PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 02 April 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Seorang wanita mengirimkan pesan “Aku Seo Hyun Soo. Aku ingin menemuimu. Kudengar kau bisa membantuku. Aku sedang diburu.” Ketika Hyun Soo berusaha kabur dan menelp, si pria akhirnya berhasil menemukanya, dan Hyun Soo tersadar sudah terbaring dan mendengarkan suara pria misterius berbicara.
“Sekretaris Kim, aku menemukan Seo Hyun Soo... Perlukah aku menanganinya dengan cara yang sama?” ucap Si pria
Lalu ponsel dari si wanita berdering, Si pria mengangkatnya dan mendengar suara Inspektur Woo Sung Ha, Sementara Hyun Soo seperti mulai lemah. Sung Ha meminta Hyun Soo agar Jangan khawatir jadi bisa bicara denganya lalu akhirnya tersadar kalau bukan Hyun Soo yang mengangkat telpnya.
“Siapa sebenarnya kau?” ucap Sung Ha dengan wajah penasaran. 

Wan Seung yakin memegang cincin itu sebelum masuk. Seol Ok bertanya bagaimana  Waktu keluar. Wan Seung mengaku tidak ingat dan bertanya apakah Seol Ok itu yakin tidak menerima cincin itu. Seol Ok menjawab  kalau tidak ingat.
“Tidak mungkin... Apa Kau meninggalkannya di pegadaian?” ucap Wan Seung menuduh. Seol Ok mengaku tak mungkin melakukanya.
“Meskipun aku sangat butuh uang, mana bisa aku meninggalkan cincin pemberianmu di pegadaian?” ucap Seol Ok yang membuat Wan Seung sedikit tersenyum mendengarnya.
“Apa Kau tidak bisa karena aku yang memberikannya?” ucap Wan Seung bangga
“Mana bisa kutinggalkan di sana? Tapi Aku harus menjualnya dengan harga bagus...Ayo masuk. Mungkin kita akan mengingat sesuatu.” Kata Seol Ok lalu bergegas masuk ke dalam toko. 

Seol Ok melihat sosok wanita yang ada didalam toko dan bisa membayangkan saat malah itu Wan Seung memberikan cincin pada si wanita. Ia yakin dalam ingatanya kalau si pelayan adalah orang yang menerima cincin.
“Kau memberikan cincin itu kepadanya.” Bisik Seol Ok. Wan Seung binggung bertanya siapa yang dimaksud dan meminta mengatakan dengan jelas.
“Kurasa kita sudah menemukan saksi kita.” Kata Seol Ok
“Jangan perlakukan aku seperti tersangka.” Keluh Wan Seung akhirnya mengikuti Seol Ok yang lebih dulu pergi ke counter Kue.

Wan Seung dengan gugup bertanya apakah pelayan itu mengingatnya. Si pelayan pikir Wan Seung sudah beberapa kali datang. Wan Seung menegaskan bukan tentang itu tapi Ini soal cincin. Si pegawai binggung apa yang dimaksud Cincin.
“Kurasa aku menghilangkan sebuah cincin di sini. Apa Kau pernah melihatnya? Kotaknya berwarna putih.” Ucap Wan Seung. Si pegawai mencoba mengingatnya.
“Dia pernah memberimu sebuah cincin, kan?” kata Seol Ok yakin. Wan Seung memperingatkan  Jangan ajukan pertanyaan menjurus.
“Aku tidak memberinya cincin.” Tegas Wan Seung yakin. Tapi si pelayan mengaku kalau Wan Seung memang memberikannya.
“Anda memberikannya kepadaku.” Ucap si pelayan. Wan Seung kaget kalau ia memang memberikan cincin.
“Kita punya bukti sekarang. Tapi kau terus menyangkal tuduhanmu.” Komentar Seol Ok. Wan Seung binggung kenapa harus memberikan cincin pada pelayan. 


Sung Woo akan keluar dari ruangan tapi Tuan Jo lebih dulu melihatnya dan langsung bergegas mendekati ingin tahu apakah  Sudah baca cerita yang diedit. Sung Woo menganguk.  Tuan Jo ingin tahu apakah Ada bagian yang perlu diperbaiki.
“Tidak! Itu sempurna.” Kata Sung Woo seperti mencoba menghindar.
“Semua orang mengatakan hal-hal baik saja... Katakan bagian mana yang perlu revisi tambahan.” Keluh Tuan Jo
“Aku merasa bersalah karena tidak ada yang salah, Pak... dan Aku harus ikut rapat. Sampai jumpa.” Kata Sung Woo akhirnya bergegas pergi. 

Tuan Jo tak bisa menahan Sung Woo lalu melihat ke bagian  "Area Terbatas" dengan perlahan mencoba mengintip. Tapi Tuan Hwang tiba-tiba membuka bagian jendela ruangannya, Tuan Joo terlonjak kaget dan Tuan Hwang bertanya tujuan Tuan Jo datang ke tempatnya.
“Begini, aku hanya... Maksudku...” ucap Tuan Jo memperlihatkan naskah di tanganya.
Akhirnya Tuan Hwang pun mempersilahkan Tuan Jo masuk sampai akhirnya beberapa jam kemudian keluar dengan wajah lesu. Na Ra melihat Tuan Jo baru saja keluar dari ruangan Tuan Hwang seperti merasa kasihan karena pernah merasakan perasaan yang sama.
“Akankah musim semi tiba? Musim dingin terasa sangat panjang.” Ungkap Tuan Jo sedih
“Apa Hasilnya sudah keluar?” tanya Sung Woo duduk disampingnya. Tuan Jo mengaku belum.
“Aku menunjukkannya kepada Pak Hwang.” Kata Tuan Jo.  Sung Woo kaget dan mengeluh karena harus memberikan pada tim forensik.
“Dia bukan tipe orang yang akan membacanya.” Keluh Sung Woo
“Tapi Dia memakai karyaku sebagai kertas coretan.” Kata Tuan Jo menunjukan lembaran naskahnya yang sudah dicorat-coret.
“Aku sudah membacanya enam kali. Aku kesulitan untuk merevisinya. “ ucap Sung Woo melihat naskah yang sudah direvisi
“Dan Bukan itu saja... Dia menjadikannya alas panci, Juga untuk membunuh kecoak. Dia bahkan mengelap jendela dengan ini... Lalu dia menginjaknya.” Ucap Tuan Hwang memberikan lembaran kertasnya yang sudah tak berbentuk.
Sung Woo panik karena melihat ada cap sepatunya dan naskah Tuan Jo sempat di gunakan untuk membersihkan cat pada sepatunya.
“Dia menghancurkan jiwaku... Ciuman Pepero...” ucap Tuan Jo. Sung Woo ingat kalau itu ide darinya.
“Aku ingin memakai ciuman permen, tapi kau bersikeras menggantinya dengan ciuman Pepero. Katamu ciuman permen terlalu menjijikkan. Aku sempat kesulitan menyetujui opinimu soal ini.” Ungkap Tuan Jo sambil menangis.
“Sudah kuduga ini akan terjadi... Kenapa Anda tidak membela diri? Harusnya Anda mengeluh.” Kata Sung woo.  Tuan Joo mengaku Sudah melakukanya. 

 Flash Back
Tuan Jo melihat naskah novelnya hanya dibiarkan begitu saja. Sementara Tuan Hwang berkata Orang membakar 2,88 gram karbon untuk membuat satu lembar kertas. Ia pikir Karena sampah itu maka semua pohon di hutan Indonesia ditebang.
“Lapisan ozon menipis karena kurangnya oksigen. Per tahunnya ada 3.000 orang mati karena cuaca ekstrem.” Ucap  Tuan Hwang
“Apa Novelku sama dengan sampah yang menyebabkan polusi lingkungan?” ucap Tuan  Jo terus menangis.
“Manajer Jo, jangan terlalu sedih... Aku akan membelikan kertas daur ulang untuk Anda. Itu akan mengurangi polusi lingkungan.” Kata Sung Woo. Tuan Jo pikir menyetujuinya.
“Tadi aku mau ke ruang interogasi... Aku hampir lupa...” kata Sung Woo pun akhirnya pergi meninggalkan Tuan Jo yang masih sedih. 



Wan Seung meminta si pegawai agar mengingatnya, apakah  yakin memberikan cincin itu. Si pegawai yakin Wan Seung  memberikannya saat memesan kue dan meminta agar memasukkan cincinnya ke dalam kue.
Flash Back
Seol Ok duduk di depan jendela, Wan Seung di counter meminta  agar memasukan kotak cincinya dalam kue. Si pegawai menganguk mengerti dan akan mengantar ke meje tempat Seol Ok duduk.
“Aku ingat karena itu persis sebelum toko tutup. Aku mengingat dia karena tidak banyak tamu yang mabuk. Sepertinya dia berniat untuk melamar.”  Ucap si pegawai menunjuk pada Wan Seung
“Apa Kau berniat melamarku?” goda Seol Ok. Wan Seung mengelak, kalau sudah gila kalau ingin melamar.
“Lalu kenapa kau memintanya memasukkan cincin itu ke kue?” tanya Seol Ok.
“Aku mabuk dan tidak sadar. Sudahlah Lupakan saja.” Ucap Wan Seung malu memilih untuk pergi dari
“Apa Kamu tahu yang terjadi dengan cincin itu?” tanya Seol Ok penasaran. Si pegawai mengaku tak tahu
“Mungkin sudah dibuang dengan sisa kuenya.” Kata Si pegawai. 



Wan Seung tak percaya kalau cincinya Dibuang. Seol Ok menjelaskan si pegawai membuang cincin itu dengan kuenya. Wan Seung pikir Seol Ok tidak tahu betapa mahalnya itu dan mengomel kalau Semua ini karena Seol Ok.
“Kenapa kau membuatku minum sebanyak itu?” ucap Wan Seung marah
“Lalu Kenapa kau memasukkan cincin itu ke kue? Kau tidak boleh main-main dengan makanan! Karena itulah ini terjadi!” kata Seol Ok juga kesal. Sementara cincin milik Wan Seung berada di suatu ruangan,seperti di simpan oleh seseorang. 

Wan Seung berdiri di sisi lain menyuruh Seol Ok Jika sudah selesai, cepat berikan. Seol Ok sibuk menempelkan foto pada  "Formulir Pendaftaran Asisten Administrasi" Wan Seung menyuruh Seol Ok agar segera memberikanya. Seol Ok pun memberikan lamaran kerjanya.
“Jangan sok dekat denganku karena kita satu kantor. Itu akan menggangguku.” Ucap Wan Seung memperingati.
“Jangan khawatir. Aku bahkan tidak akan menyapamu.” Balas Seol Ok lalu melihat Sung Woo yang datang dan langsung menyapa dengan wajah sumringah. 

Sung Woo pun tak percaya melihat Seol Ok ada dikantor polisi. Seol Ok pikir sudah lama mereka tak bertemu dan menanyakan kabarnya dan bertanya dilakukan Sung Ha di kantor polisi.
“Aku ditugaskan di Polsek Joongjin.” Kata Sung Ha. Keduanya terlihat akrab yang membuat Wan Seung sedikit cemburu.
“Aku seharusnya tidak bilang tentang lowongan ini. Ahjumma ini bisa saja terus mengikutinya.” Keluh Wan Seung melihat keduanya.
“Apa Kau pergi mencarinya di institut berasrama?” tanya Sung Ha. Wan Seung mengelak.  Seol Ok pun kaget karena Sung Ha bisa mengetahuinya.
“Letnan Ha lebih mudah ditebak daripada dugaanmu... Ekspresinya tertebak. Lalu Sedang apa di sini, Nyonya Yoo?” kata Sung Ha
“Aku melamar untuk posisi asisten administrasi.” Kata Seol Ok
“Rupanya kau melihat pemberitahuan di majalah dinding.” Ungkap Sung Ha. Seol Ok pikir Pemberitahuan yang hilang persis setelah dipasang. Wan Seung panik mendengarnya.
“Pak Woo, kamu tidak punya waktu untuk bermain-main... Banyak kasus menunggumu.” Kata Wan Seung
“Kau mengatur atasanmu seperti rumor yang kudengar. Aku suka gayamu. Kau penuh semangat dan antusias. Itu bagus sekali.” Komentar Sung Ha
Seol Ok bertanya apakah mereka berdua satu tim. Sung Ha menganguk, Seol Ok mengeluh pada Wan Seung yang tidak memberitahu. Wan Seung pikir dirinya tak perlu menceritakan setiap detail pada Seol Ok.
“Pasti kau malu menjadi bawahan Inspektur Woo.” Kata Seol Ok mengejek
“Itu lebih baik daripada menjadi bawahan kolegamu.” Balas Wan Seung
“Sepertinya banyak yang perlu kalian bicarakan. Aku akan pergi karena banyak urusan.” Kata Wan Seung berjalan pergi
“Tidak ada yang perlu kami bicarakan. Jika kau ingin bicara, tulis surat kepadaku atau kirimkan telegram.” Kata Wan Seung sinis. Seol Ok mengaku kalau dirinya juga sibuk lalu bergegas pergi. 



Na Ra melihat Sung Ha berjalan di lorong terus mengikutinya dan langsung berdiri didepan ruangan Tuan Hwang memperingati kalau Tempat ini sangat berbahaya dan Mental bisa terpuruk. Saat itu juga Tuan Hwang membuka pintu dan membuat Na Ra pun bergeser dari pintu.
“Kau masih terlihat tua.”komentar Sung Ha mengejek. Tuan Hwang membalas kalau mata Sung Ha bermasalah. Sung Ha tahu Banyak yang bilang begitu.
“Apa Kau juga menindas orang-orang di sini? Sebelumnya, tidak ada orang yang ingin bekerja denganmu.” Kata Sung Ha. Tuan Hwang ingin tahu siapa yang mengatakanya.
“Apa kau Pernah lihat aku menindas orang?” tanya Tuan Hwang pada Na Ra. Na Ra dengan wajah panik langsung mengelengkan kepala.
“Omong-omong, Apa kalian sebaya?” tanya Na Ra. Sung Hae membenarkan kalau mereka masuk Akademi Polisi pada tahun 2000.
“Aku kelahiran 80.” Ucap Tuan Hwang dan Sung Ha mengaku kalau lahir di awal 80.
“Dia lebih tua.” Kata Tuan Hwang dan Sung Ha mengatakan kalau  Tuan Hwang lebih muda.
Na Ra binggung apakah itu Maksudnya 1880 karena perbedaan wajah mereka terlihat jauh. Tuan Hwang mengatakan kalau Tahun 1980 lalu menawarkan minuman untuk Sung Ha. Sung Ha mengatakan ingin Teh hijau susu. Tuan Hwang lalu berkata Satu teh hijau susu dan satu teh hijau biasa.
“Apa Anda memintaku membelikannya?” tanya Na Ra binggung. Tuan Hwang dengan nada mengeluh karena harus mengulang ucapanya.
“Satu teh hijau susu, Satu teh hijau biasa, diseduh langsung.” Kata Tuan Hwang. Na Ra pun langsung menganguk mengerti dan bergegas. 



Tuan Hwang akhirnya mempersilahkan Sung Ha masuk ke ruangannya. Sung Ha melihat Tuan Hwang yang memoles lantainya dan masih mengumpulkan jejak-jejak kaki lalu bertanya apakah Sudah banyak. Tuan Hwang sempat menatap temanya.
“Izinkan aku melihat basis datamu.” Kata Sung Ha. Tuan Hwang melihat temanya yang memakai sepatu bermerek mahal.
“Ini merek baru... Aku sengaja memakainya untuk basis datamu.” Ucap Sung Ha. Tuan Hwang langsung mendekat dan melihat kaki Sung Ha.
“Aku tidak pernah melihat sol seperti ini.” Ucap Tuan Hwang bahagia. Sung Ha dengan sopan meminta Tuan Hwang agar bisa melepaskan kakinya. Tuan Hwang pun langsung menurunkan kakinya. 

Tuan Hwang memperlihatkan data dari sol sepatu miliknya. Sung Ha melihat kalau gambarnya Seperti  agak berbeda dari yang lainnya. Tuan Hwang menjelaskan Bahan EVA ultraringan dipakai untuk mencegah tergelincir. Sung Ha ingin tahu Orang seperti apa calon rekan tim Tuan hwang.
“Sebagai analis profil, aku penasaran dengan mental orang itu. Apa Dia suka dianiaya?” ucap Sung Ha mengejek.
“Pantas kau menjadi analis profil. Butuh minimal delapan bulan untuk menyelesaikan semua pelatihan. Aku akan melatihnya di dekatku.” Kata Tuan hwang
“Apa Dia mampu?” tanya Sung Ha penasaran. Tuan Hwang pikir  Nalurinya bagus dan juga humoris.

Flash Back
Tuan Hwang bertanya apakah mereka mengerti, semua menjawab lalu Tuan Hwang bertanya balik apakah mereka tahu alasan dirinya bertanya apa kalian mengerti. Kyung Mi yang mendengarnya langsung tertawa.
“Kalian harus mengerti karena ini lelucon.” Ucap Tuan Hwang dan Kyung Mi bisa tertawa lebar melihatnya.
“Selebihnya, tergantung caraku melatihnya. Dan Bukankah kau bekerja sendirian?” kata Tuan Hwang
“Aku punya bawahan letnan... Letnan Ha.” Akui Sung Ha
“Konon dia ditempatkan di timmu karena semua tim lain menolaknya. Tidak ada yang melamar kecuali satu orang.” Kata Tuan Hwang
Na Ra melihat selemabaran "Rekrutmen anggota Unit Dua Tindak Pidana Berat." Dengan yakin kalau harus melamar lalu mengambil selembaran agar tak ada yang melihat.
“Rumornya, orang itu Shin Na Ra.” Kata Tuan Hwang.
“Tidak ada orang di sekitarmu, jadi, bagaimana kau tahu rumor semacam itu?” ejek Sung Ha. Tuan Hwang mengaku kalau Pendengarannya bagus.


Wan Seung pergi ke bagian "Unit Urusan Polisi"memberikan berkas dan bertanya apakah banyak pelamarnya. Si polwan mengaku merasa aneh karena tak banyak yang melama bahkan Lowongannya ditutup saat pengumumannya dipasang. Wan Seung bisa tersenyum mendengarnya.
“Lalu Kapan ada hasilnya?” tanya Wan Seung. Polwan menjawab  Setelah Kapolsek menyetujui.
“Kau bisa Beri tahu aku sebelumnya.” Ucap Wan Seung tersenyum bahagia karena bisa satu kantor dengan Seol Ok. 

Wan Seung menaiki tangga dan melihat Tuan Park yang berjalan didepanya. Tuan Park kaget dan mengelih karena Wan Seung yang sulit sekali menghubunginya. Wan Seung mengaku ada pekerjaan di Provinsi Gangwon dan ingin tahu alasanya datang.
“Aku datang menemui teman lamaku.” Kata Tuan Park. Wan Seung binggung siapa teman lamanya.
Saat itu Tuan Shin datang dan keduanya berpura-pura tak saling kenal. Tuan Park pun menyapa lebih dulu dengan panggilan “Hyungnim”. Tuan Shin bisa tersenyum pada Tuan Park dan mengajak ke ruangan, dan sinis pada Wan Seung lalu menaiki tangga.
“Hei.. Apa Dia lebih tua dari Anda?” bisik Wan Seung heran dengan panggilan Tuan Park
“Usia tidak penting.” Balas Tuan Park lalu bergegas mengikuti Tuan Hwang untuk ke lantai lima. Wan Seung menatap Tuan Park seperti tak peracya melihat sikap seniornya bisa langsung dekat. 

Seol Ok sibuk membersihkan rumah, Kyung Mi mengingat Seol Ok pergi mencari cincin itu dan ingin tahu Apa yang terjadi. Seol Ok mengatakan kalau sudah dibuang dengan kuenya. Kyung Mi kaget mendengarnya.  Tap Seol Ok merasa ada yang aneh.
“Aku jelas-jelas melihat seorang wanita memakai cincin itu.” Kata Seol Ok. Kyung Mi pikir temanya terlalu mabuk sampai salah lihat.
“Tidak mungkin... Kau lihat Detektif Ha dan aku bertengkar, kan? Lalu Kenapa kami bertengkar?” ucap Seol Ok penasaran
“Mana mungkin aku tahu hal yang kau tidak tahu?” kata Kyung Mi heran  Seol Ok meminta agar temanya bisa mengingatnya.
“Aku ingat kalian membicarakan tentang cincin itu.” Kata Kyung Mi. Seol Ok meminta agar Kyung Mi bisa mengingat detailnya.
“Awalnya, Detektif Ha memukulmu.” Kata Kyung Mi berusaha mengingat. 



Flash Back
Wan Seung memukul Seol Ok agar bisa memuntakanya, Seol Ok binggung dengan sikap Wan Seung yang terus memukulnya. Wan seung pikir kalau Seol Ok yang ingin ke UGD. Seol Ok heran merasa kalau bisa makan sebanyak itu.
“Kau tidak tahu kue apa itu.” Kata Wan Seung. Seol Ok mengaku tahu kalau yang dimakan tiramisu.
“Kau bisa mati tersedak. Ayoo... Muntahkan.” Kata Wan Seung terus memukul, Kyung Mi membuka pintu melihat keduanya yang mabuk.
“Apa dia gila? Bisa-bisanya dia memukul seorang wanita di dunia seperti ini?ucap Kyung Mi melihat Seol Ok yang dipukul Wan Seung.
“Apa Dia memukuli punggung Seol Ok karena masalah uang?” pikir Kyung Mi
“Kau begitu pelit kepadaku, tapi sangat dermawan sampai memberikan cincin mahal kepada wanita itu.” Teriak Seol Ok marah, Kyung Mi mendengar Seol Ok yang mengatakan Cincin.
“Kau ingin mencurinya, kan? Dasar wanita mata duitan.” Ucap Wan Seung mengomel. Seol Ok tak terima mendengarnya.
“Kau hidung belang!” balas Seol Ok, keduanya saling adu mulut dengan saling mengejek. 


Kyung Mi menceritakan yang terjadi saat keduanya pulang. Seol Ok pikir kalau cincin itu tidak dibuang dengan kuenya. Kyung Mi binggung kenapa Seol Ok bisa menyimpulkan seperti itu. Seol Ok mengetahui Wan Seung yang menyuruhmemuntahkannya.
“Maksudnya bukan kue, tapi cincin itu. Pasti dia mengira aku memakannya.”kata Seol Ok 
“Apa Kau tidak menelan cincinnya saat memakan kue itu?” tanya Kyung Mi . Seol Ok yakin kalau itu Tidak mungkin.
“Aku suka kue, tapi tidak akan menelannya tanpa menyadari adanya cincin.” Kata Seol OK
“Kau mabuk berat, jadi bisa saja tidak sadar. Lalu Saat kau muntah di kamar mandi, bisa saja kau memuntahkan cincin itu juga. Setelah itu, kau bisa saja membilas toiletnya. Bukankah itu juga bisa penyebab kau kehilangan cincin itu?” ungkap Kyung Mi
“Muntah.... Kamar mandi...” kata Seol Ok mencoba mengingat-ingat. 

Flash Back
Seol Ok mondar mandi di toilet terlihat kebingungan, dan melihat Toilet didepanya. Dan akhirnya melihat Cincin yang digunakan di jari manis seorang wanita yang akan memasukan ke dalam kue lalu bergegas pergi.
“Aku melihat wanita itu dengan cincinnya saat pergi ke toilet... Jelas itu cincinnya.” Kata Seol Ok. Kyung Mi merasa kalau itu Mustahil.
“Kalau begitu, kembali ke awal lagi... Detektif Ha memberikan cincin itu ke wanita lain.” Ucap Kyung Mi. Seol Ok membenarkan dan terlihat kebingungan. 


Tuan Park dan Tuan Shin bermain baduk diruangan. Tuan Shin membahas Tuan Park yang sedang mengikuti program pascasarjana tertinggi jurusan kebijakan pemerintahan di Universitas Joongjin, Tuan Park kaget karena Tuan Shin mengetahuinya.
“Aku melihatmu saat mengambil kuliah penulisan novel.” Ucap Tuan Shin. Tuan Park tak tahu kalau Tuan Shin juga ikut kuliah itu
“Ternyata itu kamu... Ini Sudah kuduga... Kau salah menikahi orang.” Ucap Tuan Park. Tuan Shin binggung mendengarnya.
“Seharusnya kau menikahiku... Kau dan aku mempunyai ikatan yang sangat kuat.” Kata Tuan Park seperti mengoda.
“Aku hanya mengatakan ini karena istriku tidak ada, tapi kamu adalah tipeku.” Kata Tuan Shin.
Keduanya pun tertawa lalu pintu di ketuk, seorang polwan masuk kalau tentang perekrutan posisi administrasi. Tuan Shin mencari pulpen, saat itu Tuan Park mengeluarkan pulpen dari dalam jasnya. Tuan Shin dengan senyuman mengoda mengucapkan terimakasih. 


Sung Ha melihat mayat yang ada didepanya,  memberitahu Ada kebakaran di suatu sauna dengan korban Lima orang tewas dan 32 orang luka ringan atau berat. Dokter forensik mengatakan  Lebih tepatnya, enam orang tewa dan 31 orang luka ringan atau berat, lalu Satu orang mati beberapa saat lalu.
“Tapi mungkinkah seseorang terbakar sampai begini? Mereka memadamkan apinya dalam satu jam.” Ucap Sung Ha.
“Ini tidak lazim.” Komentar Dokter. Sung Ha meminta agar bisa mengkonfirmasi identitasnya.
“Ada bekas luka operasi di pipi kanannya.” Kata Dokter. Sung Ha bertanya apakah itu Operasi plastik
“Tinggi badan, usia, dan kepala sampai berat badannya, semuanya sama.” Kata Dokter.
Wan Seung mengingat saat melihat mayat yang juga terbakar di dalam mobil.  Dokter meminta Wan Seung mengatakan apa sebenarnya yang dicari dengan menegaskan Hanya karena dirinya terkurung di kamar autopsi ini, bukan berarti tidak tahu apa-apa.
“Aku tahu kau mengejar seseorang.” Ucap dokter. Sung Ha mengaku yang dicari bukanlah manusia.
“Lalu kenapa kau mengunjungiku setiap kali ada jasad terbakar dengan sosok yang serupa dibawa kemari?” kata Dokter
“Ada peningkatan jumlah jasad yang terbakar lebih dari jasad yang keracunan karbon monoksida. “ ucap Sung Ha. Dokter bingung apa maksudnya itu.
“Untuk menjawab pertanyaan itu, aku harus mengidentifikasi jasad ini dahulu.” Kata Sung Ha. 

Seol Ok menerima telp ditangga, Kyung Mi langsung mendekat dan bertanya apakah Seol Ok diterima. Seol Ok menganguk kalau besok bisa mulai bekerja.  Kyung Mi kaget karena Mulai sekarang, mereka bekerja di polsek yang sama.
“Ya, kita akan berangkat dan pulang kantor bersama-sama.Ini Luar biasa, kan? Kita juga pernah bekerja bersama di kedai makanan... Kita berangkat dan pulang bersama.” Ucap Seol Ok
“Benar. Kita melakukannya, kan?” ungkap Kyung Mi seperti tak begitu suka bisa pulang pergi dengan temanya.
“Itu adalah masa-masa yang indah... Aku tidak bisa beradaptasi dengan Noryang-dong.” Akui Seol Ok
“Lalu Bagaimana nasib kedai itu? Aku memberimu tanggung jawab, tapi kau hanya membukanya dua hari sekali, Bisa-bisanya kau berpikir untuk menutupnya selama tiga bulan?.” Sindir Kyung Mi
“Aku terus terlibat dalam kasus. Aku menangkap dua pelaku pembakaran selama kau pergi.” Cerita Seol Ok
“Kau pelaku pembakarannya... Kau membuatku terbakar rasa marah!” keluh Kyung Mi
Seol Ok meminta maaf.  Kyung Mi tak ingin membahasnya karena enggan berurusan dengan Seol Ok. Akhirnya Seol Ok memilih untuk bersembunyi di kamarnya. Kyung Mi tah kalau Seol Ok pasti  mau melapor ke Detektif Ha. 


Seol Ok duduk di meja belajarnya mengatakan kalau  akan mentraktir Detektif Ha makan setelah menerima gaji. Ia pun rasa Sulit dipercaya bisa mendapat pekerjaan di polsek itu walaupun Akan lebih baik jika  lulus ujian. Tapi ia juga sadar kala  sudah menghabiskan semua yang dimiliki untuk ke asrama.
“Dan Bisa-bisanya aku terlibat dalam kasus pembunuhan lagi?” ucap  Seol Ok akhirnya menelp Wan Seung dengan wajah gembira
“Apa Kamu diterima? Lalu Kapan kamu mulai bekerja?” tanya Wan Seung berpura-pura kaget lalu memuji kalau itu bagus dan turun dari mobil.
Hee Yeon sedang menunggu lift panik melihat Wan Seung yang datang dan buru-buru masuk agar tak bertemu. Wan Seung berteriak meminta  untuk menunggu tapi pintu lift sudah lebih dulu ditutup.
“Astaga, di mana sopan santunnya? Dia menutup pintu lift di depan mataku. Apa susahnya menahan pintu?” keluh Wan Seung kesal seperti tak sadar kalau Hee Yeon berada dalam lift. 


Wan Seung masuk lobby melihat kakaknya yang baru datang, dan baru mendengar Kakaknya didakwa tidak bersalah sambil mengeluh kalau harus mengetahuinya melalui berita. Ji Seung meminta maaf karena sebelumnya ingin memberitahu dan yakin adiknya itu Pasti cemas.
“Apa Kakak baik-baik saja?” tanya Wan Seung khawatir. Ji Seung mengangguk kalau hanya Ada sedikit kesalahpahaman.
“Banyak orang membantu kakak untuk memecahkan kasus ini.” Jelas Ji Seung seperti tak masalah.
“Bagaimana nasib Dongban?” tanya Wan Seung. Ji Seung mengatakan sudah meminta seseorang untuk menangani yayasan itu dan sudah mengadakan rapat dewan juga.
“Ini tidak akan terjadi lagi, jadi jangan khawatir.” Ucap Ji Seung melihat Wan Seung seperti sangat khawatir.
“Kalau begitu, aku akan mentraktir Kakak hari ini atau Belikan aku makanan.” Kata Wan Seung
“Apa Maksudmu mentraktir bukan kau membelikan untuk kakak, tapi kakak yang membelinya?” ejek Ji Seung
“Kakak selalu merengek karena ingin makan bersamaku.” Kata Wan Seung.
“Tapi Kabar buruk... Kakak hendak menemui seseorang dan dia sudah menunggu. Aku kehilangan kesempatan untuk mentraktir Yang Mulia.” Ejek Ji Seung
“Lupakan saja. Aku juga sibuk.” Kata Wan Seung, Ji Seung pun berjanji akan menelp adiknya lalu Wan Seung pun pamit pergi.

Ji Seung menerima telp dari sekertrisnya memberitahu kalau barus aja datang dan bertanya apakah tamunya sudah datang, lalu meminta agar membawa ke ruanganya dan akhirnya pergi menaiki lift. 
Hee Yeon dalam ruangan terlihat gugup,  bertanya-tanya Apa Wan Seung melihatnya. Ia mengingat kembali saat pintu di tutup merasa yakin kala Wan Seung tak melihatnya. Ji Seung masuk ruangan meminta maaf karena datang terlambat. Hee Yeon tersenyum mengaku Tidak masalah.
“Aku sudah menyiapkan dokumenmu... Kau bisa langsung tanda tangan, Pelan-pelan saja membacanya.” Ucap Ji Seung memberikan surat kontrak.
“Aku yakin kau membuatnya dengan baik.” Kata Hee Yeon langsung memberikan tanda tangan pada surat  "Kontrak Akomodasi" dengan nama “Jung Hee Yeon"
“Banyak orang digugat setelah menandatangani kontrak semudah ini.” Kata Ji Seung melihat Hee Yeon langsung tanda tangan tanpa membaca.
“Itu tidak akan terjadi di antara kita, Hakim Ha... Ahh.. Benar, kamu sudah bukan hakim... Aku kebiasaan...” ucap Hee Yeon
“Kita sudah selesai dengan formalitasnya. Apa Kau mau makan?” kata Ji Seung.
Hee Yeon tahu kalau Ada penjual tteokbokki yang enak di dekat kantor. Ji Seung pikir kalau Hee Yeo  Sekarang direktur Yayasan Ha dan Jung dengan memastikan kalau tteokbokki cukup. Hee Yeon mengaku kalau Tempat itu cukup mahal. Ji Seung tersenyum mengajak agar makan tteokbokki mahal. Wajah Hee Yeon seperti menyimpan sebuah rencana dengan tatapan sinis. 



Sung Ha menerima informasi korban dengan Usia 27 tahun, bernama Joo Hyun A, Alamat, Eunpyeong-gu. Ia memastika kalau  yakin ini orangnya. Dokter yakin kalau gambar dari rontgen dari pasien yang melakukan operasi tulang pipi.
“Halo... Kita bertemu lagi... Nona Seo Hyun Soo.” Ucap Sung Ha melihat laporan. 

Sung Ha berjalan sendiria mencari alamat  Nomor 54, Eunpyeong-gu, Seoul. Lalu melihat kalau Jika tinggal tempat dengan lingkungan yang sempat dan banyak tanggan menurutnya dengan melakukan operasi plastik, mungkin terlilit utang.
“Artinya penampilannya sangat penting untuk pekerjaan. Barang-barang lamanya sepertinya tidak mahal. Tapi yang baru terlihat cukup mahal. Ia Pasti mendapat pekerjaan bagus.” Ucap Sung Ha bisa masuk ke dalam rumah.
Saat itu seorang wanita datang kaget melihat Sung Ha sudah ada didalam rumah. Sung Ha juga kaget ada yang datang. Si  wanita melihat Sung Ha yang masuk tanpa izin dan masih memakai sepatu jadi akan melapor polisi. Sung Ha mengatakan kalau polisi, si wanita pun bisa bernafas lega.
“Kau membuatku takut setengah mati. Tapi kenapa kamu masuk ke kamar Hyun A?” ucap si wanita
“Nona Joo Hyun A sudah meninggal dunia... “ ucap Sung Ha yang membuat si wanita kaget.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar