibu? Jika mau memihakku, lakukan dengan benar!” keluh Gyeong Jun kesal pada ayahnya.

“Ayah sudah memihakmu! Tapi katamu dia akan senang jika disuruh berhenti kerja Ternyata tidak.” Ucap Tuan Han.

“Sepertinya ada masalah.” Kata Gyeong Jun yakin. Tuan Han bertanya Apa itu. 


Flash Back

Nyonya Han tersenyum membaca buku “GADIS DENGAN ANTING-ANTING MUTIARA” lalu menaruh lagi di rak buku. Gyeong Jun melihat ibunya sering sekali baca buku itu. Nyonya Han mengaku senang saat membacanya.


Gyeong Jun memberikan buku "Gadis dengan Anting-anting Mutiara." Pada ayahnya. Tuan Sa bertanya Buku ini tentang apa. Gyeong Jun menjawa Afair emosional yaitu Gadis dari keluarga miskin bekerja sebagai ART di rumah bangsawan.

Terlihat Nyonya Han dengan makai penutup kepalanya sedang membersihkan rumah. Ia pun melirik melihat bayangan seperti seorang pria yang sedang mendekat.

“Di sana, dia dan tuan pemilik rumah…” ucap Gyeong Jun. Tuan Sa langsung memarahi anaknya sebagai Anak nakal dan malah kurang ajar!

“Kenapa marah?” ucap Gyeong Jun heran. Tuan Sa pikir anaknya tak masuk akal.

“Tidak, tapi itu kecurigaan yang wajar. Kelakukan Ibu sangat aneh hingga terpikir imajinasi aneh seperti ini.” Ucap Gyeong Jun.

“Apa yang aneh? Dia kerja sepuluh tahun di sana. Dia terbiasa.” Kata Tuan Sa yang percaya dengan sang istri.

“Kenapa kerja sepuluh tahun sampai terbiasa? Apa Menurut Ayah tak aneh? Sempat berhenti karena lelah, tapi Ibu kembali kerja di sana. Ibu pasti punya alasan khusus kerja di rumah itu.” Ucap Gyeong Jun yakin. Tuan Sa mengumpat pada anaknya dan sedikit curiga. 


Nyonya Han berjalan ke rumah Nyonya Kim, ia pun membuka pintu sendiri karena memiliki kartu dan akhirnya masuk ke dalam lobby.

“Pekerjaanku berhubungan erat dengan privasi orang lain< Aku menjadi tahu hal-hal yang tak ingin kuketahui.” Gumam Nyonya Han.

Di dalam rumah, Nyonya Kim sibuk melihat di laptopnya lalu melihat  -[PENDAFTARAN MAHASISWA BARU NAMA LENGKAP: WON HAE-NA SELAMAT TELAH DITERIMA DI SEKOLAH HUKUM SEOHAN] Hae Na baru saja turun dari kamarnya.

“Hae-na... Kau lulus.” Ucap Nyonya Kim. Hae Na menjawab kalau sudah tahu.  Nyonya Han betanya Hae Ne mau ke mana. Hae Na menjawab Pergi main.


“Kau main dengan siapa?” tanya Nyonya Kim. Hae Na pikir ibunya  tahu semua temannya dan akan beranjak pergi.

“Tidakkah kau berpikir untuk merayakan kelulusanmu dengan ibu? Kita harus rayakan sebagai keluarga.” Ucap Nyonya Kim menahan anaknya pergi.

“Itu Pasti. Jadwalkan saja.” Ucap Hae Na. Nyonya Kim mengeluh anaknya menganggap ia sebagai sekretarisnya.

“Ibu yang mau merayakan.” Ucap Hae Na. Nyonya Kim kesal memilih untuk melupakan saja.

“Mulailah hidupmu tanpa doa orang tua!” kata Nyonya Kim kesal. Saat itu Nyonya Han datang melihat Hae Na ada dirumah. 



Hae Na seperti sangat suka dengan Nyonya Han langsung memeluknya dan memberitahu kalau diterima di sekolah hukum. Nyonya Han langsung mengucapkan Selamat dan sudah tahu kalau pasti diterima. Nyonya Kim melirik sinis karena anaknya dekat dengan Nyonya Han.

“Bagaimana cara mempersiapkan perayaan? Agar Ibu tak menjadi seperti sekretaris.” Ucap Hae Na.

“Kenapa berubah pikiran?” kata Nyonya Kim heran. Hae Na mengaku tak suka memulai hidup tanpa doa orang tua.

“Kau mirip ibu. Tak asal keras kepala dan langsung sadar diri.” Ucap Nyonya Kim bangga.

“Jadi mau Restoran mana?” tanya Hae Na. Nyonya Kim pikir ia sendiri yang reservasi.

“Jika kau patuh begini, ibu akan beri hadiah sebagai imbalan. Ibu sungguh sederhana. Itu pesona Ibu.” Ucap Nyonya Kim bangga. Hae Na pun pamit pergi pada ibunya.

“Apa aku baru saja kena tipu?” ucap Nyonya Kim bingung. Nyonya Han berkomentar kalau majikanya tak bisa perhitungan dengan anak.

“Kau akan biarkan mereka menang meski tahu tujuan mereka.” Komentar Nyonya Han.

“Dia mengajariku lagi. Sungguh tanpa henti.” Gumam Nyonya Kim kesal lalu berpikir Nyonya Han minum kopi dulu

“Nanti saja. Aku sudah minum di rumah.” Kata Nyonya Han lalu berjanjak pergi. Nyonya Kim hanya terdiam dan akhirnya ikut pergi. 



Di ruangan luar, Nyonya Han sibuk menyemprot tanaman dan membersihkan ruangan dengan sangat teliti. Ia menaruh barang-barang Nyonya Kim pada tempatnya.

“Awalnya, aku tak suka pekerjaan ini. Selama melakukan pekerjaan ini, aku sadar bahwa manusia itu setara. Bukan mempelajarinya, tapi mengetahuinya. Prinsip bersih-bersih yang terpenting adalah memindahkan barang dan mengembalikannya ke tempat semula seolah-olah tak pernah disentuh.” 


Nyonya Han baru saja selesai membersihkan ruangan dan kembali ke dapur. Nyonya Kim menawarkan kopi untuk Nyonya Han, Nyonya Han pun menganguk. Nyonya Kim pikir Lebih nyaman jika bersih-bersih menyeluruh dua kali sebulan.

“Bukannya aku tak percaya kau.” Kata Nyonya Kim. Nyonya Han tahu karean Bersih-bersih memang begitu.

“Banyak sekali debu dari tubuh manusia. Tapi Kenapa tak pekerjakan orang lagi?” ucap Nyonya Han.

“Aku tak…” kata Nyonya Kim lalu terhenti dan bergumam “Jika bilang aku tak suka ART lain, dia akan besar kepala.”

“Lebih baik tak nyaman daripada stres karena ada orang asing yang terus keluar masuk.” Kata Nyonya Kim berbohong lalu memberikan kopi buatanya.

“Semuanya terasa asing di awal. Tapi Kau akan terbiasa jika melaluinya.” Komentar Nyonya Han sambil meminum kopi.

“Aku tak bisa melaluinya.” Gumam Nyonya Kim lalu menyuruh Nyonya Kim duduk sambil minum kopi bersamanya, seperti butuh teman untuk mengobrol.

“Tidak. Pekerja tak bisa duduk bersama dengan majikan.” Kata Nyonya Han menolak. Nyonya Kim menegaskan kalau Nyonya Han itu berbeda.

“Biasanya aku yang jaga jarak dari orang lain. Tapi malah kau yang menjaga jarak.” Ucap Nyonya Kim. 



Flash Back

Nyonya Kim mendekati Nyonya Han yang sedang mengepel lantai lalu bertanya apa lihat jam tangannya. Nyonya Han bertanya balik simpan di mana. Nyonya Kim pikir Pasti disimpan di tempat biasa. Nyonya Han pikir pasti ada di sana.

“Ada di mana, ya? Sudah kucari, tapi tak ada. Hanya kau yang menyentuhnya.” Ucap Nyonya Kim kebingungan. 


Nyonya Han akhirnya mencoba mencarinya dan seperti sangat lelah lalu menemui Nyonya Kim yang ada didapur. Ia memberitahu hanya bisa bekerja sampai akhir bulan ini. Nyonya Kim panik bertanya harus bagaimana jika tiba-tiba begini

“Masih ada 20 hari lagi. Kau pasti bisa menemukan pengganti.” Ucap Nyonya Han. 


Nyonya Kim mencium bau gelasnya dan mengeluh kalau Bau amis. I apun mengeluh pada pembantu barunya kalau pasti Tak disiram air panas. Si bibi mengeluh kalau Rumah ini terlalu luas dan Ada lantai dua juga. Nyonya Kim tak peduli langsung menaruh gelas ditempat cuci piring.

“Kau pakai sabun cuci piring terlalu banyak.” Ucap Nyonya Kim kesal melihat si bibi yang menaruh banyak sabun diatas spons.

“Bu, kau tak suka denganku?” ucap Si bibi menahan emosi. Nyonya Kim tak menjawab hanya menyuruh si bibi agar meLanjutkan pekerjaanmu.


“Astaga! Selalu dipindahkan! Aku tak minta untuk dirapikan.” Keluh Nyonya Kim melihat tempat jam didalam laci. Ia pun menelp temanya

“Kenapa ART rumahmu merekomendasikan orang seperti itu? Apa Tak ada orang lain? Aku memintamu karena tak bisa temukan satu pun.” Keluh Nyonya Kim kesal

“Aku tak pilih-pilih. ART sebelumnya kerja di rumahku selama lima tahun. Apa? Ae-suk kerja di rumah Pak Lee?” ucap Nyonya Lee kaget. 


Nyonya Han baru saja kelua dari rumah, Nyonya Kim melihatnya lalu berpura-pura sedang berjalan. Nyonya Han tak melihatnya karena sedang berbicara di telp dan memberitahu Tak bisa karena Besok mengunjungi Gyeong-jun di militer.

“Hei... Ae-suk!” panggil Nyonya Kim seolah-olah tak sengaja bertemu. Nyonya Han kaget dan bertanya Kenapa ada di sini

“Aku sedang jalan-jalan di sini.” Akui Nyonya Kim. Nyonya Han tahu kalau Nyonya Kim benci jalan.

“Hari ini tak masalah.” Kata Nyonya Kim. Akhirnya Nyonya Han menutup telpnya lebih dulu. 


Keduanya duduk di atas bukit, Nyonya Han bertanya Ada yang mau di bicarakan. Nyonya Kim mengeluh Tak disangka, sifat Nyonya Han itu dingin sekali bahkan tak menghubunginya sekali pun. Nyonya Han hanya bergumam “Untuk apa? Aku tak kerja denganmu lagi.”

“Kembalilah ke rumahku.” Ucap Nyonya Kim. Nyonya Han meminta maaf karena tak mau melakukan kerja penuh waktu lagi.

“Aku lebih suka kerja di beberapa rumah.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim mengaku tak perlu penuh waktu karena anak-anaknya sudah besar.

“Aku akan menyesuaikan dengan waktu kosongmu.” Ucap Nyonya Kim. Nyonya Han hanya bisa terdiam.



“Apa Kau membenciku? Aku tak akan memintamu lagi.” Kata Nyonya Kim. Nyonya Han mengaku tak membencinya.

“Jika saja bisa tanya apa dia tak menyukaiku.” Gumam Nyonya Han. Nyonya Kim akhirnya memberikan penawaran  Sehari 100.000 won.

“Kau Bisa pulang setelah pekerjaan selesai. Rumahku cukup besar. Jadi, aku melebihkan upahmu. Jika tak datang, maka aku akan menganggapmu membenciku.” Ucap Nyonya Kim mengancam.

“Bekerja sebagai ART di rumah ibu teman putraku adalah pilihan yang sulit bagiku.” Ungkap Nyonya Han.

“Apa hubungan pekerjaan dengan ibu teman putramu?” kata Nyonya Kim heran.

“Namun, putraku menyemangatiku. Aku sangat senang mengetahui bahwa dia memiliki harga diri yang tinggi.” Kata Nyonya Han tersenyum bangga.

“Aku tahu Hye-jun anak baik. Rumahmu adalah tempat kerja pertamaku sebagai ART. Berkat bos yang pilih-pilih, aku banyak belajar. Banyak yang menginginkanku sekarang.” Ungkap Nyonya Han.



“Aku tak datang untuk mendengar kepopuleranmu.” Kata Nyonya Kim kesal . Nyonya Han bergumam “Ternyata datang mencariku, bukan jalan-jalan.”

“Maksudku, aku memiliki ikatan batin dengan keluargamu.” Kata Nyonya Han.

“Jadi, kau akan kembali atau tidak?” ucap Nyonya Kim tak sabar. Nyonya Han pun ingin memastikan kalau Nyonya Kim  Hari ini datang mencarinya.

“Jika kau sangat membutuhkanku, maka aku akan kembali.” kata Nyonya Han. Nyonya Kim pun langsung mengucapkan Terima kasih.




Pembacaan naskah pun selesai, mereka semua bubar. Hye Jun membaca pesan dari ibunya digrup keluarga “Ada rapat keluarga pukul 20.00 soal Gyeong-jun keluar dari rumah.” Gyeong Jun mengeluh “Seharusnya disebut agenda. "Gyeong-jun pindah hidup sendiri." Nyonya Han menulskan “Hye-jun harus hadir.”

“Tak berjalan sesuai keinginanku.” Keluh Hye Jun. Hae Hyo bertanya ada apa.

“Ada rapat keluarga malam ini.” Ucap Hye Jun. Hae Hyo mengaku  ia ada acara keluarga malam ini juga

“Hae-na diterima di sekolah hukum.” Kata Hae Hyo. Hye Jun pun mengucapkan selamat.

“Ayo makan bersama lain kali. Kini kita makan dulu. Mau apa?” kata Hae Hyo. Hye Jun pun bertanya pada Jeong Ha.

“Apa Kau mau mengajakku atau menanyakan menu makanan?” tanya Jeong Ha bingung.

“Tak mungkin pergi tanpamu. Aku tanya pilihan menu.” Ucap Hye Jun.  Jeong Ha tersipu malu. Hye Jun heran Jeong Ha malah terlihat malu.

“Dia penggemarmu. Bersamamu pasti membuatnya sangat senang.” Ejek Hae Hyo

“Dia berhenti jadi penggemarku. Sikapnya berubah sangat cepat.” Kata Hye Jun.

“Aku cukup cepat. Aku bisa jatuh cinta dan tak suka dalam sepekan. Dibanding itu, aku lama mengidolakanmu dan itu beri pengaruh besar.” Ucap Jeong Ha.

“Jeong-ha, suka artinya suka. Jangan dirasionalkan. Menu siang ini jjajangmyeon di tempat biasa.” Ucap Hye Jun lalu melihat Nyonya Lee datang. 



Hye Jun pun mengajak pergi. Hae Hyo tiba-tiba menahan Jeong Ha. Hye Jun marah melihat Hae Hyo memegang lengan Jeong Ha.  Hae Hyo meminta maaf mengaku kalauterburu-buru dan menegaskan kalau Jeong Ha naik mobilna karena ia yang mengajaknya lebih dulu.

“Tak bisa begitu. Dia datang naik mobilku. Jadi, pergi naik mobilku juga.” Ucap Hye Jun

“Aku punya pendapat dan kehendak. Aku naiki mobil yang kumau.” Kata Jeong Ha.

“Jadi, mobilku. Kau berutang budi padaku.” Kata Hae Hyo. Jeong Ha pun berterimakasih karena Bisa dibayar dengan in,

“Maaf. Aku pakai nanti.” kata Hae Hyo. Jeong Ha pikir kalau akan ikut Min-jae dan Hae Jun bisa ikut Hae-hyo.

“Tak mau. Kau ikut Hae-hyo. Aku naik mobil manajerku.” Kata Hae Jun. Hae Hyo marah karena Hae Jun tak mau ikut denganya.

“Kalian selesaikan. Kalian terlihat seperti anak SD jika bertemu. Aku tak mau terlibat.” Ucap Jeong Ha melihat keduanya seperti tom and jerry.

“Ini karenamu.” Kata Hae Hyo marah. Hye Jun kesal Hae Hyo yang mudah dibodohi. Hae Hyo menjawab Karena ia anak SD. Keduanya pun tertawa dan akhirnya naik ke mobil masing-masing.


Jeong Ha sudah masuk lebih dulu. Hye Jun mengetuk jendela mobil meminta agar ia menyetir. Nyonya Lee bertanya Mau ke mana. Hye Jun menjawab Makan jjajangmyeon dan Nyonya Lee tak tahu tempatnya. Nyonya Lee pun menurut pindah ke bangku belakang.

“Apa Kau bisa menyetir?” tanya Jeong Ha tak percaya. Hye Jun mengaku Lebih sulit cari hal yang tak bisa dilakukan.

“Aku tak sangka kau begini. Ternyata kau…” ucap Jeon Ha. Dan Hye Jun sudah tahu ucapan Jeong Ha.

“Aku Menyebalkan, 'kan? Itu karena aku terlalu hebat.” Ucap Hye Jun bangga


“Min-jae, ada apa dengannya?” tanya Jeong Ha bingung melihat sikap Hye Jun berubah jadi lebih percaya diri.

“Jeong-ha, tolong mengerti. Dia menjadi angkuh karena menonton video sepak bola. Seiring waktu kau akan terbiasa.” Ucap Nyonya Lee.

“Di sini aneh sekali. Aku salah naik mobil.” Kata Jeong ha ingin turun. Hye Jun membalas kalau sudah terlambat dan langsung melajukan mobilnya.

***

Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar