PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 16 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 10 Part 3

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Ibu Suk Hyung masuk ke dalam ruangan dengan pengacara dan hanya bisa melonggo karena ruangan anaknya yang berantakan. Suk Hyung merapihkan agar bisa duduk. Ibunya bertanya Siapa dia. Suk Hyung menjawab Dokter spesialis psikiatri, Jeon Jun-u.
“Dia dua tahun lebih tua dariku, dan senior di kampus. Aku sudah terbiasa dan menerimanya... Silakan duduk.” Ucap Suk Hyung lalu membuatkan kopi untuk ibunya.
“Kau bisa minta ganti ruangan kepada Jung-won. Orang ini butuh bantuan.” Kata Ibu Suk Hyung.
“Maka dari itu, aku mengajak Ibu minum kopi di lobi saja.” Kata Suk Hyung. Ibunya mengaku senang bisa lihat kantornya.
“Tidak perlu buatkan kopi. Hari ini ibu sudah minum banyak. Ibu mau air putih saja.” Kata Ibu Suk Hyung. 


Suk Hyung pun memberikan ibunya segelas air. Ibu Suk Hyung memastikan Berarti semua akan berakhir besok, Pengacara Pyun membenarkan kalau mediasi dilakukan besok pukul 17.00, dan  Ibu Suk Hyung takkan hadir. Jadi, akan melanjutkan sesuai pembicaraan mereka.
“Bila tak ada argumen atau perubahan dari kedua belah pihak, maka proses mediasi berakhir, dan kalian resmi bercerai.” Jelas Pengacara Pyun
“Terima kasih, Pengacara Pyun. Padahal kau sibuk di Yulje.” Kata Ibu Suk Hyung
“Tidak. Lagi pula, aku bekerja memang untuk cari uang.” Kata Pengacara Pyun
“Aku suka Pengacara Pyun. Kau jujur dan memiliki banyak kesamaan denganku.” Komentar Ibu Suk Hyung.
“Besok pagi kau ada di rumah, ‘kan? Besok pagi aku akan ke sana.” Kata Pengacara Pyun. Ibu Suk Hyung bertanya Ada apa
“Sebelum ke pengadilan, aku tetap harus bertanya apakah niatmu masih sama untuk kali terakhir.” Kata Pengacara Pyun. Suk Hyung panik merasa itu tak perlu
“Kau boleh langsung menuju pengadilan.” Kata Suk Hyung. Ibunya pikir sang anak  masih belum percaya kepada ibunya.
“Pengacara Pyun, niatku takkan berubah. Kau pasti sibuk. Lebih baik lakukan pekerjaan lain. Hubungi aku saja saat keluar dari pengadilan.”kata ibu Suk Hyung. Pengacara Pyun menganguk mengerti.
“Terima kasih. Kumohon lakukan seperti itu. Omong-omong, kenapa kau belum menikah?” ucap Ibu Suk Hyung. Suk Hyung  bingung Ibu Suk Hyung tiba-tiba menanyakan hal itu.
“Maksudku, kau tampak gagah. Kenapa belum menikah? Menikahlah segera!” kata Ibu Suk Hyung
“Apa Ibu anggota Komite Pendukung Pernikahan? Kenapa selalu menyuruh semua orang menikah? Menikah tidak terlalu menyenangkan. Untuk apa menikah?” keluh Suk Hyung
“Meski pernikahan memang buruk, aku bisa dapat anak tampan dan keren ‘seperti putraku, berkatnya. Itu sungguh sebuah berkah. Maka dari itu, lekaslah menikah.” Jelas Ibu Suk Hyung.
“Aku sudah punya pacar.” Kata Pengacara Pyun, Ibu Suk Hyung sudah menduga dan ingin tahu Apa pekerjaan pacarnya.
“Petugas lapas.” Kata Pengacara Pyun. Ibu Suk Hyung dan anaknya hanya bisa melongo mendengarnya. 



Direktur Ju kaget mendengar pasienya Istri Menteri Pendidikan yang Dua tahun lalu dia transplantasi lever di Pusat Medis Kangwoon. Tuan Ju membenarkan Namun, kelihatannya wanita itu harus dioperasi lagijadi Ini amat konfidensial.
“Menteri Son adalah juniorku di SMA. Kurasa kali ini dia yang akan menyumbangkan lever. Dipikir-pikir, berarti sekarang dia mantan menteri, Hari ini dia mengundurkan diri karena ingin mendampingi istrinya.” Ucap Tuan Ju
“Berarti kondisinya buruk, melihat dia operasi kembali setelah dua tahun. ” Jelas Direktur Ju
Wajahnya kembali menguning karena reaksi penolakan kronis, dan kurasa kondisinya lebih buruk daripada sebelum operasi. Saat bicara di telepon, dia minta kita memberi keputusan setelah merapatkan masalah ini.” Jelas Tuan Ju
“Namun, saat menutup telepon, dia memohon bantuan, hampir menangis sedu sedan. Kenapa manusia pasti sakit saat menua? Kenapa?” keluh Tuan Ju
“Kalau tahu jawabannya, aku sudah dapat Penghargaan Nobel. Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak tahu pasti, tetapi biasanya adhesi parah saat operasi ulang, dan operasi itu sendiri pun pasti sulit. Dikhawatirkan ada komplikasi juga.” Jelas Direktur Ju
“Karena itu, tampaknya Pusat Medis Kangwoon keberatan. Mengoperasi orang seperti mereka tentu saja berat.” Kata Tuan Ju
“Itu harus berhasil. Jika gagal, citra rumah sakit akan buruk. Bila ada alasan, aku tak mau menjalani operasi berisiko.” Ucap Direktur Ju
“Memang kau yang mengoperasi? Kau tak punya wewenang. Itu urusan dokter utamanya.” Kata Tuan Ju
“Siapa yang mau jadi dokter utama? Ini berat.” Ucap Direktur Ju. Tuan Ju memberitahu  Istri Menteri Son ingin dioperasi oleh Dokter Lee Ik-jun.
“Sepertinya mereka dengar dari pasien-pasien yang dirawat di Bangsal VIP, bahwa Dokter Lee adalah yang terbaik dalam transplantasi lever saat ini.” Kata Tuan Ju
“Memang, tetapi... kurasa dia pun akan keberatan. Hasil transplantasi ulang pasti tak lebih baik daripada sebelumnya.” Kata Direktur Ju
“Apa kita coba tanya Jung-won dahulu?” ucap Tuan Ju.
Akhirnya Jung Won datang ke ruangan. Tuan Ju pikir  Bila dirasa Dokter Lee Ik-jun keberatan, tidak perlu dibahas lagi karena masih dalam tahap bisa memilih untuk menerima atau menolak pasien.”
"Keberatan"? Sifat Ik-jun tidak begitu. Meski begitu, akan kucoba tanya Ik-jun dahulu.”ucap Jung Won. 




Dokter Kwon melihat dilayar kalau waktu operasi sudah berjalan 2 ja m lalu memberitahu perawat, ingin mengecek Bagaimana proses operasi penerima donor. Perawat datang labih memberitahu Dokter Kwon, lever sudah diangkat 30 menit lalu,
“dan kini sedang merapikan pembuluh darah usai proses hemostasis. Mereka sudah hampir siap.” Ucap Perawat
“Apa Secepat ini? Berarti operasi hari ini selesai dua jam lebih cepat?” kata Dokter Kwon tak percaya. 

Ik Jun sudah ada diruangan, Dokter Jang datang melihat Ik Jun  belum pulang, Ik Jun mengaku  Nanti, setelah lihat reperfusi dan melihat Dokter Jang tak makan padahal Operasi selesai. Dokter Jang menjawab harus ke Unit Perawatan Intensif untuk cek apa donor baik-baik saja.
“Aku terharu... Ayo Ulurkan tanganmu.. Makan ini. Bilang kalau ingin tambah. Ada satu boks di ruangan Jun-wan.”ucap Ik Jun menuangkan banyak coklat ke tangan Juniornya. Dokter Jang pun mengucapkan Terima kasih.
“Kini aku tak mengantuk. “ ucap Dokter Jang tersenyum bahagia. Saat itu pintu terbuka dan Jung Won datang.
Jung Won menyapa dengan santai Dokter Jang bergegas pergi,. Ik Jun heran temanya masih ada dirumah sakit.  Jung Won pikir temanya sednag senggang. Ik Jun membenarkan dan ingin membahas kalau Jung Won tadi bicara santai pada Dokter Jang.
“Aku? Tidak.” Ucap Jung Won menyangkalnya. Tapi Ik Jun ingat temanya mengatkan bilang, "Hai, Gyeo-ul".
“Kapan? Tidak.” Kata Jung Won masih tetap menyela. Junn tetap menyangkal dan ingin tahu kapan serta Pukul berapa?
“Oh... Tidak. Baiklah, kau tidak melakukannya Ada perlu apa?” tanya Ik Jun. Jung Won mengingat tujuanya datang. 



“Dua tahun lalu dia mendapat transplantasi donor hidup dari putranya, dan kondisi terus memburuk karena reaksi penolakan kronis. Penyakit kuningnya parah dan berencana melakukan terapi CRRT. Kondisinya buruk.” Jelas Jung Won
“Biar kulihat jadwal. Sebentar”kata Ik Jun melihat ponselnya. Jung Won ingin memastikan apakah Ik Jun bersedia.
“Nanti kuatur jadwal secepatnya sesuai kesiapan donor.Bisa jadi harus operasi darurat akhir pekan.” Jelas Ik Jun. Jung Won pun senang mendengarnya.
“Omong-omong, Menteri Son Tae-hwan punya gedung bertingkat, 'kan? Kudengar ada di Gangnam.” Ucap Jung Won
“ Pada dasarnya, dia memang anak orang kaya.” Kata Ik Jun merasa tak masalah.
“Kudengar dia sudah berjanji kepada Pak Kepala akan memberi sumbangan bila jadi operasi di rumah sakit kita.” Kata Jung Won
“Dia bayar mahal untuk biaya rumah saki dan menyumbang banyak. Pasti Malaikat Penolong merasa amat terbantu.”ucap Ik Jun
“Tentu. Belakangan, kau banyak membantu asupan dana Malaikat...” kata Jung Won lalu Ik Jun menerima telepon masuk dan akan segera kesana
“Hei, omong-omong, soal CUSA... Bisa dia sumbangkan beberapa benda itu? Itu alat untuk bedah lever. Yang kita punya jelek. Aku suka donasinya, tetapi tanya apa dia bisa belikan itu... Tolong, oke?” ucap Ik Jun. Jung Won hanya bisa melonggo bingung. 


Flash Back
Ik Jun sibuk membersihkan meja saat  Jung Won membantu Song Hwa, lalu bertanya Kali ini beli apa. Song Hwa menjawab Tungku kayu. Ik Jun mengeluh kesal, dan saat itu Jung Won menarik Song Hwa untuk pergi sambil memujinya.
Akhirnya Ik Jun selesai membereskan meja dan saat itu kaget mendengar bunyi suara ambulance, lalu mencari di jas baju Jung Won, tapi tak menemukan lalu mencari disaku baju lainya.
[HYEON JEONG-MI, BAGIAN PELAYANAN SOSIAL - PUSAT MEDIS YULJE, PRIA 78 TAHUN, RINCIAN DI SUREL]  Ik Jun membacanya tak percaya kalau Ahn Jung-won memang Luar biasa dan sungguh licik.


Song Hwa dkk mengadakan rapat lalu bertanya Sudah pukul berapa ini, karena ada janji makan malam. Ia pikir mereka lebih baik menyudahi rapat dan akan bertemu besok.
“Dokter Chae. Seong-yeong dipanggil Dokter Min Gi-jun tadi.” Ucap Dokter Yong melapor.
“Dokter Min Gi-jun memanggil Seong-yeong dan memarahinya habis-habisan. Tadi kulihat dia melamun sendiri.” Cerita Dokter Heo sedih
“Dokter Min Gi-jun berhak melakukan hal itu di posisinya.” Kata Song Hwa santai
“Astaga, Dokter Chae... Apa Bisa tolong mengumpat sekali saja?” keluh Dokter Heo. Song Hwa mengaku pandai mengumpat.
“Aku belum pernah melihatmu mengumpat. Kumohon mengumpatlah sekali saja.”kata Dokter Heo. Song Hwa mencoba mengumpat tapi nadanya seperti biasa saja.
“Kata Umpatan, tetapi tak seperti umpatan. Aku merasa terobati. Serasa dapat berkah. Tadi aku berniat mentraktir Seong-yeong makan malam, tetapi dia bilang ada janji. Dia benar-benar ceria. Dia cemberut sampai sore tadi, tetapi kini ceria lagi. Kurasa dia mau temui pacarnya.” Cerita Dokter Yong
“Dia janji makan malam denganku. Aku mau traktir dia makan.” Kata Song Hwa
“Dokter Chae... Kau bahkan memperhatikan dokter magang? Traktir kami juga.” Rengek Dokter Heo. Song Hwa pun setuju mereka pergi bersama!


Song Hwa dkk berjalan bersama melihat Ik Jun berjalan dilorong lalu bertanya apakah sudah makan malam. Ik Jun mengaku terlambat kelas lalu bergegas pergi. Dokter Yong menceritakan Menurut Dokter Jang Gyeo-ul, bulan ini Dokter Lee sudah operasi delapan transplantasi lever.
“Jadwal operasinya selalu banyak.” Cerita Dokter Yong  tak percaya
“Dia pernah sepuluh kali mengoperasi selama sebulan di rumah sakit sebelumnya.” Cerita Song Hwa lalu melihat bulan purnama.
“Apa Hari ini tanggal 15?” kata Song Hwa senang melihat Bulan purnama!. Dokter Ahn membenarkan setelah melihat ponselnya.
“Kita harus memohon.” Kata Dokter Yong. Song Hwa bingung Memohon apa?
“Jangan biarkan Seong-yeong sakit hati dan jadikan dia ahli bedah yang baik.”kata Song Hwa. Semue mengeluh dengan permintaan Song Hwa unuk orang lain.
“Apa Kau tak punya permohonan bersifat duniawi atau materialistis?” tanya Song Hwa.
“Akhir pekan ini, aku akan berkemah. Apa Kuminta diberi tempat bagus?” ucap Song Hwa
Mereka meminta yang lain saja. Song Hwa pun memikirkan permintaanya, tapi menurutnya Tidak ada. Song Hwa bertanya apakah Song Hwa mau mencalonkan diri. 


Jun Wan terlihat gelisah dimeja kerjanya, Jung Won sudah berganti pakaian bertanya apakah tidak pulang. Jun Wan menyuruh pulang lebih dulu karena masih ada pekerjaan. Jung Won pun mengucapkan Selamat bekerja. Jun Won terlihat gelisah.
Dokter Do memeriksa pasien yang baru saja melakukan Enema, saat itu seorang bibi menyapanya ketika keluar ruangan memastikan kalau ia adalah Dokter Do Jae-hak, Dokter Do membenarkan.
“Begitu? Aku bibi Kim Hae-beom, pasien Kamar 6303. Senang bertemu denganmu. Kita baru bertemu karena aku baru saja sampai dari desa. Tunggu sebentar, Dokter. Hae-beom memintaku membawakan sesuatu. Tunggu sebentar.” Ucap Bibi Kim. 

Di depan RUANG OPERASI, Dokter Cha mengintip melihat Suk Hyung mengeluh karena belum pulang juga.  Perawat menyapa Suk Hyung heran karena belum pulang, Suk Hyung menjawab sebentar lagi lalu membahas pasienya.
“Bayi Bu Oh Hye-jun mengalami deselerasi lambat sekali, tetapi kini sudah pulih. Tolong pantau. Beri tahu aku bila terjadi deselerasi lagi.” Ucap Suk Hyung. Perawat menganguk mengerti.
“Selamat bekerja, Semua!”kata Suk Hyung ramah lalu pamit pergi. 

Saat itu Dokter Chae langsung menghampirinya, Suk Hyung bingung karena sudah pulang tadi. Dokter Chae mengaku Ada barangnya yang tertinggal lalu meminta tolong antar sampai stasiun kereta. Suk Hyung terlihat bingung.
“Terima kasih.” Kata Dokter Chae dengan cepat lalu bergegas pergi. Suk Hyung hanya bisa terdiam. 

Jun Wan yang kebingungan akhirnya menelp Ik Sun bertanya  sedang apa lalu mengaku juga hendak pulang sebentar lagi. Ia pun mengaku dengar dari Dokter Ahn Chi-hong tadi kalau Ik Sun lulus. Ik Sun merasa tak enak hati Jun Wan tahu dari orang lain.
“Tidak apa. Tak masalah aku dengar dari siapa pun. Kau merasa bersalah dan tak berani meneleponku, ya? Kita bicarakan akhir pekan ini. Kita cari jalan keluar.” Ucap Jun Wan.
“Baiklah. Kita bertemu dan bicara. Selamat tidur... Aku juga.” Kata Jung Won membalas pernyatan cinta Ik Sun. 

Di ruangan, Dokter Do bahagia melihat isi buah bernama strawberry, lalu melihat sebuah kertas yang terselip. Ia membaca isi surat Tuan Kim “Terima kasih kau tak menyerah akanku. Aku takkan pernah melupakan kebaikanmu ini.”
Dokter Do menangis membaca pesan dari pasienya, saat itu Jun Wan masuk ruangan mengajak Dokter Do minum. Dokter Do panik langsung membaringkann kepalanya karena tak ingin keliatan menangis. 

Dokter Chae membuka bagian mobil Suk Hyung lalu berkomentara Mobil Suk Hyung bersih sekali karena Tidak ada apa-apa menurutnya seniornya itu memang penuh kejutan. Suk Hyung bertanya apakah ia seperti orang yang punya mobil berantakan.
“Tidak. Aku tahu kau rapi, tetapi tidak tahu kalau serapi ini. Apa Rumahmu juga pasti rapi?” tanya Dokter Chae
“Aku tidak rapi. Hanya kosong karena malas bersih-bersih. Rumahku juga kosong.”jelas Suk Hyung
“Tunggu Sebentar, Dokter.” Ucap Dokter Chae lalu mengangkat telp dan mengaku sedang sibuk dan bergegas menutup telp.
“Silakan bicara. Kenapa ditutup?” kata Suk Hyung. Dokter Chae mengaku tadik yang menelp adalah teman lelakinya.
“Dia menelepon sepuluh kali sehari.” Ucap Dokter Chae. Suk Hyung tak percaya menurutnya itu Luar biasa.
“Itu berlebihan... Dokter, apa kau... Kau tak cemburu, 'kan?” ucap Dokter Chae. Suk Hyung bingung dianggap cemburu.
“Apa kau suka aku?” kata Dokter Chae. Suk Hyung bingung mengaku Tidak.
“Tapi aku suka kau.” Akui Dokter Chae. Suk Hyung tiba-tiba mematung. Dokter Chae pun meminta berhenti didepan karean akan turun. 



Suk Hyung menepikan mobilnya, Dokter Chae mengucapkan Terima kasih lalu turun dari mobil. Suk Hyung masi terdiam. Dokter Chae kembali mengetuk jendela lalu memperingatkan Suk Hyung agar Besok jangan bersikap tak tahu.
“Maksudku, soal pernyataanku hari ini. Tolong jangan pura-pura tak tahu besok. Kau tidak perlu menjawab. Aku tak bilang untuk dapat jawaban. Aku hanya...mengungkapkan perasaanku.”jelas Dokter Chae. Suk Hyung terlihat masih shock.
“Aku takkan menunjukkannya di rumah sakit. Aku hanya... ingin kau tahu perasaanku. Kalau begitu, sampai jumpa besok.” Ucap Dokter Chae. Suk Hyung hanya bisa terdiam. 


Ik Jun berbaring memeluk sang anak, lalu tersadar meraskan tubuh anaknya yang panas. Ia pun memakai termometer melihat suhunya Tiga puluh delapan koma dua, lalu membangukan U Ju memberikan obat dan mengajaknya tidur lagi.
Ia lalu menerima telp dari Dokter Jang, kalau Tekanan darah Yu Sang-jun turun lagi, lalu memberi infus dan norepinefrin. Ik Jun meminta agar Pantau terus apa kondisinya baik setelah tambah norepinefrin.
“Diberi antibiotik juga, 'kan? Aku segera ke sana.” Ucap Ik Jun kebingungan karena Demamnya tak kunjung turun.
Ia sudah bersiap di pinggir tempat tidur anaknya, saat melihat yang datang hanya berkomentar orang itu terbang kemari karena cepat sekali datang. 

Ik Jun bergegas pulang membuka pintu kamar anaknya, dan langsung terdiam melihat Song Hwa berbaring dengan U Ju tanpa pakaian dan memeluknya dengan erat. Ia hanya bisa tersenyum lalu keluar dari kamar. Song Hwa perlahan keluar dari kamar melihat Ik Jun sedang masak.
“Kapan kau tiba?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab Sepuluh menit lalu dan mengajak untuk sarapan bersama.
“Apa Kau sudah tidur?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab belum. Song He menyuruh agar tidur saja sebentar.
“Aku tak bangun kalau kini tidur. Nurungji  tidak apa, 'kan?” kata Ik Jun. Song Hwa pikir itu sarapan terbaik lalu mengeluarkan lauk dari dalam kulkas.


Song Hwa memuji makanan Ik Jun Enak. Ik Jun menawarkan untuk nambah. Song Hwa pikir nanti kalau sudah habis lalu bertanya apakah Jangjorim  ini buatan temanya. Ik Jun menjawab  Dikirim Ibu lalu bertanya apakah Telur yang dibuat enak.
“Garamnya pas. Enak... Hei. Ik-jun, tidurlah.” Ucap Song Hwa. Ik Jun pikir tak masalah.
“Apa Demamnya sudah turun?” tanya Ik Jun. Song Hwa memberitahu kalau suhunya 36,8 derajat sebelum keluar kamar. Ik Ju pikir itu Sudah turun.
“Ya ampun, aku sempat panik karena demamnya tak kunjung turun dini hari tadi. Aku bahkan bertanya kepada ibuku, dan dia menyuruhku melepas baju U-ju, lalu lap badannya dengan air hangat.” Cerita Song Hwa.
“Setelah itu demamnya turun drastis. Para ibu memang jauh lebih baik ketimbang dokter. Para ibu menakjubkan.” Cerita Song Hwa penuh semangat.
“Kau menelepon ibumu dini hari?” kata Ik Jun tak percaya. Song Hwa pikir tak ada yang bisa dilakukan karena U-ju sakit.
Song Hwa kembali menyuruh Ik Jun agar tidur, Ik Ju mengerti sambil mengeluh temanya itu yang cerewet dan memberitahu Ada waktu satu jam jadi bisa tidur setelah makan dan meminta agar membangunkanya.   Song Hwa mengerti dan menyuruh agar cepat tidur
“Ik-jun... Apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri akhir-akhir ini?” ucap Song Hwa. Ik Jun kebingungan diberikan pertanyaan itu.
“Lantas kau?” tanya Ik Jun. Song Hwa memperlihatkan ponselnya kalau baru saja membeli barang yaitu Tempat kayu bakar.
“Kenapa kau butuh itu?” keluh Ik Jun. Song Hwa mengatakan Kayu bakar dimasukkan ke dalam tungku kayu, dan kayu bakar itu disimpan di sini.
“Kau bisa menyimpannya di lantai. Untuk apa beli itu?” keluh Ik Jun merasa tak berguna.
“Aku beli untuk diriku sendiri. Aku membelinya untuk memuaskan diri sendiri. Aku sangat bahagia saat beli ini. Jadi  Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri?” tanya Song Hwa.
“Makan denganmu seperti ini. Makan... dan minum kopi denganmu. Kulakukan hal itu untukku.” Ucap Ik Jun. Song Hwa sempat terdiam mendengarnya lalu mengalihkan pandanganya. 



“Di luar hujan. Apa Kau tak dengar?” kata Ik Jun. Song Hwa langsung bergegas pergi ke balkon dan meminta izin membuka jendela. Ik Jun pun mempersilahkan.
“Kau Simpan saja disana. Biar aku yang bereskan.”kata Song Hwa yang sangat senang melihat hujan.
“Kau mau kopi, 'kan?” ucap Song Hwa. Ik Jun pikir akan membuatkanya.
“Prakiraan cuaca hari ini hujan?” tanya Song Hwa. Ik Jun tak tahu dan berpikir Song Hwa mengetahuinya.
“Aku tanya karena tak tahu.” Kata Song Hwa lalu Ik Jun membantu Song Hwa karena salah memasukan sampah daur ulang.
“U-ju biasa bangun pukul berapa?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab  Tidak pasti.
“Belakangan ini, dia bangun sesuka hati.” Ucap Ik Jun. Song Hwa kebingungan memilih sampah.
Keduanya seperti keluarga dipagi hari ditengah hujan yang turun deras. 

PUSAT MEDIS YULJE
Song Hwa melihat pasien yang datang Perawat Song Su-bin, yaitu Sahabat Ik-jun. Perawat Song membenarkan datang membawa anaknya. Song Hwa pun menyuruh keduanya duduk tak percaya kalau punya anak sebesar ini Perawat Song memberitahu kalau anaknya sudah kelas dua SMP.
“Ini sungguh tak terduga... Mendadak, dia bilang penglihatan periferalnya hilang, lalu kubawa ke dokter mata. Aku malah disuruh membawanya ke Bedah Saraf. So-mi baik-baik saja, Dokter?” kata Perawat Song.
“Dia belum menstruasi pertama?”kata Song Hwa. Perawat Song membenarkan dan ingin tahu Apa itu jadi masalah. Song Hwa terlihat gugup. 

Di taman, tiga sekawan duduk sambil minum es. Ik Jun pikir Ini hari-H,  Suk Hyung membenarkan kalau Pengacara Pyeon ke pengadilan dan menyampaikan pendapat terakhir sore ini jadi Setelah itu benar-benar selesai.
“Malam ini kita harus minum-minum.”ucap Jung Won. Ik Jun membahas kalau Hari ini Jun-wan ada konferensi.
“Ya, di hotel daerah Gangwon. Dia pasti sudah berangkat.” Kata Jung Won.
Saat itu Suk Hyung melihat ponselnya dan hanya diam saja. Jung Won heran Suk Hyung Tidak menjawabnya. Suk Hyung melihat “ KEPALA SEKRETARIS” dan bertanya-tanya alasan meneleponnya. Ik Jun bingung bertanya Kepala sekretaris siapa. Suk Hyung menjawabPresdir Yang.

Jun Wan berlari masuk ke ruangan IGD, Dokter Do memberitahu Diseksi aorta DeBakey tipe satu, tekanan darah 70/40 dan Ruang Operasi sedang disiapkan. Jun Wan terlihat kesal sendiri.
 Ibu Suk Hyung dan pengacara Pyun terlihat tegang menunggu didepan ruangan operasi. Jun Wan keluar dengan Suk Hyung, lalu mematuksn kalau Jun Wan yang akan menjelaskan.
“Bu... Aku yang mengoperasi, tetapi aortanya rusak, jadi, operasi dilanjutkan seraya lakukan Resusitasi Jantung Paru. Aku tak tahu apa dia akan kembali sadar karena durasi henti jantungnya lama.”kata Jun Wan
“Kita pantau dahulu beberapa hari, dan jika tak kunjung sadar kurasa dia akan sulit bertahan, Bu. Maafkan aku.”kata Jun Wan membungkuk. 


Ibu Suk Hyung akhirnya masuk ruangan dan meminta pengacara Pyun agar duduk karena Kakinya pasti sakit. Pengacara Pyun menolkanya . Ibu Suk  Hyung mengaku Ada yang ingin dibicarakan jadi meminta agar bisa duduk.
“Ibu!..” teriak Suk Hyung tak percaya. Pengacara Pyun memastikan uacpan ibu Suk Hyung serius.
“Ya.. Batalkan permohonan ceraiku. Saat sidang mediasi di pengadilan, sampaikan bahwa dari pihak kita tidak ingin bercerai. Aku masih... mencintainya.” Ucap ibu Suk Hyung. Keduanya tak percaya mendengarnya.
Bersambung ke episode 11
Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar