PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 31 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ibu Ji Hyeon akhirnya bertemu sang anak lalu bertanya tidak sakit dan Baik-baik saja. Ji Hyeon yang masih mengunakan alat bantu nafas menganguk perlahan. Ibunya meminta sang anak agr Bertahanlah sedikit lagi,
“Nanti kita pergi ke taman hiburan setelah sembuh, ya?” kata sang ayah berjanji
“Ventilator sudah dicabut dan tak ada komplikasi paru-paru. Kita bisa memantaunya tanpa mengintubasinya. Hasil tes darah pun cukup baik. Kita hanya perlu bersabar.” Kata Jung Won menjelaskan pada orang tua Ji Hyeon
“Ji-hyeon, mulai hari ini coba minum sedikit demi sedikit, ya?” ucap Jung Won. Ji Hyeon pun menganguk.
“Perawat akan membantu dia minum sedikit demi sedikit. Tidak perlu cemas. Kita pantau kemajuannya di Unit Perawatan Intensif sampai hari ini.” Ucap Jung Won. Keduanya pun mengucapkan Terima kasih.
“Ji-hyeon, ada yang terasa sakit?” tanya Jung Won, Ji Yeon menjawab Tidak ada. Kedua orang tua Ji Hyeon melihat dari kejauhan.
“Ji-hyeon, apa yang paling ingin kau makan begitu pulang?” tanya Jung Won. Ji Yeon menjawab Cokelat.
“Nanti aku belikan banyak cokelat saat kau pulang. Janji.” Kata Jun Won. 



Song Hwa melihat kalau Tiga tahun lalu sudah terangkat bersih, tetapi sayangnya tumor itu kambuh kembali. Sang istri bingung karena Namun, suaminya tidak merasa sakitseperti sebelumnya dan Hasil tes lanjutan selama ini pun baik.
“Astrositoma adalah jenis tumor yang bisa kambuh. Kami pun merasa prihatin. Sebagai tambahan, kurasa butuh operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Bila setuju dengan tindakan operasi, akan kucari tanggal rawat inap hari ini. Kau boleh menimbangnya lebih dahulu.” Ucap Song Hwa.
“Biar kupertimbangkan.” Kata sang suami tapi istrinya pikir Tidak perlu dipertimbangkan.
“Kapan bisa operasi, Dokter?” kata istrinya. Tapi Suaminya memohon agar  biar dipertimbangkan dahulu.
“Dokter, aku boleh buat janji ulang, 'kan?” kata sang suami. Song Hwa menjawab Boleh. Akhirnya keduanya pun pamit pergi. 

Perawat menceritakan Waktu radioterapi pun pasien tadi tampak lelah dan Putra-putrinya selalu ikut datang dan menggenggam tangannya. Ia tahu kalau Padahal dahulu pria itu senang saat diberi tahu boleh datang setahun sekali.
“Dia tahu ini lebih melelahkan karena berpengalaman. Dia pasti berat hati membayangkan harus mengulang proses yang sama. Namun, aku yakin dia mampu melaluinya.” Kata Song Hwa
“Permisi... Dari yang kutahu, diagnosis pasien adalah astrositoma. Apa patologi tepatnya saat operasi tiga tahun lalu?” tanya Yun Bok
“Tepatnya WHO tingkat dua, astrositoma difus. Terkenal mudah kambuh dan naik ke tingkat lebih tinggi.” Jawab Song Hwa. Yun Bok pun mencatat di ponselnay sambil mengucapkan Terima kasih.



Ik Jun belajar bahasa spanyol sambil berkata "Estoy loco por el." Dan ada banyak tumpukan buku diatas meja.  Jun Wan datang bertanya kapan akan pergi. Ik Jun menjawab Tiga hari lagi. Jun Won bertanya Buku-buku apa itu. Ik Jun menjawab Bacaan di pesawat selama 14 jam perjalanan.
“Kau tidak ke bandara besok? Besok Ik-sun pergi.” kata Jun Wan. Ik Jun kaget apakah sudah memberitahu bahwa dia pergi. Jun Wan terlihat gugup.
“Penerbangannya sore. Aku ada operasi pagi. Aku akan ke sana bila sempat. Dia sudah diantar orang tuaku, jadi Kakaknya tidak penting.” Ucap Ik Jun
“ Hei... Apa Mau minum malam ini? Aku ingin bicara denganmu.” Kata Jun Wan dengan wajah serius.
“Aku sibuk hari ini. Sebentar lagi operasi. Mungkin agak lama.” Kata Ik Jun
“Larut malam setelah operasi juga tidak apa.” Kata Jun Wan saat itu telp berdering. Dokter Do menelp
“Pasien pria 35 tahun. Dua kali pasang ring karena koarktasi aorta. Terakhir tiga bulan lalu Dia ke RS Jeongmyeong karena demam tinggi. Menurut hasil tes, kurasa infeksi ring jantung. Apa dia bisa ditransfer ke sini untuk operasi?” ucap Dokter Do
“Tanda vital bagaimana?” tanya Jung Won. Dokter Do menjawab “Tekanan darah sekitar 90/60, detak jantung 120, dan sedang pakai intubasi.
“Transfer pasien kemari.” Ucap Jun Wan lalu bergegas pergi. 


“Kurasa ada hemotoraks dan kerusakan aorta. Itu buruk. Aku harus segera mengoperasinya. Siapkan ruangan sirkulasi dan Ruang Operasi. Lalu Walinya?” tanya Jun Wan. Dokter Do menjawab  Dalam perjalanan.”
“Siapa pasiennya?” tanya Ik Jun melihat Jun Wan sedan mencuci tanganya.
“Sudah pasang ring dua kali, tetapi infeksi. Ring yang terinfeksi harus diangkat dan diganti. Entah bisa atau tidak.” Kata Jun Won. Ik Jun pun mengatakan  Selamat bekerja!

Song Hwa bertanya pada pasie apakah Tidak ada yang mengalir dari hidung, Pasien menganguk Song Hwa pun mengucap syukur lalu memastikan Tekanan darah juga baik, Dokte Ahn memberitahu kalau Kuantitas urine pun normal.
“Kurasa kau bisa pulang besok. Paling lambat lusa.” Ucap Song Hwa. Pasien pun mengucapkan Terima kasih.
“Ke depannya, aku akan rawat jalan ke Sokcho. Kudengar kau pindah ke Sokcho?” ucap si pasien
“Bagaimana kau tahu? Padahal itu rahasia.” Kata Song Hwa. Si pasien mengaku Semua pasien tahu. Rumor sudah menyebar.
“Permisi, Dokter... Besok aku operasi. Kudengar sore ini ada tes lagi,tetapi belum dijelaskan.” Ucap Pasien yang ada dibangsal depan
“Begitu? Dokternya siapa?” tanya Song Hwa. Dokter Ahn menjawab Dia pasien Dokter Min, penanggung jawab Dokter Heo.
“Akan kusampaikan ke penanggung jawabnya.” Kata Song Hwa. Tapi Dokter Ahn tahu kalau Pasien itu lelah dari pagi karena menjalani angiografi serebral.
“Kau akan menjalani MRI Navigasi sekali lagi pukul 20.00, Itu proses MRI untuk melihat posisi dan ukuran tumor lebih tepat. Nanti penanggung jawab akan kemari, menerangkan lebih jelas sambil minta surat persetujuan.” Ucap Dokter Ahn. Si pasien pun mengucapkan Terima kasih.
“Selain itu, Dokter Heo Seon-bin sedang ikut operasi Dokter Min Gi-jun. Dia pasti akan jelaskan usai operasi.” Kata Dokter Ahn memberitahu Song Hwa.
“Baiklah. Aku tidak salah paham.” Kata Song Hwa tersenyum melihat Dokter Ahn yang perhatian dengan pasien lainya. 
Jun Wan berada dalam ruangan operasi meminat agar menyedot karena Sama sekali tak terlihat. Dokter memberitahu kalau Tekanan darah 50. Jun Wan memberitahu kalalu Banyak darah jadi meminta tolong atur transfusi dan waktu operasi sudah berjalan dua jam. 


Ik Jun melihat pasienya yang sedang puas akarean harus operasi. Istri Pasienya bingung melihat Ik Jun datang padahal sedang sibuk. Ik Jun menyuruh pasienya agar Berbaring saja ditemani sang istri lalu memberitahu kalau  Besok akan menjalani embolisasi.
“Halo, Dong-ju. Pukul berapa tindakannya?” tanya Ik Jun. Istri menjawab  Pukul 14.00.
“Berarti waktu puasamu lebih lama. Bilang kalau tidak sanggup. Biar kucari tahu apa bisa dipercepat.” Kata Ik Jun.
“Tidak perlu, Dokter. Lagi pula, akhir-akhir ini, aku tidak selera makan. Tidak apa.” Kata Pasien
“Besok pagi aku ada satu operasi. Operasi takkan lama. Jika sempat, setelah operasi, aku akan berkunjung. Embolisasi adalah pengobatan pengganti operasi untuk lever yang tak berfungsi baik, tetapi sulit dioperasi.” Jelas Ik Jun
“Penyakitmu sulit sembuh dengan embolisasi, tetapi itu bisa dilakukan sembari menunggu donor lever. Jangan khawatir. Istirahatlah malam ini.”pinta Ik Jun. Keduanya menganguk mengerti. 


Suk Hyun membuka kotak pizza, Ik Jun datang mengeluarkan semua isi kantongnya sambil berkata kalau mereka yang menghabiskan seluruh kola di Korea. Song Hwa sibuk membereskan buku-buknya ,Ik Jun menyuruh agar membiarkan saja. Karena Lehernya sakit jadi akan membantu merapihkan
“Barangku tidak banyak. Aku hanya bawa beberapa yang diperlukan.” Ucap Song Hwa. Ik Jun meminta agar Song Hwa duduk.
“Luar biasa. Kita baru makan malam sekarang... Astaga.”ucap Ik Jun melihat sudah jam 10 malam.
“Apa Jun-wan bergadang hari ini?”tanya Suk Hyung. Ik Jun pikir speeti itu dan Mungkin selesai dini hari.
Song Hwa mencoba makan spaghetii dengan penyanggal leher dan terlihat sangat kesusahan. Ik Jun seperti ingin membantu tapi menahan dirinya. Semenatara Di ruangan Jun Wan berhenti sejenak dan terlihat waktu operasi sudah berjalan 6 jam.
“Infeksinya parah. Aku tidak yakin ini berhasil.” Ucap Jun wan dan meminta Forsep.


Suk Hyung ingin tahu keberadan Jung Won. Ik Jun menjawab  Unit Perawatan Intensif Pediatri karena Itu rumahnya. Song Hwa memastikan kalau Ik Jun sudah sisakan satu risotto Jung Won. Ik Jun menganguk.
Di ruangan PICU, Jung Won memastikan keadaan Ji Hyeon dan saat itu  keluarganya berkerumun ingin melihat dari depan pintu. Akhirnya Jung Won keluar ruangan memberitahu kalau Kadar hemoglobin tidak menurun dan tidak ada pendarahan. Kondisinya baik.
“Besok dia bisa pindah ke kamar biasa.” Kata Jung Won. Semua pun langsung mengucap syukur.
“Saat di kamar biasa nanti, Ji-hyeon akan dipindai CT di hari ketujuh setelah operasi, lalu dipantau satu atau dua hari lagi. Setelah itu dia bisa pulang jika kondisi baik.” Jelas Jung Won. Mereka pun langsung mengucapkan terimakasih
“Aku pamit.” Kata Jung Won, Ibu Ji Hyeon memanggil Jung Won bertanya Kapan Jung Won tidur karena sudah empat hari ada di sini.
“Kulihat kau selalu ada di sini setiap pagi dan malam. Terima kasih, Dokter. Berkat dirimu, Ji-hyeon bisa selamat.” Ucap Ibu Ji Yeon berkaca-kaca.
“Tidak. Aku lebih berterima kasih karena Ji-hyeon pulih. Permisi.” Kata Jung Won mencoba menahan haru.
Semua keluarga Ji Hyeon langsung berkomentar kalau Jung Won itu  dokter yang baik.


Jung Won akhirya makan dengan senyuman. Song Hwa melihatnya p berkomentar kalau Pasienya pasti membaik. Jung Won membenarkan. Dan bertanya Omong-omong, bagaimana merkea bisa tahu soal itu. Song Hwa bertanya soal apa itu.
“Bagaimana kalian bisa tahu pasienku membaik atau memburuk?” kata Jung Won.
“Itu jelas sekali.” ucap Song Hwa. Jung Won ingi tahu caranya. Song Hwa mengaku kalau mereka hanya menebak.
“Kalian memang menakjubkan. Kapan kalian pesan risotto ini? Apa Tadi? Semalam ini? Tapi ini Masih hangat.” Kata  Jung Won.
“Kami sisakan satu karena pasti kau belum makan malam. Kuhangatkan di toserba.” Kata Song Hwa.
“Kapan kau ke Sokcho? Pindah rumah juga?”tanya Jun Won. Song Hwa menjawab Kamis dan Tidak sampai pindah.
“Aku hanya akan bawa buku dan beberapa barang penting.” Kata Song Hwa. Jung Won tahu Apartemennya depan laut.
 “Aku boleh sering main, 'kan? Astaga, itu rumah idamanku.” Kata Jung Won bersemangat. Song Hwa tahu kalau Jung Won pasti suka.
“Ik-jun juga pergi Kamis, 'kan? Dia pergi hadiri konferensi, 'kan?” kata Jung won. Song Hwa membenarkan.
“Omong-omong, Jung-won. Ah... sudah Lupakan.” Kata Song Hwa guggup. 


Jun Wan  melihat kalau sudah 12 jam operasi dan Sudah menekan sejam pun masih berdarah dan Operasi sudah tak memadai. Ia pikir Ini mustahil jadi lebih baik beri kasa steril saja dahulu. Akhirnya mereka membawa ke ruangan ICU.
“Bagian terinfeksi sudah diangkat dan diganti pembuluh darah sintesis, tetapi pendarahannya banyak. Kami hambat dengan kasa steril. Kami hendak menanganinya secara maksimal di Ruang Operasi, tetapi darah banyak hilang karena sulit membeku.” Jelas Jun Wan.
“Kini dia diberi antihemoragik di Unit Perawatan Intensif, tetapi darah mungkin sulit dihentikan. Untuk sementara, harus dipantau dahulu.” Jelas Jun Wan
“Sesuaikan kadar eritrosit dan FFP. Segera hubungi aku jika masih pendarahan.”pesan Jun Wan pada Dokter Do.
Akhirnya Jun Wan yang kelelahan pun tertidur diruangan dengan sangat pulas. 


Pagi hari pun datang, Seorang perawat memanggil Bu Choi Ji-eun dilorongm memintanya untuk masuk. Seorang wanita hamil besar mengeluh kalau sudah menunggu lama sekali, bahkan menunggu sejam lebih.  Perawat meminta maaf karena Hari ini pun banyak pasien.
“Aku harus menunggu lama setiap kali datang.” Keluh si ibu.  Pasien lain pun keluar akan berjumpa pekan depan.
“Selamat siang.. Kau terakhir kemari sebulan lalu.” Kata Suk Hyung menyapa pasienya.
“Dokter, pasien hari ini banyak sekali. Aku menunggu lama sekali. Aku selalu menunggu setiap kemari.” Keluh Ibu Choi
“Maaf. Jadwal praktikku hanya tiga kali sepekan. Aku sudah lihat hasil tes diabetes kehamilan waktu itu.”kata Suk Hyung
“Pasien Dokter Yang memang biasa sebanyak ini. Ini lebih sedikit daripada pekan lalu.” Ucap dokter Chu.
“Dokter Chu Min-ha. ..Bisa tolong carikan hasil USG pasien pekan lalu?” kaat Suk Hyung seperti yak ingin dibela oleh juniornya. 

Perawat keluar dari ruangan operasi, Ik Jun melihatnay bertanya Kenapa? Ada masalah. Perawat memberitahu kalau Penerimanya gagal jantung saat akan hepatektomi donor mati otak lalu Tim Bedah Torakoplastik sibuk pasang paru-paru buatan.
“Dokter Kwon Sun-jeong minta aku menghubungi KONOS untuk lapor tak bisa transplantasi. Maka harus cepat cari penerima baru.” Kata Perawat
“Organnya sudah tiba di sini?” tanya Ik Jun. Perawat membenarkan.
“Halo, aku Ham Deok-ju, Koordinator Transplantasi Yulje. Operasi tidak memungkinkan karena penerima mendadak gagal jantung. Kurasa KONOS harus memilih penerima baru.  Baik. Tolong segera hubungi aku.” Ucap Dokter Ham
“KONOS akan coba hubungi penunggu pertama dan mengabariku. Aku tidak yakin bisa karena waktu tertunda terlalu lama.” Ucap Dokter Ham
“Sudah berapa lama lever donor diangkat?” tanya Ik Ju. Dokter Ham menjawab Lebih dari delapan jam.


Jun Wan akhirnya melihat kembali keadaan pasien merasa tak ada yang berubah lalu memastikan pada Dokter Do kalau wali pasien ada di luar,  Dokter Do membenarka. Ik Jun pikir kalau mereka beri tahu.
“Kami menanti darah membeku di Unit Perawatan Intensif dengan bantuan obat antihemoragik. Namun, setelah lima jam, pendarahan belum berhenti. Meski dibawa kembali ke Ruang Operasi, saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain ganti kasa dalam dada.” Jelas Jun Wan
“Kurasa tak ada jalan lain... Maafkan aku.” Kata Jun Wan. Sang ibu yang sudah tua menahan rasa sedihnya meminta izin agar  boleh melihat putranya.
“Tolong... izinkan kami... melihat putra kami untuk terakhir kalinya.” Kata Sang ibu. Jun Wan seperti tak tega melihatya. 

Song Hwa menerima kabar dari Dokter Ahn “Pasien wanita 48 tahun, pendarahan subaraknoid. Dia koma, semua pupil terbuka, >tak bisa napas spontan, motorik nihil. Akhirnya Song Hwa melihat di IGD menurutya Tidak ada gunanya operasi karena pasien koma.
“Beri dopamin jika tekanan darah turun.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti. 

Dokter Ham kembali masuk ruangan, memberitahu Ik Jun kalau Pasien tunggu pertama KONOS tinggal jauh dari Seoul, jadi, mustahil melihat jangka waktunya Dan dokter pasien berikutnya dalam antrean sudah menyerah.
“Waktu iskemia diperpanjang, akan terlalu lama untuk cari penerima baru. KONOS minta kita cari penerima di sini, lalu kabari mereka Maka akan disetujui.” Kata Dokter Ham sibuk mencari kontak diponselnya
“Halo, aku Koordinator Transplantasi Pusat Medis Yulje. Dengan Bu Um Ji-seon?” ucap  Dokter Ham 

Di luar ruangan, perawat memanggil “ Ibu Jang Seul-gi!” beberapa kali. Wanita dengan perut yang sudah membesar pun jalan perlahan. Perawat memberitahu kalau aia pasien selanjutnya jadi Silakan menunggu di depan sini.
“Kenapa pasien sebelum aku lama sekali? Banyak pasien menunggu.” Keluh ibu Jang.
“Maaf. Janji temu dokter mungkin lama karena banyak yang harus dijelaskan. Mohon tunggu sebentar.” Ucap Perawat
“Aku sudah lama lakukan USG. Kenapa belum masuk juga?”keluh seoran ibu yang datang dengan suaminya
“Bu Han Seung-hui, ya? Masih lima orang lagi. Mohon tunggu sebentar.”ucap perawat.
“Berapa lama harus menunggu lagi? Lantas, apa gunanya reservasi?” ucap Nyonya Han mengeluh
“Maaf... Sistem rawat jalan kami hanya bisa reservasi dua orang per sepuluh menit. Sistem kami hanya bisa menerima reservasi seperti itu. Selain itu, seperti kau tahu, pasien Dokter Yang banyak. Maaf kami membuatmu menunggu setiap saat. Mohon pengertiannya.”ucap perawat ramah. 

“Tidak demam, 'kan? Segera kabari aku setelah hasil rontgen keluar.” Ucap Ik Jun menutup telpnya lalu bertanya Apa golongan darah donor?
“Golongan darah A. Urutan pasien kedua di sini, Kim Yeong-jae, tinggal di Geochang. Lever sulit bertahan walau kita bersiap saat dia dalam perjalanan.” Kata Dokter Ham
“Lantas, Moon Jeong-hwa?”tanya Ik Jun. Dokter Ham menjawab Dia ingin menunggu dahulu.
“Dia belum mau segera operasikarena kondisinya membaik. Golongan darah Yu Dong-jin tidak cocok.” Kata Dokter Ham
“Jadi... Golongan darah A! Ada pasien golongan darah A di sini.” Kata Ik Jun. Dokter Ham menjawab Lee Chang-hak. Ik Jun mengingat kalau Golongan darahnya A lalu bergegas pergi. 

Ibu pasien menemui anaknya yang sudah tak ada harapan hidup lagi, mengeluarkan baju saat masih bayi lalu memberitahu Jung-min kalau Dahulu sekecil ini dan bertanya-tanya Kapan bisa tumbuh sebesar ini, Dokter Do melihatnya mencoba untuk menahan diri agar tak menangis.
“Jung-min... Ini milikmu... Ibu dan ayah menyimpannya sampai saat ini karena kami sangat menyayangimu. Kini kau yang simpan... Putraku... Ibu... masih belum siap. Maka, jangan pergi tinggalkan ibu dan ayah.” Ucap Ibu sambil terus memanggil anaknya.
“Jung-min... Ibu dan ayah sangat menyayangimu. Berjanjilah, jangan tinggalkan kami.”kata Sang Ibu. 

Suk Hyung bertemu pasien lain menanyakan kabar dan akan bertemu dua pekan lalu dan ingin tahu apakah Gerakan bayinya baik. Sang ibu mengaku Rasanya tidak bergerak sejak dua hari lalu dan berpkir Apa tidak terasa karena bergerak saat tidur
“Ini Tidak apa, 'kan? Kubaca di internet, hal itu bisa terjadi di bulan akhir.” Kata Ibu Pasien, sementara Suk Hyung terlihat gugup.
“Mari kita lihat pergerakan bayi.” Kata Suk Hyung lalu mengoleskan jel pada alatnya dan melihat dari USG.
Wajahnya terlihat tegang begitu juga sang ibu ingin tahu keadaan bayinya. 


Jun Wan menatap pasien terlihat sangat frustasi, Dokter Do  pun menyaranakn Bagaimana kalau mencoba lagi dengan cara dari depan jadi bisa pakai arteri sintesis untuk memirau aorta asendens dan desenden. lalu kita ligasi dari atas ke bawah.
“Apa Bisa terisolasi?” kata Dokter Do. Jun Wan bertanya Tanda vital?
“Tekanan darah stabil usai diberi 0,05 mg epinefrina dan 0,1 mg norepinefrin.
“Apa Urine keluar?” kata Jun Wan. Dokter Do menjawab Lancar dengan 5 mg Lasix. Keluar 100 ml lebih per jam.
“Kita coba. Minta buka Ruang Operasi lagi.” Ucap Jun Wan. Dokter Do pun menganguk mengerti. 

Suk Hyung memberitahu pasienya perlahan mengaku sudah periksa berulang kali dan Sepertinya jantung bayi tidak berdegup. Sang biu kaget memastikan kalau bayinya meninggal, Suk Hyung membenarkan. Sang ibu mulai menangis.
“Kurasa jantungnya terhenti di dalam rahim. Belum tahu apa penyebabnya. Baru bisa kami pastikan setelah bayi dikeluarkan.” Ucap Suk Hyung
“Dokter... Tidak... Dokter! Tidak... Dokter... Bayiku...” jerit Pasien histeris harus kehilangan bayinya. 

Tuan Lee akhirnya masuk ruangan operasi wajahnya terlihat gugup, Dokter memberitahu aklau Anestesi dimulai jadi memintaa agar Bernapaslah dengan santai dan Jangan tegang. Dokter Lee pun tertidur setelah mengunakan alat bantu nafas.
“Waktu iskemia sudah berapa lama?” tanya Ik Jun masuk ruangan operasi.
“Sekitar sepuluh jam. Hasil biopsi dan kondisi lever baik.”kata dokter lain
“Kita lakukan dengan cepat. Minta pisau bedah.” Ucap Ik Jun dengan cepat berada disamping Tuan Lee. 

Di depan ruangan terlihat pengumuman [ MOHON MAAF ATAS KETERLAMBATANNYA]  Ibu pasien sedikit berhenti menangis meminta maaf pada Suk Hyung, Suk Hyung pikir tak masalah dan meminta agar tak memperdulikan mereka sambil memberikan tissue.
“Tenangkan dirimu perlahan.. Tidak perlu buru-buru keluar. Kami tidak apa.” Ucap Suk Hyung. Sang ibu pun kembali menangis dan meminta maaf.
“Perlu kuberi tahu pasien di luar bahwa komputer kita rusak?” kata dokter Chu. Suk Hyung mengaku Tidak perlu.
Saat itu suami Nyonya Han mengeluh karena lama sekali. Saat itu istrinya menahan suaminya seperti bisa tahu yang terjadi didalam. Mereka pun semua ibu hamil bisa merasakanya dan langsung memegang perut mereka. 

Song Hwa melihat papan didepan tempat tidur [NAMA: BAEK SEON-JEONG -UMUR: 48 TAHUN] yang tak sadarkan diri. Ia mengaku turut prihatin karena Terjadi pendarahan otak dan pembengkakan parah jadi Kondisinya buruk sampai bahan kontras tidak naik.
“Saat ini pasien tak bisa bernapas spontan, bergerak, bahkan tak sadarkan diri. Menurut dugaanku, pasien mati otak. Kemungkinan besar dia akan wafat dalam satu atau dua pekan.” Kata Song Hwa
Sang anak langsung menangis lalu memeluk ayahnya, keduanya pun hanya bisa menangis. Song Hwa dkk pun ikut sedih karena harus memberikan keadaan pasien yang tak bisa diselamatkan.
***
Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar