PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 25 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Jun Wan mengandeng tangan Ik Sun lalu menaruh disakunya, lalu bertanya apakah Persiapannya banyak. Ik Sun mengaku Tidak. Jun Wan pikir  Kini hanya sisa sebulan dan tak menyangka akan berpacaran jarak jauh di umur sebegini.
“Maaf, Jun-wan.” ucap Ik Sun. Jun Wan pikir Jangan minta maaf karena ini tak masalah dan Itu kesempatan bagus.
“Omong-omong, tiga tahun lagi umurmu 43 tahun.” Kata Ik Sun. Jun Wan pikir Apa bedanya 40 dan 43 tahun?
“Perbedaan waktu delapan jam pasti tidak mudah. Kita pasti akan saling salah paham dan bertengkar. Ya, 'kan?” kata Ik Sun
“Ya. Kita pasti akan saling salah paham dan bertengkar. "Kau yang kemari. Aku yang ke sana. Kenapa kali ini tinggal sebentar sekali? Kenapa tak terima telepon? Ponselku pakai mode getar." Kita mungkin bertengkar begitu.” Cerita Jun Wan.
“Setelah itu, kita pun putus.” Kata Ik Sun. Jun Wan mengelu karena Ik Sun bahkan belum pergi.
“Kenapa mencemaskan hal yang belum terjadi?” kata Jun Wan kesail. Ik Sun tahu kalau Jun Wan ingin menikah dan punya anak.
“Bagaimana jika tiga tahunmu sia-sia karenaku?” kata Ik Sun. Jun Wan menegaskan tidak suka itu.
“Tidak... Kalau kau mau, aku bisa terus begini lima atau sepuluh tahun lagi. Aku tidak apa-apa. Yang kuinginkan bukan menikah, melainkan kita selalu bersama. Tentu aku ingin menikahimu. Namun, tidak perlu jika kau tak ingin. Saat ini pun aku bahagia.” Ucap Jun Wan menyakinkan
“Ik-sun... Tiga tahun cepat berlalu... Empat puluh tahun pun cepat. Jadi Ulurkan tanganmu. Kuberi sesuatu.” Kata Jun Wan dengan wajah serius,
“Jangan... Aku sudah bilang tidak mau. Saat awal berpacaran, aku sudah jelas bilang jangan lakukan apa pun untukku. Aku tidak suka cincin, kalung, hadiah, dan semacamnya.” Tegas Ik Jun
“Aku bukan mau memberi hal macam itu.” Ucap Jun Wan lalu mengeluarkan earphone. Ik Sun hanya bisa tersenyum malu.
“Kau pasti malu?” ejek Jun Wan. Ik Sun pun meminta Jun Wan memberikanya.
“Aku takkan melakukan apa pun yang tak kau suka. Aku pacar yang baik. Apa sudah Terdengar?” tanya Jun Wan. Ik Sun mengaku belum dan akhirnya mulai Terdengar.
“Aku suka... Aku sangat suka lagu ini... Judulnya apa, ya?” kata Ik Sun. Jun Wan menjawab IGD. Ik Sun pikir Bukan.
“Benar, IGD. "Emergency Room". Lagu yang paling dibenci staf medis.” Kata Jun Wan
“Kenapa benci? Aku suka sekali. Sangat tepat untuk musim ini. Aku suka sekali.” kata Ik Sun bahagia. 




Song Hwa mengemudikan mobilnya bertanya apakah Akhir pekan tidur di rumah sakit dan berpikir akan mengantar sampai rumah. Dokter Ahn pikir tak masalah karena sudah nyaman tidur di sana. Song Hwa menyuruh agar Lekas pindah ke dekat rumah sakit.
“Kita juga butuh istirahat dengan baik.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn mengerti lalu melihat ada yang menelp Song Hwa
“Aku sedang menyetir. Di samping ada Chi-hong dan kupakai pengeras suara. Tutup jika ingin mengomong kosong.” Kata Song Hwa dengan tegas
“Apa Kau mengantar Dokter Ahn Chi-hong?” tanya Ik Jun. Song Hwa membenarkan dan ingi tahu kenapa  menelpnya.
“Hanya ingin tanya sedang apa. Baiklah. Selamat mengantar Chi-hong. Kita bicara lagi nanti.” kata Ik Jun. Song Hwa mengerti lalu menutup telpnya.


Song Hwa pun mengantar Dokter Ahn mengatakan Sampai jumpa hari Senin. Dokter Ahn pun mengucapkan Terima kasih lalu memberitahu kalau Hari ini ia berulang tahun. Song Hwa kaget mendengarnya dan mengeluh kalau baru bilang sekarang
“Apa Kau tak butuh sesuatu? Hei, kau ulang tahun, tetapi datang ke rumah sakit? Ada apa denganmu? Apa Kau tak punya teman?” ucap Song Hwa.
“Temanku banyak. Kemarin aku sudah berpesta dengan teman-teman dan makan malam dengan staf rumah sakit. Tapi Operasimu selesai larut malam. Jadi, aku tidak sempat bilang.” Jelas Dokter Ahn.
“Hari ini belum berakhir. Kau ingin hadiah apa? Akan kubelikan. Katakanlah.” Ucap Song Hwa.
“Aku ingin menerima sebuah hadiah... Apa aku boleh bicara santai? Aku takkan melewati batas.” Kata Dokter Ahn. Song Hwa menatapnya lalu mempersilahkan.
“Hati-hati di jalan, Song-hwa.” Kata Dokter Ahn. Song Hwa hanya bisa tersenyum melihat tingkah juniornya.
“Sampai bertemu Senin.” Ucap Dokter Ahn lalu meneuk bahu Song Hwa. Song Hwa terlihat gugup dan Dokter Ahn pun keluar dari mobil 



 Di ruangan, Jung Won sedang sibuk berdoa. Saat itu Jun Wan msuk bertanya apakah Suk-hyung mulai masuk hari ini. Song Hwa menajwab Besok dan Suk Hyung  akan menelepon setibanya di Seoul malam ini. Jun Wan pikir Mestinya Suk Hyung istirahat lebih lama di Pulau Jeju.
“Dia kembali terlalu cepat.” Kata Jun Wan. Song Hwa pikir Suk Hyun istirahat sepekan lebih jadi Sudah saatnya kembali bekerja.
“Ik-jun di mana? Aku lapar.”keluh Jun Wan. Saat itu Ik Jun membuka pintu membawa makanan. Keduanya ingin tahu apa yang dibawa Ik Jun.
“Samgyeopsal.”kata Ik Jun bangga. Keduanya langsung menjerit bahagia. Ik Jun dan Jung Won menatap dua temanya penuh arti. 
Ik Jun dan Jung Wan akhirnya menyiapkan semua makan diatas meja. Jun Won bertanya apakah harus panggil mereka di luar. Ik Jun menyuapi temanya lebih dulu dan meminta agar menunggu. Jung Won memuji kalau ini makanan Enak sekali.
“Panggil mereka.”kata Ik Jun. Jung Won membuat sam lebih dulu karena tak ingin dihabiskan makanya. Jun Wan dan Song Hwa berdiri didepan pintu terlihat seperti anjing yang kelaparan. 

Keduanya makan dengan lahap seperti orang tak makan seminggu. Dua temanya hanya bisa melongo, Jun Wan pun menyuapi kimchi panggang untuk Song Hwa. Jung Won mengeluh keduanya itu rakus sekali jadi sangat cocok. Ik Jun mengejek keduanya  Imut-imut sekali.
“Tetaplah berteman. Jangan saling menikah, dan bertemu saat makan saja.” Kata Jung Won
“Benar. Bagaimana bisa mereka saling melihat saat makan seperti ini sebagai pasangan?” kata Ik Jun.
Keduanya masih makan dengan sangat lahap seorang tak peduli dengaan dua temanya. Jung Wan menerima telp. Dokter Jang memberitahu kal pasien sudah mulai anestesi. Jung Wo mengerti kalau meminta agar bersiap.
“Operasi darurat? Hari ini kau tak ada jadwal operasi, 'kan?” kata Ik Jun
“Ada, anak tujuh tahun. Bedah kista urachal” kata Jung Won. Ik Jun pikir itu Suaranya seperti Gyeo-ul.
“Benar. Hari ini dia jadi dokter utama.” Kata Jung Won. Ik Jun tak percaya jadi Dokter utama?
“Apa Berarti ini operasi pertama Gyeo-ul?”kata Ik Jun bahagia.Jung Won membenarkan.
Song Hwa melihat sisa makan nasi Jung Won dan akan memakanya.  Jun Wan menyuruha gar mencampurnya. Song Hwa menolak. Keduanya masih saja sibuk makan sampai mulut penuh. 




Jung Wan akhirnya masuk ruangan operasir memberitahu Dokter Jang, pimpinlah operasi hari ini dan ia jadi asisten. Perawat pun memberika selamta pada Dokter Jang karena Ini operasi pertamanya dan Jung Won jarang izinkan dokter lain pimpin bedah anak.
“Kau harus melakukannya dengan baik.” Ucap Dokter. Dokter Jang langsung mengucapkaTerima kasih dan akan memulainya.
*** 

Dokter Jang pun memulai meminta forsep. Jung Won berkomentar kalau harus dipindahkan lebih ke kanan. Dokter Jang mengerti kalau Pembuluh darah akan diikat lebih dahulu. Operasi terlihat berjalan dengan lancar dengan meminta mixer
“Apa benar benda yang terlihat itu kista?” kata Dokter Jang. Jung Won membenarkan kalau Itu harus diangkat,
“Tetapi jalur atas dan bawah harus ditahan dahulu.” Ucap Jung Won. Dokter Jang pun meminta Forsep right-angle dan Pengikatan dimulai.

Di ruangan terjadi ketegangan, Tuan Ju ingin tahu Kapan Jung Won bilang. Dokter Ju mengatakan Beberapa waktu lalu dan tak yakin apa tepat beri tahu mereka karena ini masalah rumah sakit jadi Itu alasannya kalau dari awal tak bilang.
“Omong-omong... Dokter Ahn ada masalah?”tanya Dokter Ju khawatir.
“Jong-su, Ruang Merokok di mana?” tanya Nyonya Jung tak bisa menahan amarahnya. Tuan Ju mengajak Rosa keluar sekrang. 

 Diruangan Ik Jun bertemu pasien dengan keluarga besarnya lalu membertahu  kalau pria itu mengalami sirosis lever. Juga terlihat adanya tumor kanker sekitar empat sentimeter. Semua keluarga terlihat terkejut.
“Dalam kasus ini, cara penyembuhan terbaik adalah transplantasi. Kita masukkan kau ke daftar transplantasi. Meski begitu, kanker bisa bertambah parah selama menunggu. Jalan tercepat dan terbaik adalah transplantasi donor hidup.” Jelas Ik Jun
“Transplantasi donor hidup? Soal itu, aku tidak setuju. Aku tidak ingin membebani keluarga.” Kata Chang Hak
“Chang-hak, apa maksudmu? "Membebani"? Jangan bilang begitu. Kita keluarga.” Ucap Sang ibu
“Benar. Kami akan mendiskusikannya dengan baik. Kau tak perlu khawatir.” Kata adik prianya. 
“Dokter Lee, jika dia mau didaftarkan, ada beberapa pemeriksaan lagi. Kurasa dia harus tes sekarang.” Ucap perawat. Si pasien pun akhirnya keluar. 


“Nak, bagaimana kalau kau yang jadi donor? Kau masih muda. Donor yang tepat adalah kau.” Kata sang ibu mertua pada istri Chang Hak.
“Benar. Kau istrinya... Tentu. Kau harus menyelamatkan suamimu. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan suamimu.” Kata sang ayah mertua.
“Maaf, Nak. Kami berdua sudah tua, sedangkan dia lemah sejak kecil. Menurutku, kau adalah pilihan terbaik.” Ucap Sang ibu.
“Baik... Aku bersedia, Dokter.” Kata Sang istri dengan wajah tertunduk. Ik Jun hanya bisa menatapnya.
“Kalau begitu, kapan tes dimulai, Dokter?” tanya Ibu Chang Hak. Ik Jun menjawab Semakin cepat tes, semakin cepat dioperasi.
“Mohon percepat tesnya, Dokter.” Pinta sang ibu. Ik Jun pikir  Bila pendonor sudah diputuskan, maka akan usahakan agar bisa segera tes.
“Dia harus didaftarkan untuk tes. Tapi Bisa tolong lakukan pembayaran dahulu di lantai satu?” kata Ik Jun.Dua adik Chang Hak pun bergegas pergi.
“Kondisi putra kalian kurang baik. Kurasa lebih baik bila ada yang menemaninya saat tes.” Kata Ik Jun. Dua orang tua Chang Hak pun keluar. 


Akhirnya anak Chung Hak sibuk bermain sendiri. Istri  Chung Hak hanya bisa tertunduk diam. Ik Jun memberitahu Menyumbang organ adalah pertaruhan hidup dan mati dan paham itu tak mudah.
“Terlebih lagi jika ada keluarga yang harus dirawat. Aku amat paham. Tak satu pun bisa mengecammu bila kau menolak. Jujurlah kepadaku bila kau tidak bersedia. Aku bisa bilang bahwa kau tidak bisa” kata Ik Jun bisa tahu kalau istri Chang Hak tertekan.
“Dokter. Setelah menjalani tes... dan setelah hasilnya keluar, kumohon beri tahu mereka bahwa aku tidak cocok. Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf.” Kata istri Chang Hak menangis.
“Kau tidak perlu merasa bersalah. Aku akan bicara pada mereka.” Ucap Ik Jun.Istri Chang Hak terus meminta maaf. 

Nyonya Jung masuk ke lobby rumah sakit dengan wajah tegang. Tuan Ju pikir Sulit membujuk Jung-won mengubah pikiran. Nyonya Jung mengaku sudah tahu.
“Berhenti membuat Jung-won sengsara, dan biarkan dia lakukan apa yang dia mau. Kau bisa bercengkerama denganku.” Kata Tuan Ju. Nyonya Jung tiba-tiba berhenti melangkah
“Kenapa? Tidak mau?” tanya Tuan Ju. Nyonya Jung bertanya  Taman tengah di mana. Tuan Ju heran Nyonya Jung bertanya.
“Aku janji bertemu Jung-won di sana. Dia mengajak bertemu di sana selesai operasi.”kata Nyonya Jung
“Biar kuantar. Di depan sana.”kata Tuan Ju lalu mengeluh melihat Nyonya Jung hanya terdiam saja.
“Apa boleh buat? Dia sudah dewasa. Perkataan kita sudah tak mempan. Urungkan niatmu. Menyerahlah sepenuhnya. Ayo!”kata Tuan Ju memegang tangan Nyonya Jung agar menenangkanya. 


Keduanya akan masuk taman dan melihat Jung Won sedang duduk bersama Dokter Jang.  Tuan Ju pikir akan menghampiriny, tapi Nyonya Jung menahanya. Tuan Ju pun bingung. Di luar, Dokter Jang bertanya apakah tidak memotong terlalu panjang
“Tidak. Itu cukup.” Ucap Jung Won. Dokter Jang bertanya apakah  Jahitannya juga bagus, Jung Won menjawab kalau itu  Bagus.
“Ini kali pertamamu. Bisa selesai dalam 30 menit itu bagus.” Kata Jung Won. Dokter Jang menyakinan akan segera pulih.
“Sesaat lagi dia ke kamar. Kita lihat bersama. Mulai besok perhatikan perbannya.” Kata Jung Won.
Saat itu telp Dokter Jang berdering lalu pamit pergi. Nyonya Jung melihat Dokter Jang pergi berjalan dibelakangnya. Saat itu Jung Won terlihat tersenyum sambil meminum kopinya. Nyonya Jung memberitahu Tuan Ju kalau ada ide. Tuan Ju bertaya Ide apa?
“Jalan terakhir... agar Jeong-won bisa hidup sebagai putraku, bukan pastor. Ini sebuah taruhan, tetapi aku harus mencobanya.” Ucap Nyonya Jung. Tuan Ju bingung Coba apa?
“Ayo! Aku ingin makan jjamppong.”kata Nyonya Jung penuh semangat. Tuan Ju bingung karena tak bertemu Jung-won. Nyonya Jung mengaku tidak dan lebih baik ikut denganya. 


Di ruang ICU anak, Jun Won menghela nafas panjang melihat bayinya. Dokter Do memberitahu Yun Bok kalau Namanya Chae-yun dan Kondisinya buruk karena pekan lalu mengalami emboli mikro di otak. Yoon Bok langsung mencatat diponselnya.
“Dokter Kim pun jadi terusik karenanya.” Jelas Dokter Do. Yoon Bok pikir "Emboli mikro" itu penyumbatan kecil?
“Wahh... Kau harus masuk Bedah Torakoplastik... Benar. Chae-yun mendapat diagnosis Sindrom Hipoplasia Jantung Kiri sebelum lahir, dan lahir prematur di pekan ke-34 dengan berat 1,6 kg. Ventrikel kiri belum terbentuk dan butuh beberapa tahap operasi agar bisa hidup hanya dengan ventrikel kanan.” Jelas Dokter Do
“Hingga kini, sudah dua kali dioperasi sejak lahir dan dipulangkan 100 hari setelah lahir. Operasi berikutnya dijadwalkan setelah umur enam bulan. Namun, dua bulan lalu dia dibawa ke IGD karena kondisi tiba-tiba memburuk. Dia sudah pakai paru-paru buatan selama dua bulan, tetapi tidak ada cara lain selain transplantasi.” Ucap Dokter Do
“Tidak ada donor?”tanya Yun Bok. Jun Wan menjawab  Donor jantung bayi sangat jarang dan Transplantasi jantung bay tidak sampai tiga kali per tahun secara nasional.
“Dokter Do Jae-hak, tolong panggilkan ibu Chae-yun.”perintah Jung Won. Keduanya menganguk mengerti. 


Jung Wan memberitahu Kelumpuhan yang disebabkan oleh emboli mikro sudah sedikit membaik setelah diberi antikoagulan, tetapi jujur saja, kondisinya amat buruk. Ia pun tak mengerti apakah bisa memberitahu kalau   berharap donorsegera muncul. Saat ini... itu satu-satunya cara.
“Dokter... Selama lima bulan dari tujuh bulan umur Chae-yun dihabiskan di rumah sakit. Meski sering ada masa kritis, kami dapat melaluinya berkat kau. Kini, dia bisa bernapas dan bergerak. Dia masih hidup.” Ucap Ibu Chae Yun
“Dokter, Chae-yun pasti selamat... Donor akan segera muncul dan pasti bisa operasi. Oleh karena itu, kumohon jangan menyerah, Dokter.” Kata Ibu Chae Yun
“Tentu. Aku takkan menyerah. Jangan khawatir. Aku akan berusaha maksimal.” Kata JungWon. Keduanya pun mengucapkan Terima kasih.


Didepan pintu, Dokter Chae berlatih memanggil “Dokter Yang.” Beberapa kali agar telihat santai. Ia lalu berlatih bicara. Dokter Yang, kau sudah makan? Bagaimana kondisi ibumu? Bagaimana kalau kita makan bersama?”
“Bagaimana ini? Dia janji makan malam dengan kami.” Jawab Jun Wan berjalan dilorong dengan Jung Won.
“Selamat malam. Sampai jumpa.” Kata Dokter Chae panik dan langsung mencari jalan berbalik arah.  Keduanya akhirnya tertawa dan masuk ruangan.
“Kau datang lebih cepat.”komentar Jun Wan keluar dari ruangan. Suk Hyung mengaku  melihat rekam medis karena besok banyak pasien.
“Song-hwa mana?” tanya Suk Hyung. Jung Won menjawab  Makan-makan tim Bedah Saraf jadi akan bergabung nanti.
“Lalu Ik-jun?” tanya Suk Hyung. Jung Won menjawab  Makan-makan tim Bedah Saraf.
“Ik-jun sungguh sangat suka bergaul.” Kata Suk  Hyung da ketiganya pun berjalan bersama. 


Semua anak terlihat sudah mulai mabuk, lalu mulai memutar botol untuk bermain.  Ik Jun bertanya pada Song Hwa apakah Permainan ini masih populer karena Belum pernah dimainkan sejak 20 tahun lalu. Song Hwa pikir Di umur mereka pasti saling ingin tahu dan menurtnya lucu.
“Kenapa tak tanya lewat pesan teks?” keluh Ik Jun. Song Hwa menyuruh Diam karena sudah baik kalau diajak.
Mereka mulai memutar botol soju dan mengarah pada Dokter Yong. Dokter Yong terlihat santai merasa merasa mereka tak punya pertanyaan, salah satu dokter bertanya Bagaimana pendapat Dokter Yong tentang Dokter Heo Seon-bin
“Hei, sudah kubilang tak ada apa-apa. Sudah berapa kali kubilang?” keluh Dokter Heo. Temanya meminta Dokter Heo diam saja.
“Minum saja kalau kau sulit menjawab” kata temanya. Ik Jun meminata agar bisa berhenti.
“Kalian,Harus Begini agar dia jawab. Apa Kalian anak bau kencur? Ayolah. Jadi Jawablah, Seok-min.”kata Ik Jun setelah menunangkan soju pada gelas besar.
“Menurutku, dia rekan yang baik.”kata Dokter Yong. Semua mengeluh kalau jawabnya Membosankan.
“Pertanyaan kalian salah. Tentu dia jawab begitu jika itu pertanyaannya. Kalian sungguh tak tahu caranya bermain. Kau suka Heo Seon-bin, 'kan? Ayo Jawablah, Seok-min.” Ucap Ik Jun
“Astaga, itu hanya contoh.” Kata Dokter Yong panik. Ik Jun terlihat bahagia karea melihat Dokter Yong yang terlihat resah
“Reaksinya harus seperti itu. Paham? Kalian harus bertanya begitu.” Kata Ik Jun. Song Hwa mengejek Sungguh pembelajaran yang baik.



Akhirnya botol diputar dan mengarah pada Ik Jun. Ik Jun pun dengan santai meminta tanya apa saja karena pasti jawab semua. Dokter Chai ingin tahu Apa hubungannya dengan Dokter Chae Song-hwa, tapi akhirnya mengulang pertanyaanya.
“Maaf, Dokter Chae... Dokter Lee... Apa kau pernah merasa tertarik kepada Dokter Chae Song-hwa sebagai lawan jenis, meski hanya sekali?” tanya Dokter Heo. Dokter Yong memuji kalau itu  Pertanyaan bagus.
“Heo Seon-bin memang cepat belajar.” Puji Dokter Yong. Song Hwa tak percaya kalau mereka sungguh penasaran
“Sangat ingin tahu!” jerit juniornya. Song Hwa  mereka sungguh teman. Mereka tak suka dengan jawaban Song Hwa menegaskan kalau   Ini permainan..
“Ayo Lekas! Katanya kau jawab semua?” kata Dokter Yong. Ik Jun terdiam sejenak dan Dokter Ahn pun gugup.
“Aku tak ingin jawab.”kata Ik Jun lalu meminum sojunya. Semua menjerit menurutnya "Tak ingin jawab" Ini jelas "ya". Song Hwa mengeluh kesal.
“Heo Seon-bin, beraninya kau bicara santai? Pangkatku lebih tinggi daripadamu... Astaga, aku terdengar seperti pria tua, ya?” ucap Ik Jun tertawa. Dokter Heo hanya bisa meminta maaf.  Dan sungguh menyesal.

Botol diputar, Ik Jun bersembunyi tapi  botol mengara padanya lagi lalu dengan bahagia mengaku sungguh beruntung karena terus terpilih jadi akan beli banyak lotre saat pulang. Dokter Heo kembali mengajukan pertanyaan. Ik Jun mengejek kalau Heo Seon-bin lagi!
“Cinta pertama... Siapa dan kapan cinta pertamamu?” ucap Dokter Heo.  Ik Jun mengeluh mendengarnya dan mencoba minum tapi Dokter Ahn mengambil gelasnya.
“Hei! Apa-apaan kau? Apa Kau sukarelawan? Kenapa pria membantu pria” keluh Dokter Yong
“Kini sudah kuminum. Jadi, aku boleh minta sesuatu, 'kan?” ucap Doktr Ahn. Ik Jun mempersilahkan.
“Tolong jawab pertanyaan tadi, Dokter. Kau pernah tertarik kepada Dokter Chae sebagai lawan jenis, 'kan?” ucap Dokter Ahn.
“Ya, pernah... Tentu pernah.. Apa Kau sungguh ingin tahu soal itu?” keluh Ik Jun yang mabuk menatap Song Hwa. Song Hwa hanya bisa terdiam.  Mereka pun langsung bersorak dan Dokter Ahn pun terlihat menahan kecewa.
***
Bersambung ke Part 3

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar:


  1. Very interesting to see and read. I personally like Korean dramas like here Syair Prediksi

    BalasHapus