PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 20 September 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 4

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Pil Goo membela diri kalau Yong Sik yang  menukar 10.000 won ke koin 500 won untuknya bermain da Butuh waktu lama menghabiskan 10.000 won jadi tak mungkin ke tempat les, dengan menekankan kalau koinya 10.000 won.  Yong Sik menatap Pil Goo seperti tak percaya.
“Itu cukup persuasif bagi anak delapan tahun.” Gumam Yong Sik seperti disalahkan  oleh Pil Goo.
“Kau tahu, ini... Kenapa kau beri dia uang untuk main game?” kata Dong Baek lalu mengajak anaknya pergi karena menurutnya Yong Sik memang orang aneh.
Yong Sik binggung karena merasa disalahkan, Dong Baek tak percaya karena anaknya itu sudah menghabiskan 10.000 won. Pil Goo mengaku akan seperti itu tapi belum habis.
“Lalu aku...menjadi pria aneh lagi. Aku seorang bujangan.” Gumam Yong Sik. 


Pil Goo berjalan bersama ibunya memberitahu kalau Yong Sik  bukan pria aneh dan juga seorang polisi. Yong Sik mengaku tahu dengan hal itu. Pil Goo menceritakan Yong Sik yang membelanya saat berkelahi dengan Dae Sung. Dong Baek kaget anaknya  berkelahi dengan Dae Sung lagi.
“Kenapa? Kenapa kau terus berkelahi dengan anak lain? Apa masalahnya?” tanya Dong Baek.  Pil Goo menjawab kalau ibunya tak perlu tahu.

Di KEPOLISIAN ONGSAN
Tuan Byun mencoba berlatih bicara didepan cermin “Firasatku mengatakan Pengusil masih berada di Ongsan... Itu karena...” Yong Sik mengeluh meminta agar Tuan Byun jangan lakukan itu karena Orang akan menulis komentar kejam setelah diwawancara.
“Yong-sik, apa perlu aku pakai bedak di wajahku untuk wawancara?” kata ucap Tuan Byun mendorong Yong Sik agar menjauh.
“Kenapa mantan detektif kasus itu yang tak bisa menangkap Pengusil diwawancarai?” sindir Yong Sik
“Aku tak meminta saran calon mantan polisi... Hei.. Tuan Hwang Yong-sik, bersiaplah berhenti dari pekerjaanmu.” Tegas Tuan Byun.
“Hei. Katakan saja pada mereka kau tak mau diwawancara!” ucap Yong Sik kesal. Tuan Byun berteriak marah memberitahu kalau Tuan No mengajukan pengaduannya. 


Yong Sik menghela nafas sambil membaringkan kepalanya distir tak tahu kalau Tuan No sungguh mengajukan. Ia pun mencari keyword  [HUKUMAN UNTUK MERAMPOK] dan terlihat gugup. Ia pun melihat nama [KANTOR HUKUM HONG JA-YEONG] 

Sementara Bibi Park duduk dengan bibi Kim ingin Di mana suaminya gunakan satu juta won dan apakah sudah mendesaknya. Bibi Kim mengaku  Tak peduli berapa kali diminta, sang suamia mengunci mulutnya dan tak mau bicara.
“Mungkin dia punya simpanan.” Komentar Bibi Park. Bibi Kim yakin kalau Hanya ia wanita yang pernah bersamanya.
“Benar, tak ada lagi yang mirip denganmu. Maka kau harus periksa rekeningnya.” Kata Bibi Park. 

Saat itu Dong Baek bertanya berapa harga kue beras yang dijual. Bibi Park langsung menghampiri memberitahu Harganya 3.000 won. Dong Baek binggung karena Tandanya tertulis 2.000 won. Bibi Park mengeluh kalau Dong Baek yang sudah tahu tapi masih saja bertanya.
“Kenapa, Dongbaek? Apa Kau menaksirku?” ucap Bibi Park mengoda Dong Baek yang menatapnya.
“Kau boleh Ambil dua untuk 2.000 won. Ini akan dibuang saat basi.” Ucap Bibi Kim menghampiri Dong Baek.
“Hei... Mereka merekam acara TV. Ayo lihat.” Kata Bibi Jung datang, Bibi Park bertanya apakah Untuk restoran.
“Tidak, kru The Return of Superman datang ke sekolah anak-anak. Pria itu, Pemain bisbol dari Ongsan.” Kata Bibi Jung.
Bibi Park memastikan kalau yang dimaksud Jong Ryul. Bibi Jung membenarkan. Dong Baek mendengarnya langsung bergegas pergi. bibi Kim binggung kemana Dong Baek akan pergi. 

Jung Ryul sedang mengedong anaknya berjalan di lapangan merasa  udaranya nyaman dan menyenangkan datang, lalu memberitahu  Ini sekolah lamanya dan dahulu sering dihukum di lapangan. Ia pun mengaku belajar lalu terdiam menatap yang ada didepanya.
“Jangan hiraukan mereka. Mereka mau latihan untuk tanding besok, maka protes.” Kata PD dibelakang kamera.
“Aku ingin tak menghiraukan mereka, tapi lihat mereka. Bagaimana bisa diabaikan?” ucap Jung Ryul. 

Terlihat Pil Goo yang paling sinis menatap Jung Ryu karena menghentikan latihanya. Jung Ryul tak percaya melihat ada anak kecil yang berani menatapnya. Pil Goo pun akhirnya berjalan mendekati Jong Ryul, Jong Ryul meminta agar Pil Goo berhenti.
“Kau pemilik tanah ini, Senior? Kau pemilik lapangan ini, Senior? Apa Kau mau bertanggung jawab jika kami kalah besok? Kau pikir akan merasa hebat jika aku melarangmu memakai lapangan ini juga?” ucap Pil Goo marah. Jong Ryul malah tertawa
“Kenapa kau tertawa?” ucap Pil Goo marah, Jong Ryul memanggil Pil Goo layaknya teman.
“ Kawan, kau tampak sangat serius, jadi, aku ingin menahan, tapi...” ucap Jong Ryul tapi Pil Goo lebih dulu berteriak marah.
“Kau bukan kawan. Kau pria tua.” Ucap Pil Goo marah, Jong Ryul tak percaya kalau Pil Goo itu menyebalkan sekali.
Tiba-tiba seorang wanita masuk ke lapangan berlari memanggil Pil Goo,  Pil Goo kaget kalau ibunya datang. Jong Ryul hanya bisa melonggo melihat Dong Baek lalu Pil Goo yang memanggilnya Ibu. 


Jong Ryul duduk dengan kaki gemetar seperti sangat gugup, sementara Dong Baek hanya tertunduk sambil bergumam  “Semua rasa cemas dan penderitaan tampak mengaliri pikirannya.” Jong Ryul meminum habis es kopinya sebelum bicara.
“Kau tahu. Jika dia masih sekolah dasar, tak peduli betapa muda dia, dia pasti sekitar...” ucap Jong Ryul yang langsung disela oleh Dong Baek
“Ya, dia putramu.” Akui Dong Baek, Jong Ryul hanya bisa bergumam kalau  Dongbaek tak pernah basa-basi.
“Dia memang putramu.” Ucap Dong Baek, Jong Ryul hanya bisa terdiam mendengar pengakuan Dong Baek. 

Nyonya Hong membahas kalau Yong Sik mengambil dompetnya. Yong Sik membenarkan lalu menjelaskan tak berusaha mengambil 8.000 won untuk diriku sendiri. Nyonya Hong menyimpulkan kalau Yong Sik sedang bersikap adil. Yong Sik membenarkan.
“Jika dia tak membayar penuh di restoran, itu bisa dianggap makan dan kabur. Kau bisa meyakinkan pemilik restoran dan balas menuntut. “ jelas Nyonya Hong
“Tapi... ada yang signifikan tentangnya.” Kata Yong Sik. Nyonya Hong pun ingin mendengarkanya.
“Tampaknya besan suami saudari sepupu pertamanya hampir berbesan dengan kepala Kepolisian Ongsan atau semacamnya. Jadi, dia tak hanya pemimpin di wilayah ini. Dia punya hubungan dengan pejabat pemerintah.” Cerita Yong Si.
Nyonya Hong pun menuliskan dalam catatanya “BESAN SUAMI SAUDARI SEPUPU PERTAMA dan memastikan kalau pria itu kabur tanpa membayar 8.000 won di restoran. Yong Sik membenarkan dan mengartikan  ini pria jahat yang berkecukupan,
“tapi mengambil 8.000 won dari...” ucap Yong Sik dan langsung dilanjutkan oleh Nyonya Hong itu dari Camellia.
“Bagaimana kau tahu?” kata Yong Sik binggung, Nyonya Hong mengaku kalau ia adalah istri pria jahat itu.
Yong Sik langsung terlonjak kaget dan mengaku  tak tahu. Nyonya Hong menegaskan kalau Kasus ditutup dan yakin kalau No Gyu-tae takkan menuntut Yong Sik karena jikan suaminya berbuat hal serendah itu, maka ia tak mau hidup dengannya lagi.
“Benar... Rasanya seperti aku melaporkannya padamu.” Komentar Yong Sik merasa bersalah
“Tapi biar aku bertanya... Kenapa kau mengambil uangnya untuk Dongbaek? Aku mulai penasaran siapa sebenarnya Dongbaek ini.” tanya Nyonya Hong penasaran. 



Jong Ryul terlihat gugup seperti tak percaya kalau Pil Goo itu memang putranya dan meminta agar Dong Baek untuk jujur. Dong Baek hanya bisa terdiam. Jong Ryul pun ingin mengetahui apakah memang benar dengan nada tinggi. Dong Baek mengeluh kalau Jong Ryul itu seperti preman.
“Bagaimana bisa kau melakukan hal sebesar itu? Kenapa kau lakukan... Katamu tidak. Kau bilang begitu!” ucap Jong Ryul tak percaya
“Aku tak punya pilihan... Kau tahu aku seperti apa.” Kata Dong Baek. Jong Ryul mengaku sangat tahu tentang Dong Baek.
“Dia gadis 23 tahun yang hanya ingin keluarga.” Gumam Jong Ryul mengingat masa lalunya. 

Flash Back
Di depan mesin boneka, Jong Ryul sibuk bermain lalu menyuruh Dong Baek agar Lupakan ibu atau ayah. Dong Baek mengeluh bahkan tak punya bibi atau nenek. Jong Ryul mengingatkan kalau Dong Baek itu punya dirinya jadi akan menjadi ayah, paman, dan kakeknya.
“Aku ingin punya setidaknya lima anak. Aku ingin membuat keluarga terbesar di wilayah ini.” Ucap Dong Baek penuh semangat.
“Hei, orang meninggalkan anaknya karena satu  saja sudah terlalu banyak...” kata Jong Ryul
“Benar, tapi aku tak seperti ibuku. Saat aku punya anak, maka aku tak akan meninggalkan anakku apa pun yang terjadi.” Tegas Dong Baek.
Jong Ryul berteriak bahagia karena bisa mendapatkan hadiah, Dong Baek pun ikut senang. Jong Ryul memberikan hadiahnya yaitu gelang dan langsung diberikan pada Dong Baek. Dong Baek senang karena germanium bagus untuk tubuh.


Jong Ryul menatap Dong Baek, mengaku mengetahui Dong Baek itu sendirian di dunia ini. Dan ia adlaah orang pertama dalam hidup Dong Baek  yang memihaknya. Dong Baek pun masih mengunakan gelang pemberian dari Jong Ryul.
“Tapi kenapa di sini? Kenapa harus di Ongsan? Apa karena aku?Karena aku? Apa Karena ini kampung halamanku?” kata Jong Ryul tak habis pikir
“Ongsan bukan milikmu.” Tegas Dong Baek, Jong Ryul teringat dengan ucapan Pil Goo “Apa Kau pemilik tanah ini, Senior?” dan sama dengan yang dilakukan Dong baek.
“Kenapa? Apa Kau takut? Apa Kau pikir aku tinggal di sini untuk menjatuhkanmu?” ucap Dong Baek. Jong Ryul pun meminta alasan Dong Baek  pindah ke Ongsan.
“Jangan menjadi pengecut.” Ucap Dong Baek marah lalu bergumam daalam hati “Aku sibuk mencari nafkah, jadi, tak punya waktu melihat kembali kenanganku.”
“Suamiku memperlakukanku sangat baik hingga aku lupa wajahmu.”kata Dong Baek berbohong. Jong Ryul tak percaya kalau Dong Baek sudah menikah.
“Apa kau pikir aku masih belum bisa melupakanmu? Aku tak pernah bilang harus. Jadi, jangan takut... Kau bukan... Kau bukan cinta pertama yang hebat.” Tegas Dong Baek. 



“Sejujurnya, aku dahulu sangat mencintainya. Jadi, aku tak pernah ingin bertemu dengannya lagi. Terutama seperti ini.” Gumam Dong Baek kesal sendiri melihat penampilanya hanya mengunakan sandal dan koas kaki.
Diam-diam Yong Sik melihat Dong Baek, wajahnya pun langsung sumringah. Dong baek pun mengeluh karena menurutnya ini Hari yang payah. Bibi Par menarik Hyang Mi agar bicara diluar. Hyang Mi seperti sedang merawat rambutnya mengikti Nyonya Park.
“Coba Lihat ini. Tertulis di sini dia mentransfer 1.000.000 won untukmu. Kau mengambil uang dari suaminya.” Ucap Nyonya Park marah.
“Aku meminjam uang darinya, tapi kenapa kau ribut?” komentar Hyang Mi sinis.
“Aku belum buat keributan.” Komentar Nyonya Park. Dong Baek akhirnya datang bertanya pada Hyang Mi apa yang terjadi.
“ku senang kau di sini, Dongbaek Apa kau tahu Hyang-mi terlibat kekacauan apa?” ucap Nyonya Park. Yong Sik akhinya datang bertanya Apa yang terjadi.
“Hei, kau harus menahannya. Mereka berlagak seperti preman.” Teriak Hyang Mi. Semua bibi tak percaya dengan ucapan Hyang Mi.
“Dongbaek... Kenapa kau membawa orang dungu ke lingkungan ini? Kami tak mau dia di sini, pecat saja dia. Pecat dia, oke? Jika tidak, kau harus menutup barmu.” Ucap Bibi Park
“Tapi dia keluargaku. Bagaimana jika dengarkan dia dahulu?” kata Dong Baek
“Tak ada gunanya. Dia menggoda pria naif dan membuatnya bertindak tak wajar. Dia bisa bicara apa lagi? Apa Kau tahu? Kurasa dia salah karena cukup bodoh hingga terayu pengincar harta.” Kata Bibi Kim marah
“Dia bukan pengincar harta... Dia bukan orang seperti itu.” Ucap Dong Baek membela Hyang Mi
“Kau tak ada bedanya. Dia hostes dan kau pemilik. Kau mungkin persis sepertinya.” Kata Bibi Kim. Yong Sik menahannya merasa kalau bibi itu sudah kelewatan.
“Hei, Apa kau pikir kau sama dengan kami hanya karena kau bekerja mencari nafkah setiap hari?” ucap Bibi Kim
Pil Goo berlari pulang karena mengetahui ibunya bertengkar lagi. Bibi Kim mengejek Dong Baek itu hidupnya memang rendah  lalu mangaku bersikap baik kepadanya karena kasihan dengan hidup menyedihkan, tapi tak percaya kalau dibalas dengan sikapnya seperti ini.

“Minggir... Itu cukup... Tolong hentikan.” Ucap Yong Sik mencoba merelai pada bibi
“Membalas untuk apa? Apa utangku padamu? Apa perbuatanku yang salah? Aku tak berbuat apa pun. Aku hanya bekerja keras memenuhi kebutuhanku. Tapi kenapa... Kenapa kalian... Kenapa kalian selalu menyalahkanku?” ucap Dong Baek sambil menangis.
“Astaga, Dongbaek akhirnya bicara.” Ejek Bibi Park. Dong Baek meohon agar membiarkannya.
“Ini masalah gadis cantik. Mereka pikir menangis bisa membereskan semuanya. Dongbaek, kenapa kau menangis? Kami berbuat apa padamu?” sindir Bibi Park. Yong Sik meminta agar menghentikanya.
“Berhenti ikut campur! Kau pikir kau siapa? Siapa kau?”teriak Bibi Kim mendorong Yong Sik agar menjauh.
“Katakan. Jika kau menangis di depan kami seperti ini lagi di siang hari, orang kira kami memukulmu.” Ucap Bibi Park. Yong Sik tetap meminta agar mereka menghentikanya. 




Tiba-tiba Pil Goo datang langsung mendorong Bibi Park dan marah karena memukul ibunya. Bibi Park kaget begitu juga yang lainya, Ia tak terima karena Pil Goo yang berani mendorong orang dewasa. Dong Baek memeluk sang anak agar tak bersikap kasar.
“Jika kau memukul ibuku, kupukul Jun-gi setiap hari! Kupukul dan kupatahkan hidungnya, juga kutendang dia! Pasti akan kulakukan!  Kalian Tunggu dan lihat saja.” Teriak Pil Goo berusaha melindungi ibunya.
Semua bibi melonggo melihat sikap Pil Goo, Yong Sik pun hanya bisa terdiam melihat Pil Goo sangat marah. Semua orang langsung mengejek Pil Goo anak nakal. Dong Baek terus memeluk anaknya agar tak lepas kendali. 

Di restoran, Dong Baek menasehati anaknya kalau tak boleh begitu pada orang tua, lalu mengelu karean anaknya  selalu membalas orang tua dan berkelahi dengan temannya jadi semua memanggilnya anjing pit bull. Yong Sik pun ikut duduk di ujung bar.
“Apa Kau tahu kenapa aku seperti ini? Semua karenamu.” Ucap Pil Goo. Dong Bae binggung alau itu karena dirinya.
“enapa aku harus melindungimu? Kau yang seharusnya melindungiku. Aku baru kelas satu, itu Terlalu muda untuk melindungimu.” Ucap Pil Goo. 
“Kapan aku minta perlindunganmu?” komentar Dong Baek. Pil Goo mengaku tak mau melakukannya.
“Tapi, tak ada pilihan selain melindungimu.” Kata Pil Goo, Dong Baek pun ingin tahu alasanya.
“Karena semua orang membencimu! Hanya aku orang yang menyukaimu di dunia ini. Aku tahu para tetangga sangat membencimu dan melecehkanmu. Karena itu aku tak bisa bermain bisbol. Aku selalu sibuk melindungimu.” Ucap Dong Baek tak bisa menahan tangisnya.
“Terkadang, aku lelah melakukan ini. Aku... Aku terkadang sangat marah.” Akui Pil Goo lalu menagis. Dong Baek pun tak bisa menahan rasa sedihnya ikut menangis. Keduanya pun menagis didepan meja makan, Yong Sik hanya bisa menatap dengan wajah sedih juga. 


Jong Ryul membantu Seung Yup mengambil bola setelah latihan lalu mengaku harus menyapa pelatih karena datang kemari untuk rekaman dan mungkin bisa membantunya. Seung Yup mengerti lalu membahas Jung Ryul pindah kemari saat kelas lima jadi tak lama di sini.
“Tempat ini tetap almamaterku.” Akui Jung Ryul. Seung Yup pun tak peduli kembali merapihkan bola.
“Omong-omong, saat kau melatih anak-anak, kurasa kau juga memeriksa latar belakang keluarga mereka. Aku sadar anak tadi tampaknya sangat berbakat. Kurasa nomor seragamnya nomor tiga.” Ucap Jung Ryul mencari tahu.
“Ada apa denganmu? Kau tiba-tiba bertanya padaku tentang latar belakang keluarga dan menunjukkan ketertarikan. Kau tak pernah menawarkan beasiswa untuk pemain mana pun hingga kini. Tiba-tiba kau sangat peduli pada mereka. Jujur saja padaku.” Ucap Seung Yup curiga
“Kurasa kau sudah dengar.” Kata Jung Ryul. Seung Yup mengaku sudah tahu tentang hal itu.
“Rata-rata pukulanmu turun, dan kau tak bagus di acara ragam. Kau mencoba politik, 'kan?” kata Seung Yup. Jung Ryul binggung karena maksud ucapanya bukan seperti itu. 


Yong Sik duduk sendirian, Dong Baek datang memberian sepiring kacang gratis. Yong Sik binggung karena Dong baek tibat-tiba memberikanya kacang gratis. Dong Baek mengaku mendengar Yong Sik sudah membela Pil-goo saat berkelahi dengan teman sekolahnya.
 “Kurasa itu membuatnya senang. Kau orang dewasa pertama yang membelanya di lingkungan ini.” Kata Dong Baek.
“Astaga, tak apa-apa. Aku tahu seharusnya tidak bias sebagai polisi. Tapi aku tak bisa menahannya.” Ucap Yong Sik malu-malu
“Tapi tolong jangan ajak dia ke arkade.. Nikmati kacangmu.” Ucap Dong Baek. Yong Sik menganguk mengerti dan melihat Dong Baek akan pergi. 

Dong Baek menaiki bukit, Yong Sik mengikutinya dari belakang. Dong Baek pikir kalau Yong Sik sekarang sedang patroli lagi. Yong Sik melihat Dong Baek yang pergi sendirian jadi membuatnya khawatir. Dong Baek ingin tahu alasan Yong Sik melakukan itu.
“Kenapa kau mengkhawatirkanku? Kenapa kau terlibat saat aku bertengkar tadi? Lalu kenapa kau mengambil 8.000 won itu untukku?” tanya Dong Baek.
“Aku tak tahu alasannya, tapi aku terus mendapati diriku...” ungkap Yong Sik
“Apa karena aku orang paling malang di lingkungan ini? Aku juga punya harga diri. Mulai dari yang terjadi pada Tuan No hingga yang baru saja terjadi, aku merasa kau selalu menemuiku pada saat paling memalukan.” Kata Dong Baek
“Berada di dekat orang yang melihatku dipermalukan itu tak nyaman. Ini menyebalkan. Jadi, tolong urus saja urusanmu. Bisa berhenti mengikutiku?” keluh Dong Baek merasa tak nyaman.
“Ini karena aku gelisah!” akui Yong Sik. Dong Baek merasa Yong Sik berpikir dirinyaakan tinggalkan putraknya dan lompat ke danau.
“Aku tahu kau takkan begitu.” Ucap Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu alasan Yong Sik gelisah dan terus mengikutinya.
“Aku cemas kau mungkin akan menangis! Kau jelas akan pergi ke suatu tempat dan menangis sendirian.”akui Yong Sik
“Apa pedulimu aku menangis atau tidak?”tanya Dong Baek. Yong Sik mengaku sangat marah saat melihat Dong Baek menangis tadi walaupun mereka tak saling kenal.
Dong Baek akhirnya berjalan lebih dulu sambil mengejek Yong Sik memang orang aneh. Yong Sik pun berkata aau akan berjalan di belakangnya seakan tak ada jadi meminta agar mengnggap sajanyaanjing peliharaan dan akan tetap tenang. Dong Baek pikir Anjing peliharaan setidaknya manis.



Akhirnya malam tiba, Dong Baek bisa merasakan Yong Sik terus mengikutinya dan bergumam “Dia memang seperti anjing. Kenapa dia mengikutiku tanpa bicara?” Yong Sik tiba-tiba berteriak kalau Dong Baek harus pikirkan putranya. Dong Baek terlihat binggung.
“Kau tak bisa pergi saja tanpanya hanya karena kau marah. Ini bisa merusak hidupnya.” Kata Yong Si menahan Dong Baek pergi.
“Mau ke mana aku tanpa putraku?” kata Dong Baek. Yong Si pun ingin tahua alasan Dong Baek ke stasiun kereta di jam ini.
“Aku hanya ingin masuk dan duduk.” Ucap Dong Baek. Yong Sik heran Dong Baek ingin duduk disana padahal bukan tunawisma.
“Itu pompa bensinku. Biar aku isi tangki bensinku. Jadi, berhenti mengikutiku.” Kata Dong Baek lalu berjalan pergi.
“Pompa bensin? Stasiun kereta tak menjual bensin.” Ucap Yong Sik bingung. Dong Baek mengaku ingin ganti pekerjaan. Yong Sik makin binggung apa itu ganti pekerjaan. 


Seung Yup berjalan dengan Yong Sik membahas  kalau Pria harus belajar bermimpi besar. Yong Sik seperti tak nyaman mengajak  bicara saat sudah sampai dan bertanya apakah masih jauh. Seung Yup menunjuk bar didepanya kalau sudah sampai.
“Di sini tempat bersosialisasi di Ongsan... Masuklah.” Ucap Seung Yup. Jong Ryul menatap nama CAMELLIA
“Apa Ini nama yang dia pilih untuk tempat ini?”keluh Jong Ryul melihat nama Bar milik Dong Baek.
Dong Baek dan Yong Sik duduk di stasiun, Yong Sik berpikir kalau Dong Baek akan membuka  Kedai hot dog Atau mau menjual mi buatan tangan. Dong Baek hanya diam, kereta pun lewat. Yong Sik menebak kalau itu Kepala stasiun.
“Apa Kau ingin mengemudikan kereta?” ucap Yong Sik, Dong Baek pikir kenapa mau mengemudikan kereta.

“Katakan yang kau pikirkan sebagai pekerjaanmu berikutnya.” Kata Yong Sik penasaran. Dong Baek mengaku tak akan beri tahu.
“Dongbaek... Kata-kata punya kekuatan. Kau harus katakan mimpimu agar bisa terwujud. Kau pun harus beri tahu rahasia terbesarmu kepada orang yang tak dikenal.” Saran Yong Sik
“Kata siapa?”tanya Dong Baek. Yong Sik menyebut itu adalah Hwang Yong-sik dengan senyuman bahagia.
“Kalau begitu, beri tahu huruf pertamanya saja.” Kata Yong Sik penasaran. Dong Baek heran Yong Sik penasaran soal mimpinya.
“Aku sangat ingin tahu.” Ungkap Yong Sik, Dong Baek pikir ini Bukan hal yang besar.

“Lalu kenapa kau tak bisa memberitahuku?” tanya Yong Sik. Dong Baek ingin menjawab tapi mengurungkan niat untuk menjelaskan.
“Aku hanya... Perusahaan umum...” akui Dong Baek akhirnya bicara. Yong Sik binggung apa maksudnya.
“Aku ingin kerja di Administrasi Perusahaan Kereta Nasional.” Jelas  Dong Baek. Yong Sik mengerti kalau Dong Baek ingin pekerjaan di perusahaan umum
“Astaga, kau sungguh tahu cara bermimpi besar.” Komentar Yong Sik. Dong Baek memberitahu kalau yang Lebih penting lagi.
“Di sana aku ingin bekerja... Aku ingin di kantor itu.” Kata Dong Baek menunjuk ke gedung PUSAT BARANG HILANG. Yong Sik bingung Dong Baek ingin kerja disana dan ingin tahu alasannya.
“Karena orang selalu berkata sesuatu kepadamu setiap kau menemukan sesuatu untuk mereka.” Ucap Dong Baek. Yong Sik tak mengerti maksudnya.
Dong Baek melihat ada seorang yang mengucapkan Terima kasih pada petugas saat memberikan barangnya. Ia tahu kalau  Mereka selalu berterima kasih lalu menceritakan kalau Seumur hidupnya, orang selalu minta maaf kepadanya.
“Orang juga mengatakan "Aku mencintaimu" dengan mudah. Tapi entah kenapa, tak ada yang pernah berterima kasih kepadaku. Tak ada kata "Terima kasih." Tapi orang itu seperti malaikat dan penyelamat di Pusat Barang Hilang.” Ungkap Dong Baek.
“Dia menemukan ponselmu, boneka bayi, juga makanan pendamping yang dikemas untuk putramu dan istrinya. Seperti sekarang, orang berterima kasih berulang-ulang. Tak terbayangkan betapa hebat rasanya.” Ucap Dong Baek senang.
“Anehnya, aku tiba-tiba merasakan terbakar di dalam. Aku tak tahu apakah ini amarah atau iba, tapi aku merasa terbakar di dalam.” Gumam Yong Sik memang dadanya seperti makin jatuh cinta dengan sosok Dong Baek. 


Hujan tiba-tiba turun dengan deras, keduanya pun berteduh. Yong Sik lalu berbicara kalau  Mulai sekarang, jangan kemari seorang diri walaupun sangat sedih.  Ia pun meminta agar Dong Baek  jangan pikirkan perkataan orang lain.
“Jika terluka oleh kata-kata mereka, maka kau tak akan bisa hidup layak.” Kata Yong Sik
“Kenapa aku tak bisa terbiasa terluka? Tiap kali selalu sangat sakit. Rasanya seakan-akan seseorang menusuk jantungku dengan pisau.” Kata Dong Baek
“Maka kau harus perlakukan mereka dengan cara yang sama. Kau harus sama kejamnya kepada orang yang kasar padamu dan tak tahu cara berterima kasih.” Saran Yong Sik mengebu-gebu.
“Kenapa repot? Aku abaikan saja mereka.” Kata Dong Baek seperti tak suka ada ribut-ribut.
“Kenapa kau abaikan mereka dan diam saja saat mereka kejam padamu?”keluh Yong Sik
“Orang datang untuk minum saat mereka muak dengan hidup. Mereka kesal dan lelah dengan semuanya. Jadi, aku hanya ingin baik pada mereka. Tak perlu uang untuk bersikap baik. Kita harus saling bersikap baik.” Komentar Dong Baek
“ Tapi kadang aku merasa para tetangga terlalu kejam padaku. Mereka terkadang kelewatan. Itu terkadang membuatku sedih.” Akui Dong Baek.
“Dongbaek, kau sungguh cantik... Tapi kau terkadang membuatku sangat marah.” Keluh Yong Sik. Dong Baek tak bisa berkata-kata sambil memegang wajahnya.
Akhirnya Yong Sik membawa payung dan meminta Dong Baek agar mendekat karena tak ingn mereka sakit. Dong Baek mengeluh kalau sangat tak nyaman dan berpikir kalau Yong Sik  juga harus payungi dirinya Atau cari payung lain.
“Payung kecil ini harganya 8.000 won. Jangan buang uangmu untuk payung.” Ucap Yong Sik
“Kau tampaknya sangat peduli dengan uangku.”keluh Dong Baek akhinya berjalan dengan berdekatan. 



Pil Goo sudah tertidur pulas di lantai atas, Jong Ryul membahas tentang seragam nomor tiga...Seung Yup mengetahui kalau nomor 3 itu Pil Goo.  Jong Ryul menjawab namanya Kang Pil Goo. Seung Yup binggung  Jong Ryul tahu nama belakangnya.
“Kurasa aku melihat namanya.” Ucap Jong Ryul. Seung Yup tahu kalau Pil Goo memang sangat menonjol. Jong Ryul ingin tahu alasanya. 
“Dia berbakat.. Bukankah karena itu kau tertarik?” kata Seung Yup. Jong Ryul tak percaya kalau anaknya itu memang berbakat. 

Hujan pun berhenti, Yong Sik mengaku Ini bukan pendapat pribadinya, tapi sungguh membacanya di buku. Ia menyarankan kalau Dong Baek makan sashimi dengan soju saat sedang sedih, lobus frontal melepaskan hormon tertentu...
“Tidak, aku tak minum dengan orang asing.” Kata Dong Bae. Yong Sik pikir kalau bukan orang asing tapi ia adalah Hwang Yong-sik.
“Baiklah... Kita tak perlu minum soju. Tapi ajak aku denganmu setiap kau ke stasiun kereta. Aku tak akan bicara. Hanya akan ada di sisimu.” Kata Yong Sik
“Kenapa kau melakukannya?” keluh Dong Baek, Yong Sik kembali menyebut namanya adalah Hwang Yong-sik dan itu alasanya.
“Baik, tapi kenapa kau ikut denganku, Tuan Hwang? Kau orang yang baik. “ ucap Dong Baek
“Bagaimana kalau kita jadi sesuatu, di mana aku boleh baik kepadamu? Mari kita lakukan "itu". Ucap Yong Sik. Dong Baek binggung apa maksudnya.
“Mari... kita berteman.” Kata Yong Sik. Dong Baek tak percaya kalau karena Tak pernah ada yang meminta untuk menjadi temannya.
“Aku bukan tipe orang yang meminta sembarang orang menjadi teman.”akui Yong Sik. Dong Baek pun ingin tahu alasanya.
“Mari berteman. Jika kita berteman...” kata Yong Sik teringat dengan orang-orang yang selalu bertanya “Memangnya kau siapa?”
“Jika kita berteman, bolehkah aku berpihak padamu dan Pil Goo? Bolehkah aku selalu di sisimu?” kata Yong Sik.
Dong Baek bingung Yong Sik ingin di pihaknya,  Yong Sik mengaku  tak meminta berpacaran dengannya tapi  hanya meminta untuk menjadi temannya dan kembali mengajak untuk berteman sekarang. Dong Baek seperti tak percaya mendengarnya. 



Yong Sik akhirnya mengantar Dong Baek sampai ke depan bar, lalu dengan gugup bertanya apa yang dilakukan Pil Goo. Dong Baek menjawab anaknya sedang tidur. Yong Sik melihat pria tak jauh darinya berdiri sedang merokok lalu memberitahu kalau ini area bebas rokok.
“Begini... Kau harus bawa Pil Goo keluar sekarang.” Ucap Yong Sik, Jong Ryul terdiam melihat Dong Baek datang dengan seorang pria.
Ia teringat dengan yang dikatakan Dong Baek “Suamiku memperlakukanku sangat baik hingga aku lupa wajahmu.” Yong Sik pikir kalau Dong Baek harus membawa Pil Goo karena mereka akan pulang... Dong Baek tiba-tiba mengengam tangan Yong Sik dan langsung mengajaknya pergi.
“Hanya sepuluh menit setelah setuju menjadi temanku, aku sadar bahwa aku tak bisa berteman dengannya.” Gumam Yong Sik melonggo tak percaya.
Saat itu Tuan No turun dari mobil binggung melihat keduanya saling bergandengan tangan. Dong Baek tak peduli mengajak untuk pergi saja. Tuan No bertanya apakah mereka berpacaran. Jong Ryul kaget kalau  berpacaran?
“Apa kita berpacaran? Apa sekarang kita berpacaran?” tanya Yong Sik ingin tahu. 


Epilog
Yong Sik berjongkok membaca tulisan di dinding [DONGBAEK, AKU MENIKMATI MAKANANNYA] Ia pun menuliskan  dengan sopan NONA DONGBAEK, AKU MENIKMATI MAKANANNYA lalu mengeluh kalau pelanggan  bicara dengan Dongbaek seakan-akan dia temannya.
“Ini gratis.” Ucap Dong Baek membawakan sepiring kacang. Yong Sik bingung Kenapa memberikanya kacang gratis
“Kudengar kau membela Pil-gu saat berkelahi dengan teman sekolahnya. Kurasa itu membuatnya senang.” Ucap Dong Baek.
Yong Sik terlihat gugup dengan mengoyangkan kakinya, tanpa sadar dibagain bawah meja tertulis [DONGBAEK, KAU JUGA JANGAN USIL] dan itu tanda kalau Pelaku Jangan Usil pernah datang ke bar.
Bersambung episode 5

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar