PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 25 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Perawat Song bertemu dengan Song Hwa mengaku Ini sungguh tak terduga kalau Mendadak, anaknya bilang penglihatan periferalnya hilang, lalu membawa ke dokter mata tapai malah disuruh membawanya ke Bedah Saraf.
“So-mi baik-baik saja, Dokter?” kata Perawat Song Gugup. Song Hwa memastikan So Mi yang belum menstruasi pertama
“Ya. Apa itu jadi masalah?” tanya perawat Song.Song Hwa melihat hasil CT Scan.
“Bila dilihat di sini, ada benjolan, 'kan? Menurut hasil tes darah pun, kadar prolaktin tinggi. Itu disebabkan oleh tumor di kelenjar pituitari. Tumor itu tumbuh ke atas.” Jelas Song Hwa. So Mi terlihat shock
“Otak di bagian ini, kiasma optik, adalah titik penyatuan saraf optik, dan terlihat benjolan itu menekannya sehingga penglihatan periferalnya rusak. Mungkin itu alasan dia belum menstruasi.” Ucap Song Hwa
“Kalau begitu, aku menderita tumor otak?” tanya So Mi memastikan.
“Menurutku, tumor di kelenjar pituitari. Diagnosis dapat dipastikan dari hasil biopsi setelah operasi. Biasanya tumor jinak. Jangan khawatir. Tidak apa, So-mi. Penyakit ini bisa sembuh.” Kata Song Hwa.
“Pasti bisa diobati. Benar, Dokter?”ucap Perawat Son sambil memegang tangan anaknya. Song Hwa menyakinkan.
“So-mi, operasi ini tak perlu membuka otak. Namanya operasi TSA, yaitu pemasukan endoskop lewat hidung untuk mengorek tumor. Kau pasti bisa sembuh setelah operasi dan makan obat dengan teratur. Jangan khawatir.” Jelas Song Hwa.
“ Dokter.,, Kira-kira kapan bisa operasi?”tanya Perawat Song. Song Hwa pikir Tak perlu buru-buru karena tidak ada pendarahan, tetapi tak bisa ditunda juga.
“Lebih baik segera dirawat dan operasi. Mulai rawat inap hari ini, lalu jalani tes darah, EKG, dan rontgen dada, untuk memeriksa apa bisa operasi. Soal operasi, akan kubicarakan dengan dokter THT-KL untuk tahu kapan bisa dilaksanakan. Kuusahakan untuk operasi secepatnya.” Jelas Song Hwa.  Perawat Song langsung mengucapkan Terima kasih.
“Selama ini So-mi pasti merasakan sakit kepala dan penglihatan menyempit. Kenapa baru datang sekarang? Tumornya sudah cukup berkembang.” Ucap Song Hwa
“Dia baru bilang sekarang. Aku baru tahu sekarang, Dokter. Maaf.” Ucap Perawat Song sedih.
Song Hwa heran perawat Song meminta maaf padanya. Saat itu telp berdering, Song Hwa pun meminta izin agar mengangkatnya. Ia memberitahu kalau sedang ada pasien, wajahnya langsung terlihat serius. Ik Jun memberitahu Jun-wan sudah masuk.
“Kurasa dia sulit bertahan.”kata Ik Jun. Ayah Suk Hyung sudah dipasang semua alat dan tak sadarkan diri. 

Suk Hyung duduk sendirian,  Song Hwa datang memberikan jaketnyakarena Suk Hyung pasti merasa dingin dan mengeluh kalau Kdiam di sini, bukan di ruangan lalu menyuruhnya agar tidur supaya bisa merawat pasien. Suk Hyung menagku tidak bisa tidur.
“Pulang pun rasanya sulit... Song-hwa... Aku tidak tahu pasti.” Ucap Suk Hyung. Song Hwa bertanya Soal apa?
“Sedih... atau lega. Entah bagaimana perasaanku. Ini perasaanku, tetapi aku belum bisa memutuskannya. Aku juga tidak tahu bagaimana harus berekspresi.” Kata Suk Hyung
“Kalau begitu, diam saja.” Kata Song Hwa. Saat itu Ik Ju dkk datang. Suk Hyun menyuruh mereka pulang saja karena ia merasa baik-baik saja.
“Apa Kau akan bergadang? Ada Jun-wan.” kata Ik Jun. Suk Hyung meras tetap harus bergadang karena pasien lain.
“Kau pulang saja. Segera kuhubungi bila ada masalah.” Ucap Jun Wan. Semua pun menyetujuinya.

“Aku sungguh. tidak percaya akan takhayul. Namun, firasatku tidak baik. Rasanya aku tak boleh pergi jauh.” Kata Suk Hyung.

Ayah Suk Hyung pun meninggal dan Suk Hyung menyambut para tamu yang melayat. Tuan Jo duduk dengan Nyonya Jung berhadapan. Tuan Jo berkomentar Sepertinya harus pakai jas hitam setiap hari karena selang sehari selalu harus datang berkabung.
“Presdir Yang memang punya penyakit jantung, 'kan?” tanya Tuan Jo
“Menurut Jung-won, dia menderita angina dan pernah operasi sekali. Namun, penyakitnya tidak parah. Sulit dipercaya dia pergi begitu saja. Jika akan begini, dia harusnya perlakukan anak dan istrinya dengan baik.” Kata Nyonya Jung kesal
“Nasib perusahaannya bagaimana? Hampir seluruh saham Taegun Apparel milik Presdir Yang, 'kan? Aku ragu Ibu Dokter Yang bisa mengelolanya. Apa Dokter Yang yang mengelola?” kata Tuan Jo
“ Mana mungkin? Jong-su. Meski begitu, dunia ini cukup adil, ya?” kata Nyonya Jung. Tuan Jo tak mengerti maksudnya.
“Wanita simpanan itu. Kini dia tersingkirkan. Padahal dia pasti ingin menguasai perusahaan.” Ucap Nyonya Jung marah. 




Suk Hyung menyapa tamu yang sedang makan mengucapkan Terima kasih sudah datang lalu duduk didepan Nyonya Jung dan Tuan Jo dan meminta agar memberikan makan dan minum. Nyonya Jun menolak karena sudah makan banyak.
“Apa Kau bisa tidur? Bagaimana teman-temanmu?” tanya Nyonya Jung. Suk Hyung mengaku sudah tidur sebentar.
“Teman-teman sudah kemari tadi siang karena mereka semua harus mengoperasi di malam hari.” Kata Suk Hyung
“ Direktur Ju, mau bir?”tanya Suk Hyung. Tuan Ju menolak. Nyonya Jun ingin tahu Ibu Suk Hyung.
“Ibu pulang sesaat lalu. Aku sudah minta dia istirahat di rumah hari ini dan kemari besok pagi. Mayoritas karyawan Ayah kemari tadi siang. Tamu-tamuku kebanyakan burung hantu.” Kata Suk Hyung
“Itu para burung hantu.” Kata Nyonya Jung melihat Jung Won dkk datang lalu mengajak Tuan Ju pergi karena teman Suk Hyung sudah datang. 


Jung Won memberikan Pakaian dalam dan alat cukur lalu memberitahu  Pakaian dalam masih baru, dan alat cukur diambil dari ruangannya. Suk Hyung mengucapkan  Terima kasih karea Tadinya akan minta tolong Ibunya.
“Ini Koyok. Tempel itu saat tidur. Saat Ayah meninggal, lututku yang paling terasa sakit karena harus sering sujud beri hormat.” Kata Jung Won
“Kalian belum makan malam, 'kan?” ucap Suk Hyung. Semua mengeluh kalau kelaparan. Mereka pun makan bersama.
“Wanita itu kemari? Serius? Dia berani sekali.” ucap Song Hwa marah. Suk Hyung pikir beruntung Ibu tidak ada Jadi, tak ada kericuhan.
“Apa Kau maki, lalu usir dia?” tanya Jun Wan naik darah. Ik Jun yakin Suk Hyung tak mungkin begitu karena pasti mengusir diam-diam.
“Tidak. Dia sempat melayat... Aku mengizinkannya.” Kata Suk Hyung. Semua langsung mengumpat Suk Hyung gila
“Sungguh penjelmaan Buddha.” Komentar Ik Jun. Jung Won ingn tahu apakah Dia tak bicara sesuatu?
“Katanya, "Usia kehamilanku sudah enam bulan." Kata Suk Hyung. Jun Wan kesal menurutnya tak ada yang peduli.
"Syukurlah dia punya kakak yang baik, walau tidak punya ayah." Dia mengatakan banyak hal, tetapi aku hanya mendengarkan saja.” Cerita Suk Hyung.
“Sungguh tidak tahu malu. Karena itulah dia bisa jadi simpanan.” Kata Song Hwa.
“Lantas, nyonya itu...” kata Jung Won dan Jun Wan langsung marah karena wanita simpanan itu dianggap "Nyonya"
“Kini dia takkan dapat apa pun, 'kan?” kata Jung Won. Suk Hyung pikir itu pasti
“Bila anaknya lahir, pasti ada semacam hukum hak milik.” Kata Suk Hyung. Jung Won ingin tahu apakah Suk Hyung mau memberikannya?
“Mungkin sulit membuktikan dia anak kandung sebab ayahmu sudah tiada.” Kata Ik Jun
“Jangan pernah beri sepeser pun!” tegas Jun Wan memperingati. Suk Hyung mengaku  tidak bisa berbuat apa pun.
“Lagi pula, apa salah anak itu?”kata Suk Hyung. Semua berteriak marah sampai semua pelayan menatap ke arah mereka. 

Dibagian receptionist, Perawat Song sibuk mencatat sesuatu dipapan. Perawat lain sibuk mengangkat telp dan juga menyalani pasin yang datang untuk rawat inap. Perawat pun meminta data pasien bernama Park Byeong-su.
“Aku akan menanyakan beberapa hal terlebih dahulu. Apa ada penyakit yang diderita?” tanya perawat
“Aku menderita diabetes.” Ucap Si pasien. Perawat ingin tahu Diagnosis sejak kapan? Sepuluh tahun?. Si pasien membenarkan dan Sudah cukup lama.
“Begitu. Apa sebelumnya pernah operasi?” tanya perawat. Tuan park mengaku Ini pertama.
“Kita cek tinggi dan berat badan dahulu.” Ucap perawat, salah satu perawt meberitahu Pasien Kamar Satu segera dioperasi.
“Apa Pasien sudah siap?” tanya perawat lain. Perawat Song masih sibuk dengan pekerjaanya dan Perawat laiin akan memberikan infus antibiotik.
“Lee Jang-u sudah selesai operasi.” Kata perawat datang menarik pasien.
“Perawat Song. .. Pasien Kamar Delapan sudah selesai operasi, pasien IGD akan naik ke Kamar Tiga. Aku belum selesai menjelaskan ke pasien rawat inap ini.” Ucap perawat meminta tolong.
“Bawa ke Kamar Delapan, Pak... Tanyakan rekam medis dahulu. Biar aku cek tanda vital khusus Lee Jang-u, pasien Kamar Delapan, dan kesiapan Kamar Tiga.” Ucap Perawat Song lalu pergi membawa pasienya.
“Perawat, bagaimana menjelaskan kepada Lee Jae-guk untuk persetujuan ERCP?” tanya dokter
“Setelah operasi kolesistektomi, bilirubin totalnya naik. Dari uji MRCP, ada batu empedu. Jadi, dia harus jalani ERCP.” Jelas Perawat Song lalu bergegas mengantar pasien.
“So-mi, aku juga punya hak publikasi. Seharusnya kau minta izin dahulu.”ucap Dokter melihat So Mi yang sedang merekam.
“Khayalanmu luar biasa. Aku bukanmerekammu.”tegas So Mi sibuk mengikuti kemana dokter itu pergi. 



Song Hwa memberitahu pasienya kalau Pastikan menjalani rehabilitasi teratur, dan  bertemu tiga bulan lagi. Sang pasien mengarti lalu pamit pergi. Dokter Heo berkomentar kalau dislokasi leher Song Hwa makin parah akhir-akhir ini.
“Apa Sudah makan obat?” tanya Dokter Heo. Song Hwa pikir Entah apa harus dimakan karena Kini sebutir saja tidak cukup.
“Pasien sisa sedikit, 'kan? Persilakan masuk.” Ucap Song Hwa lalu menerima telp dari meja kerjanya.
“Dokter Chae... Pasien pria 40 tahun. Dari CT, ada perdarahan intraserebrum di ganglia basal kiri. Mental stupor dan motorik hemiparesis kanan.” Kata Dokter Ahn. Song Hwa mengerti  segera ke sana.
“Ada pasien darurat di IGD. Aku harus pergi. Tolong jelaskan kepada pasien rawat jalan.” Ucap Song Hwa pada perawat. Perawat menganguk mengerti. Song Hwa pun membuka 4 bungkus obat lalu menyisahkan satu butir 


Dokter Ju kaget kalau Jung Won mengatakan Hanya sampai tahun ini. Jung Won membenarkan. Dokter Ju ingin tahu apakah Jung Won ada masala karena Itu akan berpengaruh cukup besar terhadap rumah sakit. Jung Won hanya bisa meminta maaf.
“Padahal dokter spesialis bedah anak di sini tidak banyak, Dikurangi aku.” Kata Jung Won merasa bersalah. 
“Bukan "tidak banyak." Dokter spesialis bedah anak di Korea hanya 48 orang. Di antara rumah sakit besar hanya kita yang punya dua. Lebih dari sepuluh rumah sakit tidak punya.” Ucap Dokter Ju
“Kau mungkin lebih tahu. Setiap dokter spesialis bedah anak adalah kekuatan bagi rumah sakit. Astaga... Aku harus bagaimana? Satu dokter lain sudah pindah ke rumah sakit cabang di Sokcho, dan tanpamu, kita harus menutup bagian Bedah Anak.” Kata Dokter Ju.
Jung Won hanya bisa tertunduk meminta maaf. Dokter Ju pun akhirnya bisa mengerti. Dan akan coba memikirkannya dan meminta tolong agar pertimbangkan sekali lagi. 


Song Hwa melihat pasien yang tak sadarkan diri lalu meminta agar mencoba membuka matanya, lalu memeriksa bagian mata dan bertanya Siapa namanya setelah mengerak bagian kakinya. Sang pasien hanya diam saja.
“Aku akan masukkan kateter setelah lihat monitor. Jadi, pindai CT dan atur Ruang Operasi. Beri tahu jika pasien sudah masuk.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti. 


“Satu sisi tubuh pasien lemah dan hilang kesadaran karena pendarahan yang disebabkan oleh pembuluh darah tipis di ganglia basal yang pecah. Usai memeriksa sistem navigasi monitor dan masukkan kateter dengan tepat, serta sedot darah, dia bisa siuman kembali.” jelas Song Hwa pada Wali pasien.
“Bila pendarahan makin parah, kondisinya bisa semakin buruk.” Ucap Song Hwa. Sang Wali pun panik mendengarnya.
“Apa mungkin terjadi sesuatu saat operasi?” tanya Wali. Song Hwa membenarkan.
“Namun, jika tak dioperasi, dia takkan bisa siuman dan akan meninggal karena pendarahan. Saat ini tiada jalan lain selain operasi. Pasti ada efek samping karena sudah terjadi cedera otak begitu pendarahan muncul, tetapi pendarahan harus dihilangkan semaksimal mungkin melalui operasi agar kita bisa berharap dia kembali sadar.” Jelas Song Hwa
“Untuk saat ini, aku akan berusaha maksimal melakukan operasi.” Ucap Song Hwa
“Dokter, mohon selamatkan suamiku. Tak masalah walau tangan dan kakinya lumpuh asal dia selamat. Mohon selamatkan suamiku.” Pinta sang istri
“Aku akan berusaha maksimal.” Kata Song Hwa berjanji. 


Ruang Istirahat Operasi.
Jun Wan berbicara ditelp dengan Ik Sun menceritakan  ada dua operasi berturutan dan minum kopi usai satu operasi, lalu bertanya apa yang sedan dilakukan. Ik Sun menjawab Menembak. Jun Wan mengeluh meminta agar  Jangan bohong.
“Apa Kau meremehkanku karena aku dapat dispensasi wamil?” kata Jun Wan
“Ada evaluasi menembak< yang diadakan setiap empat bulan sekali. Kami harus menembak target jarak 25 meter dengan senapan K5, dan aku juara satu.” Cerita Ik Sun.
“Apa Tak ada hadiah?” tanya Jun Wan. Ik Sun mengeluh kalau ini bukan festival jadi mana mungkin ada hadiah.
“Jun-wan, pekan ini biar aku yang ke Seoul. Aku akan menginap di rumah kakakku. Aku rindu U-ju.” Kata Ik Sun. 

Saat itu Ik Jun masuk ruangan, Jun Wan terlihat gugup tapi mencoba agar tetap santai lalu memberitahu kalau akan berkunjung ke rumah itu dan Alasan bisa dibuat-buat. Ik Jun terlihata mencoba duduk tenang disamping Jun Wan.
“Hari Sabtu? Makan siang? Baik... Malamnya?” Ucap Jun Wan dan saat itu Ik Jun dengan sengaja menguping dengan berbaring diatas tubuh Jun Wan.
“Baiklah. Alam Semesta yang manis mungkin tidur cepat...Ya, aku juga. Aku mencintaimu.” Kata Jun Wan lalu menutup telpnya.
“Sungguh menyebalkan! Dasar gila! Aku sungguh ingin memukulimu, tetapi tak bisa! Astaga!” jerit  Jun Wan kesal akhirnya berdiri dari tempat duduknya.
“Kenapa? Aku manis, 'kan?”ejek Ik Jun. Jun Wan hanya bisa memperlihatkan wajah kesalnya.
"Aku mencintaimu." Kali ini kau langgeng. Tampaknya dia sangat baik.” Komentar Ik Jun. Jun Wan membenarkan dengan wajah gugup.
“Ekspresi seriusmu tidak cocok. Jangan begitu.” Kata Ik Jun lalu mengangkat telp yang berdering.
“Hormat! Ada apa, Adikku? Aku istirahat sebelum operasi transplantasi lever. Apa Kau ke rumah hari ini? Tentu aku senang kalau kau menginap. U-ju pasti senang sekali.” ucap Ik Jun. Jun Wan kali ingin mendekat ingin  menguping
“Apa? Kau ingin makan apa? Kepiting salju? Kau kenapa? Bagaimana cari kepiting salju sekarang?” keluh Ik Jun lalu menatap heran Jun Wan. 


Ik Jun membuka pintu heran melihat Jun Wan datang dengan box besar lalu bertanya apa itu. Jun Wan pikir apalagi kalau ini kepiting salju.Saat itu Ik Sun dan U Ju keluar dari rumah. Ik Jun heran Kenapa temnnya mendadak bawa kepiting salju?
“U-ju, kau sangat suka kepiting salju, 'kan? Paman beli yang sangat besar.” Kata Jun Wan
“Apa Aku suka?” kata U Ju bingung. Ik Sun langsung menyuruh U Ju agar ucapkan terima kasih. U Ju pun menurutu mengucapkan Terima kasih.

Mereka pun makan bersama, Ik Jun heran Tiba-tiba air di rumah Jun Wan macet. Jun Wan mengaku tiba-tiba macet. Ik Jun tahu Kamar mandinya baru direnovasi, Jun Wan mengaku Renovasi payah dan ereka sangat jahat. Ik Jun pikir Air macet, tetapi kenapa rambut Jun Wan rapi sekali
“Rapi? Aku? Tidak, aku kemari begitu bangun... Lalu Apa Kau akan ke rumah sakit sebentar? Kenapa? Piket? Tak ada panggilan, 'kan?”kata Jun Wan mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Aku berniat mempersiapkan presentasi konferensi bulan depan. Lagi pula ada kau dan Ik-sun. Sudah lama aku tidak belajar tanpa terganggu.” Kata Ik Jun
“Ternyata kau juga belajar?” kata Jun Wan. Ik Ju mengaku kadang. Jun Wan mengaluh kalau ini Menyebalkan.
“ Konferensi di mana?” tanya Jun Wan. Ik Jun menjawab Spanyol. Sekitar sebulan lagi.
“U-ju, hari ini mainlah dengan Bibi dan Paman Kepiting Salju. Ayah ke rumah sakit dahulu sebentar. Ya?” kata Ik Jun lalu mencoba memotong kaki kepiting.
“Ayah, kepitingnya sakit. Bagaimana kalau kaki kepiting itu sakit sekali?”kata U Ju merasa tak tega.
“U-ju, kalau begitu, tolong tutup matamu sebentar.” Ucap Ik Jun. U Ju menutup matanya.
“U-ju, lihat bibi... Membunyikan sendi dengan baik sama sekali tidak sakit.Ini Hanya bersuara. Tidak sakit sama sekali. Semua tak terasa sakit jika dibunyikan dengan benar.” Ucap Ik Sun menekan bagian tanganya.
“U-ju, jangan ikuti Bibi, ya?Bibi itu Terminator. Jadi, tak merasa sakit. Dia bukan manusia. Hentikan!”ucap Ik Jun menutup mata anaknya sambil mengomel dengan mulutnya pada sang adik. 


Ik Jun sudah bersiap-siap pergi lalu meminta agar Tolong bacakan buku jika U-ju bangun dan Ada buku favoritnya di atas meja kamar U-ju. Ik Sun mengerti. Jun Wan bertanya kapan Ik Jun pulang.  Ik Jun menjawab - Secepatnya.
“Santai saja...Sudah lama kau tak punya waktu sendiri. Nikmatilah waktumu.” Kata Jun Wan
“Benar. Kau boleh pulang terlambat. Biar kami yang jaga U-ju.” Kata Ik Sun. Ik Ju mengerti.
“Omong-omong, kalian...” kata Ik Jun menatap curiga, keduanya terlihat gugup takut ketakutan.
“Jangan bertengkar.” Kata Ik Jun. Ik Sun mengeluh kalau itu tak akan.Jun Wan pikir Untuk apa bertengkar. Ik Jun pun pamit pergi.
Jun Wan tetap tenang memisahkan sampah kepiting lalu mendengar suara pintu tertutup langsung mendekat Ik Sun dan langsung memeluknya dari belakang menyuruha gar Simpan saja karena ia  yang kerjakan dan  mahir cuci piring.
“Ini Sudah selesai.” Kata Ik Sun. Jun Wan pun meminta agar menciumnya. Ik Sun pun memberikan ciumanya. 


Tiba-tiba suara bunyi pintu terbuka, Jun Wan panik mencari sesuatu dan langsung mengepel lantai. Ik Jun masuk mengendong U Ju kalau Tidur di kamar saja. Jun Wan mencoba terus mengepel dengan cepat dengan wajah gugup.
“Kalau U-ju terbangun dan bilang lapar, di kulkas ada susu cokelat. Beri itu saja. Telepon aku saat dia bangun.” kata Ik Jun pada adiknya.
“Apa Kau tertular Jung-won? Jangan berlebihan. Kenapa mengelap satu tempat saja?” ucap Ik Jun. Jun Wan hanya bisa menghela nafas setelah Ik Jun pergi. 

Ik Sun dan Jun Wan duduk bersama sambil meminum kopi. Ik Sun menceritakan Kakaknya sungguh banyak berubah setelah menikah. Jun Wan memberikan kalau Ik-jun berubah drastis. Ik Sun tahu Setiap hari kakaknya selalu main di kelab malam dan pergi berkeliaran seperti anjing.
“Kupikir dia akan mati membeku di pinggir jalan atau dipukuli orang. Namun, dia berubah drastis setelah menikah dan punya anak. Dia tak lagi pergi ke kelab dan jarang main gim. Kau tahu dia mahir poker, 'kan?” ucap Ik Sun. Jun  Wan mengaku pasti tahu.
“Dahulu dia begitu, tetapi kini... Kurasa dia sudah merelakan hidupnya. Dahulu dia sering bermain, dan kini hidupnya terpusat pada putranya. Aku agak sedih melihatnya.” Ungkap Ik Sun
“Berarti dia sayang U-ju sebesar itu. Kurasa aku pun akan begitu jika punya keluarga dan anak. Itu pun kebahagiaan besar.” Ungkap Jun Wan. 


Dokter Ahn berbicara ditelp dengan ibunya didepan lift mengaku  baru sampai. Ibunya mengeluh sang anak hanya makan miyeok-guk dan pergi membuat Ibu dan ayahnya jadi sedih. Dokter Ahn meinta maaf karena masih punya banyak pekerjaan.
“Ya, aku akan sering menelepon. Terima kasih sudah melahirkanku.” Kata Dokter Ahn lalu masuk lift.
“Kenapa kau di sini? Ini akhir pekan... Hai. Kau sungguh pekerja keras.” Komentar Dokter Heo melihat Dokter Ahn yang datang.
Ik Sun lalu menceritakan Ahn Chi-hong temannya tetapi sangat kagum padanya karena rajin dan bijaksana bahakn Semua orang di akademi berpikir bahwa Chi-hong akan mendapat pangkat berbintang karena sangat berbakat.
“Sudah kuduga. Aku bisa tahu dia rajin.” Komentar Jun Wan. Ik Sun menceritakan
“Sejak di Akademi Militer, dia selalu bangun pukul 05.00, berolahraga sendiri satu jam, lalu membaca buku dan belajar. Manajemen dirinya luar biasa. Lantas orang seperti dia sakit dan keluar dari kesatuan. Kami menangis tersedu-sedu, begitu pula Chi-hong.” Ungkap Ik Sun 
“Waktu itu amat mengerikan. Kini dia sukses, 'kan?” kata Ik Sun memastikan
“Setahun lagi dia pun akan dapat gelar dokter. Dia harus menjalani masa rekanan beberapa tahun, tetapi sudah hampir selesai. Masa sulit hanya tersisa setahun.” Kata Jun Wan
“Benar. Aku senang melihatnya. Aku sangat khawatir saat dia bilang akan masuk bedah saraf Fakultas Kedokteran. Kau tahu banyak orang aneh di rumah sakit.” Ungkap Ik Sun
“Kami yakin dia takkan menyerah karena mentalnya kuat, tetapi kami takut dia bertemu atasan aneh dan menderita beban mental. Kami sungguh bersyukur karena dia bertemu atasan baik di Yulje dan mampu beradaptasi.” Ucap Ik Sun
“Dia punya Chae Song-hwa... Atasannya itu Chae Song-hwa, temanku. Aku pun dewasa setelah bertemu dia. Ini sungguh berkat Song-hwa. Dia sungguh baik. Aku senang hanya dengan melihatnya.” Ucap Jun Wan.
“Andai kakakku bersama Song-hwa... Dasar bodoh. Tapi Mereka tak ada hubungan apa pun, ya?” kata Ik Sun
“Tidak. Tidak sama sekali.” ucap Jun Wan yakin . 



“Apa Kau kemari untuk lihat drainase pasien yang operasi kemarin?” tanya Dokter Heo
“Ya, pasien perdarahan intraserebrum yang dioperasi pemasukan kateter. Operasi berjalan baik, tetapi drainasenya jauh dari perkiraan. Dokter Chae Song-hwa khawatir karenanya. Aku harus merapikan rekam medis juga. Jadi, aku kemari sekalian memeriksa pasien.” Jelas Dokter Ahn.
“Orang sepertimu sungguh harus menjadi dokter. Kalau aku, pasti akan tidur 24 jam di rumah saat libur.” Kata Dokter Heo
“Aku banyak tidur di rumah.” Ungkap Dokter Ahn. Dokter Heo ingin tahu Berapa jam. Dokter Ahn menjawab Lima jam.
“Senangnya kau tidak suka tidur.”komentar Dokter Heo. Dokter Ahn mengaku Ini karena kebiasaannya sejak di Akademi Militer.
“Apa Kau tidak pindah? Jangan tidur di Ruang Piket terus sebab rumah jauh. Cari rumah kecil dekat sini. Kau pasti lebih sibuk bila jadi Kepala. Sampai kapan mau tidur di sana?”ucap Dokter Heo
“Aku memang sedang memikirkannya.” Kata Dokter Ahn lalu melihat ada pasien yang masuk. 


Dokter Ahn tahu kalau pasien akan Lantai tujuh Bedah Saraf, Si pasien pun mengucapkan terimakasih. Berhenti di lantai lain, seorang anak masuk. Dokter Ahn tahu kalau Bedah Anak lantai empat.Si anak bingung Dokter Ahn yang tahu.
“Karena kekuatan super.” Kata Dokter Ahn tersenyum bahagia.
Akhirnya Dokter Ahn pun akan masuk ICU, dengan pakaian lalu terdiam didepan pintu. Ternyata Song Hwa sudah ada didalam ruangan memeriksa pasienya. 

Dokter Ahn akhirnya menemui Song Hwa bertanya apakah tak pergi berkemah tapi malah ada di rumah sakit. Song Hwa balik bertanya kenapa Dokter Ahn disini padahal bukan jadwal piketnya. Dokter Ahn mengaku Ada sisa pekerjaan.
“Kau kemari lihat Im Jang-hun, ya?” ucap Song Hwa. Dokter Ahn membenarkan
“Aku cemas... Dokter, bagaimana kalau kita makan malam bersama?” kata Dokter Ahn didepan lorong.
“Tidak mau. Aku tidak mau makan hanya berdua denganmu.” Ucap Song Hwa dengan tegas
“Kenapa? Kau tidak nyaman?” tanya Dokter Ahn. Song Hwa mengaku bukan dan sama sekali tak merasa begitu.
“Aku hanya takut kau membuat suasana kikuk lagi.” Jelas Song Hwa. Dokter Ahn berjanji takkan begitu. Song Hwa pun setuju akhirnya merea masuk lift. 


Ik Jun ada didalam ruanganya dan menerima telp terdengar U Ju yang menangis memanggil ayahnya. Ik Jun tahu U-ju terbangun. Ik Sun pikir keponakaanya  mimpi buruk karena terus menangis.
“Makanya, kenapa kau membunyikan buku jari? Astaga, kau ini! Aku ke sana.” Kata Ik Jun
“ Merpatiku pun tak mempan. Dia terus menangis meski sudah buat sepuluh ekor.” Cerita Ik Sun.  Ik Jun kaget mendengarnya
“Kau diam saja. Jangan lakukan apa pun. Ada toserba di depan rumah. Di sana ada es krim kesukaan U-ju. Hiburlah dengan itu dahulu. Aku segera ke sana.”pesan Ik Jun lalu bergegas pergi.

Song Hwa akhirnya naik lift dan meminta agar ke Basemen lantai satu. Dokter Ahn pun menekanya lalu bertanya apakah Song Hwaingat saat itu? Song Hwa bertanya Kapan. Dokter Ahn menjawab Hari pertamanya magang.
“Aku melihatmu saat hari pertama masuk kerja.” Akui Dokter Ahn. Song Hwa tak percaya dan bertanya Di mana.
**
Saat itu Ik Jun masuk melihat keduanya bersama, Dokter Ahn menyapanya. Ik Jun bertanya Song Hwa tak berkemah tapi malah dirumah sakit. Song Hwa mengaku Tak bisa pergi dan balik bertanya alasan Ik Jun ke rumah sakit.
“Menyiapkan karya ilmiah untuk konferensi bulan depan. Kalian mau ke mana?” tanya Ik Jun yang masih sibuk dengan ponselnya.
“Makan malam.”kata Song Hwa. Ik Jun mengerti. Song Hwa pun bertanya paakah Ik Jun tak makan malam
“Nanti di rumah. U-ju menungguku. Aku parkir di lantai satu. Sampai jumpa.” Kata Ik Sun lalu menepuk pundak Song Hwa dan pamit pergi. Dokter Ahn hanya bisa menatapnya.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar