PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 06 April 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Min Ji berjalan pulang sambil menelp Si Hwan memberitahu kalau  berhasil. Jadi mengajak minum untuk merayakannya. Si Hwan mengataka kalau  Ada acara kantor. Mi Ji ingin tahu Dalam rangka apa,seperti tak percaya kalau Bos Si Hwan sekarang adalah  seorang artis.
“Jangan bohong. Kau bilang MC Jay?!! Kudengar dia sangat sombong. Kenapa dia mau minum-minum dengan orang biasa seperti kita?” ucap Mi Ji lalu melihat seseorang dari kejauhan.
“Si Hwan... Jangan tutup teleponnya... Ada orang aneh di sini... Tampaknya dia orang mesum.” Kata Min Ji berhenti melangkah melihat pria dengan jubah dari kejauhan.
Akhirnya ia memilih untuk berbelok, mengambil jalan lain. Si pria tak mengikutinya, Min Ji pikir dugaanya salah salah lalu bertanya kapan mereka akan minum bersama.  Setelah menutup telpnya, tiba-tiba seseorang langsung membekap mulut Min Ji dan membawanya pergi. 

Hee Yeon selesai berendam memilih pakaian dalam lemarinya, lalu berkomentar kalau pria yang akan ditemuinya adalah pria berambisi jadi akan mengunakan gaun merah, wajahnya terlihat penuh dengan rencana misterus dan siap untuk masuk ruangan. 

Saat itu juga Sung Ha masuk ruangan Tuan Shin dengan berhati-hati mengeluarkan ponsel dan berjalan berkeliling dengan alat pendeteksi, TUan Shin binggung dengan yang dilakukan Sung Ha pada ruanganya. Sung Ha meminta agar Tuan Shin diam dan terus berkeliling.
Di depan meja, suara alat pendeteksi makin nyaring. Keduanya saling menatap karena seperti ada sesuatu yang aneh, sampai akhirnya anak buah Tuan Park pun melepaskan earphone karena suara yang nyaring dari alat penyadap. Sung Ha akhirnya memegang alat penyadap di tanganya. Tuan Shin pun kaget karena Sung Ha bisa mengetahuinya.
 “Kudengar Anda menemui Sekretaris Kim. Kenapa tidak memberitahuku?” ucap Sung Ha dengan nada sinis.
“Karena Sekretaris Kim berbahaya.” Ucap Tuan Shin.
“Katanya Anda menyembunyikan sesuatu untuk melindungiku.”  Komentar Sung Ha
“Maaf, tapi aku tidak percaya itu. Aku tidak bisa memercayai siapa pun sekarang. Aku bahkan tidak tahu siapa Sekretaris Kim.” Tegas Tuan Shin dengan wajah panik
“Kalau begitu, Apa Anda tidak pernah berjumpa dengan Sekretaris Kim?” kata Sung Ha dengan wajah kaget. 


Seorang wanita sedang memilih pakaian dan berpikir untuk membelinya, Hee Yeon datang dengan kacamata hitam dan gaun merah berkomentar kalau pakain itu cocok untuk Si wanita. Tapi Si wanita melihat kalau hargnya mahal. Hee Yeon pikir kalau itu sepadan dengan harganya.
“Lalu bagaimana Anda bisa berhubungan dengan Sekretaris Kim?” tanya Sung Ha penasaran.
“Awalnya, melalui siswi SMA.” Ungkap Tuan Shin.
Flash Back
Tuan Shin sedang berolahraga tiba-tiba didekati anak dengan seragam SMA, lalu memberikan ponsel di tanganya.  Lalu yang kedua adalah seorang tuna wisma dengan jaket yang lusuh melihat Tuan Shin kembali memberikan sebuah ponsel, dan menurutnya Orangnya terus berganti.
“Apa Anda mengingat suaranya?” tanya Sung Woo. Tuan Shin mengaku  Suaranya juga terus berganti.
“Belakangan ini, lebih banyak suara wanita.” Kata Tuan Shin dan saat itu ponselnya berdering. Keduanya kaget dan Tuan Shin seperti enggan untuk mengangkatnya, akhirnya Sung Ha mengangkat telp dari nomor yang tak dikenal.
“Ini Sekretaris Kim... Kita harus mengubah waktu dan tempat pertemuan... Pekan ini... Di Provinsi Gyeonggi, Hwasung, Dongpyeong-gun Dansu-ro 74. Nomor tujuh dan Naiklah taksi.” Ucap Sek Kim. Sung Ha yang mendengarnya terlihat bingung. 


Sementara si wanita yang sebelumnya membeli baju selesai menelp, bertanya apakah itu saja tugasnya. Lalu Seseorang membelikan imbalan yaitu pakaian yang diinginkanya, dan orang itu adalah Hee Yeon lalu pergi menaiki eskalator. Si wanita memanggil kalau Hee Yeon lupa dengan ponselnya.
“Buang saja.... Itu bisa berbahaya.” Ucap Hee Yeon lalu berjalan pergi. 

Tuan Shin bertanya apakah Sung Ha bisa menangkap Sekretaris Kim dengan cara ini karena Sekretaris Kim menyadap mereka. Sung Ha pikir Mungkin ini bukan Sekretaris Kim. Tuan Shin mengeluh Sung Ha yang mengatakan akan membantu melepas dari Sekretaris Kim.
“Jadi, percayalah kepadaku...Anda dan aku berada di pihak yang sama.” Tegas Sung Ha menyakinkan.
“Benarkah Sekretaris Kim akan datang? Bagaimana jika ini sebuah jebakan?” kata Tuan Shin khawatir. Sung Ha memutuskan kalau ia yang akan pergi.
“Aku nyaris tidak lolos dari Polsek Sinim.” Ucap Tuan Shin mengeluh
“Apa yang Anda lakukan di Polsek Sinim? Apa tuntutan Sekretaris Kim?” tanya Sung Ha curiga.
“Aku hanya menutup mata terhadap investigasiyang dilakukan Detektif Oh. Itu harus berhenti sekarang. Aku sungguh ingin pensiun dengan tenang. Bahkan Putriku juga bekerja di sini. Tolong pastikan tidak ada masalah.” Kata Tuan Shin bersungguh-sungguh.
“Aku akan membantu Anda.” Kata Sung Ha yakin. Tuan Shin pun meminta tolong agar bisa  menangkap Sekretaris Kim.


Seol Ok masuk ke kantor real estate, Si bibi bertanya Seol OK  Sedang mencari rumah seperti apa. Seol Ok mengatakan hanya mencari apartemen studio Untuk ditinggali sendiri dan  Dengan uang jaminan murah. Akhirnya mereka pergi ke sebuah rumah dengan dinding yang berjamur seperti kurang sinar matahari.
“Apa tidak ada tempat yang lebih bersih?” tanya Seol Ok
“Dengan anggaran itu, kau hanya bisa mendapat kamar kos.” Ucap si bibi.
Seol Ok pergi ke tempat lain, dan melihat ruangan terlalu kecil dengan dapur dan mesin cuci dalam satu ruangan dan sangat sempit,  Si bibi pikir kalau Jarang ada rumah kosong di Joongjin-dong. Seol Ok merasa tak nyaman kalau tinggal di ruangan yang kecil
“Begini, ada sebuah kamar di satu rumah yang disewakan. Tapi pemiliknya mungkin tidak mau menurunkan uang jaminannya.” Kata Si bibi. Seol Ok pun ingin tahu keberadaanya. 

Si bibi membawa ke apartment yang terlihat rapih dengan ruang makan dan TV yang terpisah. Seol Ok melihat rumhanya bagus, Si bibi pikir Seol Ok beruntung karena dengan uang yang dimilikinya seharusnya hanya bisa mendapat kamar kos.
“Pemiliknya seorang pria. Apa Kau tidak keberatan?” tanya Bibi memastikan.
“Tentu, aku tidak keberatan... Baiklah, kalau begitu... Aku akan menyewa tempat ini... Berapa uang jaminannya?” tanya Seol Ok
“Dia tidak butuh banyak uang, jadi, hanya meminta uang sewa dua bulan.” Kata Si bibi. Seol Ok kaget mendengarnya menurutnya Tidak sia-sia sedari tadi berkeliling.
“Kau bisa meneken kontrak sewanya setelah dia pulang.” Ucap Si bibi. Seol Ok setuju lalu ingin melihat kamar yang disewa.
Si Bibi menunjuk kalau bukan kamar yang di depanya tapi yang disamping. Seol Ok melihat kamar yang cukup nyaman yang lengkap dengan tempat tidur. Menurutnya Tempatnya tenang dan bagus. Si bibi melihat si pemilik aparment sudah pulang dan memberitahu kalau  Penyewanya ingin meneken kontrak sewa hari ini.
Saat itu Seol Ok bisa mendengar suara Sung Ha yang berbicara menyetujuinya. Sung Ha pun kaget melihat Seol Ok yang akan menyewa kamarnya. Akhirnya keduanya duduk di ruang tengah untuk membahas sewa kamar.
“Apa Kau serius mau pindah kemari?” tanya Sung Ha masih kaget.
“Aku tidak bisa terus tinggal di sauna.” Kata Seol Ok. Sung Ha tak percaya kalau Kondisi Seol Ok itu lebih buruk daripada dugaannya.
“Tapi Tetap saja, setiap hari kita bertemu di kantor.” Komentar Sung Ha.
“Itu justru lebih baik... Kita bisa saling memahami.” Kata Seol Ok
“Tidak, itu akan sangat tidak nyaman.” Kata Sung Ha. Seol Ok pikir tidak bisa terlalu pemilih sekarang.
“Apa Kau sungguh tidak keberatan?” tanya Sung Ha heran. Seol Ok langsung memohon pada Sung Ha agar bisa membantunya.
“Dengan uangku sekarang, aku hanya bisa menyewa kamar kos. Aku sungguh tidak ada pilihan lain.” Kata Seol Ok
“Tapi bagaimana kita bisa tinggal serumah?” ucap Sung Ha masih merasa tak nyaman
“Aku tidak akan mengganggumu sama sekali dan tidak punya waktu untuk itu. Aku sangat pandai memasak nanti Kau akan terkejut.” Ucap Seol Ok mencoba merayu.
“Kau tidak perlu memasak untukku.”tegas Sung Ha. Seol Ok meminta  agar bisa tinggal untuk sementara sambil berlutut. Sung Ha merasa tak enak meminta Seol Ok agar bisa berdiri. 



Akhirnya Seol Ok keluar dengan wajah bahagia, berkomentar kalau Wan Seung itu tak bisa melakukan apapun tanpa dirinya. Lalu menelp Wan Seung kalau harus pindah hari ini. Wan Seung kaget kalau secepat itu karena menurutnya Sulit mencari rumah di Joongjin-dong.
“Kurasa kemampuanmu lebih dari sekadar menangkap penjahat.” Ejek Wan Seung
“Pindahlah sekarang jika tidak mau tidur di kantor lagi. Lalu Cepat ambil barang-barangmu dan hubungi rental mobil pindahan... Cepatlah. Tidak boleh membuang waktu.” Ucap Seol Ok. Wan Seung mengerti.
Seol Ok akhirnya menutup telp berpikir karena tugasnya sudah selesai dan merasa lupa bilang pada Wan Seung kalau sudah menyewa kamar di rumah Sung Ha. Tapi menurutnya Jika tahu kamarnya ada di rumah Sung Ha, past Wan Seung akan menolaknya.
“Ini untuk sementara saja... Dia tetap harus pindah setelah barang-barangnya sampai.” Ucap Seol Ok merasa tak ada yang salah dengan tindakanya. 
Sung Ha gelisah dalam ruamhanya karena harus berbagi kamar mandi dengan Seol Ok, lalu berpikir harus membersihkan seluruh rumah agar terlihat rapih. Ia juga teringat dengan piyama yang sudah usang dan berpikir kalau harus membeli yang baru..
“Ahh.... Tidak. Ini tidak akan berhasil... Aku harus memberitahunya.” Ucap Sung Ha ingin menelp Seol Ok lalu terhenti sejenka.
“Tapi Apa maksudnya tidur di sauna? Apa Dia sungguh sedang kesusahan?” kata Sung Ha merasa kasihan karena Seol Ok yang tidur disauna.
Akhirnya bel rumah berbunyi, Sung Ha membuka pintu dan  petugas membawa barang bertanya dimana harus meletakanya. Sung Ha menunjuk tempat untuk menaruh barang, saat itu Wan Seung masuk paling belakang dan menyapa pemilik rumah.
Keduanya kaget karena ternyata harus tinggal satu rumah. Wan Seung memanggil para kurir agar keluar dari rumah karena menurutnya sudah salah tujuan



Sementara Seol Ok berbaring dikamarnya merasa kalau Firasatnya buruk soal ini dan bertanya-tanya Apa pindahannya berjalan lancar. Ia yaki dengan ada dirumah Sung Ha jadi pasti membantu Wan Seung.
Sung Ha berbaring dikamarnya, seperti tak nyaman untuk tidur. Wan Seung yang kelelahan seperti bisa tidur dengan nyenyak dengan suara dengkurang yang keras.
“Mereka satu unit, jadi, bisa rapat di malam hari. Itu mungkin bagus untuk mereka.” Pikir Seol Ok yakin. 

Ji Seung sedang berkerja di ruangan, saat itu Seorang pria datang meminta maaf karena datang larut malah dan memberikan surat pengunduran dirinya. Ji Seung kaget karena  Pengacara Oh akan mengundurkan diri dan membahas kalau tentang semua detail proyek mereka sekarang...
“Aku pasti akan menyerahkan semua detailnya.” Ucap Pengacara Oh lalu keluar ruangan. Setelah itu pria dengan usia senja pun masuk melakukan hal yang sama.
“Jika kau meninggalkan firma ini, maka kita harus membatalkan pengambilalihan Grup Jinmi.” Ucap Ji Seung.
“Tapi itu kesepakatan terbesar.” Kata si pria khawatir.
“Ada yang sengaja menarik para pegawai kita untuk itu. Sudah 15 orang dari tim itu yang mengundurkan diri. Apa Restrukturisasinya tidak terhindari?” tanya Ji Seung. Si pria menganguk membenarkan.
“Pertama, mari kita mulai dengan yayasan amal itu.” Kata si pria
“Tidak, jangan Dongban... Mari kecualikan Dongban untuk restrukturisasi ini.” Kata Ji Seung. Si pria pun bertanya mereka  harus memulai dari mana. 

Hee Yeon datang ke tempat Ji Seung malam hari. Ji Seung dengan wajah sumringah bertanya alasanya datang datang di malam hari dan kaget saat menerima telepon. Hee Yeon mengaku hanya mampir dan memperlihatkan makanan karena tahu Ji Seung pasti lapar.  Ji Seung pun mengucapkan Terima kasih. Hee Yeon lalu melirik ada "Surat Pengunduran Diri" diatas meja.
“Apa ada masalah?” tanya Hee Yeon dengan wajah khawatir. Ji Seung menyangkal meminta Hee Yeon agar tidak perlu cemas.
“Mungkin aku bisa membantumu.” Ucap Hee Yeon mencoba menenangkan.
“Para pengacara Firma Hukum Ha dan Jung sepertinya banyak terpengaruh. Mungkin itu karena absennya ayahku.” Cerita Ji Seung
“Aku direktur eksekutif Dongban sekarang dan juga anggota Firma Hukum Ha dan Jung. Aku harus mengetahui situasi kita.” Kata Hee Yeon ingin Ji Seung bisa lebih terbuka.
“Lima belas pengacara yang menangani merger dan akuisisi Grup Jinmi tiba-tiba menyerahkan surat pengunduran diri mereka.” Jelas Ji Seung. Hee Yeon meminta agar bisa melihat daftar namanya. 

Wan Seung melihat Sung Ha sudah ada di meja makan sambil baca koran dan menyapanya kalau sudah bangun lebih dulu. Sung Ha menyindir kalau Wan Seung tidur dengan nyenyak karena suara dengkuran yang keras.  Wan Seung sengaja menuangkan kopi dari cangkir Sung Ha untuk memintanya.
“Aku menyukai aroma kopi ini.” Ucap Wan Seung lalu berjalan pergi merasa kalau keadaanya sekarang sungguh tidak nyaman.
“Ini luar biasa tidak nyaman.” Keluh Sung Ha lalu berjalan pergi ke kamar mandi, tiba-tiba Wan Seung sudah ada disampingnya.
“Yah... Masuklah dahulu... Pemilik rumah harus diutamakan.” Kata Wan Seung membiarkan Sung Ha masuk lebih dulu, tapi seperti merasa tak nyaman karena menahannya  buang air kecil sambil mengetuk pintu meminta agar bisa cepat. 

Keduanya akhirnya masuk ke kantor dari arah yang berbeda, mereka seperti tak ingin kalau keduanya tinggal bersama. Seol Ok melihat keduanya datang bersama berkomentar kalausenang melihat keduanya datang ke kantor bersama.
“Bagaimana malam pertama kalian?” goda Seol Ok. Sung Ha mengaku Biasa saja.
“Cuma ada satu kamar mandi.” Keluh Wan Seung yang harus menahan ke toilet. Saat itu terdengar teriakan Tuan Jo memanggil Seol Ok. Seol Ok mengangkat tangan kalau sedang ada di meja unit 2.
“Hei.. Kemarilah... Buatkan 50 cangkir kopi untuk pertemuan.” Kata Tuan Jo. Seol Ok binggung karena harus membuat kopi juga. Tuan Jo malah menyindir kalau Seol Ok yang tak mau melakukanya.
“Kudengar posisiku memegang banyak peranan penting, menjadi pihak pertama yang tahu tentang kasus pidana.” Ucap Seol Ok. Tuan Jo bingung bertanya siapa yang mengatakanya.
Seol Ok melirik pada Wan Seung kalau saat di mobil mengatakan “Kau akan Menjadi orang pertama yang tahu tentang kasus-kasus di sana. Kau akan melihat gambaran besarnya dan bisa memilih kasus yang ingin kau pecahkan dari Unit Satu sampai Lima.” Wan Seung pun hanya bisa menutupi wajahnya dengan laptop.
Tuan Jo mengumpat kesal mendengarnya, Seol Ok pun bertanya apakah tetap ingin membuatkanya. Tuan Jo pikir tak perlu, tapi Seol Ok merasa pandai membuat kopi karena Begitu keluar dari rumah mertuanya jadi harus melayani lagi.


Kyung Mi mengetuk pintu ruangan dan Tuan Hwang dengan suara pelan dan serak mengaku sedang sakit tenggorokan jadi meminta agar membuatkan teh. Kyung Mi tak mendengar binggung menelpkan wajahnya agar bisa mendengar yang dikatakan Tuan Hwang.
“Aku sedang sakit tenggorokan, jadi, buatkan teh untukku.” Ucap Tuan Hwang. Kyung Mi tetap tak bisa mendengar memindahkan telinganya agar bisa mendengar.
“Aku sedang sakit tenggorokan... Buatkan aku teh! Teh!” teriak Tuan Hwang. Akhirnya Kyung Mi pun bergegas pergi untuk membuatkan teh. 

Tuan Hwang akhirnya meminum teh yang dibawakan Kyung Mi,  sambl menatap dengan senyuman. Kyung Mi binggung melihat tatapan Tuan Hwang dan bertanya apakah  adakah yang ingin dikatakan.
“Omong-omong, apa kamu tahu di mana SMP yang paling membosankan?” ucap Tuan Hwang seperti ingin melucu. Kyung Mi menjawab tak tahu.
“SMP Memuat...” kata Tuan Hwang. Kyung Mi pun terpaksa tertawa dengan lelucon yang dibuat Tuan Hwang. 

Ruang rapat sudah penuh dengan semua anggota polisi. Tuan Shin masuk ruangan dan Wan Seung langsung menyapanya lalu mengatakan kalau selalu mengamatinya dan mempersilahkan duduk. Tuan Shin dan Tuan Jo terlihat binggung dengan sikap Wan Seung.
“Pak.. Apakah Ha Wan Seung mengatakan sesuatu kepada Anda?” bisik Tuan Jo mendekat.
“Itu... Kini dia mengancamku secara terang-terangan.” Kata Tuan Shin.
“Wah... Beraninya... Aku akan berusaha membuatnya terus di luar supaya Anda tidak perlu melihatnya.” Ucap Tuan Jo
“Jangan biarkan dia berpartisipasi dalam pertemuan kita. Rambutku rontok karena dia.” Bisik Tuan Shin. Tuan Jo pikir tak perlu khawatir.
Tiba-tiba Wan Seung membawa bangku dan langsung duduk tepat disamping Tuan Shin. Tuan Jo yang melihatnya pun tak mau kalah  dengan mengeser bangkunya memilih untuk berhadapan. Akhirnya Tuan Shin dengan canggung mengajak untuk memulai rapat.
“Kami punya anggota tim baru, jadi, aku ingin memperkenalkannya kepada Anda hari ini.” Ucap Tuan Hwang lalu meminta agar Kyung Mi menyapa semua seniornya. Kyung Mi pun berdiri siap memberikan salam.
“Halo... Aku magang di tim forensik, Kim Kyung Mi... Ini pengalaman pertamaku, jadi, aku harus banyak belajar... Terima kasih sebelumnya untuk bantuan kalian.” Ucap Kyung Mi, tanpa sadar Tuan Hwang memainkan senter terlihat gambar wajahnya yang penuh dengan gambar kawat.
Tuan Shin dkk tak bisa menahan tawa  melihat wajah Kyung Mi, akhirnya Kyung Mi binggung apa ada yang salah dengan wajahnya dan menatap cermin, Tuan Hwang pun langsung menyembunyikan senternya. Semua masih saja tertawa dengan lelucon yang dibuat Tuan Hwang.
“Pak Hwang... Hentikan... Itu kekanak-kanakan.” Komentar Sung Ha yang tak tertawa dengan lelucon Tuan Hwang, lalu saat itu Tuan Jo kaget melihat Seol Ok datang dengan trolly berhasil membuat 50 gelas kopi.
“Aku meminjamnya dari kantin.” Ucap Seol Ok bangga. Tuan Jo menyuruh Seol Ok menaruh di sisi ruangan dan pergi. Tapi Seol Ok dengan sengaja membagikan cangkir kopi pada peserta rapat. Tuan Jo mengeluh karena rencananya bukan seperti itu.
“Hei.... Kyung Mi, kenapa wajahmu?” tanya Seol Ok binggung karena terlihat seperti jaring-jaring.  Kyung Mi akhirnya bisa melihat kalau wajahnya terkena senter untuk ada gambar kawat yang nempel diwajahnya.
Tuan Hwang tak bisa menahan tawanya, terus tertawa sampai merosot dari kursi. Kyung Mi terlihat sangat marah, Sung Woo yang duduk disebelahnya langsung mematikan senter mencoba menahan tawanya. Sebelumnya tuan Hwang sengaja mengoles cairan di jendela pintunya dan membuat Kyung Mi menempelkan wajahnya agar berbentuk tekstur kawat.


Saat itu rapat selesai, Kyung Mi seperti sangat marah terus digoda oleh seorang. Tuan Hwang berjalan dibelakang Kyung Mi tanpa rasa bersalah bertanya apakah juniornya itu punya keluhan Atau punya cat. Kyung Mi hanya diam saja. Tuan Hwang bertanya apakah Kyung M marah, Kyung Mi  mengaku tidak.
“Jika kau berusaha keras untuk tidak tertawa, artinya kau sangat marah.” Ucap Tuan Hwang
“Aku tidak marah!” teriak Kyung Mi kesal dengan mata melotot lalu berjalan pergi. Tuan Hwang melihat sikap Kyung Mi masih berpikir kalau juniornya itu tak marah. 

Kyung Mi berjalan dengan wajah kesal, Sung Woo seperti menunggu di ujung loron berkomentar supaya Kyung Mi menganggaplah itu tradisi forensik karena Tuan Hwang selalu melakukan itu kepada anggota tim baru.
Flash Back
Saat Sung Woo menjadi anggota baru memperkenalkan diri pada semua seniornya, dan Tuan Hwang sengaja memberikan senter pada wajahnya lalu terlihat gambar kumis pada wajahnya yang membuat semua tertawa.
“ Dia juga pernah melakukannya kepadaku... Oh Yah..  Aku punya krim khusus yang bisa menghapusnya... Akan kuberikan kepadamu.” Ucap Sung Woo. Kyung Mi pun mengucapkan Terima kasih.

Kyung Mi dengan wajah kesal membersihkan wajahnya yang terkena cat, Sementara Seol Ok mengeluh karena merasa Sulit dipercaya membuat kopi di usia tuanya dan sungguh memalukan. Kyung Mi menegaskan kalau ia yang lebih malu.
“Begitulah hidupku sekarang..” keluh Kyung Mi yang dibuat malu oleh Tuan Hwang.
“Kita berdua terlalu tua untuk melakukan ini.” Kata Seol Ok lalu memberikan bedak agar Kyung Mi mengunakanya.
“Hidup bisa sangat tidak adil.” Keluh Kyung Mi. Seol Ok pikir Karena sudah telanjur terjadi, jadi mengajak untuk pergi minum-minum. Kyung Mi menyetujuinya.  Keduanya lalu saling memuji diri sendiri kalau terlihat cantik.
“Tapi aku senang sekali berada di sini bersamamu.” Ungkap Kyung Mi. Seol Ok pun juga menyetujuinya. 

Keduanya keluar dari kantor polisi, Kyung Mi bertanya Seol Ok itu ingin makan aapa. Seol Ok mengatakanmau makan ceker super pedas, sementara Kyung Mi ingin meminum kuah odeng yang panas. Seol Ok ingin makan Dengan ekstra cabai giling dan bubuk cabai. Sementara Kyung Mi ingin  menambahkan kalau ingin makan dengan Cabai rawit juga.
“Ada bar kaki lima di depan. Ayo kita ke sana.” Kata Seol Ok dengan penuh semangat.
“Baiklah. Mari kita minum sampai mati hari ini.” Ucap Kyung Mi.  Seol Ok pun akan membuat Soju dan bir buatanya. 

Keduanya akhirnya minum bersama di kedai kaki lima. Seol Ok measa kalau sekarang sangat menyenangkan, karena Sudah lama tidak melakukan ini. Kyung Mi mengejek agar Seol Ok berhenti melebih-lebihkan. Seol Ok mengaku memang paling enak minum bersama Kyung Mi.
“Aku bukan Seol Ok kalau tidak melebih-lebihkan. Tapi Tahukah kau, Kyung Mi? Aku sangat iri kepadamu... Kau temanku, tapi sangat hebat. Kau handal dalam semua hal.” Ucap Seol Ok
“Tadinya aku juga berpikir begitu Tapi kurasa aku hanya beruntung.” Ungkap Kyung Mi
“Tidak... Kau hidup dengan sangat tekun.” Kata Seol Ok. Kyung Mi merasa  Semua orang hidup dengan tekun.
“Aku merasa seperti orang bodoh saat di kantor polisi. Saat Pak Hwang meneriakiku, aku duduk dan bertanya-tanya kenapa aku di sana.Kenapa dunia masih menindasku seperti mertuaku bahkan setelah aku bercerai?”.” Kata Kyung Mi
“Aku di sini... Aku keluargamu.” Ucap Seol Ok membentangkan tanganya, Kyung Mi setuju kalau Seol Ok adalah keluarganya.
“Sulit dipercaya akulah yang menghiburmu kali ini.” Kata Kyung Mi, lalu Seol Ok melihat Na Ra baru saja pulang dan mengajak untuk bergabung. Kyung Mi pun meminta gelas agar bisa minum bersama. 

Seol Ok pun bertanyaApa yang terjadi dengan rekaman CCTV itu. Na Ra dengan sedikit mabuk mengaku sangat ingin menangkap orang mesum yang menyentuh bokongnya itu.  Seol Ok pikir harus memancing pelaku agar bisa menangkapnya.
“Di mana? Bagaimana kalian tahu posisinya?” tanya Na Ra binggung.
“Dia selalu naik bus di hari menebeng mobil, kan?” ucap Seol Ok. Na Ra membenarkan.
“Itu berarti dia selalu menaiki bus itu pada waktu yang sama. Apa mungkin ada orang lain yang dilecehkan dengan cara serupa?” tanya Seol Ok
“Kalau dipikir-pikir, kurasa ada korban-korban lain. Aku bisa menebak dia melecehkan wanita itu secara seksual. “ ucap Na Ra mengingat saat dibus melihat si pria yang memegang bokong wanita lain.
“Aku mengabaikan peristiwa itu sebelum menjadi opsir polisi. Sulit untuk berteriak jika itu terjadi kepadamu. Keadaan ini Terlalu seram.” Ungkap Na Ra sedih. Kyung Mi pikir ucapan Na Ra itu benar.
“Itu juga sering terjadi kepadaku waktu SMA. Selain itu, orang yang sama biasanya melakukan itu di tempat yang sama.” Ungkap Kyung Mi
“Ada beberapa hal yang kucurigai. Saat turun bus, dia menekan tubuhku ke mesin kartu itu. Jadi Besar kemungkinan dia akan muncul lagi. Tapi Aku tidak bisa memasang kamera di pinggulku.” Keluh Na Ra mengingat saat beberapa orang turun tapi si pelaku sengaja memepet tubuhnya.
“Aku punya ide!” teriak Kyung Mi dengan senyuman bahagia 

Na Ra naik mobil dengan ayahnya. Tuan Shin heran karena Na Ra kembali ikut dengan mobilnya padahal bukan waktunya mobilnya tak boleh dipakai. Na Ra hanya diam saja. Tuan Shin akhirnya bertanya kenapa Na Ra ingin naik bus.  Na Ra mengaku mobilnya terlalu kecil dan suka mobil besar lalu turun dari mobil.
“Na Ra... Apa kau menonton berita? Jangan dekat-dekat mesin kartu, oke?” ucap Tuan Shin khawati. Na Ra pun berjalan pergi ke halte bus. 

Di dalam bus sudah penuh dengan penumpang, Na Ra terlihat gugup dan dibelakanganya sudah ada Seol Ok dan Kyung Mi menemaninya. Tapi sepertinya di hari pertama mereka tak berhasil, lalu di hari berikutnya memancing, Na Ra hanya diam saja merasakan terkena sentuhan, dan teringat kembali truma saat masih remaja Lalu Seol Ok memberikan kode serta Kyung Mi agar Na Ra berani.
“Aku polisi. Tolong hentikan busnya.” Ucap Na Ra memperlihatkan ID cardnya pada supir bus.
“Ada pelaku pelecehan di bus ini jadi Tolong kunci pintu depan dan belakang dan Mohon kerja samanya.” Kata Na Ra.

Akhirnya semua penumpang di perika dibagian tanganya, Detektif Yuk pun menunggu dibelakang bus. Si pelaku bisa tersenyum sengaja membersihkan tanganya agar tak terlihat. Kyung Mi lalu melihat sesuatu dari jari tangan si pelaku.
Flash Back
Seol Ok, Kyung Mi dan Na Ra sengaja mengecet rok bagiana belakang dengan cat agar bisa terlihat tangan siapa yang memegang rok ketiganya, sama seperti yang dilakukan Tuan Hwang pada juniornya.
Si pelaku tahu kalau dirinya tertangkap dan berusaha kabur, Na Ra sengaja menyelengkat dengan sepatu heelsnya dan akhirnya terjatuh. Dengan dibantu Detektif Yuk, keduanya menangkap pelaku kejahatan seksual didalam bus. Detektif Yuk pun memuji Na Ra karena merasa para wanita itu tidak membutuhkannya. Na Ra menegaskan mereka yang sudah menangkap pelakunya.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar