Seorang
wanita mengirimkan pesan “Aku Seo Hyun Soo. Aku ingin menemuimu. Kudengar kau
bisa membantuku. Aku sedang diburu.” Ketika Hyun Soo berusaha kabur dan menelp,
si pria akhirnya berhasil menemukanya, dan Hyun Soo tersadar sudah terbaring
dan mendengarkan suara pria misterius berbicara.
“Sekretaris
Kim, aku menemukan Seo Hyun Soo... Perlukah aku menanganinya dengan cara yang
sama?” ucap Si pria
Lalu
ponsel dari si wanita berdering, Si pria mengangkatnya dan mendengar suara Inspektur
Woo Sung Ha, Sementara Hyun Soo seperti mulai lemah. Sung Ha meminta Hyun Soo
agar Jangan khawatir jadi bisa bicara denganya lalu akhirnya tersadar kalau
bukan Hyun Soo yang mengangkat telpnya.
“Siapa
sebenarnya kau?” ucap Sung Ha dengan wajah penasaran.
Wan Seung
yakin memegang cincin itu sebelum masuk. Seol Ok bertanya bagaimana Waktu keluar. Wan Seung mengaku tidak ingat
dan bertanya apakah Seol Ok itu yakin tidak menerima cincin itu. Seol Ok
menjawab kalau tidak ingat.
“Tidak
mungkin... Apa Kau meninggalkannya di pegadaian?” ucap Wan Seung menuduh. Seol
Ok mengaku tak mungkin melakukanya.
“Meskipun
aku sangat butuh uang, mana bisa aku meninggalkan cincin pemberianmu di
pegadaian?” ucap Seol Ok yang membuat Wan Seung sedikit tersenyum mendengarnya.
“Apa Kau
tidak bisa karena aku yang memberikannya?” ucap Wan Seung bangga
“Mana
bisa kutinggalkan di sana? Tapi Aku harus menjualnya dengan harga bagus...Ayo
masuk. Mungkin kita akan mengingat sesuatu.” Kata Seol Ok lalu bergegas masuk
ke dalam toko.
Seol Ok
melihat sosok wanita yang ada didalam toko dan bisa membayangkan saat malah itu
Wan Seung memberikan cincin pada si wanita. Ia yakin dalam ingatanya kalau si
pelayan adalah orang yang menerima cincin.
“Kau
memberikan cincin itu kepadanya.” Bisik Seol Ok. Wan Seung binggung bertanya
siapa yang dimaksud dan meminta mengatakan dengan jelas.
“Kurasa
kita sudah menemukan saksi kita.” Kata Seol Ok
“Jangan
perlakukan aku seperti tersangka.” Keluh Wan Seung akhirnya mengikuti Seol Ok
yang lebih dulu pergi ke counter Kue.
Wan Seung
dengan gugup bertanya apakah pelayan itu mengingatnya. Si pelayan pikir Wan
Seung sudah beberapa kali datang. Wan Seung menegaskan bukan tentang itu tapi Ini
soal cincin. Si pegawai binggung apa yang dimaksud Cincin.
“Kurasa
aku menghilangkan sebuah cincin di sini. Apa Kau pernah melihatnya? Kotaknya
berwarna putih.” Ucap Wan Seung. Si pegawai mencoba mengingatnya.
“Dia pernah
memberimu sebuah cincin, kan?” kata Seol Ok yakin. Wan Seung
memperingatkan Jangan ajukan pertanyaan
menjurus.
“Aku
tidak memberinya cincin.” Tegas Wan Seung yakin. Tapi si pelayan mengaku kalau
Wan Seung memang memberikannya.
“Anda
memberikannya kepadaku.” Ucap si pelayan. Wan Seung kaget kalau ia memang
memberikan cincin.
“Kita
punya bukti sekarang. Tapi kau terus menyangkal tuduhanmu.” Komentar Seol Ok.
Wan Seung binggung kenapa harus memberikan cincin pada pelayan.
Sung Woo
akan keluar dari ruangan tapi Tuan Jo lebih dulu melihatnya dan langsung
bergegas mendekati ingin tahu apakah
Sudah baca cerita yang diedit. Sung Woo menganguk. Tuan Jo ingin tahu apakah Ada bagian yang
perlu diperbaiki.
“Tidak! Itu
sempurna.” Kata Sung Woo seperti mencoba menghindar.
“Semua
orang mengatakan hal-hal baik saja... Katakan bagian mana yang perlu revisi
tambahan.” Keluh Tuan Jo
“Aku
merasa bersalah karena tidak ada yang salah, Pak... dan Aku harus ikut rapat.
Sampai jumpa.” Kata Sung Woo akhirnya bergegas pergi.
Tuan Jo
tak bisa menahan Sung Woo lalu melihat ke bagian "Area Terbatas" dengan perlahan
mencoba mengintip. Tapi Tuan Hwang tiba-tiba membuka bagian jendela ruangannya,
Tuan Joo terlonjak kaget dan Tuan Hwang bertanya tujuan Tuan Jo datang ke
tempatnya.
“Begini,
aku hanya... Maksudku...” ucap Tuan Jo memperlihatkan naskah di tanganya.
Akhirnya
Tuan Hwang pun mempersilahkan Tuan Jo masuk sampai akhirnya beberapa jam
kemudian keluar dengan wajah lesu. Na Ra melihat Tuan Jo baru saja keluar dari
ruangan Tuan Hwang seperti merasa kasihan karena pernah merasakan perasaan yang
sama.
“Akankah
musim semi tiba? Musim dingin terasa sangat panjang.” Ungkap Tuan Jo sedih
“Apa Hasilnya
sudah keluar?” tanya Sung Woo duduk disampingnya. Tuan Jo mengaku belum.
“Aku
menunjukkannya kepada Pak Hwang.” Kata Tuan Jo.
Sung Woo kaget dan mengeluh karena harus memberikan pada tim forensik.
“Dia
bukan tipe orang yang akan membacanya.” Keluh Sung Woo
“Tapi Dia
memakai karyaku sebagai kertas coretan.” Kata Tuan Jo menunjukan lembaran
naskahnya yang sudah dicorat-coret.
“Aku
sudah membacanya enam kali. Aku kesulitan untuk merevisinya. “ ucap Sung Woo
melihat naskah yang sudah direvisi
“Dan
Bukan itu saja... Dia menjadikannya alas panci, Juga untuk membunuh kecoak. Dia
bahkan mengelap jendela dengan ini... Lalu dia menginjaknya.” Ucap Tuan Hwang
memberikan lembaran kertasnya yang sudah tak berbentuk.
Sung Woo
panik karena melihat ada cap sepatunya dan naskah Tuan Jo sempat di gunakan
untuk membersihkan cat pada sepatunya.
“Dia
menghancurkan jiwaku... Ciuman Pepero...” ucap Tuan Jo. Sung Woo ingat kalau
itu ide darinya.
“Aku
ingin memakai ciuman permen, tapi kau bersikeras menggantinya dengan ciuman
Pepero. Katamu ciuman permen terlalu menjijikkan. Aku sempat kesulitan
menyetujui opinimu soal ini.” Ungkap Tuan Jo sambil menangis.
“Sudah
kuduga ini akan terjadi... Kenapa Anda tidak membela diri? Harusnya Anda
mengeluh.” Kata Sung woo. Tuan Joo
mengaku Sudah melakukanya.
Flash Back
Tuan Jo
melihat naskah novelnya hanya dibiarkan begitu saja. Sementara Tuan Hwang
berkata Orang membakar 2,88 gram karbon untuk membuat satu lembar kertas. Ia
pikir Karena sampah itu maka semua pohon di hutan Indonesia ditebang.
“Lapisan
ozon menipis karena kurangnya oksigen. Per tahunnya ada 3.000 orang mati karena
cuaca ekstrem.” Ucap Tuan Hwang
“Apa
Novelku sama dengan sampah yang menyebabkan polusi lingkungan?” ucap Tuan Jo terus menangis.
“Manajer
Jo, jangan terlalu sedih... Aku akan membelikan kertas daur ulang untuk Anda. Itu
akan mengurangi polusi lingkungan.” Kata Sung Woo. Tuan Jo pikir menyetujuinya.
“Tadi aku
mau ke ruang interogasi... Aku hampir lupa...” kata Sung Woo pun akhirnya pergi
meninggalkan Tuan Jo yang masih sedih.
Wan Seung
meminta si pegawai agar mengingatnya, apakah
yakin memberikan cincin itu. Si pegawai yakin Wan Seung memberikannya saat memesan kue dan meminta
agar memasukkan cincinnya ke dalam kue.
Flash Back
Seol Ok
duduk di depan jendela, Wan Seung di counter meminta agar memasukan kotak cincinya dalam kue. Si
pegawai menganguk mengerti dan akan mengantar ke meje tempat Seol Ok duduk.
“Aku
ingat karena itu persis sebelum toko tutup. Aku mengingat dia karena tidak
banyak tamu yang mabuk. Sepertinya dia berniat untuk melamar.” Ucap si pegawai menunjuk pada Wan Seung
“Apa Kau
berniat melamarku?” goda Seol Ok. Wan Seung mengelak, kalau sudah gila kalau
ingin melamar.
“Lalu
kenapa kau memintanya memasukkan cincin itu ke kue?” tanya Seol Ok.
“Aku
mabuk dan tidak sadar. Sudahlah Lupakan saja.” Ucap Wan Seung malu memilih
untuk pergi dari
“Apa Kamu
tahu yang terjadi dengan cincin itu?” tanya Seol Ok penasaran. Si pegawai
mengaku tak tahu
“Mungkin
sudah dibuang dengan sisa kuenya.” Kata Si pegawai.
Wan Seung
tak percaya kalau cincinya Dibuang. Seol Ok menjelaskan si pegawai membuang
cincin itu dengan kuenya. Wan Seung pikir Seol Ok tidak tahu betapa mahalnya
itu dan mengomel kalau Semua ini karena Seol Ok.
“Kenapa
kau membuatku minum sebanyak itu?” ucap Wan Seung marah
“Lalu
Kenapa kau memasukkan cincin itu ke kue? Kau tidak boleh main-main dengan
makanan! Karena itulah ini terjadi!” kata Seol Ok juga kesal. Sementara cincin
milik Wan Seung berada di suatu ruangan,seperti di simpan oleh seseorang.
Wan Seung
berdiri di sisi lain menyuruh Seol Ok Jika sudah selesai, cepat berikan. Seol
Ok sibuk menempelkan foto pada "Formulir
Pendaftaran Asisten Administrasi" Wan Seung menyuruh Seol Ok agar segera
memberikanya. Seol Ok pun memberikan lamaran kerjanya.
“Jangan
sok dekat denganku karena kita satu kantor. Itu akan menggangguku.” Ucap Wan
Seung memperingati.
“Jangan
khawatir. Aku bahkan tidak akan menyapamu.” Balas Seol Ok lalu melihat Sung Woo
yang datang dan langsung menyapa dengan wajah sumringah.
Sung Woo
pun tak percaya melihat Seol Ok ada dikantor polisi. Seol Ok pikir sudah lama
mereka tak bertemu dan menanyakan kabarnya dan bertanya dilakukan Sung Ha di
kantor polisi.
“Aku
ditugaskan di Polsek Joongjin.” Kata Sung Ha. Keduanya terlihat akrab yang
membuat Wan Seung sedikit cemburu.
“Aku
seharusnya tidak bilang tentang lowongan ini. Ahjumma ini bisa saja terus
mengikutinya.” Keluh Wan Seung melihat keduanya.
“Apa Kau pergi
mencarinya di institut berasrama?” tanya Sung Ha. Wan Seung mengelak. Seol Ok pun kaget karena Sung Ha bisa
mengetahuinya.
“Letnan
Ha lebih mudah ditebak daripada dugaanmu... Ekspresinya tertebak. Lalu Sedang
apa di sini, Nyonya Yoo?” kata Sung Ha
“Aku
melamar untuk posisi asisten administrasi.” Kata Seol Ok
“Rupanya
kau melihat pemberitahuan di majalah dinding.” Ungkap Sung Ha. Seol Ok pikir Pemberitahuan
yang hilang persis setelah dipasang. Wan Seung panik mendengarnya.
“Pak Woo,
kamu tidak punya waktu untuk bermain-main... Banyak kasus menunggumu.” Kata Wan
Seung
“Kau
mengatur atasanmu seperti rumor yang kudengar. Aku suka gayamu. Kau penuh
semangat dan antusias. Itu bagus sekali.” Komentar Sung Ha
Seol Ok
bertanya apakah mereka berdua satu tim. Sung Ha menganguk, Seol Ok mengeluh
pada Wan Seung yang tidak memberitahu. Wan Seung pikir dirinya tak perlu menceritakan
setiap detail pada Seol Ok.
“Pasti
kau malu menjadi bawahan Inspektur Woo.” Kata Seol Ok mengejek
“Itu
lebih baik daripada menjadi bawahan kolegamu.” Balas Wan Seung
“Sepertinya
banyak yang perlu kalian bicarakan. Aku akan pergi karena banyak urusan.” Kata
Wan Seung berjalan pergi
“Tidak
ada yang perlu kami bicarakan. Jika kau ingin bicara, tulis surat kepadaku atau
kirimkan telegram.” Kata Wan Seung sinis. Seol Ok mengaku kalau dirinya juga
sibuk lalu bergegas pergi.
Na Ra
melihat Sung Ha berjalan di lorong terus mengikutinya dan langsung berdiri
didepan ruangan Tuan Hwang memperingati kalau Tempat ini sangat berbahaya dan Mental
bisa terpuruk. Saat itu juga Tuan Hwang membuka pintu dan membuat Na Ra pun
bergeser dari pintu.
“Kau
masih terlihat tua.”komentar Sung Ha mengejek. Tuan Hwang membalas kalau mata
Sung Ha bermasalah. Sung Ha tahu Banyak yang bilang begitu.
“Apa Kau
juga menindas orang-orang di sini? Sebelumnya, tidak ada orang yang ingin
bekerja denganmu.” Kata Sung Ha. Tuan Hwang ingin tahu siapa yang mengatakanya.
“Apa kau Pernah
lihat aku menindas orang?” tanya Tuan Hwang pada Na Ra. Na Ra dengan wajah
panik langsung mengelengkan kepala.
“Omong-omong,
Apa kalian sebaya?” tanya Na Ra. Sung Hae membenarkan kalau mereka masuk
Akademi Polisi pada tahun 2000.
“Aku
kelahiran 80.” Ucap Tuan Hwang dan Sung Ha mengaku kalau lahir di awal 80.
“Dia
lebih tua.” Kata Tuan Hwang dan Sung Ha mengatakan kalau Tuan Hwang lebih muda.
Na Ra
binggung apakah itu Maksudnya 1880 karena perbedaan wajah mereka terlihat jauh.
Tuan Hwang mengatakan kalau Tahun 1980 lalu menawarkan minuman untuk Sung Ha. Sung
Ha mengatakan ingin Teh hijau susu. Tuan Hwang lalu berkata Satu teh hijau susu
dan satu teh hijau biasa.
“Apa Anda
memintaku membelikannya?” tanya Na Ra binggung. Tuan Hwang dengan nada mengeluh
karena harus mengulang ucapanya.
“Satu teh
hijau susu, Satu teh hijau biasa, diseduh langsung.” Kata Tuan Hwang. Na Ra pun
langsung menganguk mengerti dan bergegas.
Tuan
Hwang akhirnya mempersilahkan Sung Ha masuk ke ruangannya. Sung Ha melihat Tuan
Hwang yang memoles lantainya dan masih mengumpulkan jejak-jejak kaki lalu
bertanya apakah Sudah banyak. Tuan Hwang sempat menatap temanya.
“Izinkan
aku melihat basis datamu.” Kata Sung Ha. Tuan Hwang melihat temanya yang
memakai sepatu bermerek mahal.
“Ini
merek baru... Aku sengaja memakainya untuk basis datamu.” Ucap Sung Ha. Tuan
Hwang langsung mendekat dan melihat kaki Sung Ha.
“Aku
tidak pernah melihat sol seperti ini.” Ucap Tuan Hwang bahagia. Sung Ha dengan
sopan meminta Tuan Hwang agar bisa melepaskan kakinya. Tuan Hwang pun langsung
menurunkan kakinya.
Tuan
Hwang memperlihatkan data dari sol sepatu miliknya. Sung Ha melihat kalau
gambarnya Seperti agak berbeda dari yang
lainnya. Tuan Hwang menjelaskan Bahan EVA ultraringan dipakai untuk mencegah
tergelincir. Sung Ha ingin tahu Orang seperti apa calon rekan tim Tuan hwang.
“Sebagai
analis profil, aku penasaran dengan mental orang itu. Apa Dia suka dianiaya?”
ucap Sung Ha mengejek.
“Pantas
kau menjadi analis profil. Butuh minimal delapan bulan untuk menyelesaikan
semua pelatihan. Aku akan melatihnya di dekatku.” Kata Tuan hwang
“Apa Dia
mampu?” tanya Sung Ha penasaran. Tuan Hwang pikir Nalurinya bagus dan juga humoris.
Flash Back
Tuan
Hwang bertanya apakah mereka mengerti, semua menjawab lalu Tuan Hwang bertanya
balik apakah mereka tahu alasan dirinya bertanya apa kalian mengerti. Kyung Mi
yang mendengarnya langsung tertawa.
“Kalian
harus mengerti karena ini lelucon.” Ucap Tuan Hwang dan Kyung Mi bisa tertawa
lebar melihatnya.
“Selebihnya,
tergantung caraku melatihnya. Dan Bukankah kau bekerja sendirian?” kata Tuan
Hwang
“Aku
punya bawahan letnan... Letnan Ha.” Akui Sung Ha
“Konon
dia ditempatkan di timmu karena semua tim lain menolaknya. Tidak ada yang
melamar kecuali satu orang.” Kata Tuan Hwang
Na Ra
melihat selemabaran "Rekrutmen anggota Unit Dua Tindak Pidana Berat."
Dengan yakin kalau harus melamar lalu mengambil selembaran agar tak ada yang
melihat.
“Rumornya,
orang itu Shin Na Ra.” Kata Tuan Hwang.
“Tidak
ada orang di sekitarmu, jadi, bagaimana kau tahu rumor semacam itu?” ejek Sung
Ha. Tuan Hwang mengaku kalau Pendengarannya bagus.
Wan Seung
pergi ke bagian "Unit Urusan Polisi"memberikan berkas dan bertanya
apakah banyak pelamarnya. Si polwan mengaku merasa aneh karena tak banyak yang
melama bahkan Lowongannya ditutup saat pengumumannya dipasang. Wan Seung bisa
tersenyum mendengarnya.
“Lalu Kapan
ada hasilnya?” tanya Wan Seung. Polwan menjawab
Setelah Kapolsek menyetujui.
“Kau bisa
Beri tahu aku sebelumnya.” Ucap Wan Seung tersenyum bahagia karena bisa satu
kantor dengan Seol Ok.
Wan Seung
menaiki tangga dan melihat Tuan Park yang berjalan didepanya. Tuan Park kaget
dan mengelih karena Wan Seung yang sulit sekali menghubunginya. Wan Seung
mengaku ada pekerjaan di Provinsi Gangwon dan ingin tahu alasanya datang.
“Aku
datang menemui teman lamaku.” Kata Tuan Park. Wan Seung binggung siapa teman
lamanya.
Saat itu
Tuan Shin datang dan keduanya berpura-pura tak saling kenal. Tuan Park pun
menyapa lebih dulu dengan panggilan “Hyungnim”. Tuan Shin bisa tersenyum pada
Tuan Park dan mengajak ke ruangan, dan sinis pada Wan Seung lalu menaiki
tangga.
“Hei..
Apa Dia lebih tua dari Anda?” bisik Wan Seung heran dengan panggilan Tuan Park
“Usia
tidak penting.” Balas Tuan Park lalu bergegas mengikuti Tuan Hwang untuk ke
lantai lima. Wan Seung menatap Tuan Park seperti tak peracya melihat sikap
seniornya bisa langsung dekat.
Seol Ok
sibuk membersihkan rumah, Kyung Mi mengingat Seol Ok pergi mencari cincin itu
dan ingin tahu Apa yang terjadi. Seol Ok mengatakan kalau sudah dibuang dengan
kuenya. Kyung Mi kaget mendengarnya. Tap
Seol Ok merasa ada yang aneh.
“Aku
jelas-jelas melihat seorang wanita memakai cincin itu.” Kata Seol Ok. Kyung Mi
pikir temanya terlalu mabuk sampai salah lihat.
“Tidak
mungkin... Kau lihat Detektif Ha dan aku bertengkar, kan? Lalu Kenapa kami
bertengkar?” ucap Seol Ok penasaran
“Mana
mungkin aku tahu hal yang kau tidak tahu?” kata Kyung Mi heran Seol Ok meminta agar temanya bisa mengingatnya.
“Aku
ingat kalian membicarakan tentang cincin itu.” Kata Kyung Mi. Seol Ok meminta
agar Kyung Mi bisa mengingat detailnya.
“Awalnya,
Detektif Ha memukulmu.” Kata Kyung Mi berusaha mengingat.
Flash Back
Wan Seung
memukul Seol Ok agar bisa memuntakanya, Seol Ok binggung dengan sikap Wan Seung
yang terus memukulnya. Wan seung pikir kalau Seol Ok yang ingin ke UGD. Seol Ok
heran merasa kalau bisa makan sebanyak itu.
“Kau
tidak tahu kue apa itu.” Kata Wan Seung. Seol Ok mengaku tahu kalau yang
dimakan tiramisu.
“Kau bisa
mati tersedak. Ayoo... Muntahkan.” Kata Wan Seung terus memukul, Kyung Mi
membuka pintu melihat keduanya yang mabuk.
“Apa dia
gila? Bisa-bisanya dia memukul seorang wanita di dunia seperti ini?ucap Kyung
Mi melihat Seol Ok yang dipukul Wan Seung.
“Apa Dia
memukuli punggung Seol Ok karena masalah uang?” pikir Kyung Mi
“Kau begitu
pelit kepadaku, tapi sangat dermawan sampai memberikan cincin mahal kepada
wanita itu.” Teriak Seol Ok marah, Kyung Mi mendengar Seol Ok yang mengatakan
Cincin.
“Kau
ingin mencurinya, kan? Dasar wanita mata duitan.” Ucap Wan Seung mengomel. Seol
Ok tak terima mendengarnya.
“Kau
hidung belang!” balas Seol Ok, keduanya saling adu mulut dengan saling
mengejek.
Kyung Mi
menceritakan yang terjadi saat keduanya pulang. Seol Ok pikir kalau cincin itu
tidak dibuang dengan kuenya. Kyung Mi binggung kenapa Seol Ok bisa menyimpulkan
seperti itu. Seol Ok mengetahui Wan Seung yang menyuruhmemuntahkannya.
“Maksudnya
bukan kue, tapi cincin itu. Pasti dia mengira aku memakannya.”kata Seol Ok
“Apa Kau
tidak menelan cincinnya saat memakan kue itu?” tanya Kyung Mi . Seol Ok yakin
kalau itu Tidak mungkin.
“Aku suka
kue, tapi tidak akan menelannya tanpa menyadari adanya cincin.” Kata Seol OK
“Kau
mabuk berat, jadi bisa saja tidak sadar. Lalu Saat kau muntah di kamar mandi,
bisa saja kau memuntahkan cincin itu juga. Setelah itu, kau bisa saja membilas
toiletnya. Bukankah itu juga bisa penyebab kau kehilangan cincin itu?” ungkap
Kyung Mi
“Muntah....
Kamar mandi...” kata Seol Ok mencoba mengingat-ingat.
Flash Back
Seol Ok
mondar mandi di toilet terlihat kebingungan, dan melihat Toilet didepanya. Dan
akhirnya melihat Cincin yang digunakan di jari manis seorang wanita yang akan
memasukan ke dalam kue lalu bergegas pergi.
“Aku melihat
wanita itu dengan cincinnya saat pergi ke toilet... Jelas itu cincinnya.” Kata
Seol Ok. Kyung Mi merasa kalau itu Mustahil.
“Kalau
begitu, kembali ke awal lagi... Detektif Ha memberikan cincin itu ke wanita
lain.” Ucap Kyung Mi. Seol Ok membenarkan dan terlihat kebingungan.
Tuan Park
dan Tuan Shin bermain baduk diruangan. Tuan Shin membahas Tuan Park yang sedang
mengikuti program pascasarjana tertinggi jurusan kebijakan pemerintahan di
Universitas Joongjin, Tuan Park kaget karena Tuan Shin mengetahuinya.
“Aku
melihatmu saat mengambil kuliah penulisan novel.” Ucap Tuan Shin. Tuan Park tak
tahu kalau Tuan Shin juga ikut kuliah itu
“Ternyata
itu kamu... Ini Sudah kuduga... Kau salah menikahi orang.” Ucap Tuan Park. Tuan
Shin binggung mendengarnya.
“Seharusnya
kau menikahiku... Kau dan aku mempunyai ikatan yang sangat kuat.” Kata Tuan
Park seperti mengoda.
“Aku
hanya mengatakan ini karena istriku tidak ada, tapi kamu adalah tipeku.” Kata
Tuan Shin.
Keduanya
pun tertawa lalu pintu di ketuk, seorang polwan masuk kalau tentang perekrutan
posisi administrasi. Tuan Shin mencari pulpen, saat itu Tuan Park mengeluarkan
pulpen dari dalam jasnya. Tuan Shin dengan senyuman mengoda mengucapkan
terimakasih.
Sung Ha
melihat mayat yang ada didepanya,
memberitahu Ada kebakaran di suatu sauna dengan korban Lima orang tewas dan
32 orang luka ringan atau berat. Dokter forensik mengatakan Lebih tepatnya, enam orang tewa dan 31 orang
luka ringan atau berat, lalu Satu orang mati beberapa saat lalu.
“Tapi
mungkinkah seseorang terbakar sampai begini? Mereka memadamkan apinya dalam
satu jam.” Ucap Sung Ha.
“Ini
tidak lazim.” Komentar Dokter. Sung Ha meminta agar bisa mengkonfirmasi
identitasnya.
“Ada
bekas luka operasi di pipi kanannya.” Kata Dokter. Sung Ha bertanya apakah itu
Operasi plastik
“Tinggi
badan, usia, dan kepala sampai berat badannya, semuanya sama.” Kata Dokter.
Wan Seung
mengingat saat melihat mayat yang juga terbakar di dalam mobil. Dokter meminta Wan Seung mengatakan apa
sebenarnya yang dicari dengan menegaskan Hanya karena dirinya terkurung di kamar
autopsi ini, bukan berarti tidak tahu apa-apa.
“Aku tahu
kau mengejar seseorang.” Ucap dokter. Sung Ha mengaku yang dicari bukanlah
manusia.
“Lalu
kenapa kau mengunjungiku setiap kali ada jasad terbakar dengan sosok yang
serupa dibawa kemari?” kata Dokter
“Ada
peningkatan jumlah jasad yang terbakar lebih dari jasad yang keracunan karbon
monoksida. “ ucap Sung Ha. Dokter bingung apa maksudnya itu.
“Untuk
menjawab pertanyaan itu, aku harus mengidentifikasi jasad ini dahulu.” Kata
Sung Ha.
Seol Ok
menerima telp ditangga, Kyung Mi langsung mendekat dan bertanya apakah Seol Ok
diterima. Seol Ok menganguk kalau besok bisa mulai bekerja. Kyung Mi kaget karena Mulai sekarang, mereka
bekerja di polsek yang sama.
“Ya, kita
akan berangkat dan pulang kantor bersama-sama.Ini Luar biasa, kan? Kita juga
pernah bekerja bersama di kedai makanan... Kita berangkat dan pulang bersama.”
Ucap Seol Ok
“Benar.
Kita melakukannya, kan?” ungkap Kyung Mi seperti tak begitu suka bisa pulang
pergi dengan temanya.
“Itu
adalah masa-masa yang indah... Aku tidak bisa beradaptasi dengan Noryang-dong.”
Akui Seol Ok
“Lalu
Bagaimana nasib kedai itu? Aku memberimu tanggung jawab, tapi kau hanya
membukanya dua hari sekali, Bisa-bisanya kau berpikir untuk menutupnya selama
tiga bulan?.” Sindir Kyung Mi
“Aku
terus terlibat dalam kasus. Aku menangkap dua pelaku pembakaran selama kau
pergi.” Cerita Seol Ok
“Kau
pelaku pembakarannya... Kau membuatku terbakar rasa marah!” keluh Kyung Mi
Seol Ok
meminta maaf. Kyung Mi tak ingin membahasnya
karena enggan berurusan dengan Seol Ok. Akhirnya Seol Ok memilih untuk
bersembunyi di kamarnya. Kyung Mi tah kalau Seol Ok pasti mau melapor ke Detektif Ha.
Seol Ok
duduk di meja belajarnya mengatakan kalau
akan mentraktir Detektif Ha makan setelah menerima gaji. Ia pun rasa
Sulit dipercaya bisa mendapat pekerjaan di polsek itu walaupun Akan lebih baik
jika lulus ujian. Tapi ia juga sadar
kala sudah menghabiskan semua yang dimiliki
untuk ke asrama.
“Dan Bisa-bisanya
aku terlibat dalam kasus pembunuhan lagi?” ucap
Seol Ok akhirnya menelp Wan Seung dengan wajah gembira
“Apa Kamu
diterima? Lalu Kapan kamu mulai bekerja?” tanya Wan Seung berpura-pura kaget
lalu memuji kalau itu bagus dan turun dari mobil.
Hee Yeon
sedang menunggu lift panik melihat Wan Seung yang datang dan buru-buru masuk
agar tak bertemu. Wan Seung berteriak meminta
untuk menunggu tapi pintu lift sudah lebih dulu ditutup.
“Astaga,
di mana sopan santunnya? Dia menutup pintu lift di depan mataku. Apa susahnya
menahan pintu?” keluh Wan Seung kesal seperti tak sadar kalau Hee Yeon berada
dalam lift.
Wan Seung
masuk lobby melihat kakaknya yang baru datang, dan baru mendengar Kakaknya
didakwa tidak bersalah sambil mengeluh kalau harus mengetahuinya melalui
berita. Ji Seung meminta maaf karena sebelumnya ingin memberitahu dan yakin
adiknya itu Pasti cemas.
“Apa Kakak
baik-baik saja?” tanya Wan Seung khawatir. Ji Seung mengangguk kalau hanya Ada
sedikit kesalahpahaman.
“Banyak
orang membantu kakak untuk memecahkan kasus ini.” Jelas Ji Seung seperti tak
masalah.
“Bagaimana
nasib Dongban?” tanya Wan Seung. Ji Seung mengatakan sudah meminta seseorang
untuk menangani yayasan itu dan sudah mengadakan rapat dewan juga.
“Ini
tidak akan terjadi lagi, jadi jangan khawatir.” Ucap Ji Seung melihat Wan Seung
seperti sangat khawatir.
“Kalau
begitu, aku akan mentraktir Kakak hari ini atau Belikan aku makanan.” Kata Wan
Seung
“Apa
Maksudmu mentraktir bukan kau membelikan untuk kakak, tapi kakak yang
membelinya?” ejek Ji Seung
“Kakak
selalu merengek karena ingin makan bersamaku.” Kata Wan Seung.
“Tapi
Kabar buruk... Kakak hendak menemui seseorang dan dia sudah menunggu. Aku
kehilangan kesempatan untuk mentraktir Yang Mulia.” Ejek Ji Seung
“Lupakan
saja. Aku juga sibuk.” Kata Wan Seung, Ji Seung pun berjanji akan menelp
adiknya lalu Wan Seung pun pamit pergi.
Ji Seung menerima telp dari
sekertrisnya memberitahu kalau barus aja datang dan bertanya apakah tamunya
sudah datang, lalu meminta agar membawa ke ruanganya dan akhirnya pergi menaiki
lift.
Hee Yeon
dalam ruangan terlihat gugup,
bertanya-tanya Apa Wan Seung melihatnya. Ia mengingat kembali saat pintu
di tutup merasa yakin kala Wan Seung tak melihatnya. Ji Seung masuk ruangan
meminta maaf karena datang terlambat. Hee Yeon tersenyum mengaku Tidak masalah.
“Aku
sudah menyiapkan dokumenmu... Kau bisa langsung tanda tangan, Pelan-pelan saja
membacanya.” Ucap Ji Seung memberikan surat kontrak.
“Aku
yakin kau membuatnya dengan baik.” Kata Hee Yeon langsung memberikan tanda
tangan pada surat "Kontrak
Akomodasi" dengan nama “Jung Hee Yeon"
“Banyak
orang digugat setelah menandatangani kontrak semudah ini.” Kata Ji Seung
melihat Hee Yeon langsung tanda tangan tanpa membaca.
“Itu
tidak akan terjadi di antara kita, Hakim Ha... Ahh.. Benar, kamu sudah bukan
hakim... Aku kebiasaan...” ucap Hee Yeon
“Kita
sudah selesai dengan formalitasnya. Apa Kau mau makan?” kata Ji Seung.
Hee Yeon
tahu kalau Ada penjual tteokbokki yang enak di dekat kantor. Ji Seung pikir
kalau Hee Yeo Sekarang direktur Yayasan
Ha dan Jung dengan memastikan kalau tteokbokki cukup. Hee Yeon mengaku kalau
Tempat itu cukup mahal. Ji Seung tersenyum mengajak agar makan tteokbokki
mahal. Wajah Hee Yeon seperti menyimpan sebuah rencana dengan tatapan sinis.
Sung Ha
menerima informasi korban dengan Usia 27 tahun, bernama Joo Hyun A, Alamat,
Eunpyeong-gu. Ia memastika kalau yakin
ini orangnya. Dokter yakin kalau gambar dari rontgen dari pasien yang melakukan
operasi tulang pipi.
“Halo...
Kita bertemu lagi... Nona Seo Hyun Soo.” Ucap Sung Ha melihat laporan.
Sung Ha
berjalan sendiria mencari alamat Nomor
54, Eunpyeong-gu, Seoul. Lalu melihat kalau Jika tinggal tempat dengan
lingkungan yang sempat dan banyak tanggan menurutnya dengan melakukan operasi
plastik, mungkin terlilit utang.
“Artinya
penampilannya sangat penting untuk pekerjaan. Barang-barang lamanya sepertinya
tidak mahal. Tapi yang baru terlihat cukup mahal. Ia Pasti mendapat pekerjaan
bagus.” Ucap Sung Ha bisa masuk ke dalam rumah.
Saat itu
seorang wanita datang kaget melihat Sung Ha sudah ada didalam rumah. Sung Ha
juga kaget ada yang datang. Si wanita
melihat Sung Ha yang masuk tanpa izin dan masih memakai sepatu jadi akan
melapor polisi. Sung Ha mengatakan kalau polisi, si wanita pun bisa bernafas
lega.
“Kau
membuatku takut setengah mati. Tapi kenapa kamu masuk ke kamar Hyun A?” ucap si
wanita
“Nona Joo
Hyun A sudah meninggal dunia... “ ucap Sung Ha yang membuat si wanita kaget.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar