PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 23 Mei 2020

Sinopsis Mystic.Pop Up.Bar Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Saat itu Eun Soo yang kelelahan menangis mencari minum dan meliha ada botol air mineral dan langsung meminumnya. Kang Bae masuk ke dalam ruangan kaget melihat Eun Soo sudah tertidur dan mencoba membangunkanya, tapi tubuhnya malah masuk ke dalam mimpi.
Kang Bae panik karena berada dalam kegelapaan lalu menjerit ketakutan. Ia pun berjalan memanggil bertanya Apa ada orang. Saat itu Wol Ju masuk ke dalam kamar melihat Kang Bae sudah terkapar di lantai. Ia Pun tahu  ini akan terjadi.
“Ibu, aku takut... Apa Ada orang di sana?” ucap Kang Bae lalu melihat Wol Ju dalam kegelapan dan meminta tolong.
“Dasar bodoh. Kau harus menyalakan lampu.” Ucap Wol Ju lalu menyalakan lampu dan mereka ada di dalam sebuah bioskop.
“Beraninya kau mencuri ssanggapju”kata Wol Ju memarahinya. Kang Bae melihat Wol Ju yang datang langsung memeluknya.
“Nona Wol-ju. Kau ternyata datang. Aku takut sekali tadi.” Ucap Kang Bae langsung menangis.
“Siapa yang izinkan? Bila kau mau masuk ke Dunia Mimpi, aku harus buat jalannya dulu. Kalau tidak, kau bisa terus terperangkap di alam bawah sadar seseorang.” Jelas Wol Ju
“Jadi, kita sedang ada di mimpi Eun-su? Kita sepertinya ada di bioskop. Apa ini juga rencanamu?” kata Kang Bae.
“Ini pengaturan biasa. Bioskop ini akan memainkan pikiran dari pemilik mimpi. Lupakan saja. Untuk apa kujelaskan ini kepada maling sepertimu? Filmnya mulai. Karena kita sudah di sini, kita tonton sebentar. Ya?” ucap Wol Ju. 



Keduanya akhirnya masuk ke dalam mimpi Eun Su, Eun Su mengingat Ibu Andong yang membawanya kerumah sakit saat masih bayi dan meminta agar Bertahanlah bahkan saat mulai sekolah, Ibu Andong merawat seperti anak sendiri.
“Ajari anakmu dengan baik, Bu! Karena itu dia sering dikatai anak tanpa ayah.” Teriak seorang ibu memarahi Ibu Andong
“Baik! Lalu bagaimana anakmu bisa seperti itu jika punya ayah? Bila kau sentuh anakku lagi, aku akan habisi kau! Sudah kubilang, jauhi anakku!” teriak ibu Andong membel Eun Su dibelakangnya.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Ibu Andong. Eun Su pikir akan membantu ibunya saja.
“Restoran ibu masih banyak pengunjung. Untuk apa siswi SMA bekerja? Tak usah berpikir macam-macam. Fokus saja pada sekolahmu. Paham?” kata Ibu Andong.
Saat makan Ibu Andong memberikan BUKU TABUNGAN dan meminta Eun Su agar memagang dan gunakan untuk membeli persiapan lamaran dan pernikahannya. 

“Bu Andong sungguh menjadi ibu untuk Eun-su” kata Kang Bae terharu. Wol Ju mengeluh Kang Bae itu bukan manusia bila tak begitu.
Tiba-tiba terdengar suara sirine. Kang Bae panik berpikir ada kebakaran. Eun Su terbangun melihat ibunya yang sedang henti jantung, sambil menangis memanggil ibunya. Dokter pun datang meminta semua agar menunggu diluar.

“Nona Wol-ju, apa sebaiknya kita bantu wujudkan keinginannya sebelum...” ucap Kang Bae yang langsung disela oleh Wol Ju.
“Cukup... Bila kau mencuri ssanggapju lagi, kau akan kuhabisi.” Ucap Wol Ju lalu melangkah pergi.
Di ruangan Eun Su menangis karena ibunya Kang Bae pun ikut menangis melihat dengan keadaan ibu Andong tanpa bisa memberikan keinginan yang terakhirnya.
“Nona Wol Ju.. Tunggu dulu! Akan kulakukan... Aku akan tanda tangan kontrak. Aku akan tanda tangan dan bawa sembilan orang dalam sebulan. Jadi, kumohon bantu Bu Andong dulu.” Ucap Kang Bae.
“Apa Astaga, bagaimana ini?  Apa Dia mau tanda tangan kontrak? Itu mengubah segalanya. Haruskah aku bantu dia? Namun, itu melukai harga diriku. Tunggu. Harga diri tak bisa bantu aku mendapat 100.000 kasus.” Gumam Wol Ju.
“Nona Wol-ju. Apa harus Tanda tangan sekarang? Bagaimana?” ucap Kang Bae. Wol Ju pun meminta Kang Bae menunggu karena akan bawa kontrak dan ssanggapju dari kedai.


Wol Ju keluar dari rumah sakit melihat Kepala Yeom. Kepala Yeom pun menyapa Wol Ju merasa tak percaya kala mereka bisa bertemu di sini. Wol Ju pun bertanya kenapa Kepala Yeom ada disini dengan pakaian putih.  Kepala Yeom pikir Wol Ju tak bisa lihat seragamnya.
“Kematian punya tujuan jelas bila kemari... Mari kulihat. Nama yang meninggal adalah...” ucap Kepala Yeom
Saat itu di ruangan, Eun Su menjerit histeris memanggil Ibu Andong agar jangan pergi dan jangan tinggalkan dirinya. Wol Ju pikri Dia masih ada waktu sebelum benar-benar dibawa ke atas, Kepala Yeom yakin  Semua orang juga meminta beberapa hari tambahan padanya.
“Akhirnya aku harus mengejarnya.” Kata Kepala Yeo. Wol Ju mengingatakan Jangan lupa dia bersamanya.
“Manager Gwi juga ada di kedai, jadi, dia tak mungkin kabur. Bila aku tak penuhi keinginannya, maka dia bisa menjadi roh gentayangan. Bukan begitu, Bu? Ini tak boleh terjadi.” ucap Wol Ju akhrinya melindungi Ibu Andong yang sudah menjadi arwah.
“Mengapa kau memandangku seperti itu? Baiklah, kau boleh bawa dia. Namun, dia harus kembali besok lusa pada pagi hari. Tidak boleh terlambat.. Jangan terlambat.” Ucap Kepala Yeom memperingati. Wol Ju akhirnya menganguk mengerti. 



KEDAI MISTIS
Manager Gwi dan Wol Ju membuat meja peringatan sederhana. Manager Gwi memastikan kalau Wol Ju akan cari ayah kandungnya. Wol Ju membenarkan. Manager Gwi heran Wol Ju Padahal kemarin  sudah semarah itu dan Ternyata seputus asa itu.
“Bukan hanya satu orang... Aku bisa dapat sembilan orang karena dia tanda tangan kontrak.” Kata Wol Ju
“Untuk apa kau sampai seperti ini?” keluh Manager Gwi. Akhirnya mereka pun duduk bersama dengan Kang Bae duduk didepan kursi kosong. 

“Karena kau sudah meninggal, biarkan aku menuang minuman untukmu. Jadi, Bu Andong sedang duduk bersama kita sekarang?” kata Wol Ju.Kang Bae tak percaya mendengarnya.
“Kalau begitu, dia sudah menjadi hantu?” kata Kang Bae. Wol Ju membenarkan. Akhirnya Kang Bae berdiri memberikan hormat.
“Terima kasih telah memperlakukanku dengan baik selama ini. Aku tak akan melupakannya. Beristirahatlah dalam damai.” Ucap Kang Bae.
“Astaga... Aku yang harus berterima kasih. Aku tak pantas meminta ini, tapi tolong bantu aku. Bila aku pergi, putriku akan sendirian di dunia.” Kata Ibu Andong
“Beri tahu semua yang kau tahu tentang Pak Ko pada kami.” Kata Mangaer Gwi
“Aku hanya tahu namanya adalah Ko Dong-gil. Aku tak tahu tanggal lahir dan asalnya. Tapi Tunggu sebentar...Ini adalah foto kami zaman dulu. Mungkin bisa membantu.” Kata Ibu Andong mengeluarkanya.
“Ini sudah cukup untuk kami.” Ucap Manager Gwi yang tak kasat mata melihatnya lalu mengambil foto dengan ponselnya.
“Apa ini? Foto ini sudah lama. Ternyata bisa.” Ucap Kang Bae tak percaya. Manager Gwi langsung menelp seseorang.
“Apa kau Sudah dapat pesanku? Aku mencari orang bernama Ko Dong-gil. Foto itu diambil 30 tahun lalu. Baiklah.” Ucap Manager Gwi ditelp.
Kang Bae bingung apa yang dilakukan Tuan Bae. Wol Ju memberitahu kalau dia sedang Mencari Pak Ko.
“Kepolisian Alam Baka punya koneksi hebat. Hanya dengan nama dan foto seseorang, mereka bisa temukan siapa pun dengan cepat. Walau aku sekarang begini, aku pernah bekerja di Departemen Kriminal.” Kata Manager Gwi bangga. 



Ketiganya pergi sebuah desa, Seorang nenek kaget kalau  Pak Ko punya anak perempuan. Manager Gwi membenarkan dan bertanya balik apakah tak pernah dengar ini. Si nenek pikir Siapa yang tahu masa lalunya, karena Tuan Ko saja tidak tahu. Mereka bertiga tak mengerti.
“Dulu dia pernah mencoba bunuh diri. Setelah berhasil bertahan, dia justru kehilangan ingatan. Ketika dia datang pertama kali pun, dia hanya tahu namanya sendiri. Dia ada di kamar itu. Silakan dicek.” Ucap si nenek. Mereka pun mengucapkan Terima kasih.
“Apa Dia hilang ingatan?” kata Manager Gwi. Kang Bae pun ingin tahu apa yang akan mereka lakukan.
“Kita coba saja dulu...Coba kau beli makerel.” Kata Wol Ju. 


Tuan Ko makan dengan lahap ikan makarel lalu memuji ini rasanya sangat lezat  dan memuji Wol Ju ternyata pintar memasak. Lalu bertany mengapa memasakkan ini untuknya. Wol Ju mengaku Bukan itu masalahnya lalu bertanya Apa tak teringat seseorang saat melihat ikan makerel ini.
“Tidak juga.” Ucap Tuan Ko. Wol Ju pikir Seharusnya ada. Karean Dulu k bertemu dengan istrinya di restoran makerel.
“Aku tidak pernah berhubungan dengan wanita selama hidupku. Kau pasti salah orang.” Kata Tuan Ko. Semua hanya bisa menghela nafas.
“Kita tak punya pilihan.” Ucap Wol Ju menyuruh Kang Bae memegangnya. Kang Bae pun memegang tangan Tuan Ko agar pelan-pelan saja makannya.
“Makerel ini mengingatkanku pada sesuatu.” Ucap Tuan Ko. Semua langsung bertanya apa itu dengan wajah penasaran.
“Itu sudah lama sekali terjadi. Karena kejadian itu, aku tidak bisa makan makerel lagi. Saat aku memakan makerel, ada tulang menyangkut di tenggorokanku. Aku sudah makan nasi, minum air, dan cara lain, tapi tetap tak lepas. Aku hampir mati saat itu.” Cerita Tuan Ko
“Adakah yang lain?” tanya Manager Gwi. Tuan Ko mengaku Tidak ada. 


Kang Bae pun mengartikan Tuan Ko sepertinya benar-benar tak ingat lalu berpikir mereka tak bisa masuk ke dalam mimpinya. Wol Ju mengingat Besok Bu Andong dimakamkan. Sebelum itu, Tuan Ko harus dibawa ke kedai dan minum ssanggapju, lalu mengembalikan ingatannya.
“Menurutmu, dia mau begitu saja ikut ke Seoul? Itu tidak mungkin.” Ucap Wol Ju
“Benar juga! Jadi, sebenarnya... Masih ada sedikit ssanggapju yang aku curi kemarin di tasku.” Kata Kang Bae
“Bukankah anak Bu Andong sudah meminumnya?” kata Wol Ju. Kang Bae tahu Dia memang meminumnya, tapi masih sisa sedikit.
“Mungkin sekitar satu gelas lagi?” kata Kang Bae. Manager Gwi pun langsung memuji Kang Bae.
“Apa kau ingin tutupi itu terus? Sekali ini kulepaskan.” Kata Wol Ju kesal
“Jika tidak, lalu bagaimana? Kang-bae, hubunganmu dengan Kedai Mistis seperti roti dan selai kacang merah. Bila dalam sepak bola, seperti FC Barcelona dan Messi. Dengan kata lain, kau selevel dengan kami. Apa Kau mengerti?” kata Manager Gi.
Kang Bae yang tak mengerti bola hanya bisa melonggo, Wol Ju mengeluh keduanya berisik dan mengajak untuk masuk saja. 


Tuan Ko terlihat sangat lusuh duduk di pingiran rel kereta sambil meminum soju. Ia pikir Apa gunanya hidup kembali, lalu memecahkan botol dan akan bunuh diri. Saat itu Wol Ju menahanya melihat Tuan Ko ternyata benar-benar kesepian.
“Apa ini kenangan pertamanya? Aku tak lihat istri dan putranya.Haruskah kita masuk ke alam bawah sadarnya?.” Kata Manager Gwi.
“Astaga... Aku sangat tak ingin ke sana.” Keluh Wol Ju. Kang Bae hanya bisa menatap bingung

Akhirnya mereka menuruni tanggan dengan dibagian tengah yang terlihat bolong dan juga dalam. Kang Bae berjalan dibelakang Manager Gwi ketakutan memastikan kalau mereka sudah berada di alam bawah sadar Pak Ko
“Kita ada di tempat yang lebih dalam dari itu. Alam bawah sadar yang terdalam. Kita mencari ingatan yang disembunyikan Pak Ko.”jelas Manager Gwi
“Diam dan fokus.” Perintah Wol Ju. Tiba-tiba Kang Bae panik karena melihat kecoak. Manager Gwi pun ketakutan karena hampir jatuh. Wol Ju pun menariknya.
“Ayo Tak apa-apa. Terus turun.” Kata Wol Ju memimpin didepan. Kang Bae ingin tahu seberapa dalam tempat ini
“Tak ada akhirnya... Jadi, berhati-hatilah. Bila kau terjatuh dari sini, kau akan terjebak dalam kegelapan kekal. Kau akan jatuh terus-menerus sampai jiwamu hilang. Bisa dibilang, ini lubang hitam untuk jiwa.” Ucap Wol Ju. Kang Bae berjalan dibelakang dengan wajah ketakutan. 

Mereka berjalan di jembatan seperti jalan sempit dan mereka bisa jatuh. Wol Ju melihat sebuah pintu dan  ada sandinya. Manager Gwi mengeluh Buat apa sampai secanggih ini. Wol Ju pikir mereka tak bisa masuk begitu saja.
“Apa kau tahu sandinya?” tanya Manager Gwi. Wol Ju pikir Tentu tidak tapi menurutnya Biasanya orang menggunakan "1111"
Ia pun dengan percaya diri menekanya dan hasilnya “Otorisasi gagal.” Tiba-tiba jalanan didepan mereka runtuh. Ketiganya panik dan saling berpegangan. Manager Gwi mengeluh Wol Ju bisa langsung menekannya jadi meminta agar mencoba berpikir dulu.
“Untuk apa kita berpikir lama? Kita tebak saja jawabannya.” Kata Wol Ju
“ Kalau begitu, coba pikirkan sandi yang paling umum digunakan manusia.” kata Manager Gwi. Wol Ju ingin tahu akhirnya mencoba menekan 0000
Jembatan makin runtuh dan mereka akan jatuh hanya mengambil satu langkah saja. Kang Bae menjerit ketakutan kalau tak mau mati. Mereka pun diberitahu kalau Tersisa satu kali percobaan. Wol Ju mengeluh Manager Gwi mengatakan "Sandi yang paling umum" Coba berpikir dulu"
“Hei, jangan bergerak. Kita bisa terjatuh.” Ucap Manager Gwi. Kang Bae pikir Wol Ju bisa bersabar.
“Apa mungkin ulang tahunnya? Mungkin ada di profil Pak Ko dari Badan Intelijen... Tunggu sebentar. Di mana ponselku? Karena aku tak bisa bergerak sekarang, coba cari ponselku.” Kata Manager Gwi. 


Kang Bae pun mencarinya, Manager Gwi pikir Sepertinya ada di kantongnya. Kang Bae mencarinya dan merasa Tidak ada di kantong. Manager Gwi terlihat kegelian karena diraba-raba. Wol Ju pun ikut membantu.
“Ini ponselmu, 'kan? Aku akan keluarkan untukmu.” Ucap Kang Bae. Manager Gwi kembali merasa geli karean ketiakanya disentuh. Kang Bae sudah memegang ponsel Manager Gwi tapi karena Manager Gwi terus bergerak malah membuat ponselnya terjatuh.
“Maafkan aku...Aku seharusnya bergeming... Namun, ketiakku benar-benar geli.” Kata Manager Gwi. Wol Ju pun tak mempermasalakannya.
“Aku minta maaf kalau aku selalu kasar padamu. Aku tak tahu kita akan berakhir seperti ini. Sampai jumpa, Teman.” Ucap Wol Ju. Kang Bae dan Manager Gwi bingung
“Tempat ini terlalu sempit. Bukankah kau yang harus pergi dulu?” kata Wol Ju akan mendorong Manager Gwi. Kang Bae menahanya.
“Kau berkata soal ulang tahun, 'kan?” kata Kang Bae mengingat saat bicara dengan Ibu Andong.
“ Eun-su menikah pada tanggal 9 Mei, 'kan? Bukankah itu ulang tahunnya?” kata Kang Bae pada Ibu Andong
“Sepertinya aku tahu sandinya.. Tunggu sebentar.” Kata Kang Bae menekanya. Manager Gwi pikir bagaimana kalau salah.
“Ini mungkin saja benar Pak Ko juga seorang ayah, 'kan?.” Ucap Kang bae menekan tanggal lahir Eun Su dan pintu pun terbuka. Semua menjerit bahagia. 


Mereka  pun masuk ke alam bawah sadar Tuan Ko dan melihat Tuan Ko yang sedang mengendong anak lalu Sun Hwa menjemur pakaian. Tapi semua terhenti karena lupa ingatan. Manager Gwi pikir Ternyata benar. Semua kenangan masih ada di tempat yang terdalam.
“Untunglah... Sekarang, ayo kita bawa keluar.” Kata Wol Ju akhirnya hanya dengan menjetikan jari membuat kenangan Sun Hwa kembali. Keduanya seperti keluarga yang bahagia. 

Tuan Ko akhirnya bertemu dengan anaknya di rumah duka dengan memberikan alasan baru sekarang  mengunjunginya. Eun Su mengaku tak masalah tapi tak tahu harus berkata apa pada ayah kandungnya.
“Setelah pemakaman Ibu berakhir, aku akan hubungi kau lagi setelah menjernihkan pikiranku.” Ucap Eun Su.
“Ini adalah Sun-hwa, ibu kandungmu. Dia sangat mirip denganku. Lalu... ini adalah Bu Andong saat masih muda.” Kata Tuan Ko memberikan foto kenangan
“Ibuku tak pernah bisa berdandan karena dia alergi.” Kata Eun Su. Tuan Ko pikir Mungkin itu adalah penebusan dosa baginya.
“Mungkin dia tak berani berhadapan dengan rupa terburuknya, sama seperti aku.” Kata Tuan Ko. 
Eun Su akhirnya berbicara dengan Ibu Andong didepan foto ibunya kalau mengetahui alasan Ibunya tak berdandan. Ia yakin ibunya  pasti sangat menderita sendirian seumur hidup sambil menangis. Ibu Andong melihat dari kejauhan anaknya yang menangis.
“Namun, aku berkata Ibu jangan datang ke sekolah, bahkan berkata aku malu pada Ibu di depan teman-temanku. Maafkan aku, Ibu... Aku benar-benar minta maaf... Terima kasih telah membesarkanku. Aku sangat senang karena jadi anakmu. Aku mencintaimu, Ibu.” Ucap Eun Su.
“Bagaimana ini? Aku sudah merindukanmu, Bu.” Ungkap Eun Su. Ibu Andong hanya bisa ikut menangis lalu berjalan pergi. 


Ibu Andong sudah dijemput oleh Tuan Yeom, Wol Ju dan Manager Gu pun mengantarnya. Ibu Andong memberikan hormat lebih dulu sebagai tanda terimakasih. Setelah itu Tuan Yeom pun mengajaknya pergi.
“Aku sudah bisa menerima sekalipun harus masuk neraka.” Kata Ibu Andong berjalan pergi ke alam baka. 


Tapi langkahnya terhenti melihat sosok wanita yang sudah lama tak ditemuinya. Sun Hwa memanggil Ibu Andong, Ibu Andong langsung jatuh lemas tanganya bergetar lalu menangis minta maaf karena sangat bersala Ia pun mengaku kalau Ini semua kesalahannya.
“Terima kasih telah membesarkan Eun-su dengan baik.” Kata Sun Hwa mendekati Ibu Andong
“Tidak... Aku bersalah padamu...Maafkan aku.” Kata Ibu Andong. Sun hwa pikir tak masalah.
“Jangan mencemaskan apa pun lagi, dan istirahatlah dengan tenang.”kata Sun Hwa dengan senyuman bahagia. Ibu Andong pun terlihat sangat tenang.


Kang Bae bermain basket sendirian,  Manager Gwi memuji Lemparan bagus. Kang Bae pun heran Manager Gwi datang.  Manager Gwi pikir itu Jelas mau bermain bola basket.Kang Bae Tak percaya Manager Gwi juga bermain bola basket.
“Tak ada alasan untuk tak bermain.” Ucap Manager Gwi akhirnya mulai bermain dengan Kang Bae. Kang Bae terlihat sangat pandai membuat Tembakan tiga poin. 

Akhirnya Manager Gwi kelelahan berbaring di lapangan meminat Kang Bae jujur kalau pasti bukan manusia tapi  mesin pelempar bola. Ia pikir Seharusnya Sun Jae bermain di NBA tapi mengapa ada di sini. Kang Bae pikir Manager Gwi itu tahu alasanya.
“Bila aku bermain, orang-orang akan mengejarku, bukan bolanya.” Kata Kang Bae. Manager Gwi pikir benar juga.
“Dalam basket, aku hanya tahu cara melempar bola. Itu saja yang kulakukan sendirian. Kau datang demi kontrakku, 'kan? Aku padahal ingin ke sana.” Ucap Kang Bae.
“Kau tak akan menyesal?” tanya Manager Gwi. Kang Bae menceritakan sudah terbiasa gagal, baik dalam olahraga, atau hubungan.
“Karena itu, aku menolak saat ditawari. Dampak kegagalannya terasa menakutkan” ucap Kang Bae.
“Kehidupan adalah hidup bersama orang lain. Kau tak bisa terus bermain sendiri. Permainan yang sesungguhnya. Hiduplah di kehidupan yang sesungguhnya.” Kata Manager Gwi.
“Kehidupan yang sesungguhnya?” tanya Kang Bae bingung, Manager Gwi mengalihkany memuji kalau Hari ini, kerjanya hebat dengan Bu Andong.
“Kau dan Bibi Weol-ju yang melakukan segalanya.” Ucap Kang Bae. Manager Gwi pikir Tanpa Kang Bae, mereka tak akan memulainya.
“Kita tim yang cukup baik.” Ucap Manager Gwi. Kang Bae tak percaya dianggap Tim dan melihat beberapa orang bermain basket seperti orang normal dengan tim.
“Aku akan bergabung di permainan sesungguhnya.” Ucap Kang Bae yakin. 



Keduanya akhirnya saling memberikan tanda tangan kontrak dengan Manager Gwi sebagai saksinya dan meminta Kang Bae agar menyimpan salinannya.
“Istimewa, mulai hari ini kau resmi menjadi pekerja paruh waktu Kedai Mistis.” Ucap Manager Gwi
“Mohon bimbingannya, Nona Weol-ju... Kau juga, Manager Gwi” kata Kang Bae.
“Jangan berani mencuri ssanggapju lagi. Kalau tidak, aku akan terus mengulang kejadian putusmu dalam mimpimu.” Kata Wol Ju mengancam,
“Kalau begitu, aku takkan mencurinya lagi.” Kata Kang Bae panik. Manager Gwi mengeluh Wol Ju itu mengagetkan dia saja.
“Kita perlu mengadakan pesta penyambutan untuk pekerja baru?” kata Manager Gwi.


Wol Ju menuangkan bir tanpa tumpah dan masih terlihat busanya. Kang Bae memuji kalau profesional memang berbeda. Manager Gwi pikir karena itu pekerjaannya jadi biasa saja dan jangan berlebihan. Wol Ju mengeluh mendengarnya. Mereka akhirnya minum bersama.
***
Manager Gwi sudah tak sadarkan diri, Kang Bae setengah tersadar. Wol Ju mengeluh kalau mereka baru saja mulai tapi sudah mabuk. Kang Bae hanay bisa pun meminta maaf. Ia pun mengeluh mereka bekerja di kedai seperti ini, tapi tak kuat minum alkohol.
“Kalian berdua sangat lemah dengan alkohol.” Ucap Wol Ju yang masih kuat minum.
“Nona Wol-ju... Aku ada pertanyaan untukmu. Mengapa targetnya harus 100.000 orang? Bukankah itu terlalu banyak?” kata Kang bae menunjuk papan yang sudah berubah.
“Benar, itu terlalu banyak. Seratus ribu orang? Itu berlebihan. Yang benar saja. Bagaimana mungkin bisa?” kata Kang Bae tak percaya.
“Itu karena... aku membunuh 100.000 orang.” Akui Wol Ju. Kang Bae hanya bisa melonggo. 


Seorang wanita duduk dikursi dengan Wol Ju sebagai terdakwa yang mati. Si dewa  memberitahu Karena kesalahan Wol Ju, maka  Pohon Keramat yang melindungi negara ini kehilangan kesaktiannya.
“Itu sebabnya aku terjebak di Neraka Kuali Minyak beberapa bulan ini. “ kata Wol Ju
“Benar, tapi... berada di sana pun tak bisa menebus kesalahanmu. Negara yang mengandalkan kesaktian Pohon Keramat akhirnya kalah dan dijajah negara lain. Korban meninggal yang jatuh dari perang itu adalah 100.000 orang. Seratus ribu!” teriak dewa marah
“Bagaimana kau akan menebusnya? Pergilah ke Dunia Nyatadan bereskan dendam 100.000 orang. Dengarkan cerita dan hibur mereka. Itu adalah hukuman yang kuberikan padamu.” Kata dewa
“Aku tak mau. Aku akan terima hukuman apa pun selain itu.” Kata Wol Ju berani melawan
“Apa? Aku tak meminta pendapatmu. Itu adalah perintah dariku!” tegas dewa.
“Aku bunuh diri karena membenci manusia. Tapi kau mau aku hidup lagi untuk membantu manusia? Mengapa kau begitu kejam? Bila menghilangkan kesaktian Pohon Keramat adalah dosa besar, lebih baik lempar aku ke Neraka Kepunahan, dan biarkan aku tercabik-cabik di sana.”Kata Wol Ju marah
“Begitu? Dosamu bukan hanya tentang Pohon Keramat. Coba Lihatlah.” Kata Dewa. Wol Ju melihat lembaran yang diberikan dewa.
“Jadi, apa kau masih mau pergi ke Neraka Kepunahan? Aku bisa membuatmu tercabik-cabik, dan hilang selamanya sesuai keinginanmu.” Kata dewa
“Tidak. Jangan lakukan itu, Yeomradaewang... Kau bilang 100.000 orang? Akan kulakukan. Aku... akan terima hukuman itu.” Ucap Wol Ju yang akhirnya menjadi dewasa.
Bersambung ke episode 3


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: