PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 26 April 2018

Sinopsis Suits Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Seorang pria duduk di sebuah ruangan, dengan hujan yang cukup deras. Lalu pria lainya masuk dengan setelan jas dan Si pria menengok melihat pria berjas, Ga Yeon Woo menatap pria yang baru datang seperti sangat berharap bantuan.
Choi Kang Seok datang melihat Ga Yeon Woo duduk di ruang interogasi dan keduanya saling menatap.
“Takdir diputuskan oleh pilihan yang kau buat, bukan secara kebetulan.” 

[Suits 1 -Takdir diputuskan oleh pilihan yang kau buat, bukan secara kebetulan.]
Di sebuah ruang, terlihat beberapa orang seperti sedang beragumentasi, Pria lainya bernama Chae Geun Sik menatap dari luar sambil berkomentar “Tak peduli seberapa keras kalian menjulurkan leher, hewan tak berkelas seperti kalian tidak bisa menjadi jerapah.” Lalu berjalan ke sebuah ruangan.
“Sepertinya ini akan gagal, seperti prediksiku.”ucap Geun Sik. Wanita bernama Kang Ha Yeon bertanya Apa prediksinya itu.
“Merger dan akuisisi antara Joseong Group dan Perusahaan Taejin. Aku sudah memberitahu Anda sebelumnya...” kata Geun Sik dan Nyonya Kang meminta agar  Langsung ke inti saja.
“Presiden Park dari Joseong Group ingin CEO Oh mengundurkan diri dari kursi kepresidenannya.Dia tidak punya kuasa dan hanya punya gelar.” Kata Geun Sik
“Apa Kau sudah menjelaskan itu padanya?” tanya Nyonya Kang. Geun Sik mengaku sudah pasti.
“Tapi, dia tidak mengerti kenapa harus menanggalkan jabatan CEO selama setahun.” Ucap Geun Sik
“Aku mengerti. Dia mengejar Oh Tae Shik, bukan Perusahaan Taejin.” Balas Nyonya Kang. Geun Sik membenarkan.
“Mereka berasal dari kampung halaman sama, dan pergi ke sekolah bersama. Mereka memperebutkan harga diri sendiri. Aku mengetahuinya dengan cepat...” kata Geun Sik dan langsun disela oleh Nyonya Kang.
“Di mana Kang Seok?” tanya Nyonya Kang. Geun Sik terlihat tak sukan mendengar nama Kang Seok.
“Kang Seok... Apa Anda pikir dia masih di kantor jam segini? Ibu Kang. Aku akan mengambil kasus ini...” ucap Geun Sik
“Bukan, bukan kau, Geun Sik. Aku ingin Kang Seok.” Tegas Nyonya Kang. 


Seseorang pria dengan duduk mencukur rambut dan pria lainya sibuk memainkan kartu remi.  Si pria menceritakan saat usianya  sekitar 12 tahun, Ayahnya meletakkan setumpuk kartu dan bilang  "Kau ingin menjadi kartu apa? Pilihan selalu datang dengan konsekuensi. Kau harus berhati-hati." Pria yang sedang dicukur bagian kumis dan janggutnya bertanya apa kelanjutanya.
“Lalu, aku mengatakan ini... "Ayah... Aku tidak ingin menjadi kartu yang dipegang di tangan seseorang. Aku ingin menjadi orang yang memainkan permainan dengan kartu-kartu itu." Kata Choi Kang Seok yang sudah menjejer kartu jadi empat bagian.
“Paling kiri.”pilih si pria tua. Kang Seok membuka dan itu adalah kartu As.
“Tamatlah kau. Kau tidak akan punya kesempatan untuk melawan balik malam ini.” Komentar Si pria tua.
“Aku belum memilih kartu. Jadi Aku masih punya kesempatan.” Ucap Kang Seok merasa bisa menang.
“Tentu saja... Aku tahu betul kau tidak suka kalah.” Kata Pria tua.
“Jika aku menang, boleh aku memintamu menjadi klien Kang dan Ham?” ucap Kang Seok sambil berdiri memegang buku. Pria tua mengaku tahu apa maksud perkataan Kang Seok
“ Pilihan selalu datang dengan harga. Anda harus berhati-hati, Parlemen Cho.” Kata Kang Seok
“Baiklah. Sebagai gantinya, jika aku kalah, maka aku akan menyumbangkan beasiswa atas nama Kang dan Ham.” Kata Tuan Cho

Kang Seok melihat ponselnya yang berdering berpikir kalau akan  menunda taruhan kita. Tuan Cho pikir Kang Seok itu takut sekarang telah membuat taruhan. Kang Seok menyangkal dan membenarkan kalau ia benci kalah, tapi bukan pengecut lalu memilih satu kartu
“Sama seperti Joker ini... Dia tidak memiliki peran signifikan, tapi bisa berubah menjadi apa pun.” Ucap Kang Seok setelah membuka kartu joker pilihanya.
“Hei, Kang Seok... Itu trik murahan.” Komentar Tuan Cho
“Bagaimana aku bisa menjadi bos dari permainan tanpa mengetahui beberapa trik sulap? Bagaimana pun, Kapan aku mendapatkan sertifikat beasiswa yang akan Anda beri?” kata Kang Seok menagih. Tuan Cho  setuju karena Itu taruhan.
“Aku akan mengambil kartu ini sebagai hadiah.” Ucap Kang Seok lalu keluar dari ruangan. 


Seorang pria tambun, Presdir Park terlihat sangat marah di ruangan Nyonya Kang kalau akan memberikan lebih banyak uang jadi meminta agar menghapus saja nama Tae Shik. Nyonya Kang pikir pria itu tahu kalau ini bukan hanya tentang uang.
“Itu akan mempengaruhi karyawan Taejin secara positif jika Anda memutuskan untuk menghormati CEO Oh sementara waktu. Lebih dari itu, ini kesempatan bagus untuk menunjukkan kepemimpinan Anda. CEO Oh juga meminta Anda melakukan ini bukan karena namanya...” kata Nyonya Kang terlihat santai.
“Kau bilang CEO Oh?... Bu Kang... Kurasa kau bingung tentang siapa klienmu.” Kata Tuan Park marah. Geun Sik yang melihatnya meminta agar Tuan Kang bisa tenang lebih dulu. Nyonya Kang malah meminta Geun Sik agar keluar dari ruangan saja.
“Anda sudah memburu target. Yang dia minta dari Anda adalah meninggalkan namanya di sana hanya untuk setahun.” Kata Nyonya Kang setelah Geun Sik keluar dari ruangan.
“Aku masuk ke sini dengan niat awal untuk memotong kepalanya. Aku tidak akan menunggu.” Tegas Tuan Park. 


Geun Sik hanya bisa melihat dari depan pintu, Kang Seok datang bertanya  Apa yang terjadi. Geun Sik pikir Kang Seok sudak tahu sambil mengeluh selalu datang tiba-tiba sampai tak menyadari kedatanganya. Kang Seok mencoba menegaskan apa sebenarnya yang terjadi di dalam ruangan.
“Apa Kau tidak tahu? Presiden Park dari Joseong Group ingin menghapus... nama CEO Oh... “ ucap Geun Sik dan Kang Seok langsung mengambil berkas dari tangan rekan kerjanya lalu pergi.
“Nama CEO Oh dari kursi kepresidenannya... Apa Kau dengar? Wah... Aku tahu kau akan begini... Berhenti berpura-pura belum mendengarnya.” Keluh Geun Sik yang ditinggalkan begitu saja. 

Kang Seok masuk ruangan lalu bertanya pada Tuan Park, Apa ini pertama kalinya melakukan merger. Nyonya Kang memperkenalkan  Pengacara Choi Kang Seok, jagoan Kang dan Ham. Tuan Park seperti tak yakin kalau Kang Seok sebagai “Ace” di perusahaan.
“Jika kau berbakat seperti itu, dari mana saja kau selama ini sampai sekarang? Mengingat zaman Pak Ham, Aku tidak pernah peduli dengan masalah kasar seperti ini. Bu Kang, kurasa ini terlalu berlebihan bagimu menjalankan tempat ini sendirian.” Ucap Tuan Park. Nyonya Kang terlihat tak suka dengan ucapan Tuan Park.
“Kurasa yang tidak paham adalah Anda. Orang yang serakah akan sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan.” Kata Kang Seok
“Serakah? Kupikir kau jagoan di sini. Tidak bisa kau baca angka-angka itu? Aku memberimu lebih banyak uang.” Ucap Tuan Park.
“Anda mengatakan ini sebagai persaingan merger dan akuisisi dan membuatnya terdengar luar biasa tapi ini semua hanya perburuan. Tapi, seperti yang Anda lihat, bahkan pemburu menunjukkan sedikit rasa hormat pada hewan yang mereka bunuh.” Jelas Kang Seok
“Dan sekarang, semua yang karyawan inginkan adalah menghormati presiden mereka yang akan kehilangan karyawan dan perusahaannya sekaligus. Tapi, jika Anda bahkan tidak mau melakukan itu untuk mereka, Bukankah Anda tidak memiliki sifat mendasar sebagai pemburu?” kata Kang Seok sedikit menyindir.
“Apa kau mencoba menceramahiku sekarang?” keluh Tuan Kaang. Kang Seok pikir itu tak mungkin.
“Aku hanya memberi Anda beberapa saran yang memadai sebagai seorang pengacara yang di bayar karena pekerjaanku.” Jelas Kang Seok
“Itulah maksudku... Firma hukum ini bukan satu-satunya firma hukum di negeri ini. Apa Kau pikir aku akan tetap membayar biaya hukummu jika tingkahmu seperti ini?” komentar Tuan Park
“Kau bilang Biaya hukum? Maaf memberitahukan ini, tapi itu baru saja di transfer ke akun kami.” Kata Kang Seok memperlihatkan pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Tuan Park melihat pesan [500.000 dolar telah ditransfer ke akun Kang dan Ham.] Kang Seok pikir kalau memang Tuan Park  tidak puas dengan hasilnya, maka boleh menuntut mereka menurutnya sebagai pengacara harus mematuhi semua aturan sesuai situasi tertentu.
“Dan yang terpenting, jika mereka mengetahui bahwa aku lawan mereka, Anda tidak akan punya banyak pilihan.” Komentar Kang Seok. Tuan Park marah dan memina pembelaan pada Nyonya Kang.
“Apa... kau akan... membiarkan dia bicara padaku seperti ini?” ucap Tuan Park marah
“Sudah kubilang... Dia jagoan yang kami punya... Kang Seok mengatakannya, untukku dan perusahaan.” Ucap Nyonya Kang. Tuan Park makin kaget mendengarnya.
“Sekarang, jika Anda paham situasinya, maka aku menyarankan Anda untuk keluar dari sini dan setujui kesepakatan selagi itu masih ada di tangan Anda.” Kata Kang Seok. Tuan Park dengan wajah kesal akhirnya keluar dari ruangan. 


Kang Seok duduk di ruangan, Nyonya Kang  merasa kalau tak masalah memiliki musuh,tetapi jangan pernah baik dengan penjahat dan memikirkan cara agar  melonggarkan klien mereka nanti. Kang Seok pikir mereka  harus membuat kesepakatan, dan itulah yang penting.
“Kenapa kau peduli tentang perasaannya?” keluh Kang Seok. Nyonya Kang lalu membahas bertanya apakah Kang mereka sudah dibayar?
“Oh, itu? Anggota Kongres Jo menyumbangkan sejumlah uang untuk beasiswa.” Ucap Kang Seok
“Aku paham niatmu, tapi itu bukan metode tepat. Kau tidak boleh membuat gertakan.” Keluh Nyonya Kang
“Kau bilang, aku berbicara untukmu... dan perusahaan. Sekarang, itu bukan gertakan, kan? Kau tahu... Aku tidak pernah bersikap sabar dengan siapa pun yang merendahkanmu.” Kata  Kang Seok. Nyonya Kang binggung mendengarnya.
“Di mana lagi kau akan menemukan rekan sepertiku?” kata Kang Seok.

Di sebuah parkiran mobil, seseorang turun dari mobil mewah lalu berjalan masuk pada sebuah tempat karaoke. Seorang teman menyapanya, keduanya pun akhirnya masuk ke sebuah ruangan dengan seorang pria dengan ditemani oleh dua wanita.
“Halo... Aku desainer kehidupan kedua Anda... Anda bisa memanggilku Naga.” Ucap si pria bernama Cheol Soon. Si Pria mengeluh tak ingin panjang lebar.  Dan dua wanita melihat sosok Go Yeon Woo yang cukup terkenal.
“Aku akan perkenalkan pemain kami. Dia mengingat semua yang dilihat. Dia yang terpintar...” kata Cheol Soon sambil memukul meja layaknya drum, si pria sombong menyuruh agar diam.
“Kudengar kau bekerja sebagai parkir valet. Jika kau bekerja di sini, maka kau pasti mengenalku.” Ucap si Pria sombong.
“Platmu 2 minggu yang lalu 61B5016... Minggu lalu, 18J2018. Dan hari ini, 17H3010.” Ucap Yeon Woo. Dua wanita bertanya apakah yang dikatakan benar. Si pria mengaku kalau ia sendiri tak ingat nomor plat mobilnya.
“Tapi, dia berhasil menarik perhatianku. Jadi Mari kita mulai... Taruhanmu besar.. Ayo main game... Jika kau menjawabnya dengan benar, ambil cek ini. Jika kau salah, minumlah sekali teguk. Bagaimana? Kau suka apa yang kukatakan?” ucap si pria sengaja menaruh cek dibawah minuman. Yeon Woo pun menyetujuinya.
“Apa rasio cakupan likuiditas?” tanya Si pria melihat dari tabnya.
“Itu mengacu pada aset likuiditas tinggi yang diperlukan dibanding dengan arus kas bersih, dengan asumsi ada arus keluar cepat mata uang asing dalam jangka waktu sebulan.” Ucap Yeon Woo dengan cepat lalu mengambil uang dari bawah gelas. , Kedua wanita tak percaya kalau itu benar.
“Jelaskan Teori Inflasi... “ ucap si pria merasa tak tak percaya.
“Ada empat kekuatan dasar yang ada di alam semesta... Gravitasi, gaya elektromagnetik, tenaga, dan gaya kuat.. Dan energi yang keluar sebagai tenaga terpisah dari gaya kuat membuat alam semesta bertambah ukurannya sebesar 10 pangkat 43 sekitar 10 dengan pangkat negatif 35 detik.” Kata  Yeon Woo. Dua wanita hanya bisa melonggo karena jawabanya benar.
“Dia benar menjawab bahkan, kata per kata... Aku belum pernah mendengar yang ini... Apa itu Abbacchio alla Cacciatora?” ucap Si Pria
“Itu adalah hidangan Italia yang dimasak dengan domba, bawang putih, teri, rosemary, dan beberapa bahan lainnya.” Kata Yeon Woo berhasil menjawab dan mengambil uang kembali
Si pria pun memuji Yeon Woo cerdas, hebat dan punya otak yang seksi jadi membuatnya iri. Yeon Woo tak peduli memilih untuk pergi setelah melihat sipria yang memberikan dua tetes cairan ke dalam minuman, si pria kembali memanggil Yeon Woo karena baru saja mulai menikmati jadi menyuruhnya untuk ikut minum.
“Sudah kubilang, jangan mengundangku ke tempat seperti ini.” Ucap Yeon Woo marah pada Cheol Soon.
“Kau bilang "Tempat seperti ini"? Sepertinya aku belum cukup bermurah hati dengan uangku... Ayo.. Kemari... Mari bertaruh dengan semua uang yang kau menangkan... Jika kau minum ini sekaligus, aku akan memberimu 10.000 dolar.” Ucap Si pria sengaja menyuruh Yeon Woo dari ember es batu.
“Bagaimana? Apa Kau puas? Apa gunanya menghafal semuanya? Kau bahkan tidak bisa menggunakannya dengan baik. Sekarang Aku memberimu kesempatan sebagai imbalan telah menghiburku dengan bakatmu.” Kata Si pria. Cheol Soon pikir Yeon Woo akan berusaha bersikap baik.
“Tidak ada anjing yang menolak diperlakukan kasar.” Ejek Si pria melihat Yeon Woo kembali mendekat.
“Hidup mengajarkanku bahwa hal paling menakutkan di dunia ini adalah uang. Lebih dari itu, dia bahkan tahu cara bersenang-senang. Dan barang Ini jauh lebih berharga daripada hidupmu... Jadi, berhati-hatilah.” Ucap si pria memberikan cairan yang bawanya.
“Baik, katakanlah aku tidak lebih baik dari seekor anjing. Tapi, kau tidak tampak berbeda dengan melihatmu minum alkohol ditambah obat-obatan.” Kata Yeon Wook sengaja meremukan botol obat terlarang begitu saja.
“Apa katamu? Apa Kau pikir kita setara... hanya karena aku bersikap baik?” ucap si pria marah. Yeon Wook marah langsung mengambil ember dan siap menyiram.
“Seekor anjing tidak pernah menggigit pemiliknya. Tapi, dia menggigit anjing lain. Terutama ketika anjing itu tidak peduli dengan apa pun tak terkecuali uang.” Kata Yeon Woo marah dan membuang semua uang lalu pergi. 

Cheol Soon akhirnya menemui temanya dibelakang, lalu mengaku bisa mengerti sikap Yeon Woo dan berpikir kalau ini kesempatan bagus untuk mendapatkan uang serta meminta maaf karena sudah membuat kesalahan. Yeon Woo tak suka dianggap sebagai Kesalahan?
“Apa Kau sebut ini kesalahan lagi?” ucap Yeon Woo marah. Cheol Soon tak suka dengan kata  "Lagi"
“Hei... Kau juga tidak melakukan hal yang hebat di sana. ApaKau pikir orang lebih menakutkan dari uang? Berhenti menipu diri sendiri. Tidak ada yang lebih lucu dari pada seseorang yang berdiri di depan uang.” Ucap Cheol Soon seperti melakukan segala cara untuk mendapatkan sesuatu.
“Apa itu sebabnya kau melibatkan diri dengan pecandu?” sindir Yeon Woo. Cheol Soon tak ingin membahasnya mengajak minum saja. 

Saat itu Seorang wanita datang, Cheol Soon langsung menyambutnya menyapa Se Hee, sambil bertanya Apa kegiatanya lancar hari ini. Se Hee mengeluh Cheol Soon itu mabuk lagi. Cheol Soon mengaku tidak mabuk den merasa kalau tak pernah melihatnya yang melakukan kesalahan setelah mabuk. Se Hee mengaku sudah tahu hal itu.
“Kau selalu membuat kesalahan.  Apa yang terjadi? Apa Kalian merayakan sesuatu?” ucap Se Hee.
“Tidak, tidak merayakan apa pun.” Kata Yeo Woo.  Cheol Soon menceritakan kalau Yeon Woo memberikan pelajaran berharga kepada putra konglomerat lalu melihat ponselnya.
“Aku penasaran siapa yang menelepon.” Ucap Cheol Soon, setelah melihat namanya langsung meminta mereka agar tetap ditempat saja. 

Se Hee berkomentar kalau Cheol Soon it sangat tidak dewasa. Yeon woo mengejek kalau Se Hee bilang itu pesonanya. Sementara Cheol Soon mengangkat telp disisi lain seperti berbicara dengan bosnya, Se Hee ingin tahu Apa yang terjadi hari ini, tapi Yeon Woo mengaku Tidak ada.
“Tidak, pasti ada sesuatu... Kau tidak pandai berbohong... Aku bisa melihat matamu.” Ucap Se Hee. Yeon Woo pikir benar.
“Apa Kau sungguh bisa melihatnya?” ejek Yeon Woo. Se He melihat Yeon Woo cerdas dan baik hati.
“Kau sangat berbeda dari Cheol Soon Oppa. Itu sebabnya aku merasa kasihan padamu.” Kata  Se Hee. Yeon Woo mengaku kalau tidak seperti itu.

Cheol Soon berbicara di telp meminta maaf  dan berpikir kalau seharusnya mengajari bagaimana Yeon Woo harus bersikap. Si pria yang menelp mengucap syukur karean Cheol Soon bisa paham, lalu bertanya obat yang sebelumnya meminta agar bisa mendapatkan kembali.
“Itu tidak mudah, tetapi jika Anda mau, aku pastikan untuk mendapatkannya.” Ucap Cheol Soon.
“Baiklah. Tapi dengan satu syarat... Barangnya harus dikirimkan oleh orang itu tidak peduli apa pun.” Kata  Si pria. Cheol Soon terdiam menatap Yeon Woo sedang berbicara dengan Se Hee. 

Yeon Woo pergi ke sebuah rumah sakit, terlihat seorang wanita dengan rambut beruban berbaring di ruangan, seperti ia memiliki nenek yang sedang sakit. Esok paginya, Yeon Woo duduk di sofa bertanya pada Cheol Wook apakah sungguh harus melakukan ini dan ingin tahu apa itu kopernya.
“Kau tidak perlu tahu... Berikan saja padanya dan terima uangnya... ucap Cheol Soon berbaring di tempat tidur.
“Kau sadar permintaanmu...” kata Yeon Woo menahan amarahnya. Cheol Soon pikir kalau Yeon Woo harus tahu kala melakukan ini bukan untuk memperkaya dirinya.
“Kau juga butuh uang...Yeon Woo... Aku... berbicara dengannya ketika dia sadar... Dia sebenarnya baik.” Ucap Cheol Soon akhirnya turun dari tempat tidur.
“Terserah. Aku tidak peduli siapa dia atau apa ini. Singkirkan.” Kata Yeon Woo menolak
“Yeon Woo. Ini kesempatan yang sangat bagus.” Ucap Cheol Soon merayu. Yeon Woo tak suka kalau dianggap Kesempatan bagus dan menyurug agar menyingkirkan itu sekarang.


Kang Seok sarapan dengan membeli roti bakar di depan kantor, sementara Geun Sik dengan alat perekamnya berdiri depan ruangan Nyonya Kang, sambil memandangnya membuat sebuah puisi.
“Hanya di pagar yang dingin dan tinggi, bunga yang dipanggil "kau" telah mekar. Aku datang untukmu saat kau mekar penuh. Namun, kau hanya berada di pagar. Sampai kau menjalar ke arahku, aku harus berdiri dan menunggu seperti pagar dan pada akhirnya memelukmu.” Ucap Geun Sik seperti jatuh cinta dengan Nyonya Kang.
“Tidak... Jangan lemah, Geun Sik.” Kata  Geun Sik sudah siap untuk masuk ruangan. 

Geun Sik masuk ruangan Nyonya Kang mengatakan kala Minggu lalu, bekerja 138 jam 57 menit dan ketika belajar untuk ujian, rata-rata tidur empat jam Tapi minggu lalu, hanya tidur sekitar 3 jam 43 menit 27 detik.
“Apa itu benar? Lalu, kau seharusnya tidur lebih banyak.” Ucap Nyonya Kang seperti tak peduli.
“Ya, aku harus... Jadi, maksudku... Aku bisa menangani Presiden Park dengan sendiri.” Kata Geun Sik.
“Tentu saja... Aku tidak pernah meragukan bakatmu.” Kata Nyonya Kang
“Lalu, mengapa? Mengapa selalu Kang Seok dan bukan aku?” keluh Geun Sik kesal 

Saat itu Kang Seok masuk mengaku kalau ia bukan seperi Geun Sik,dengan bisa tidur tujuh jam sehari, bekerja hanya 70 jam seminggu, dan mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Geun Seik mengeluh dengan sikap Kang Seok.
“Kau datang bekerja tepat sebelum waktu makan siang dan pulang tepat sebelum waktu makan malam. “ kata Geun Sik mengejek
“Itulah mengapa aku bersinar lebih cerah dari pada kau yang bekerja lebih lama.” Balas Kang Seok.
“Kalian berdua, hentikan..Jangan buat rekanmu menjadi musuh... Sudah kubilang. Membuang energi untuk menghancurkan kerjasama tim, tidak dapat diterima.” Tegas Nyonya Kang menyudahi keduanya untuk tak saling sindir.
“Kang Seok... Besok wawancara asosiasi masa percobaan.” Ucap Nyonya Kang.  Kang Seok mengeluh apakah harus datang.
“Universitas elit hampir sama... Memilih siapa saja.” Kata Kang Seok seperti tak peduli
“Kau bilang, Kurang lebih sama... Coba Lihat, Bu Kang. Orang ini... Kang Seok memang seperti ini.” Ejek Geun Sik.
“Kang Seok, bukankah kau salah satu dari mereka?” kata Nyonya Kang.
“Aku kasus yang sangat spesial. Mengapa kau bersikeras mempekerjakan anak-anak dari universitas bergengsi?” kata Kang Seok
“Karena mereka elit terbaik di negeri ini. Dulu, sekarang, dan nanti.” ucap Geun Sik.
“Jadi, jika kau tidak berasal dari sekolah bagus, maka kau bukan elit? Balas Kang Seok
“Tentu saja. Rusa adalah rusa dan jerapah adalah jerapah..” Tegas Geun Sik
“Itulah mengapa aku, seekor rusa, lebih baik daripada kau, jerapah Kita tidak perlu merekrut. Aku tidak butuh rekan.” Kata Kang Seok
“Wah.. Menyedihkan. Kami tidak mempekerjakan rekan untukmu.” Balas Geun Sik.
Kang Seok menolak,  bertanya apakah pernah melihat Mitra Senior tanpa rekan. Geun Sik pikir benar karena  Seorang Mitra Senior harus memiliki, lalu tersadar kalau Nyonya Kang mengatakan “Mitra senior”. Nyonya Kang mengatakan  Kang Seok dipromosikan menjadi Mitra Senior.

“Selamat, Kang Seok...” kata Nyonya Kang. Geun Sik yang terkejut memilih keluar dari ruangan.
“Karena aku wanita berwawasan,maka aku memilih bakat sepertimu. Jadi, kau pilih rekan sendiri.” Ucap Nyonya Kang.
“Bakat sepertiku... Ini bukan misi mudah.” Kata Kang Seok. Nyonya Kang memberikan hadiah sebuah dasi karena menurutnya cocok untuk acara besok.
“Pilih dengan hati-hati dan benar. Kau tidak boleh membuat kesalahan. Begitu Mitra Senior membuat kesalahan, maka dia keluar.” Ucap Nyonya Kang memberikan nasehat. 

Papan nama pun diubah menjadi [Choi Kang Seok, Mitra Senior] Seorang wanita melihatnya pun senang, Hong Da Ham pun masuk ruangan setelah Kang Seok masuk ruangan. Kang Seol pikir mendapat promosi enam bulan lebih lambat dari yang diharapkan, tapi walaupun begitu tetap bisa mendapatkannya.
“Bagaimana pun, selamat. Pak Mitra Senior.” Ucap Da Ham. Kang Seol pun mengucapkan terimakasih.
“Tapi Kenapa kau mengatakan "bagaimana pun", Bu Hong?”tanya Kang Seol
“Kau pasti sangat senang, tapi aku merasa sangat sedih. Aku tidak pernah beruntung pada pria atau pun uang. Semua yang kupunya hanya pekerjaan yang tak pernah berakhir. Mereka bilang kehidupan wanita tergantung pada suaminya. Kurasa itu benar, bukan begitu?.” Kata Da Ham mengeluh
“Kupikir promosiku tidak akan memakan waktu lama kecuali beberapa perawan tua berdoa untuk menentangnya setiap hari. Sepertinya perawan tua itu kau.” Ejek Kang Seok. Keduanya saling menatap seperti musuh bebuyutan.
Kang Seok menyebut 8 persen. Da Ham meminta 18 persen. Kang Seok menaikan jadi 10 persen. Tapi Da Ham tetap di angka 18 persen. Kang Seok mencoba naik menjadi 12, Da Ham tetap ingin 18. Kang Seol mengeluh aklau benci ketika Da Ham menggunakan taktik yang dipelajari darinya.
“Itu sebabnya aku meminta 18 persen. Jika aku memakai apa yang kupelajari darimu, akan kuminta 20.” Ucap Da Ham. Keduanya saling berpikir dengan memainkan jari.
“Baiklah... 18 persen termasuk bonus. Apa Kontrak diperbarui?” kata Kang Seol. Da Ham pun setuju.
Kang Seol meminta agar Da Ham memberikan tanda tangan, Da Ham memberikan tanda tangan diatas telapak tangan Kang Seol, lalu keluar dari ruangan. Kang Seol hanya bisa mengeleng kepala melihat tingkah Da Ham.


Yeon Woo datang menemui nenek yang ada dirumah sakit. Si nenek mengeluh karena Yeon Woo datang ke rumah sakit. Yeon Woo mengaku kalau ingin melihat Nyonya Cho Gwi Sim. Nyonya Cho mengeluh kalau itu nama lamnya dan namanya sekarang Cho Sook Hee yaitu Artinya "gadis polos".
“Apa Semuanya baik-baik saja?” tanya Nenek Cho. Yeon Woo menganguk kalau baik-baik saja.
“Kehidupan terbaik adalah hidup tanpa masalah besar. Kau tidak bergaul dengan Cheol Soon, kan?” ucap Nenek Cho menasehati.
“Aku sudah berjanji.” Ucap Yeon Woo sedikit gugup. Nenek Cho pun meminta agar Yeon Woo tak melupakan itu.
“Jika kau menyentuh batubara...” kata Nenek Cho dan langsung disela oleh Yeon Woo kalau kelanjutanya "Tanganmu akan kotor."
“Jangan lupa bahwa cucumu ini orang yang jenius.” Ucap Yeon Woo bangga. Nenek Cho pun merasa senang melihat cucunya.
“Tapi orang di rumah sakit mungkin marah padamu. Kau sebaiknya pergi.” Kata Nenek Cho
“Apa Nenek khawatir tentang tagihannya? Jangan khawatir, aku akan mengurusnya.” Ucap Yeon Woo menyakinkan.
“Bahkan kebohongan terdengar manis bagiku karena kau cucu Nenek.” Kata Nenek Cho. Yeon Woo mengaku kalau ucapanya serius.
“Ketika pria meninggalkan rumahnya untuk melakukan perjalanan, maka dia mengambil sepasang sepatu dan setidaknya ada satu kebohongan. Itu yang dikatakan nenek moyang kita.” Kata Nenek Cho
“Aku sungguh tidak berbohong.” Ucap Yeon Woo menyakinkan agar membuat neneknya tak khawatir saat itu seseorang masuk. 


Perawat berbicara dengan Yeon Woo kalau Nyonya Cho tidak bisa memperpanjang waktunya di rumah sakit dan harus pindah ke tempat lain akhir bulan ini. Yeon Woo hanya bisa meminta maaf. Perawat pikir jangan  meminta maaf padanya tapi lebih baik pada Nenek Cho.
“Kau masih muda. Kau punya banyak peluang bagus.” Kata perawat menyakinkan lalu berjalan pergi.
"Aku memang muda, tapi tidak punya banyak peluang.” Ucap Yeon Woo seperti berusaha menyakinkan diri.
Yeon Woo pulang dengan mengayuh sepedanya, lalu melihat dua pria seperti preman ada didepan rumah, saat naik ke kamar. Cheol Soon terlihat sedang sibuk mencium bau Parfum yang harum. Yeon Woo dengan gugup mengatakan kalau hanya akan mengantarkan tas.
“Yeon Woo, aku mencintaimu... Ide bagus, Yeon Woo... Kau akan mendapatkan banyak uang setelah mengirim ini” kata Cheol Soon memeluk Yeon Woo.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar