PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 31 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 12 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Song Hwa menatap ke arah jendela luar, lalu seseorang mengetuk pintu. Ia pun bertanya siapa, Seseroang masuk ruangan. Sementara Jung Won berlari keluar dari parkiran sambil berbicara dengan ibunya di telp, mengeluh karena Ibu pergi  tanpa menemuinya.
“Ibu di mana?  Kutraktir makan malam. Aku tidak akan membahas soal pastor. Kita makan malam dahulu.” Ucap Jung Won
“Ibu bukan ingin menemuimu. Ibu pulang. Kembalilah bekerja.” Kata Nyonya Jung bergegas
Jung Won memanggil ibunya yang akan masuk mobil. Nyonya Jung melihat anaknya menyuruh pergi karena janji makan malam dengan Jong-su. Jung Won bingung karena Direktur Ju sedang perjalanan dinas. Apa...
 Nyonya Jung sudah pergi keluar rumah sakit dengan cepat, sementara Jung Won terlhat bingung. 

Dokter Jang hanya bisa diam saja ditaman, Ik Sun melihatnya bertanya Sedang apa di sini, menurutnya Bila tak ada yang mencarinya lebih baik lekas sembunyi di Ruang Piket. Dokter Jang mengaku tak masalah dan bertanya balik kenapa Ik Sun tidak pulang
“Kadang kala kau gila kerja.” Komentar Dokter Jang. Ik Jun mengaku sedang menunggu Song-hwa untuk makan malam.
“Dia konsultasi dengan seseorang. Aku tunggu dia. Kau sedang gelisah, ya? Katakanlah. Akan kubantu cari solusi... Ayo Katakanlah.” Ucap Ik  Jun
“Dokter Lee... Lupakanlah.” Kata Dokter Jang ragu. Ik Jun ingin tahu ada apa.  Dokter Jang mengurungkan niatnya mengaku Bukan apa-apa.
“Aku jadi ingin tahu! Pasti ini soal Ahn Jung-won.. Perlu kubawa dia kemari hidup-hidup?” kata Ik Jun mengoda.
“Jangan. Dia bisa terluka.” Kata Dokter Jang. Ik Jun mengeluh pada Dokter Jang karena membuatnya penasaran ingin tahu.
“Sejak kapan... kau suka Jung-won? Aku jadi penasaran.” kata Ik Jun.Dokter Jang pikir kalau sudah jelas.


Dokter Ahn datang menemui Song Hwa karena akan pindah ke rumah sakit di Sokcho. Song Hwa merasa baru bilang tadi pagi tapi Berita memang cepat menyebar. Dokter Ahn menegaskan akan ikut ke Sokcho.Song Hwa langsung melarangnya. 
“Jangan konyol. Untuk apa kau ke Sokcho?” ucap Song Hwa. Dokter Ahn memberikan alasan Karena Song Hwa ke Sokcho.
“Logislah berpikir, Ahn Chi-hong. Di sana tak ada dokter residen. Jika ikut, kau harus lakukan semuanya sendiri. Tak sepadan merelakan jabatanmu di sini. Lagi pula, jika kau pindah sebelum jadi Kepala, mungkin akan ada masalah saat nanti wawancara. Ini bukan pilihan terbaik untukmu.” Tegas Song Hwa
“Chi-hong. Tak ada residen yang pindah di tahun keempat. Kau harus lebih banyak lakukan operasi dan merawat pasien. Itu yang paling kau butuhkan. Itu asetmu. Setahun terakhir ini adalah masa terpenting bagimu. Bertahan setahun lagi dan tuntaskan masa residen. Paham?” tegas Song Hwa
“Keputusan hidupku adalah pilihanku. Kim Sang-man sudah di Ruang Operasi. Aku pergi dahulu.”ucap Dokter Ahn lalu melangkah pergi. 

Jun Wan melihat cincin yang harus diberikan pada Ik Sun tapi akhirnya di simpanya kembali. Ia lalu mengeluarkan ponselnya, Ik Sun mengaku baru akan meneleponya. Jung Wan bertanya sedang apa. Ik Sun mengaku Baru sampai rumah dan bertanya balik.
“Aku Baru mau pulang.” Ucap Jun Wan.Ik Sun pikir Jun Wan  Hari ini pulang begitu awal.
“Apa rencanamu nanti?” tanya Ik Sun. Jung Wan mengatakan akan ke tempatnyaa sekarang. Jangan tidur dahulu.
“Sekarang?” tanya Ik Sun kaget. Jun Wan langsung menutup telp dan akan bertemunya nanti. 

Ik Sun bersenandung “Mau makan atau kelaparan?” lalu membuka pintu ruangan Suk Hyung. Suk Hyung terdiam didepan meja kerjanya dengan wajah sedih. Song Hwa bertanya apakah ada masalah lagi lalu kaget mendengarnya.
 “Hidup ini begitu payah.” Kata Suk Hyung hanya bisa tertawa tak percaya.
“Kenapa ayahmu? Kau kini tak bisa berkata buruk tentangnya.” Kata Ik Sun. 

Flash Back
Suk Hyung melihat surat wasiat ayahnya [SELURUH ASETKU DIWARISKAN KEPADA PUTRAKU, YANG SEOK-HYEONG] Ibunya hanya bisa menghela nafas lalu bertanya  Kapan  menulis surat wasiat ini. Pengacara Tuan Yang menjawab Musim semi tahun ini.
“Di hari Kim Tae-yeon memberi tahu kabar kehamilannya. Dia tulis malam itu”kata pengacara Tuan Yeon
“Lelaki tua gila! Apa dia mewariskan sesuatu kepada Kim Tae-yeon?” tanya Ibu Suk Hyung
“Setahuku, tidak. Presdir menganggap wanita itu sebagai perawat di sisa hidupnya. Hanya itu. Itu menurut pandanganku.” Kata Pengacara Tuan Yang
“Dasar bajingan. Dia sudah menghamilinya. Omong kosong macam apa itu? Dasar bajingan egois. Dasar serangga egois! Hanya memikirkan diri sendiri!” ucap Ibu Suk Hyung mengumpat marah 


“Apa Tak ada hal lain di surat wasiat?” tanya Song Hwa. Ik Jun ingin tahu apakah  Tak ada pesan lain untuk Suk Hyung atau ibunya.
“Ada. Perusahaannya harus kukelola. Dia tulis, aku harus berhenti jadi dokter dan mengambil alih perusahaan.  Dia tampaknya terlampau peduli akan hidupku.” Ucap Suk Hyung tak percaya
“Jadi...kau akan berhenti?” tanya Ik Jun

PUSAT MEDIS YULJE
Ik Jun berjalan dilorong melihat Dokter Do dan Dokter lainya berdiri didepan ruangan Song Hwa.  Lalu bertanya Antrean apa ini. Dokter Do mengaku Konsultasi dan hendak berkonsultasi dengan Dokter Chae yaitu konsultasi karier.
“Dia sibuk dan sakit.” Kata Ik Jun. Saat itu Dokter Yong keluar menyapa Ik Jun.
“Seok-min, kau konsultasi soal apa?” tanya Ik Jun. Dokter Yong menjawab Masalah cinta.
“Dia juga bantu masalah itu?”tanya Ik Jun tak percaya. Dokter Yong membenarkan.
“Dia serbabisa. Pusat Panggilan Dasan pun kalah.” Ucap Dokter Yong lalu bergegas pergi. Di ruangan Song hwa berkomentar kalau  Itu masa terindah.
“Ayo makan!” ucap Ik Jun saat membuka pintu. Dokter Do dan yang lainya mengeluh. Ik Jun menyuruh keduanya agar diam.
“Aku ada kelas 20 menit lagi. Enyah kau. Dokter Do Jae-hak.”kata Song Hwa.
Dokter Do langsun masuk dan menari dengan lirik “Si Cantik Chae Song-hwa! Dokter Chae paling bersinar! Selamat siang, Dokter Chae.”  Song Hwa hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Dokter Do


Ik Jun pergi ke ruangan Jun Wan mengambil cemilan dilaci, seperti meredakan amarah dengan makan coklat. Ia pun mencari sesuatu di laci Jung Won dan melihat semua perlekapan menjadi pastor masih tersimpan dengan rapih lalu perlahan menutupnya.
Jung Won baru saja keluar dari ruang ganti, Dokter Bae menelp memberitahu kalau Pasien wanita, tujuh tahun, trauma benda tumpul di abdomen. Status mental sadar, tekanan darah baik, tetapi detak jantung tinggi.
“Menurut hasil USG FAST, dia mengalami laserasi lever tingkat empat. Sudah kupindai CT abdomen karena dugaan hemoperitoneum, ternyata ada pendarahan aktif.” Ucap Dokter Bae.
“Baik. Aku segera ke sana.” Kata Jung Won. Sementara Dokter Jang sedang makan mie mangkuk kedua dan mengangkat telp dari Jung Won.
“Dokter Jang Gyeo-ul! Gadis usia tujuh tahun, trauma benda tumpul abdomen, di IGD yang harus operasi darurat karena tanda vital buruk. Hubungi Anestesiologi dan siapkan Ruang Operasi secepatnya, juga transfusi darah untuk pasien.” Kata Jung Won. Dokter Jang mengerti dan langsun meninggalkan makanannya. 


KANTOR MEDIS 4 OBSTETRI/GINEKOLOGI
Ik Jun sedang makan dengan Dokter Chu, tak percaya kalau  membantu karya ilmiah Suk-hyung dan ingin tahu alasanya.Dokter Chu pikir Ik Jun tak perlu berpikir kalau karena Ik Jun yang meminta bantuannya.  Ik Jun tak percaya kalau Suk-hyung memintanya.
“Hei... Sedang apa kau di sini?” ucap Suk Hyung datang. Dokter Chu melihat Suk Hyung mengajaknya duduk disampingnya.
“Sebenarnya bagian mana yang tak kau datangi, Ik-jun?” komentar Suk Hyung
“Aku berkeliaran...Suk-hyung. Boneka Beruang...Apa Kau minta bantuan karya ilmiah kepada Dokter Chu? Dokter residen sibuk. Jangan ganggu mereka.” Kata Ik Jun. Suk Hyung terlihat bingung seperti merasa tak memintanya.
“Tidak ada kuah! Siapa mau mi gelas? Kalian makanlah. Aku ada pasien rawat jalan.” Ucap Ik Jun malu dan langsung bergegas perg.
Suk Hyung santai meminta sumpit dan langsung memakan toppoki. Dokter Chu dengan senang membagi makananya. 

Jung Won sudah memeriksa pasienya lalu mengajak kedua orang tuanya bicara mengaku sudah lakukan tes dan hasil Levernya sobek parah serta pendarahan terjadi di rongga perutnya. Ia pikir harus dilakukan bedah perut darurat.
“Kami akan mencari pembuluh darah yang rusak dan mengikat atau menghentikan pendarahannya. Namun, kami mungkin harus memotong sebagian leveryang dirasa tak dapat dihentikan pendarahannya.” Kata Jung Won
“Operasinya berapa lama?” tanya Ibu Pasien. Jung Won menjawab Setidaknya dua jam.
“Jika operasinya kian sulit, mungkin bisa sampai empat jam. Namun, hal itu mungkin baru bisa diketahui saat operasi. Kami akan berusaha maksimal.” Ucap Jung Won. 

Sementara di ruangan Ik Jun, Seorang wanita kaget karena mereka suami istri tapi Kenapa tidak bisa, Ik Jun ingin menjelaskan, tapi si wanita lebih dulu bicara kalau  sudah melaksanakan pesta dan foto pernikahan sungguhan bahkan Saksi pun sangat banyak.
“Dia sering mengalami asites belakangan ini. Bahkan sempat menjalani operasi endoskopi karena muntah darah. Keadaannya mendesak, Dokter.”kata si istri
“Aku paham perasaanmu, tetapi pernikahan harus terdaftar di catatan sipil.” Jelas Ik Jun
“Akan kami daftarkan, Dokter. Hari ini juga.” Ucap Sang istri. Ik Jun menjelaskan Meski sudah terdaftar
“Menurut peraturan KONOS, mereka harus menikah setahun agar transplantasi donor hidup dapat disetujui. Prosedur pendaftaran donor terhitung ketat untuk menghindari praktik jual beli organ.” Jelas Ik Jun.
“Aku tidak apa. Aku takkan mati secepat itu, Sayang.” Ucap Sang suami memegang tangan istrinya.
“Tentu. Kenapa kau mati? Jangan bicara begitu. Ada ibumu.” Ucap Sang istri
“Lebih baik transplantasi sekarang, tetapi jika memang harus menunggu donor, bagaimana jika kau menjalani pengobatan di Penyakit Dalam dan melanjutkan proses transplantasi hidup tahun depan? Akan kami bantu pantau juga. Kapan pernikahan kalian?” kata Ik Jun
“Empat bulan lalu... Andai waktu itu segera didaftarkan, kami hanya perlu menunggu delapan bulan lagi.” Ucap Sang istri sedih
“Bila tidak keberatan, boleh aku tahu alasan belum didaftarkan?” tanya Ik Jun
“Aku yang melarang mereka. Putraku didiagnosis sirosis saat mereka masih berpacaran. Meski kedua keluarga menentang, mereka bersikeras menikah. Lantas kularang mereka mendaftarkan pernikahan.” Ucap sang Ibu mertua.
“Dia putri berharga bagi keluarganya. Jika terjadi sesuatu pada putraku, bagaimana nasibnya?” kata Sang Ibu merasa bersalah.
“Dokter.. Apa yang harus kulakukan selama setahun? Aku akan berolahraga teratur dan menjaga kesehatan. Aku pun akan rajin makan obat bila harus. Aku akan kembali tahun depan, menemui Dokter di sini, dan mendapat persetujuan operasi.  Jadi, Dokter tolong selamatkan suamiku., Kumohon.” Kata sang istri dengan berkaca-kaca dan menangis. 




Akhirnya pasien pun keluar, Ik Jun mengatakan Pertanyaan untuk Hong Do. Hong Do menjawab  Menurutnya mereka pertama bertemu saat berlibur Atau kencan buta. Ik Jun hanya bisa menghela nafas mendengarnya lalu  memberitahu kalau  Lebih baik jika sang suami bisa dapat lever donor mati otak.
“Apa kriteria untuk mendapatkan lever donor mati otak? Apa Kau tidak tahu?” kata Ik Jun.  Hong Do hanya bisa meminta maaf
“Astaga. Itu pengetahuan dasar. Pelajari itu sampai besok.” Perintah Ik Jun. Hong Do mengerti. Ik Sun pun memanggil Pasien selanjutnya.


 Di ruangan operasi yang panas. Jung Won mulai mengoperasi pasienya. Dokter lain bertanya Pasien terluka karena apa. Jung Won memberitahu kalau anak ini jatuh tersandung polisi tidur saat main skuter lalu Perutnya menabrak gagang skuter dengan keras.
“Astaga... Orang tuanya pasti sedih. Mereka pasti amat khawatir.” Kata Si Dokter tapi tiba-tiba terdengar suara perut Dokter Jang.  Dokter Jang langsun meminta maaf.
“Orang tua Dokter Jang Gyeo-ul juga pasti sedih jika tahu anaknya tak sempat makan saat kerja. Dokter Jang Gyeo-ul, nanti kutraktir makan enak.” Kata Dokter senior. Dokter Jang menolaknya.
“Dokter Ahn Jung-won, traktir dia makan enak. Aku paling sering bertemu Dokter Jang akhir-akhir ini.” Kata Si dokter Dokter Jang merasa tak perlu.
“Nanti kutraktir makan jika operasi berakhir lancar, dan anak ini pulih.”kata Jung Won. Dokter Jang pun mengucapkan Terima kasih.
“Lemaskan bahumu saat menjahit. Pembuluh darahnya tipis. Jahitlah perlahan.” Perintah Jung Won. Dokter Jang menganguk mengerti. 

Di ruangan Dokter Yong memberitahu Dokter Ahn kalau harus cek hasil lab karena Dokter Min Gi-jun sensitif saat menengok pasiendan juga harus bantu residen tahun pertama. Ia juga meminta Dkter Ahn Saat akan konferensi, pastikan semua bahan sudah lengkap.
“Kau harus pelajari presentasi dengan baik agar konferensimu lancar.” Kata Dokter Yong
“Chi-hong, kau sudah dapat rumah?” tanya Dokter Heo. Dokter Ahn menjawab belum.
“Selain itu, lekas pindah rumah. Kau akan kian sibuk saat jadi Kepala. Setidaknya harus bisa tidur di rumah.” Kata Dokter Yong
“Aku suka Ruang Piket, Pindah rumah lebih repot.” Kata Dokter Ahn. 

Saat itu Song Hwa datang melihat Dokter Yong  menyindirnya kalau sering kabur dari tempat belajar. Semua pun berdiri menyapa Song Hwa.  Dong Hwa mengaku belum selesai serah terima Bahkan Dokter Do Jae-hak belum mulai fokus belajar.
“Kenapa, Dokter? Kau tidak suka aku kemari? Apa Aku dilarang kemari?” kata Dokter Yong mengoda
“Memang kau takkan kemari jika kularang? Hei Chi-hong, Yun-bok. Kutraktir makan malam. Ayo!” kata Song Hwa.
Dokter Yong dan Dokter Heo mengeluh karena tak diajak,  Song Wha menyuruh agar makan berdua saja. Dokter Yong panik memintaa gar Son Hwa tak melakukan. Song Hwa memberitahu Hari ini kantin dokter spesialis membuat galbitang untuk kali pertama
“Dan tersisa satu meja karena banyak orang.Pikir siapa yang harus tak ikut? Ahn Chi-hong calon Kepala, atau Yun-bok, calon residen Bedah Saraf?” ucap Song Hwa
“Aku dan Seon-bin yang harus tak ikut.” Kata Dokter Yong. Song Hwa pun mengajak keduanya pergi. 


“Sebenarnya seberapa jauh visi Dokter Chae Song-hwa? Kapan dia memikirkan hal itu?” keluh Dokter Heo
“Aku yang bilang.”ucap Dokter Yong. Dokter Heo bingung  Bilang apa.
“Bahwa aku menyukaimu. Kubilang aku ingin menyatakan cinta, tetapi tidak berani. Dia membawa mereka demi aku.” Kata Dokter Yong. Dokter Heo hanya terdiam dengan wajah melonggo
“Ini... agak... canggung. Kita makan malam terpisah saja.” Kata Dokter Yong akhirnya bergegas pergi. 

Jung Won bertemu dengan keluarga pasien memberitahu Sesuai dugaan, sebagian pembuluh darah di lever sobek dan mengalami pendarahan. Ditambah lagi Jaringan di sekitarnya rusak dan darah sulit dihentikan sehingga lever harus dipotong.
“Menurut pantauan setelah operasi, tak ada pendarahan lagi di perut. Namun, ada kemungkinan pendarahan dari organ lain. Dia harus diawasi satu atau dua hari di Unit Perawatan Intensif.” Ucap Jung Won
“Apa lever akan tumbuh kembali setelah dipotong? Itu tak membahayakan nyawanya, 'kan?”tanya Ibu pasien
“Masa kritis sudah lewat. Lever yang dipotong akan berkembang bertahap dalam beberapa bulan. Segala yang bisa kulakukan sudah dilakukan. Kini, kita harus memantau seberapa cepat dia bisa pulih.” Kata Jung Won
“Kalian bisa melihat Ji-hyeon di Unit Perawatan Intensif.” Kata Jung Won. Semua keluarga pun mengucapkan terimakasih. 

Jung Won memeriksa pasien dengan Dokter Jang, lalu kedua melihat ke pintu PICU kalau semua keluarga mencoba mengintip.   Akhirnya Jung Won kembali keluar ruangan emebritahu kalau Ji-hyeon akan dibuat tidur total selama satu atau dua hari dengan bantuan pernapasan dari ventilator.
“Dia bisa dibangunkan sekarang, tetapi pasti kesakitan dan akan banyak bergerak. Itu lebih buruk baginya.” Kata Jung Won.
“Jadi, dia bukan belum bangun selepas operasi, melainkan sengaja dibuat tidur?” tanya Nenek Ji Hyeon
“Benar, Bu. Tadi Dokter sudah menjelaskan kepada kami.” Kata Ibu Ji Yeon
“Dia lebih baik tidur seharian agar tenang ketimbang banyak bergerak karena sakit perut dan menderita karena sulit bernapas.” Jelas Jung Won.
Saat itu seorang wanita datang memanggil ibunya,  Ibunya mengeluh melihat anaknya yang datang lalu memberitahu kalau  Dia bibi Ji-hyeon dan disampingnya adalah sang paman.  Jung Won pun menyapanya. Bi Ji Hyeon mengetahui kalau Ji-hyeon belum sadar dengan wajah panik.
“Bukankah bahaya jika belum bangun selepas operasi?” ucap sang bibi
“Soal itu, Ji-hyeon bisa dibangunkan sekarang, tetapi dia akan lebih sakit...” ucap Jung Won dan langsun disela oleh suaminya
“Dokter. Biar aku yang jelaskan.” Ucap Paman Ji  Hyeon lalu mengajak pergi istrinya agar bisa menjelaskan.
“Ji-hyeon akan baik-baik saja semalaman ini, 'kan? Mohon titip Ji-hyeon.” Kata Ibu Ji Hyeon
“Ya. Ada perawat. Aku pun akan selalu di rumah sakit. Jangan khawatir.” Ucap Jung Won. Mereka pun mengucapka Terima kasih. 



30 NOVEMBER 2019
Jung Won kembali memeriksa pasienya, sementara Suk Hyung belajar diruanganya. Jun Wan berada diruangan operasi sudah berjalan 6 jam lebih. Song Hwa juga belajar dengan penyangah leher. Ik Jung juga mengetik [KASUS, PRIA, 72 TAHUN, KANKER HATI LANJUTAN] 

Jung Won melihat Song Hwa diruangan bertanya Apakah Belum pulang. Song Hwa menjawab sebentar lagi dan bertanya apakah mau bergadang. Jung Won membenarkan akalu Tadi siang ada pasien yang dioperasi karena laserasi lever.
“Dan kurasa nanti malam ventilator harus diatur karena kadar sedasi rendah.” Ucap Jung Won dengan wajah sedikit panik
“Dia akan baik-baik saja, Jung-won.” Kata  Song Hwa menenangkan. Jung Won pun berpikir seperti itu.
“Song-hwa... Aku membebanimu sementara kau sakit... Aku egois. Soal Malaikat Penolong. Jangan khawatir dan berobatlah di Sokcho. Biar kuurus masalah itu.” Ucpa Jung Won
“Tidak mau! Jangan begitu. Aku ingin melakukannya. Aku bisa melakukannya di sana. Belakangan ini, aku berdebar memikirkan tugas itu. Akan kulakukan. Mengerti? Jangan coba-coba rebut!” tegas Song Hwa.
“Baiklah... Hati-hati menyetir. Jika mungkin, naik taksi. Aku pergi.” ucap Jung Won. Song Hwa menganguk mengerti. 


Ik Sun sudah menuliskan makalahnya lalu mulai bermain kartu, Suk Hyung masuk ruangan bertanya apakah belum pulang. Ik Jun memberitahu kalau U-ju ke Changwon jadi Ini hari liburnya dan ingin bersantai lalu membahas kalau Pekan ini tak berlatih band.
“Ya. Jeong-won harus di rumah sakit selama akhir pekan. Konferensimu pekan depan, 'kan?” ucap Suk Hyung. Ik Jun membenarkan.
“Ya. Berarti kita takkan berlatih sementara. Baiklah. Selamat bekerja.” Kata Suk Hyung
“Kurasa Dokter Chu Min-ha menyukaimu. Apa Kau tidak merasakannya?” tanya Ik Ju memutar kursinya agar mendekat.
“Dasar tidak peka. Apa Dokter Chu menyatakan cinta kepadamu? Bagus.” Kata Ik Jun
“Aku sudah bicara baik-baik bahwa aku tidak tertarik. Dia sudah cukup lama mengatakannya. Min-ha bilang tidak apa, dia hanya ingin aku tahu perasaannya. Tapi Mana bisa kuabaikan? Kami bekerja bersama setiap hari.” Ucap Suk Hyung
“Aku tak ingin kami canggung dan tak nyaman. Jadi, kami bertemu di luar dan bicara. Aku berKata, "Cari pria baik lain. Jangan aku. Kini aku terlalu sibuk untuk menjalin hubungan dengan seseorang." Cerita Suk Hyung
“Aku juga bilang, "Aku dud dan hidupku sedang rumit. Jangan terlibat denganku. Lekas cari pria baik." Kini kami bekerja biasa seperti sediakala.” Kata Suk Hyung. Ik Jun menatap tak percaya
“Sungguh... Kami ini... generasi modern. Itu biasa.” Kata Suk Hyung. Ik Jun pikir Ini tafsiran lainnya.
“Jika bukan duda dan hidupmu tak pelik, kau akan mengencani Dokter Chu.” Tanya Ik Jun
“Tidak. Sekarang aku sungguh tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun. Begitu pula ke depannya. Tentu saja, aku pun tak tertarik kepada Dokter Chu Min-ha. Aku suka sendirian. Hidupku sempurna kini.” Kata Suk Hyung
“Aku punya U-ju, Jung-won punya kakak-kakaknya, bahkan Tuhan. Jun-wan punya pacar. Meski sering bertengkar, Song-hwa punya kakak-kakaknya. Lalu Kau punya siapa?” kata Ik Jun menasehati.
“Meski kau punya kami, adakalanya kita merasa lebih terhibur hanya dengan keberadaan keluarga atau kekasih. Jangan terlalu menolak kesempatan-kesempatan itu sendiri.” Jelas Ik Jun 



“Aku tak ingin dia terluka. Aku takut dia terluka karena aku dan keadaanku. Semenjak melihat Sin-hye sengsara, aku berjanji takkan lagi menjalin hubungan.” Kata Suk Hyung. Ik Jun hanya menatap temanya.
“Berhenti memandangku. Kenapa? Apa Aku menyedihkan?” kata Suk Hyung
“Tidak. Aku jadi ingin minum-minum. Dasar Menyebalkan! Mau minum-minum? Kebetulan besok akhir pekan.” Kata Ik Jun
“ Apa? Tunggu. Takkan ada panggilan darurat untukku, 'kan?” ucap Suk Hyung gugup
“Tidak ada. Ini sudah pukul 02.00 lebih! Pukul 02.00 lebih! Hei, ada dokter piket malam juga!Ayo Maju, jalan.” Kata Ik Jun mendorong temanya keluar. 


Jun Wan menelp Ik Sun yang  masih belum tidur padahal Sudah pukul 02.00 lebih dan menyuruhnya Lekas tidur. Ik Sun menceritakan kalau tidak bekerja hari ini jadi Sudah puas tidur tadi siang, lalu bertanya paakah baru selesai operasi.
“Ya. Aku sedang berjalan ke luar rumah sakit. Aku lapar, mengantuk, dan rindu padamu.” Kata Jun Wan mengoda.
“Jangan menyetir. Kau bahkan sulit buka mata karena lelah.” Pesan Ik Sun
“Aku memang berencana naik taksi. Aku hendak memesan... Ik-sun. Aku berhalusinasi.” Kata Jun Wan saat keluar dari IGD
“Apa maksudmu?” tanya Ik Sun. Jun Wan mengaku melihat Ik Sun. Ik Sun mengeluh dengan yang dikatakan pacarnya.
“Sungguh. Seorang wanita berdiri sambil pegang ponsel di depanku. Dia sangat mirip denganmu.” Kata Jun Wan mencoba memastikan
“Apa Dia juga sedang menelepon?” tanya Ik Sun. Jun Wan membenarkan kalau wanita itu menyeberang jalan.
“Dia mendekatiku.” Kata Jun Wan panik dan wanita itu terus mendekati, ternyata memang benark Ik Sun.
“Selamat malam, aku Halusinasi.” Kata Ik Sun langsung memeluk Jun Wan dan mereka pun berciuman didepan IGD sama seperti dengan lagu yang disukai Ik Sun.
***
Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar