PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Do Ha
keluar dengan Tuan Lee dan berpamitan pada seorang wanita sepertil lawan
mainya, lalu berkomentar wanita itu terlihat baik. Tuan Lee hanya diam saja. Do
Ha kembali berbicara kalau wanita itu baik.
“Pak
Do-ha, lebih baik bilang dia cantik. Bagaimana kau tahu kepribadiannya?” ucap
Tuan Lee
“Kau
lamban sekali.” kata Do Ha. Tuan Lee bingung. Do Ha pun mengeluh Tua Lee yang
terus memanggilnya "Pak Do-ha"
“Bahkan
aktor tak terkenal pun dipanggil dengan benar oleh manajernya.” Keluh Do Ha.
Tuan Lee mengerti kalau akan minta kontaknya.
“Bukan
begitu. Aku tak pernah meminta kontaknya. Dasar kurang ajar.” Ucap Do Ha marah
Hye Jun
sedang memarkir mobil, tiba-tiba seorang anak lewat dan Ia buru-buru menyinjak
rem. Jeong Ha sudah membuka sabuk pengamannya pun hampir terpelanting, Hye Jun
bisa menahan dengan tanganya. Seorang ibu pun menghampiri anaknya lalu meminta
maaf dan memastikan kalau anaknya baik-baik saja.
“Kenapa
kau terburu-buru? Kenapa sudah lepas sabuk pengaman? Bagaimana jika terluka?”
ucap Hye Jun marah.
“Tak
mungkin terluka.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengeluh kalau Itu karena ia menahannya.
“Terima
kasih sudah menahanku. Aku hampir terluka dan ke rumah sakit.” Ucap Jeong Ha.
“Kecelakaan
bisa terjadi kapan dan di mana saja. Tak ada salahnya berhati-hati.” Kata Hye
Jun akhirnya mencoba parkir dengan baik.
“Kau
ingat pernah bilang "kau pintar mengajari" padaku?” kata Jeong Ha.
Hye Jun menjawab tidak.
“Sa
Hye-jun. Salah satu kelebihanmu adalah selalu mengakui fakta” keluh Jeong Ha.
Hye Jun akhirnya meminta maaf dan mengaku mengingatnya.
“Kau juga
begitu. Apa lepas sabuk pengaman lebih awal harus dimarahi?” ucap Jeong Ha.
“Kenapa
kau berbicara seperti itu? Apa Kau mau dimarahi?” kata Hye Jun. Jeong Ha pun
ingin tahu Bagaimana Hye Jun akan memarahinya.
“Mencondongkan
muka itu curang.” Kata Hye Jun melihat Jeong Ha seperti menantangnya dan
jaraknya sangat dekat.
“Apa Kalian
berpacaran?” tanya Nyonya Lee dari belakang. Keduanya langsung berteriak kesal.
“Baik.
Astaga, kupingku bisa meledak. Dilihat dari belakang terlihat begitu. Tentu,
itu karena pengaruh Aktor Sa cukup besar. Tatapan romantisnya…” ucap Nyonya Lee
“Aku
bosan mendengarnya.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha juga merasa bosan dan mengaku Tadi
seru, kini tidak.
“Kukira
kalian bertengkar?” ucap Nyonya Lee. Jeong Ha mengaku mereka tak bertengkar
tapi hanya bertukar pendapat.
“Benar.
Kami bertukar pendapat. Jika kau anggap ini pertengkaran…” ucap Hye Jun dan
Jeong Ha menyela
“Kau
harus dimarahi.” Kata JeongHa. Hye Jun mengeluh kalau itu tak tepat. Jeong Ha
pikir Benar juga menurutnya Sedikit tak pantas.
“Kalian sungguh konyol! Aku lapar! Kalian mau apa? Aku pesankan dulu. Jjajang atau jjamppong?” ucap Nyonya Lee kesal. Keduanya menjawab Jjajang bersamaan.
“Secara
malu-malu, aku mencoba mengatakan "bawa sial" padamu. Aku juga tak
mau melakukan ini. Namun, katanya jika tak dilakukan aku akan sial selama tiga
tahun.” Ucap Jeong Ha memegang baju Hye Jun.
“Itu
hanya takhayul... Bawa sial...” kata Hye Jun melakukan hal yang sama memegang
baju Jeong Ha.
“Kalian
sungguh bukan main. Aku mau jjamppong!” ucap Nyonya Lee kesal dan akhirnya
keluar dari mobil
“Dia
sangat suka jjamppong” ejek Hye Jun. Jeong Ha mencoba membuka pintu mobil tapi
tak bisa terbuka.
Hye Jun
yang melihatnya akhirnya membantu Jeong Ha, Jeong Ha gugup berdekatan lagi dan
akhirnya hanya bisa mengucapkan Terima kasih. Hye Jun mengejek kalau Jeong Ha
itu cukup merepotkan.
Jeong Ha
mengaku tak pernah dengar itu lalu turun dari mobil. Saat itu Hye Jun melihat
ponsel Jeong Ha terjatuh di kursi dan wallpapernya sudah berubah.
Jeong Ha
menunggu didepan restoran, Hye Jun datang meminta agar bisa meminjamkan
ponselnya. Jeong Ha heran dan ingin tahu alasan minjamnya. Hye Jun meminta agar
bisa meminjamkanya saja. Jeong Ha
akhirnya mencari ponsel ditasnya dan bingung karena tak ada.
“Bagaimana
ini? Di mana aku menyimpannya? Apa ada di mobil? Tunggu... Tak mungkin di
studio...Jadi Ada di mana, ya? Tolong buka pintu mobil.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun
dengan sinis menolaknya.
“Boleh
pinjam kunci mobil? Aku segera kembali.” kata Jeong Ha mengulurkan tanganya.
Hye Jun pun memperbolehkanya.
“Kau
sungguh tipe orang yang merepotkan.” Keluh Hye Jun dan akhirnya memberikan
ponsel Jeong Ha.
“Ini tak
adil.” Kata Jeong Ha. Hye Jun tak mengerti apa maksudnya. Hye Jun mengaku tak
pernah dengar orang katakan itu.
“Aku tak
merepotkan. Di mana pun berada, aku selalu mengurus orang lain.” Ucap Jeong Ha.
Hye Jun mengaku akan percaya.
“Kau
mengatakan "Aku akan percaya" tak berarti percaya.” Komentar Jeong Ha
kesal
“Apa itu
penting?” tanya Hye Jun. Jeong Ha membenarkan. Hye Jun heran ingin tahu alasan
Kenapa penting sambil berjalan.
“Aku tak
mau jadi orang seperti ibuku.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun berhenti melangkah
bertanya Kenapa jadi membahas ibunya.
“Aku tak
bisa memercayai ibuku. Ibu ceraikan Ayah, padahal bilang tak akan cerai. Ibu
bilang tak akan nikah dengan pria miskin, tapi dia menikahinya.” Ucap Jeong Ha
“Kau bisa
ceritakan hal sulit seakan itu hal sepele.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha pikir
Bayangkan betapa sulitnya bagi dirinya bisa melalui masalah itu.
“Aku baca
buku psikologi juga. Untungnya, hubunganku dengan ayahku cukup baik. Jika
hubunganku dengannya buruk, maa kehidupan sosialku pasti hancur.” Ucap Jeong
Ha.
“Apa Hubungan
dengan ayah buruk, kehidupan sosial hancur? Aku baik-baik saja.” Ucap Hye Jun
santai.
“Kau sering
konflik dengan orang-orang tua, 'kan?” ejek Jeong Ha. Hye Jun menyangkal
menurutnya Mereka menyukainya.
“Pemilik
restoran barbeku tempat aku kerja paruh waktu bahkan mau mewariskan restoran
padaku.” Kata Hye Jun bangga
“Aku akan
percaya.” Kata Jeong Ha. Hye Jun membalas
"Aku akan percaya" tak berarti percaya.
“Aku
memercayaimu. Puas?” ucap Hye Jun,Jeong Ha. pun tersenyum mengaku ia juga lalu
masuk ke dalam restoran.
Tuan Lee
sibuk bermain golf memberitahu caranya, dengan mengusahakan kepala berpusat ke
depan. Ia pikir Alih-alih mengayunkan tongkat, lebih baik alihkan berat
badannya dengan kaki lalu memukul bola golf. Dua pria melihatnya hasilnya
dilayar memuji Pukulan Tuan Lee bagus.
“Kau
sudah bisa main di lapangan. Aku akan mengajakmu lain kali.” Kata Sutradara
“Untuk
apa aku menunggumu saat ada orang lain yang mau mengajakku?” ejek Tuan Lee
“Aku
begitu karena senang melihat kesuksesanmu.” Ucap Sutradra. Tuan Lee mengeluh
kalau Sutradara itu terlalu sok dekat dengannya.
“Apa
Menurutmu aku sok dekat? Kita memang dekat. Kita sudah kenal sejak lama.”kata
Sutradara.
“Kita
sudah kenal sejak lama, tapi aku hanya ingat kenangan saat kau mengabaikanku. Karena
ingat masa lalu, aku menjadi kesal dan pukulanku payah.” Ucap Tuan Lee kesal
**
“Tae-su,
kenapa kau terus mengingat masa lalu?” ucap Sutradara Yoon. Anak buah Sutradara
Yoon memberikan minum.
“Apa kau Mau
Do-ha main di dramamu?” kata Tuan Lee. Tuan Yoon menganguk.
“Tunggu...
Do-ha akan segera jatuh hati padaku. Aku bisa memikat hati orang.” Ucap Tuan
Lee yakin
“Aku
paham, orang akan berubah jika sukses. Namun, kau terlalu banyak berubah.” Ejek
Tuan Yoon.
“Aku… pernah
membimbing seseorang bernama Sa Hye-jun. Saat pertama bertemu dia, pancaran
auranya sangat luar biasa. Meski berwajah tampan, kepribadiannya pun sangat
baik.” Ucap Tuan Lee
***
Flash Back
Hye Jun
datang bertemu dengan Tuan Lee yang terlihat sangat frustasi, mengatakan kalau akan terus berkarier
bersamanya. Ia percaya dengan perkataan
Tuan Lee bahwa semua akan berjalan baik setelah ini berlalu.Tuan Lee memegang
tangan Hye Jun sambil menangis mengucapkan Terima kasih.
**
“Aku
sungguh berpikir…dia pasti sukses. Tak ada yang lebih baik dari dia. Bahkan Tak
mungkin dia tak sukses. Namun, Ia tak sukses. Itu Ternyata tak terjadi. Semua
hanya mimpi. Setidaknya aku sedikit senang saat berharap padanya.” Ucap Tuan
Lee.
“Namun,
itu fantasi semata. Hidup adalah pertempuran yang sesungguhnya. Ada istri anak
yang harus dihidupi. Lalu aku sadar. Pada akhirnya, para bajingan yang menguasai
dunia ini.” Kata Tuan Lee
“Lalu
bagaimana? Aku juga harus jadi bajingan. Coba Lihat? Harus ada cerita seperti
ini agar bisa menjelaskan perubahan seseorang. Kau mau dapatkan sesuatu, tapi
sama sekali tak berusaha. Setidaknya kau minta maaf padaku soal kejadian dulu.”
Kata Tuan Lee. Sutradara Yoon langsung berdiri.
“Aku tak
menyuruhmu untuk minta maaf. Aku tak butuh permintaan maaf yang sudah
kedaluwarsa.” Ucap Tuan Lee menahan Tuan Yoon bedii.
“Jadi, kau
akan beri Do-ha atau tidak?” tanya Tuan Yoon. Tuan Lee pikir Hanya jika
perusahaannya ikut proses produksi.
“Kudengar
kau dapat saham perusahaan. Baiklah. Ayo pergi minum miras.” Kata Sutradara
Yoon.
“Aku
mengurangi miras. Aku harus hidup lama di dunia yang menyenangkan ini.” Kata
Tuan Lee.
Hye Jun pulang ke rumah, Gyeong Jun keluar rumah
betanya apakah adiknya bertanya apakah sudah makan. Hye Jun menjawab
belum. Gyeong Jun mengaku mereka sudah
makan dan menahan adiknya sebelum masuk rumah.
“Kau
setuju aku keluar dari rumah, 'kan?” ucap Gyeong Jun. Hye Jun mengaku tak
peduli jadi Lakukan sesuka kakaknya.
“Kau
dapat kamar jika aku keluar. Tak masuk akal seorang pria di abad ke-21 tak
punya kamar sendiri.” Ucap Gyeong Jun. Hye Jun menganguk mengerti.
“Katakan
pada Ibu bahwa kau menginginkan kamar.” Kata Gyeong Jun. Hye Jun mengeluh kalau
bukan anak kecil.
“Kau
harus bilang itu agar Ibu berubah pikiran.” Ucap Gyeong Jun. Hye Jun hanya bisa
menatapnya dan langsung masuk ke rumah.
Nyonya
Han sibuk memasak didapur, Hye Jun keluar kamar bertanya apakah bisa
membantunya. Nyonya Han pikir tak perlu dan menyuruh agar Panggil ayahnya keluar.
Hye Jun berteriak memanggil ayahnya. Nyonya Han mengeluh agar bisa mendatangi
dan melihat wajahnya.
“Ayah
benci melihatku.” Ucap Hye Jun. Nyonya
Han pikir tidak seperti itu. Nyonya Han menegaskan kalau Orang tua cepat lupa
perkataan anaknya.
“Ayah
diminta keluar untuk rapat keluarga.” Ucap Hye Jun berdiri didepan pintu kamar
ayahnya. Tuan Sa menganguk mengerti.
“Apa
pendapatmu tentang buku ini? Apa Kau pernah lihat ibumu baca ini?” tanya Tuan
Sa yang terlihat frustasi.
“Ya.
Sering.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa mengaku merasa Aneh sekali. Hye Jun bingung
memangnya kenapa
“Begini… Gyeong-jun
bilang buku ini seperti itu. Gadis dari keluarga miskin bekerja sebagai ART. Dia
dan tuan pemilik rumah…Ah.. Sudahlah. Lupakan saja. Aku hanya mempermalukan
diri di depan anakku.” Ucap Tuan Sa frustasi.
“Ayah... Apa
Ayah tahu alasan Ibu suka buku ini?” tanya Hye Jun akhirnya masuk kamar. Tuan
Sa kaget anaknya tahu alasan ibunya.
Nyonya
Han terseyum bahaggia membaca buku GADIS DENGAN ANTING-ANTING MUTIARA di meja
makan. Hye Jun sedang mengambil minum bertanya Apa buku itu sangat menarik.
Nyonya Han tersadar anaknya datang.
“Bercerita
tentang apa?” tanya Hye Jun. Nyonya Han mengaku tak tahu karena Belum baca
sampai akhir.
“Padahal
Ibu sering membacanya?” kata Hye Jun heran. Nyonya Han memberikan bukunya pada
Hye Jun.
“Kalimat Ini
sama seperti yang ibu pikirkan. Coba Lihat bagian ini. Saat bersih-bersih,
barang harus dikembalikan ke tempat semula.” Ucap Nyonya Han.
“Apa Ini
alasan Ibu suka buku ini?” tanya Hye Jun heran. Nyonya Han membenarkan
“Ibu
melakukan ini sejak kali pertama bekerja. Ibu bertanya-bertanya apa itu benar
atau tidak. Lalu, buku ini mengatakan bahwa ibu benar.” Ucap Nyonya Han
berbinar-binar
“Jadi, Apa
Ibu senang?” tanya Hye Jun. Nyonya Han membenarkan kalau Itu artinya ibu
memiliki pemikiran yang sama dengan penulis buku ini.
“Meski
tak bisa menulis buku, ibu tahu hal yang tertulis di dalam buku. Tidakkah ibu
terlihat keren?” ucap Nyonya Han
“Ibu...
Apa Bekerja sebagai ART tak melelahkan?”tanya Hye Jun. Nyonya Han pikir Tak ada hal yang tak melelahkan di dunia ini.
“Hidup
sudah melelahkan sejak lahir. Kita harus membuat hal menyenangkan di dunia yang
keras ini. Nak, kau juga harus membuatnya. Hal menyenangkan tak diberi
cuma-cuma.” Ucap Nyonya Han. Hye Jun menganguk setuju.
Di sebuah
restoran mewah, Nyonya Kim sudah berkumpul dengan keluarganya lalu meminta
suaminya untuk mulai. Tuan Won pun
mengangkat gelas wine dan berkata kalau Meski Hae-na sudah pasti diterima di
sekolah hukum, tapi ia tetap senang.
“Hae-na
mengikuti rencana ayah dengan baik. Hae-hyo membuat ayah cemas karena mengikuti
rencana Ibu.” Ucap Tuan Won menyindir
“Itu
bukan pidato ucapan selamat. Pidato ucapan selamat seharusnya hanya berisi
ucapan selamat. Biar ibu yang ambil alih.” Kata Nyonya Kim
“Tak
sopan menyela pembicaraan orang.” Keluh Tuan Won. Nyonya Kimm mengaku sedang mencabut
kewenangan ayah mereka.
“Kewenangan
tak bisa dicabut begitu saja. Ayah masih memiliki kewenangan.” Ucap Hae Na
membela ayahya.
“Apa Kau
lihat? Ini semua hasil karyaku.” Ejek Tuan Won. Nyonya Kim menegaskan kalau Ini
semua karya "kita".
“Kami
memang karya kalian, tapi bukan milik kalian.” Tegas Hae Hyo. Nyonya Kim
mengeluh anaknya yang harus memberi batas seperti itu
“Ayah tak
ingin memiliki kalian. Cukup jalani hidup dengan baik. Ayo bersulang. Selamat
sudah masuk sekolah hukum. Ayah harap kau menjadi orang berguna bagi negara dan
masyarakat.” Ucap Tuan Won
“Astaga.
Kaku sekali. Ibu harap kalian menikmati hidup. Meski tak berhasil, tak perlu
cemas. Ada kami. Kami selalu ada di pihak kalian selamanya. Bersulang.” Ucap
Nyonya Kim. Mereka seperti keluarga bahagia yang penuh dengan makanan diatas
meja.
Sementara
di meja makan Tuan Sa, hanya ada buah dan wajah mereka hanya terdiam. Tuan Sa
berkomentar Padahal serumah, tapi sudah lama tak berkumpul semua. Nyonya Han
pikir mereka punya ritme hidup berbeda.
“Aku tak
setuju Gyeong-jun keluar dari rumah.” Ucap Nyonya Han. Gyeong Jun mengeluh
kalau Ibunya tak boleh tiba-tiba berbicara seperti itu.
“Kenapa
Ibu tak setuju?” tanya Hye Jun. Nyonya Han tahu Gyeong Jun digaji dan Jumlah
uang yang diterima sudah pasti.
“Tapi Apa
Harus bayar sewa 900.000 won dan biaya pemeliharaan? Selamanya dia takkan bisa
menabung. Meski kami tak bisa membelikanmu rumah, kau bisa berhemat jika
tinggal bersama kami. Simpan uang lalu pindah dengan sistem deposit. Saat itu,
ibu takkan menghalangi.” Ucap Nyonya Han.
“Ibu, aku
tak pernah bermain sekali pun selama 27 tahun hidupku. Aku mau nikmati hidup
selagi masih lajang dan bisa bertanggung jawab atas diri sendiri.” Keluh Gyeong
Jun.
“Kenapa
harus pindah dari rumah? Apa Di sini ada yang buat tak nyaman?” tanya Nyonya
Han.
“Apa Ibu
tak pikirkan Hye-jun? Dia harus punya kamar sendiri. Pasti tak nyaman sekamar
dengan Kakek.” Ucap Gyeong Jun.
“Kau
bicara seolah aku tak nyaman sekamar dengan Kakek. Katakan yang mau kau
katakan. Jangan melibatkanku.”kata Hye Jun kesal
“Kau
pernah mengatakan itu saat SMP.” Ucap Gyeong Jun. Hye Jun kesa Gyeong Jun yang
bahas masalah saat SMP
“Saat
itu, kau melarangku pakai komputer.’ Tegas Hye Jun. Gyeong Jung pikir Itu
fakta.
“Itu
bukan fakta! Kata-kata yang kau gunakan menyudutkan. Kau menutupi masalah dan menyakiti
perasaan orang.” Ucap Hye Jun marah
“Kubilang
mau punya kamar sendiri, bukan tak nyaman sekamar dengan Kakek.” Balas Gyeong
Jun.
“Kau
menyakiti perasaan Kakek dan membuatku menjadi bajingan.” Ucap Hye Jun marah
“Sejak
kapan kau pandai bicara?” keluh Gyeong Jun. Hye Jun pikir itu berkat kakaknya.
“Kau
selalu menceramahiku dengan kata-kata sulit.” Ucap Hye Jun. Tuan Sa mengeluh
keduanya selalu bertengkar setiap bertemu
“Padahal
dulu kalian saling perhatian. Kau yang salah... Tak seharusnya melawan kakakmu.”
Ucap Tuan Sa membela.
“Kakak
beradik itu setara. Harus saling menghormati. Seorang kakak harus menyayangi dan
menjaga adiknya. Kau dulu menyayangi Yeong-gyun” komentar Kakek Sa
“Kenapa
membahas Yeong-gyun?” keluh Tuan Sa. Kakek Sa mengaku membahas itu karena tadi
Tuan Sa bicara tentang kakak beradik.
“Ayah,
kenapa tak makan apa pun?” ucap Nyonya Han mengalihkan pembicaaan ayahnya.
“Aku juga
mau mengatakan sesuatu. Gyeong-jun tak mirip denganku. Awalnya kupikir dia
mirip denganku. Setelah dipikirkan, kami tak mirip. Menurutku, Hye-jun
mendapatkan fisikku dan Yeong-nam mendapatkan sifatku.” Ucap Kakek Sa
“Aku?
Ayah!” keluh Tuan Sa. Kakek Sa pikir anaknya tak mengenal Ayahnya dengan baik.
“Apa? Aku
sudah kenal Ayah lebih dari 50 tahun.” Ucap Tuan Sa. Kakek Sa tahu kalau dulu
angkuh dan sombong, tapi kini tak begitu.
“Karena
sudah sukses, Gyeong-jun mau keluar dan hidup nyaman sendirian. Meski
berkeliaran di luar, ayah tak berniat makan enak dan hidup nyaman sendirian. Ayah
salah karena ceroboh dan tak bersikap dewasa.” Ucap Kake Sa. Nyonya Han
terlihat gelisah.
“Kakek. Aku
keluar bukan untuk kenyamanan sendiri. Jika aku keluar, ruang personal
bertambah. Suasana menjadi lebih menyenangkan karena kepadatan berkurang. Hye-jun
dan aku bertengkar karena Hye-jun tak punya kamar sendiri dan terus masuk ke
kamarku.” Ucap Gyeong Jun
“Karena aku
gagal mengendalikan emosiku saat masa puber, kami terus bertengkar.
Pertengkaran ini menyinggung perasaan dan buat saling menyakiti hingga kini. Ini
masalah yang muncul dari kemiskinan, bukan karena kesalahan pribadi.” Jelas
Gyeong Jun
“Aku
sudah menghasilkan uang, Jika aku keluar, masalah ini akan selesai. Aku tak akan
bertengkar dengan Hye-jun. Itu sebabnya aku membuat keputusan ini.” Jelas
Gyeong Jun
“Kau sungguh
orang terpintar di keluarga ini!” ucap Tuan Sa memberikan tepuk tangan.
“Apa
Menurutmu kita bertengkar karena aku terus masuk ke kamarmu dan membuatmu
marah?” ucap Hye Jun menyindir.
“Astaga.
Rupanya kau masih belum introspeksi. Kita bicarakan itu nanti. Kini bahas
agenda rapat dulu.” Ucap Gyeong Jun
“Kenapa
kau selalu menentang kakakmu?” keluh Tuan Sa. Kakek Sa membela kalau Hye-jun
tak menentang.
“Itu karena
Gyeong-jun banyak mulut. Intinya dia mengatakan alasan keluar dengan
memutarbalikkan perkataan. Aku tahu karena sering ditipu orang seperti itu.
Memanipulasi dengan kata-kata dan Sangat meyakinkan.” Ucap Kakek Sa
“Kenapa Kakek
terus seperti ini padaku?” keluh Gyeong Jun. Kakek Sa pikir Karena Gyeong Jun terlalu
pandai berbicara.
“Kau sangat
membanggakan, tapi…para penipu sangat pandai bicara.” Ucap Kakek Sa
“Ayah,
apa tak malu? Apa Bangga telah ditipu? Kenapa begitu percaya diri?” keluh Tuan
Sa
“Ayah
sudah menebus kesalahanku” ucap Kakek Sa. Tuan Sa mengeluh Menebus apa
danbertanya Bagaimana cara Ayah menebus?
“Kau
selalu menghina ayah di depan anggota keluarga lain! Hei. Apa penebusan
kesalahan yang lebih besar daripada dihina oleh anak sendiri? ucap Kakek Sa
marah. Hye Jun memegang tangan kakeknya agar tenang.
***
Nyonya
Han akhirnya masuk kamar anaknya menyuruhnya pergi tapi biaya sewa harus lebih
rendah, sekitar 300.000 hingga 400.000 won. Gyeong Jun mengeluh karena Alangkah
baiknya jika Ibunya seperti ini sejak awal. Tuan Sa pun masuk kamar ingin tahu
apa hasilnya. Gyeong Jun menjawab kalau Ibunya sudah menyuruhnya keluar.
“Bagaimana
ini? Ayah mendengar semua pembicaraan kita. Kita Harus bagaimana? Aku harus
melakukan apa?” ucap Nyonya Han gugup. Gyeong Jun ingin tahu apa yang ibunya
katakan.
“Kakek pasti
merasa dikhianati oleh Ibu. Perlakuan Ibu pada Kakek sangat berbeda dengan
perkataan Ibu.” Kata Gyeong Jun
“Kau
senang? Puas?” kata Nyonya Han marah. Gyeong Jun mengeluh ibunya yang marah
padanya.
“Kakek
asal bicara padaku. Aku dibilang egois.’ Ucap Gyeong Jun. Nyonya Han pikir Itu
bukan asal bicara, tapi fakta. Gyeong Jun akhirnya memilih untuk berbaring
diatas tempat tidurnya.
“Sayang,
kau harus minta maaf.” Ucap Nyonya Han. Tuan Sa pikir Untuk apa. Nyonya Han
pikir suaminya berhenti dan sudah cukup.
“Berhenti
membicarakan masa lalu. Lupakanlah.” Ucap Nyonya Han. Tuan sa mengak coba
melupakannya, tapi terus teringat jadi tak bisa melakukan apapun.
“Jadi,
kau akan terus begitu? Kita juga orang tua. Tak seharusnya begini di depan
anak-anak.” Ucap Nyonya Han
“Apa
salahnya? Kita tak sama dengan Ayah.” Kata Tuan Sa. Gyeong Jun berkomentarkalau
Kakeknya tak bisa dibandingkan dengan Ayah.
Hye Jun
sibuk membentangkan alas tidur. Tuan Sa dengan tatapan kosong memberitahu
cucunya kalau akan menjadi model. Hye Jun memastikan kalau Kakeknya sudah
memutuskan. Kakek Sa menganguk kalau akan sukses dan menunjukkan kemampuannya
kepada ayah Hye Jun.
“Semangat...
Kau bersemangat lagi... Karena itu aku mencintaimu.” Ucap Hye Jun memeluk
kakeknya.
“Kakekmu
adalah orang yang sangat menawan.” Kata Kakek Sa. Saat itu Nyonya Han dan Tuan
Sa masuk kamar dan menyuruh Hye Jun agar keluar dulu.
Nyonya
Han tak enak hati meminta maaf pada ayah mertuanya. Kakek Sa merasa tak masalah
karena Orang bahkan menghina raja di tempat tersembunyi. Ia pun menegaskan
kalau Gyeong-jun sungguh tak mirip dengannya.
“Gyeong-jun
mirip denganku. Dia putraku. Kenapa mirip Ayah? Aku juga tak mirip dengan Ayah.
Kenapa sifatku mirip Ayah?” keluh Tuan Sa
“Jangan
menyangkal. Sifatmu sangat mirip dengan ayah.” Ucap Kakek Sa. Tuan Sa kesal
mendengarnya. Karena membuatnya gila.
“Ayah
harap bisa menang lotre agar bisa pindah
dari sini.” Ucap Kakek Sa. Nyonya Han mengeluh mendengarnya tak rela berpisah
dengan ayah mertuanya.
Hye Jun
mengambil minum didapur. Gyeong Jun pun dengan bangga kalau akan pindah dan
adiknya itu pasti senang. Hye Jun
mengaku senang karena dapat kamar.
Gyeong Jun pun menyruuh Hye Jun agar Datang ke kantornya saat ada waktu dan
akan traktir makan. Hye Jun menganguk mengerti dengan wajah dingin.
“Hei... Tidakkah
seharusnya kau membungkuk jika diperlakukan seperti ini?” ucap Gyeong Jun. Hye
Jun tak mengerti maksud ucapan kakaknya.
“Kenapa
harus begitu?” ucap Hye Jun melawan. Gyeong Jun tak pecaya melihat sikap
adiknya yang berani melawa.
“Kenapa?
Apa Kau mau memukulku? Tak akan kubiarkan kau memukulku.” Ucap Hye Jun. Gyeong
Jun pikir sudah minta maaf.
“Apa
Bekas pukul hilang dengan maaf? Sakit hatimu lama sekali. Aku akan lupa jika
kau bersikap baik. Namun, kau terus menggangguku.” Ucap Hye Jun
“Aku begitu
karena cemas, bukan mau mengganggu. Kita di posisi yang sama.” Kata Gyeong Jun
seperti tak nyaman karena adiknya lebih tinggi.
“ini Tak
cukup meyakinkan. Menurutku, posisimu jauh lebih baik dariku. Kau punya kamar.”
Kata Hye Jun lalu masuk ke dalam kamar.
Hye Jun
melihat kakeknya yang sudah tidur lalu melihat buku yang didepanya “ORANG
BIASA” Ia mengambil foto buku lalu memberikan #AMOR FATI#CINTAI TAKDIRMU
#NIETZSCHE #SUKA
Sementara
di warnet, terlihat mata Hae Han dan juga Jin U ke layar komputer. Mereka tahu
kalau Semua kelas ini sangat populer. Hae Han memastikan kalau Jin U sudah
siap. Jin u mengaku Sudah siap bertempur dan mulai menghitung mundur.
Saat
tepat jam pendaftaran kelas, Hae Han terus menekan mousenya agar bisa langsung
daftar. Beberapa detik kemudian pun semua kelas Hae Han dibisa masuk. Ia pun
berteriak bahagia kalau Berhasil dan saling berpelukan.
Jin U
mengajak Hae Na pergi ke cafe bertanya Apa senang, Hae Na menganguk. Jin U
mengatakan akan membuatnya lebih senang lalu memberikan sebuah kartu. Hae Na
mengerti. Jin U mengeluh apa maksudnya mengerti.
“Aku
sudah lihat ada dua stempel.” Kata Hae Na. Jin u menegaskan agar Tunggu
sebentar lagi karena akan segera…
“Kau
terlalu berlebihan.” Keluh Hae Na melihat tingkah Jin U.
Didalam
mobil, Nyonya Lee yang sedang mengemudi mengaku gugup karena Adegan ini harus
berjalan baik dan bertanya pada Hye Jun Apa tidur nyenyak. Hye Jun menganguk.
Nyonya Lee melihat Hye Jun terlalu tenang dan Terlalu hening.
“Aku
terus memikirkan karakterku, Su-yeong.” Ucap Hye Jun dingin. Nyonya Lee tak
percaya kalau Tiba-tiba Su-yeong berbicara padanya.
“Astaga!
Kau kini aktor sungguhan. Karaktermu bahkan berbicara.” Ucap Nyonya Lee.
“Reaksimu
tak terlihat tulus.”keluh Hye Jun. Nyonya Lee pikir kalau terlihat jelas.
“Aku tak terlalu
paham. Aku bukan aktor. Aku senang kau bisa mendalami karaktermu. Aku tak bisa
ikut ke lokasi hari ini. Jadi, aku cemas. Tapi Aku kini bisa tenang.” Ucap
Nyonya Lee
“Kenapa
bertemu Pak Yoon?” tanya Hye Jun. Nyonya Lee pikir Jika sutradara mau ketemu
manajer, itu pasti masalah pemilihan peran.
“Film
terakhirnya gagal. Roda hidup berputar. Kali ini filmnya akan berhasil. Dan
coba tebak! Dia terlihat tertarik padamu. Tidakkah hidupmu terasa lebih baik sejak
bertemu denganku?” ucap Nyonya Lee bangga
“Sikap
pamer seperti ini. Aku suka.” Kata Hye Jun bangga. Mereka pun langsung saling
high five dengan kepalaan jari.
***
Bersambung ke part 3
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar