Da Ham
memberitahu Kang Seok agar Jangan terlambat untuk wawancara besok, dengan
panggilan Mitra Senior Choi. Kang Seok sedang mendengakan musik tak mendengar
yang dikatakan Da Ham meminta agar mengulanginya lagi.
“Wawancara
besok.” Ucap Da Ham. Kang Seok mengatakan bukan yang itu tapi setelahnya.
“Mitra
Senior Choi.” Ucap Da Ham. Kang Seol terlihat senang mendengarnya dan akan
bertemu kembali dengan Da Ham esok.
Sementara
di ruangan Geun Sik seperti menahan rasa sedih sambil berkata pada ikan
peliharaanya agar “Jangan makan terlalu banyak, dan langsung tidur.”
“Tunggu
dan lihat saja... Mulai besok, aku akan menjadi pengacara Kompeten yang tidur
lebih awal dan bangun terlambat. Hei... Jangan tatap aku seperti itu... Tidurlah.”
Ucap Geun Sik seperti ingin memembuat dirinya seperti Kang Seok.
Yeon Woo
memakai setelah jasnya, Se Hee merapihkan baju Yeon Woo menceritakan tidak tahu
dengan siapa Cheol Soon minum tadi malam, dan langsung pingsan setelah pulang
pagi hari. Yeon Woo merasa kalau itu Tidak heran untuknya.
“Jangan
seperti ini. Dia masih bersikeras meminjamkan jasnya karena kau ada wawancara
penting. Dan dia memintaku untuk memastikan kau terlihat tampan sebelum pergi.”
Ucap Se Hee. Yeon Woo mengeluh dengana alasan Cheol Soon itu Wawancara.
“Mereka
akan keliru jika tidak melihat nilaimu yang sebenarnya.” Kata Se Hee yakin.
Yeon Woo ingin memberitahu Se Hee seperti ingin memberitahu yang sejujurnya.
“Katakan
padaku hasilnya nanti... Pertama, percaya diri dan tegakkan kepalamu... Semoga
berhasil.” Kata Se Hee pada Yeon Woo untuk tetap semangat membawa kopernya.
Kang Seok
masuk ke dalam gedung, terlihat sudah banyak orang yang menunggu di lorong lalu
memberikan sebuah patung diatas meja, memberitahu Da Ham kalau menyaringnya dan
memberikan tanda. Da Ham binggung apakah
Kang Seok menemukan seseorang yang mengenali patung dengan timbangan. Kang Seok
membenarkan.
“Aku
ingin seseorang yang sepertiku tetapi juga berbeda disatu sisi. Itulah
maksudku.” Kata Kang Seok yakin
“Aku
tidak yakin kau akan menemukan orang seperti itu.” Keluh Da Ham.
Yeon Woo
masuk ke dalam sebuah gedung, terlihat sangat gugup dengan melihat papan
bertuliskan [Kang dan Ham, Wawancara Rekan] akhirnya masuk ke dalam lift,
dengan wajah masih tetap tegang. Setelah itu sampai di lorong ia harus pergi ke
Kamar nomor 950.
Saat
berjalan Yeon Woo melihat dua orang didepan kamar 950, dan melihat nama petugas
hotel bernama Yoo Ju Yeon, Kim Hwan Shik. Tapi ia mengingat pengumuman di lift [Pegawai
Bulan Ini, Yoo Ju Yeon, Kim Hwan Shik] tapi wajahnya berbeda dan juga ada
pengumuman tentang sauna yang sedang
diperbaiki sampai tanggal berikut.
“Apa
sauna buka hari ini?” tanya Yeon Woo menahan rasa gugup. Pegawai wanita pun
bisa menjawab dengan cepat.
“Ya,
tentu saja....Sauna kami buka 24 jam.” Kata si pegawai wanita. Yeon Woo pun
mengangguk mengerti lalu berjalan pergi.
Sementara
si pria terus berada didepan pintu kalau wanita itu sangat lamban. Si wanita mengatakan kalau pria
tadi mengenakan setelan jas, memegang koper dan menuju ke sauna. Yeon Woo
langsung keluar dari tangga darurat dan langsung berlari menurut tangga dan
beberapa kali kopernya terjatuh.
Ponselnya
berdering, Yeon Woo langsung mengangkatnya dan sambil mengumpat Brengsek
sombong. Si pria malah mengejek Yeon Woo yang bisa mengangkat telpnya jadi itu artinya belum ditangkap. Yeon Woo
mengumpat ingin tahu Permainan apa yang dimainkan sekarang
“Lalu Menurutmu
apa? Aku mencoba menunjukkan padamu betapa menakutkannya uang itu. Apa Kau
pikir akan selamat setelah ini?” ucap si
pria mengejek.
“Tentu
saja... Aku warga negara taat hukum yang melaporkan kegiatan ilegal apa pun,
dan kau penjahat yang akan tertangkap basah.” Kata Yeon Woo yakin.
“Kau
hanya tahu cara menggonggong... Tapi Kau tidak tahu cara menggigit. Kau masih
memiliki banyak waktu untuk pergi, Tamatlah kau, Brengsek.” Kata Si pria marah.
Tiba-tiba
pria dan wanita bisa megenali Yeon Woo dan langsung berteriak memanggilnya dan
bergegas menuruni tangga. Yeon Pun pun sibuk menuruni tangga.
Di depan
meja, Da Ham mulai menyari para pelamar
untuk melihat apa arti patung yang dibawa Kang Seok. Seorang pria mengatakanan
kalau artinya, Keadilan dan Ini adalah Dewi Keadilan. Dan Ham pun menyuruh orang itu masuk ruangan,
tapi memberikan kode pada Kang Seol kalau bukan seperti harapanya.
Yang
lainya menjawab Dike, Dewi Hukum dan
Keadilan. Da Ham seperti tak bisa menemukan seseorang yang sesuai dengan Kang
Seok, lalu memangil perlamar berikutnya bernama Byun Tae Hyung. Tapi Tuan Byun
tak juga terlihat, Yeon Woo akhirnya sampai di lantai tempat wawacara Kang
Seok.
Da Ham
mencoba terus memanggil Byun Tae Hyung dan aka memanggil yang lain kalau tak
ada. Yeon Woo dengan nafas
terengah-engah akhirnya berlari masuk mengaku sebagai Byun Tae Hyung. Da Ham
ingin tahu apa yang ada diatas mejanya. Yeon Woo binggung dan hanya sekali
menatap bisa menjawab.
“Kairos,
Dewa Kesempatan Yunani.” Ucap Yeon Woo. Da Ham kaget mendengarnya, lalu
memberikan kode pada Kang Seol kalau itu calon yang dinginkan bosnya, lalu
menyuruh Yeon Woo masuk ke dalam ruangan dengan membawa patungnya.
Dua
petugas hotel sampai dilantai yang sama dan tak bisa melihat Yeon Woo karena
pintu ruangan sudah tertutup. Kang Seol
meminta agar Yeon Woo menjelaskan, Yeon Woo binggung Menjelaskan apa maksudnya.
Kang Seol menunjuk ke arah patung yang dibawa Yeon Woo.
“Oh, ini
mungkin mirip seperti Dike, tapi Dike seorang wanita, dan Kairos seorang pria.
Dan dia pria setengah botak tanpa rambut di belakang. Dia punya banyak rambut
di bagian depan untuk membiarkan orang merebut kesempatan. Lalu dia botak di
bagian belakang untuk memperingatkan orang bahwa kau tidak bisa meraih kesempatan
setelah melewatkannya.” Ucap Yeon Woo jelaskan secara mendetail
“Dan
juga, dia memiliki sayap di pundak dan kakinya... untuk menunjukkan bahwa kesempatan
dapat terbang dengan sangat mudah. Jika kau memiliki prasangka, penutup mata
ini, dapat bertindak sebagai jebakan.” Kata Yeon Woo melepaskan kain hitam yang
menutupi mata
Kang Seok
terkesan dengan jawaban Yeon Woo menyuruhnya agar duduk, Yeon Woo makin binggung
karena tujuanya adalah untuk melarikan diri.
Ketika
akan duduk, Yeon Woo tak sengaja menjatuhkan isi dalam kopernya lalu panik
bergegas memasukanya. Kang Seol melihat banyak bungkusan dalam tas, langsung
mengambil satu bungkus dan tahu kalau itu adalah obat terlarang. Yeon Woo pun
tak bisa berkata-kata lagi.
Saat itu
di meja depan, Petugas hotel bertanya pada Da Ham apakah melihat seorang pria
yang memakai jas dan membawa koper. Da Ham
menunjuk orang-orang yang ada didepanya, semua mengunakan setelan jas dan
membawa koper. Lalu ia bertanya apa sebenarnya yang terjadi.
“Kami
dari Tim Narkotika Kantor Polisi Gangnam.” Ucap Polisi wanita. Da Ham binggung karena Tim Narkotika datang ke
kantor mereka.
Di dalam
ruangan, Kang Seok akhirnya tahu nama aslinya Go Yeon Woo, belum pernah ke sekolah
hukum, bahkan universitas dan mendapatkan barang itu karena jatuh ke dalam
perangkap. Yeon Woo membenarkan. Kang
Seok mengaku tidak percaya dengan Yeon Woo,
“Jika kau
cukup pintar untuk mengetahui perbedaan antara Kairos dan Dike, kenapa kau tidak
sadar ini jebakan? Tidak peduli apa alasannya, aku yakin kau tidak tahu bahwa
ini kejahatan serius. Penanganan Narkotika...” ucap Kang Seok yang langsung
disela oleh Yeon Woo.
“Undang-Undang
Penanganan Narkotika pasal 58 dan 3, termasuk insiden yang dinyatakan dalam
pasal 5, bagian 2, ayat 5. Ini berlaku mulai dari pasal ini hingga pasal 61... Bagian
2, 3, pasal 4, ayat 1, pasal 5, bagian 2 hingga 4... Orang-orang yang termasuk dalam
pasal 5, bagian 2, 4, ayat 2 semuanya dibebaskan.” Ucap Yeon Woo dengan cepat
“Di bawah
ini sama seperti di atas. Jika pasal 18, pasal 1 atau pasal 21, bagian 1
dilanggar, dan ada yang diimpor, diekspor, diproduksi, dijual, dimediasi
perdagangan, atau jika kau diketahui kepemilikan obat-obatan tersebut dengan
maksud seperti itu, akan dijatuhi hukuman seumur hidup atau penjara selama lima
tahun.” Kata Yeon Woo dengan lengkahp.
Kang Seok
binggung karena Yeon Woo bisa mengatakan dengan lengkap. Yeon Woo mengaku tidak
pernah melupakan buku atau gambar apa pun yang telah dilihat dan dipahami, dan
ia tahu kalau itu sulit dipercaya, tapi terlahir seperti ini. Kang Seok
mengartikan kalau Yeon Woo hafal seluruh buku hukum dan ingin tahu alasanya.
“Aku
ingin menjadi seorang pengacara... maksudku.. Aku harus menjadi pengacara.” Ucap
Yeon Woo. Kang Seok pun melihat Da Ham mengetuk pintu ruangan.
“Ada apa?”
taya Kang Seol. Da Ham meberitahu kalau ada petugas polisi. Kang Seok langsung
mendekati celah pintu ingin tahu tujuan mereka datang dengan wajah tenang.
“Kami
mencurigai bahwa pria yang ada di ruangan Anda seorang pengedar narkoba.” Ucap Polisi.
“Apa Maksudmu
pria yang mungkin menjadi pengacara di Kang dan Ham kemungkinan seorang
pengedar narkoba, dan kopernya dipenuhi dengan obat-obatan?” ucap Kang Seok
dengan nada sinis, Polisi mengaku kalau bukan seperti itu maksudnya.
“Boleh
kulihat IDmu?” ucapa Kang Seok. Pria itu memberikan ID [Ma Dong Seok, Kantor Polisi Gangnam] Akhirnya
Kang Seok menyuruh masuk, Yeon Woo terlihat panik karena dua polisi yang
diminta masuk.
Setelah
polisi masuk, Da Ham meminta semua pelamar untuk istirahat 10 menit. Kang Seok
bertanya apakah mereka menerima
laporan,dan ciri-ciri tersangka sangat mirip dengan Yeon Woo. Keduanya hanya
diam, Kang Seok bisa tahu kalau memang itu Laporan. Lalu menyuruh agar
memulainya. Yeon Woo binggung maksudnya.
“Bukankah
kau di sini untuk menjadi pengacara?” ucap Kang Seok. Yeon Woo menyuruh agar
membela diri.
“Kami
hanya perlu memeriksa Idnya untuk saat ini...” kata Polwan. Yeon Woo langsung
berdiri dari tempat duduknya.
“Anda
menerima laporan. Tapi jika Anda menangkap seseorang dengan kecurigaan tanpa
bukti, itu bisa menjadi penangkapan ilegal.” Ucap Yeon Woo. Kang Seok tak suka
dengan jawaban Yeon Woo, akhirnya Yeon Woo mengingat tentang laporan.
“Laporan
bisa berubah menjadi tuduhan palsu terhadap orang yang tidak bersalah. Jika
Anda membuat laporan palsu ke pejabat pemerintahan dengan niat untuk membuat
seseorang dijatuhi hukuman pidana, itu dianggap sebagai tuduhan menurut pasal
15 dari hukum pidana. Anda bisa dipenjara hingga 10 tahun, atau membayar denda
hingga 15.000 dolar.” Ucap Yeon Woo. Polwan mulai ketakutan.
“Aku
paham Anda seorang pengacara, tapi kami sedang bertugas sekarang.” Ucap Polisi
Ma.
“Aku
meluangkan jam kerjaku yang berharga untuk bekerja sama dengan polisi.” Balas Kang
Yeon
“Detektif
memiliki hak untuk menghentikan dan menanyai siapa saja yang terlihat mencurigakan.
Jika Anda tidak patuh, maka kami bisa membawa Anda ke kantor polisi untuk
memeriksa identitas Anda.” Balas si polwan bisa membalas ucapan Kang Seok.
“Pendamping
sukarela... Itu mungkin... Pengacara, ada yang ingin kau katakan?” kata Kang
Seok pada Yeon Woo.
Yeon Woo
hanya diam lalu teringat dengan buku bagian [Penegakan Hukum oleh Petugas
Polisi] Lalu berkata Menurut penegakan hukum oleh petugas polisi, jika
menginvestigasi seseorang merugikan bagi polisi atau jika menghalangi jalannya
acara, petugas dapat meminta terduga untuk menemaninya ke kantor
“Dan
pihak lawan boleh menolak untuk melakukannya. Juga, menurut hukum perlindungan hak
asasi manusia, ketika seorang petugas meminta pendamping sukarela, maka petugas
harus menyatakan bahwa mereka
memiliki hak untuk menolak, dan bahkan jika mereka mengatakan iya, mereka juga
berhak untuk pergi kapan pun mereka mau menurut hukum." ucap Yeon Woo
"Karena itu, mengatakan
itu saja dengan membawaku ke kantor untuk memeriksa identitasku...adalah
pelanggaran proses hukum dan hak untuk menolak membuat pernyataan, sesuai
dengan Konstituasi Amandemen ke-12.” Ucap Yeon Woo yang membuat dua polisi
melonggo.
“Bagus...
Diterima.” Kata Kang Seok. Yeon Woo hanya bisa melonggo bingung.
“Apa kalian
masih memiliki pertanyaan pada pengacara baru Kang dan Ham?” kata Kang Seok. Polwan
mengaku tak ada.
“Jika tidak
keberatan, boleh kami memeriksa satu hal lagi sebelum pergi? Koper di atas
meja... Kami hanya perlu memeriksa koper itu. Sepertinya itu milik dia. Aku
akan meminta surat perintah jika diperlukan.” Kata Polisi Ma.
Akhirnya
Yeon Woo membuka koper dan terlihat hanya buku tanpa obat-obatan. Kang Seok
bisa tersenyum lalu mengeluarkan ponselnya seperti ingin melapor kalau keduanya
dari polisi Gangnam, akhirnya keduanya keluar dari ruangan wajah dengan wajah
kesal. Da Ham pun melihat hanya bisa menghela nafas.
Flash Back
Saat Kang
Seok berbicara di celah pintu dengan polisi yang menduga kalau calon pengacara
menyimpan narkoba. Yeon Wook sibuk membuang semua barang ke bawah kursi dan mengambil
buku diatas rak lalu menyusunya dalam koper.
“Bagaimana
kau tahu mereka akan memeriksa kopermu?” tanya Kang Seok
“Menemukan
bukti adalah yang terpenting. Dan Anda menekankan kata, "koper". Ucap
Yeon Woo.Kang Seok sudah tak ingin membahasnya lagi.
“Jika kau
ingin menjadi seorang pengacara, pergilah ke universitas dan lulus ujian.” Kata
Kang Seok. Yeon Woo mengaku sudah melakukannya.
“Kau
bilang tidak pernah lulus universitas dan tidak memenuhi syarat.” Kata Kang
Seok binggung.
“Itu
bukan kesempatan yang adil bagiku. Aku memenuhi syarat untuk mengikuti tes dengan
nama orang lain.” Akui Kang Seok.
Flash Back
Cheol Soo
memberikan Slip Tes Identifikasi dengan
memberitahu bayaran yang akan didapat. Yeon Woo mengaku sudah tahu, Cheol Soo
mengaku tahu kalau impian Yeon Woo sebagai pengacara, jadi meminta agar
mengnggap saja sebagai latihan dan itu cocok untuknya sebagai kesempatan bagus.
“Kesempatan?
Kau sebut ini kesempatan besar?” ucap Yeon Woo seperti tak ingin melakukanya.
“Coba
Pikirkan ini... Kau tidak memiliki orang tua atau kerabat lain untuk membayar
uang sekolahmu. Anggaplah kau masuk ke perguruan tinggi atau sekolah hukum
dengan beasiswa. Coba bayangkan, Bagaimana dengan rumahmu? Dan tagihan rumah
sakit nenekmu. Bagaimana kau akan bertahan hidup? Uang adalah sesuatu yang menakutkan.”
Kata Cheol Soo mencoba untuk merayu Yeon Woo agar mau melakukanya.
Yeon Woo
hanya terdiam lalu menatap temanya yang mendorongnya untuk masuk kelas ujian.
Cheol Soo menyakinkan Yeon Woo kalau pasti akan berhasil. Yeon Woo menatap jam
tangan yang dipakainya.
Yeon Woo
mengaku Uang memang menakutkan, Karena tabrak lari orang mabuk, maka kedua
orang tuanya meninggal. Menurutnya yang dibutuhkan itu bukan ketenangan atau
harapan tapi uang. Kang Seok berkomentar berterimakasih karena sudah berbagi.
“Bagaimana
pun, pertahananmu cukup bagus, Byun Tae Hyung... Maksudku, Go Yeon Woo... Tapi
Kang dan Ham hanya merekrut orang elit... Omong-omong, bagaimana dengan
ujianmu?” ucap Kang Seok
“Aku
merasa tidak enak karena sudah sempurna, jadi membuat kesalahan dengan sengaja.
Tapi hidupku sungguh kacau balau.” Akui Yeon Woo
“Apa kau
merasa waktu berhenti karena kecelakaan orang tuamu? Menurutmu, apa yang memutuskan
takdirmu? Apa Uang? Kebetulan?” ucap Kang Seok
“Tidak...
Itu pasti pilihan salah yang telah kubuat... Pilihan selalu datang dengan
konsekuensi.” Kata Yeon Woo
“Bagaimana
jika aku memberimu kesempatan? Bisakah kau menebus kesalahanmu?” ucap Kang Seok
“Kesempatan?
Jika itu kesempatan yang tepat, maka aku ingin menebusnya sendiri. Aku bisa
melakukannya.” Kata Yeon Woo yakin
“Atas
dasar apa? Apa Dengan ingatanmu yang lebih hebat dari yang lain?” tanya Kang
Seok
Yeon Woo
mengaku bukan seperti itu tapi, dengan
putus asa karena ia menerima konsekuensi hebat dari kesalahan. Ia measa lebih putus
asa dari pada siapa pun untuk menebus kesalahan yang dibuat. Kang Seok pun
memutuskan kalau Yeon Woo benar-benar lulus. Yeon Woo seperti masih tak
percaya.
“Kau bisa
menghafal buku-buku hukum. Aku tahu cara membaca orang.” Kata Kang Seok yakin
memilih Yeon Woo.
Yeon Woo
masuk ke toilet terlihat gugup mengingat kembali yang dikatakan Kang Seok “Ketika
kau diberi kesempatan, kau harus mempertimbangkan situasi dan membuat keputusan
cepat. Kau bilang harus menjadi pengacara.” Akhirnya Yeon Woo membuang semua
obat ke dalam toilet.
Flash Back
Kang Seok
tahu kalau Yeon Woo sangat ingin menebus
dirinya sendiri., Yeon Woo pikir Kang Seok menyuruhku untuk menjadi Jokernya
dengan memperlihatkan kartu joke. Yeon Woo pikir Jangan berlebihan karena tidak terlalu membutuhkan
kartu.
“Kartu
itu, yang tidak ada saat ini, adalah kau. Tergantung pada pilihan dan usahamu, kartumu
bisa berubah menjadi kartu as atau sejumlah angka yang tidak bernilai. Singkirkan
koper itu terlebih dulu. Kau akan memulai dari sana.” Ucap Kang Seok
Yeon Woo
akhirnya pergi ke sungai Han seperti sudah memutuskan untuk bergabung dengan
Kang Seok dan membuang koper sambil menatap kartu joker ditanganya.
Flash Back
Seorang
pria memaikan kartunya mengatakan Jika harus memilih satu kartu untuk menang,
meminta anaknya agar memilih satu kartu.
Anak itu melihat kartu lalu memilih kartu joker. Ayahnya berkomentar kalau
itu sebuah Pilihan yang menarik dan memillih kartu joker dan bertanya Mengapa memilih
Joker.
“Ini
tidak berarti sekarang, tapi bisa menjadi apa saja nantinya.” Kata si anak.
Kang Seok
duduk di meja memegang kartu joker ditanganya, seperti sudah sangat lusuh
mengingat kemblai yang dikatakan pada Yeon Woo “Bagaimana jika aku memberimu
kesempatan? Bisakah kau menebus kesalahanmu?” Yeon Woo mengatakan “Jika itu
kesempatan yang tepat, aku ingin menebusnya sendiri. Karena aku menerima
konsekuensi hebat dari kesalahan.”
Yeon Woo
menuliskan nama [Kang dan Ham, Pengacara] Lalu membaca semua bagan mulai dari Peraturan
Monopoli dan Perdagangan Adil, Litigasi Kasus Sipil dan mulai belajar dengan
serius melahap semua buku. Esok paginya ia seperti sudah siap meninggalkan
rumah dengan mengingat yang dikatakan nenek Cho.
“Ketika
seorang pria meninggalkan rumahnya untuk melakukan perjalanan, dia mengambil
sepasang sepatu dan setidaknya ada satu kebohongan.” Lalu berangkat dengan
mengayu sepeda.
Yeon Woo
membawa sepedanya melewati tangga subway dan melihat hujan yang turun dengan
deras. Seorang wanita juga menunggu didepan pintu keluar, Yeon Woo berpikir
kalau “Takdir akan diputuskan oleh pilihan yang kau buat, bukan secara
kebetulan.”
Ia
akhirnya memilih untuk menaiki sepedanya walaupun diguyur hujan, tak sengaja
ban sepedanya malah memercikan air ke arah wanita yang menunggu di depan pintu.
Kim Ji Na berteriak marah dan memanggilnya, tapi Yeon Woo sudah lebih dulu
pergi mengayuh sepedanya.
Yeon Woo
masuk ke dalam gedung menatap beberapa pegawai, seperti tak percaya kalau bisa
berkerja di sebuah gedung tinggi, padahal tak pernah kuliah. Yeon Woo duduk di
ruangan terlihat gugup, akhirnya ia melihat sekeliling ruangan, ada piagam Kang
Seol dari Sekolah Hukum Harvard dan Jaksa Negara Bagian New York.
Ia lalu
melihat foto Kang Seok dengan atlet, Kim Yuna, Ryu Hyun Jin, dan Park Inbee,
lalu bertanya-tanya apakah itu memang asli.
Saat itu Kang Seok masuk ruangan dan berdiri didepan jendea. Yeon Woo dengan
santai berkomentar kalau suka pemandangannya, tapi interiornya sungguh luar
biasa.
“Kau
tidak perlu duduk... Berbalik lalu pergi.” Ucap Kang Seok. Yeon Woo binggung
karena disuruh pergi.
“Aku
harus pergi Ke mana?” tanya Yeon Woo binggung.
“Pulang
ke rumah... Kau di pecat.” Kata Kang Seok. Yeon Woo hanya bisa melonggo.
Bersambung
ke Episode 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar