PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 01 Juni 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 12 Part 3

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Song Hwa bersama Dokter Ahn dan Yong Bok keluar dari ruangan. Song Hwa menceritakan pada Dokter Ahn kalau  kaget melihat nama pasien tadi. Dokter Ahn ingin tahu alasanya. Song Hwa menceritakan kalau Namanya sama dengan pasien yang wafat saat residen tahun keempat.
“Apa Dokter ingat semua nama pasien?” tanya Yun Bok tak percaya mendengarnya.
“Itu... Aku terus berada di sisinya sejak masuk IGD, operasi, hingga wafat di Unit Perawatan Intensif. Aku kira dia akan selamat. Jadi, aku selalu berada di sisinya selama sepekan lebih sambil dimaki atasan. Namun, akhirnya dia wafat.” Cerita Song Hwa
“Dia pun menderita pendarahan subaraknoid. Aku amat merasa bersalah kala itu. Aku merasa dia wafat karena aku. Aku berpikir dia mungkin selamat bila aku lebih pintar. Dia begitu anggun. Wajah dan namanya masih jelas... di benakku. Namanya juga Baek Seon-jeong.” Kata Song Hwa.
“Ternyata kau, Dokter Chae... Tak kusangka itu kau... Dokter Chae.” Ucap Yun Bok menangis memeluk Song Hwa.
“Yun-bok... Apa Ada masalah? Kenapa? Kau kenapa?” tanya Song Hwa bingung Yun Bok menangis memeluknya.
“Aku rindu ibuku... Dokter Chae... Aku sangat rindu ibuku.” Ucap Yun Bok. Song Hwa tak percaya mendengarnya.
“Astaga... Kau sudah tumbuh dewasa. Ibumu... pasti bangga melihatmu dari surga. Kenapa menangis? Ibumu bisa sedih... Berhenti menangis.” Ucap Song Hwa menenangkan. 


Dokter Ahn berjalan di lorong dan kaget melihat Pak Kim Hyeon-su berdiri menunggunya. Tuan Kim pun menyapa Dokter Ahn dengan wajah bahagia mengaku sedang menunggunya. Dokter Ahn bingung. Tuan Kim menceritakan  menanyakan nomornya ke rumah sakit, tetapi tidak bisa.
“Lantas aku nekat menunggu di depan sini. Tahun ini aku amat beruntung.” Kata Tuan Kim.
“Sepertinya begitu. Omong-omong, wajahmu tampak begitu cerah. Tak seperti orang yang menjalani operasi otak tiga bulan lalu.” Komentar Dokter Ahn.
“Terima kasih. Dokter... Ini untukmu. Aku tahu para dokter dilarang menerima hadiah. Meski begitu, aku mohon terima ini.” Kata  Tuan Kim. Dokter Ahn melihat kotak berisi pena dan hanya bisa tertawa.
“Ini tidak mahal. Tak sampai 20.000 won. Pekan depan, aku kembali ke kepolisian.” Kata Tuan Kim.
“Astaga. Selamat!” ucap Dokter Ahn ikut senang. Tuan Kim pikir Hanya pekerjaan kantoran dan masih bekerja seperempat hari.
“Walau begitu, kukira aku tak bisa kembali ke kepolisian. Aku bisa kembali bekerja berkatmu. Tolong simpan pulpen ini di antara pulpen-pulpen yang ada di saku dadamu.” Kata Tuan Kim
“Bila kau mengalami kesulitan, lihat pulpen ini dan bersemangatlah. Ingat ada pasien yang selamat berkatmu. Bersemangatlah dan jangan putus asa. Kau pasti sibuk. Aku permisi. Sampai jumpa saat janji temu.” Kata Tuan Kim. Dokter Ahn menganguk akan bertemu saat rawat jalan.


Ik Jun akhirnya keluar dari RUANG OPERASI, Istri Tuan Lee dan akannya menanyakan operasinya apakah Semua lancar. Ik Jun mengangu dan memberitahu Pendarahan pun tak banyak dan Meski baru dapat dipastikan setelah bangun dan tes darah, tetapi tak ada masalah saat operasi.
“Kau Tidak perlu khawatir. Satu hambatan besar sudah teratasi” ucap Ik Jun
“Terima kasih banyak, Dokter. Ini sungguh keajaiban. Seumur hidup aku akan berterima kasih kepada donor yang meninggal. Terima kasih banyak.” Ucap Istri Tuan Lee menangis haru.
“Operasi ayahmu lancar.” Ucap Ik Jun berbicara dengan anak Tuan Lee mengunakan bahasa isyarat.
“Ayahku tidak sakit lagi?” tanya Anak Tuan Lee. Ik Jun menjawab Sekarang sakit sedikit.
“Namun, dia akan membaik sedikit demi sedikit. Tidak perlu khawatir.” Kata Ik Jun. Anak Tuan Lee pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku jauh lebih berterima kasih.” Kata Ik Jun dengan senyuman lebar. 


Flash Back
Anak Tuan Lee sibuk bermain, Istri Tuan Lee menangis Dokter meminta Setelah menjalani tes dan setelah hasilnya keluar, agar beri tahu mereka bahwa tidak cocok. Ia terus menangis meminta maaf. Ik Jun melihat anak Tuan Lee lalu menuliskaan pada kertas dan memanggil Dong-ju.
Dong Ju membaca tulisan [PELUK IBUMU ERAT-ERAT!] dan langsung memeluknya. Nyonya Lee pun menenangkan anaknya kalau baik-baik saja. Ik Jun seperti merasa terharu dengan keluarga pasienya. 

Jung Won meminum kopi sambil melamun. Song Hwa terus menatap dengan senyuman. Jung Won mengeluh ada apa dengan senyumannya. Song Hwa tahu Ada yang ingin dikatakan dan Ada yang mengusik hatinya. Jung Won menyangkalnya.
“Aku juga setuju... Aku juga setuju dengan pemikiranmu saat ini.”kata Song Hwa dengan senyuman.
“Kau bisa baca pikiran, ya?” ucap Jung Won tak percaya. Song Hwa menegaskan kalau dijuluki "Setan".
“Menurutku, ada tiga tipe orang di dunia ini. Orang yang paling bahagia saat dia makan enak. Contoh paling mewakili, Lee Ik-jun dan Kim Jun-wan.” ucap Song Hwa.

Di ruangan istirahat dokter, Ik Jun sedang makan mie. Jung Wan yang kelelehan datang langsung menyambar mie diatas meja. Ik Jun mengeluh kalau itu mie miliknya dan mengaku belum makan hari ini jadi menyuruh agar membuat yang baru.
“Kau saja yang buat baru. Aku lelah.” Ucap Jun Wan mengambil sumpit dan langsun memakan mienya.
“Kau pikir aku segar seperti ikan hidup?” teriak Ik Jun kesal. Jun Wan hanya bisa tertawa mendengarnya.  Keduanya pun saling berebutan makan mie instant. 

“Lalu ada orang yang senang makan sendiri. Mungkin sekarang pun Suk-hyung sedang makan mi sendirian sambil menonton”kata Song Hwa.
Di ruangan,  Suk Hyung tertawa sendir menonton New Journey to the West sambil memakan mie instant. Saat itu pintu ruangan diketuk, Suk Hyung terlihat panik. Dokter Chu datang dengan membawa ramyun.
“Rumor kau makan mi terdengar sampai ke residen  yang piket malam di Kantor Medis. Jadi, aku kemari untuk menemanimu makan. Aku boleh makan bersamamu?” kata Dokter Chu.
“Itu... Baiklah.”ucap Suk Hyung setelah berpikir sejenak. Dokter Chu akhirnya masuk menaruh mie meja mengeluarkan minuman lalu menambkan sosis juga.
Suk Hyung hanya terdiam saat mienya dipindah ke meja lain agar bisa makan bersama, Dokter Chu pun mempersilahkan Suk Hyung agar makan kembali. Suk Hyung tersenyum lalu mengeser kursinya. 

“Yang terakhir kau. Orang yang lebih bahagia melihat orang lain makan dengan bahagia.” Ucap Song Hwa.
“Aku tidak begitu.” Ucap Jung Won mengelak tapi Song Hwa tahu kalau Jung Won itu seperti itu.
[3 DESEMBER 2019 - PUKUL 22.22]
Ik Jun melihat jam tanganya kalau sudah pukul 22.00 lebih dan Ik-sun pasti masih di pesawat bahkan tidak sempat meneleponnya. Jun Wan langsung berdiri dengan wajah panik dan langsung bergegas keluar ruangan. Ik Jun bingung apa yang terjadi dengan temanya.

Jun Wan mencoba menelp Ik Sun tapi ponselnya sudah tak aktif lagi. Ia pun hanya bisa tertunduk membaca banyak pesan yang dikirimkan Ik Sun pada ponselnya.
[Aku sungguh tak apa. Jangan memaksakan diri jika sibuk.] [Aku baru berangkat dari rumah. Aku hubungi sesampainya di bandara.] [Aku sudah di bandara. Tak ramai. Proses lapor masuk pasti cepat selesai. ] [Ibu dan Ayah menangis. Aku juga menangis. Lapor masuk selesai. Aku masuk sekarang.]
[Aku ingin dengar suaramu. Kau sedang operasi darurat, ya?] [Waktu berangkat masih sangat lama.] Tak perlu buru-buru telepon aku setelah operasi.] [Lima menit terakhir. Padahal aku ingin dengar suaramu. Sayang sekali.]
[Aku sudah di dalam pesawat. Ponsel harus kumatikan. Kau baik-baik saja, 'kan? Tidak apa kalau sedang operasi. Aku hanya khawatir kau tak baca pesanku karena ada masalah.] [Dah! Ini yang terakhir. Aku telepon saat sampai. Aku mencintaimu, Jun-wan.] 

Jun Wan frustasi saat ada yang mengetuk pintunya menjawab tidak ada siapa-siapa dan Siapa pun jangan masuk. Tapi Dokter Do membuka pintu memberitahu kalau Drainase pasien di bawah 100 per jam jadi merasa tak berdarah lagi, Tanda vital pun stabil.
“Tadinya aku hendak menyampaikan langsung berita baik ini.” Ucap Dokter Do lalu pamit pergi.
“Jae-hak... Ayo kita cari udara segar. Kepalaku sakit sekali.” kata Jun Wan frustasi. 

Di taman, Dokter Do menceritakan ikut CSAT empat kali, ujian profesi enam kali, Total sepuluh tahun. Ia paling percaya diri urusan belajar tapi tidak bakat tes atau praktik karena pengecut, tetapi ahli jika harus duduk dan belajar, serta mengingat seharian.
“Karena itu, aku yakin bisa sukses jika menjadi dokter yang harus banyak belajar. Kupikir aku takkan kalah dari orang lain jika menjadi dokter. Jadi, aku giat belajar dan berhasil menjadi dokter.”cerita Dokter Do
“Namun, ternyata pekerjaan ini bukan hanya mengharuskan belajar, juga harus bisa memutuskan. Setiap hari dan setiap saat adalah keputusan. Operasi pun keputusan dan pilihan. Saat pasien memburuk, harus pasang paru-paru buatan atau bawa dia ke Ruang Operasi?”kata Dokter Do
“Aku sulit membuat keputusan setiap saat. Kekurangan terbesarku adalah kemampuan untuk memutuskan, Dokter. Aku punya banyak pengetahuan, tetapi tak tahu kapan dan bagaimana menerapkannya.”ucap Dokter Do
“Bagaimana ini, Dokter? Nyawa pasien bergantung pada keputusanku. Bagaimana jika keputusanku salah? Ke depannya, aku harus sering mengambil keputusan. Aku tidak percaya diri. Apa yang harus kulakukan di saat itu?” kata Dokter Do
“Tanya saja. Saat kau kewalahan karena harus mengambil banyak keputusan, tanya kepadaku beberapa yang tersulit. Sebisa mungkin akan kujawab jika tidak sibuk.” Kata Jun Wan.
“Omong-omong, Jae-hak. Aku ingin memberi ini kepada pacarku, tetapi dia tak suka hal macam ini. Sebentar lagi Natal. Aku ingin mengirimnya sebagai hadiah Natal. Apa boleh kukirim ini? Apa aku terlalu memaksanya?”kata Jung Wan ragu.
“Tanya saja.. Tanya kepada pacarmu... Kalian saling mencintai, 'kan? Apa Bertepuk sebelah tangan?” tanya Dokter Do. Jun Wan mengelengkan kepala.
“Kalau begitu, tanya. Dia pasti menjawab. Jika diperhatikan, kau payah urusan pacaran... Astaga, kau membuatku geregetan.” Ejek Dokter Do lalu berjalan pergi. Jun Wan menatap sinis. 



Ik Jun membantu U Ju memakai jaket dengan kuping seperti kelinci lalu menasehati anaknya agar menuruti kata Bibi Wang dan Tahan sepuluh hari saja, meski merindukan ayahnya. U Ju bertanya  Sepuluh hari itu berapa hari?
“Sepuluh hari itu lebih banyak daripada sembilan hari, lebih sedikit daripada 11 hari.” Kata Ik Jun tak bisa menjelaskan pada anaknya.
“U-ju, Ayah akan pulang setelah kesepuluh jarimu sudah terlipat semua.” Kata Bibi Wang
“Kau memang hebat, Bi!”puji Ik Jun. Bibi Wang pun memastikan kalau Ik Jun takkan bekerja saja di sana. Ik Jun menganguk.
“Kau harus cukup tidur, juga berbelanja di sana.”pesan Bibi Wang, Ik Jun menganguk kalau akan istirahat sekitar dua atau tiga hari.
“U-ju, buat akrostik dari kata "Ayah". Kemarin belajar di TK, 'kan? Kita mulai. "A". “ kata Ik Jun mengendong ayahnya.
“Ayah.” Ucap  U Ju. Ik Jun pun ingin tahu "Yah". U Ju menjawab “Dadah!”
“Wahh.. Kurasa U-ju harus didaftarkan anggota Mensa! Dia sepandai Shakespeare.” Ucap Ik Jun bangga
“Aku pikir juga begitu kemarin... U-ju, kita coba kata "Bibi", ya?”kata Bibi Wang menyebut "Bi".
U Ju menjawab bibi.. Bibi Wang menyebut “Bi” dan U Ju kembali menjawab “Dadah!” Ik Jun seperti salah tentang anaknya. Bibi Wang pikir  Jemputan TK pasti sudah datang dan meminta agar memberikan salam pada ayahnya. U Ju pun membungkuk memberikan salam.
“Ayah, bawakan banyak cokelat dan kudapan saat pulang.” Bisik U Ju. Ik Jun kegelian mendengarnya lalu membalas kalau akan membawakanya. U Ju pun melambaikan tangan pada ayahnya. 


Jun Wan berbicara di telp pada Ik Sun agar memakainya tiap hari. Ik Sun pun meminta Jun Wan juga, dan memastikan . Alamat sudah ditulis dengan tepat dan Jangan sampai salah kirim. Ia memberitahu kalau Alamat di sini rumit dan Kurir sering salah kirim.
“Sudah kuperiksa tiga kali. Mustahil salah. Lekas tidur. Di sana masih dini hari.” Ucap Jun Wan.
“Baiklah... Dah, Jun-wan. Aku mencintaimu.” Kata Ik Sun. Jun Wan pun membalas dengan senyuman bahagia menutup telpnya. 

Di ruangan, Yun Bok dan Dokter Heo sedang menonton video operasi. Dokter Yong datang, Yun Bok pun menyapa seniornya. Dokter Heo bertanya alasan Dokter Yong datang ke rumah sakit, Dokter Yong mengaku Ada satu hal yang belum kuserahterimakan kepada Dokter Ahn Chi-hong.
“Hari ini Chi-hong pindah rumah. Sudah kubelikan dia hadiah pindahan, tetapi malah lupa.” Kata Dokter Yong lalu sedikit mendekat pada Dokter Heo
“Apa Nanti malam kau senggang?” tanya Dokter Yong. Dokter  Heo bingung  Yun Bok merasa tak enak hati diantara keduanya.
“Aku tahu kau tidak piket.” Ucap Dokter Yong. Dokter Heo mengaku tak ada janji khusus.
“Apa Mau makan malam bersama?” kata Dokter Yong. Yun Bok makin tak enak hati.
Akhirnya Ia berpura-pura mengangkat telp dari Hong Bo yang sakit dan bergegas keluar, tapi ponselnya malah berdering saat keluar ruangan. Ia pun menahan malu memilih untuk segera pergi.
“Hubungi aku saat usai bekerja. Kita bertemu di lobi.” Ucap Dokter Yong. Dokter Heo pun menganguk setuju. 


Song Hwa mengeluarkan kardus diteras sambil mengeluh bertanya sebenarnya ada apa datang kemari dan belum pergi juga. Ik Jun dengan setelan jas melihat ke arah jendela berkomentar Pemandangan di sini bagus.
“Aku juga ingin konsultasi satu hal. Masih tersisa lima jam. Jadi Dengar baik-baik.” Kata Ik Jun
“Aku punya teman. Dia teman lamaku. Tapi Aku kini menyukainya. Rasanya akan canggung bila aku menyatakan cinta. Namun, jika kali ini gagal lagi menyatakan cinta, maka aku takut menyesal selamanya.Jadi Aku harus bagaimana?”kata Ik Jun. Song Hwa terdiam karena tahu orang itu pasti tertuju padanya.
“Tidak perlu buru-buru. Kau bisa jawab saat aku pulang. Aku pergi.” uacp Ik Jun berjalan pergi. Song Hwa hanya bisa terdiam.
***
Bersambung ke part 4

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar