PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 20 September 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 3

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Mayat dengan gelang dibawa oleh polisi, Yong Sik ingin melihatnya dan langsung menangis histeris, seperti penuh penyesalan. Tuan Byun pun hanya bisa terdiam seperti merasa bersalah karena ada korban lagi. Juniornya memberitahu kalau menemukan ini di kantongnya.
Tuan Byun kaget tertulis pesan [SUDAH KUBILANG LIMA TAHUN LALU AGAR JANGAN USIL]

[Episode 2 - BAGUS, BURUK, DAN MURAH]
Dong Baek berjalan lebih dulu dengan Yong Sik yang terus mengikutinya, lalu bertanya apakah jalan ke arah sini. Yong Sik terlihat binggung, Dong Baek pun menyuruh Yong Sik pergi lebih dulu karena ada Barang yang tertinggal di bar.
“Kita kembali bersama saja.” Ucap Yong Sik. Dong Baek binggung kenap Yong Sik harus melakukanay.
“Aku sedang patroli di area ini. Wanita... yang luar biasa cantik sepertimu tidak seharusnya berjalan di gang ini seorang diri. Aku akan sangat cemas karena aku polisi.” Ucap Yong Sik mencari alasan.
“Mungkinkah... Kau mabuk?” kata Dong Baek mendekat, Yong Sik pun menjauh menyangkal kalau tak mabuk.
“Aku hanya bau alkohol sedikit, itu saja. Bagus, ayo pergi. Kita ke arah mana? Anggap saja aku polisi yang sedang bertugas. Kau Anggap saja seperti itu.” Ucap Yong Sik tetap ingin mengikuti kemana Dong Baek pergi. 


Dong Baek berjalan lebih dulu sambil bergumam  kalau Yong Sik itu benar-benar aneh. Ia lalu bertanya kenapa Yong Sik membawa dompet Tuan No. Yong Sik berbohong kalau  Entah bagaimana ini ada di tangannya.
Dong Baek pun berharap Yong Sik tidak merebut itu darinya. Yong Sik menegaskan kalau dirinya itu polisi. 


Di kantor polisi
Tuan No sudah menuliskan  FORMULIR PENGADUAN, menegaskan kalau  Negara ini diatur oleh hukum jadi akan ambil langkah hukum. Yong Sik tak peduli malah sibuk makan ramyun dalam cup. Tuan Byun pun menenangkan Tuan No yang marah-marah.
“Hal seperti ini bisa terjadi saat pria minum bersama. Tenanglah. Silakan duduk.” Ucap Tuan Byu mengajak duduk. Tuan No mulai mengumpat dan Tuan Byun kembali meminta agar Tuan No bisa tenang.
“Aku sungguh tak ingin mengganggunya untuk hal seperti ini. Seperti kau tahu, ayah mertua saudara ipar sepupuku adalah... Dia kepala Kepolisian Ongsan. Jika dia tahu soal insiden ini, dia akan memberi perhatian khusus.” Ucap Tuan No. Tuan Byun mengerti.
“Kudengar tadi pagi anjing cokelat Yeong-sim melahirkan anak anjing hitam. Di kasus seperti itu, bukan soal hak properti. Bukankah anjing putih peternakan ayam harus merelakan hak asuhnya? Tapi aku tak begitu mengerti soal genetik.”ucap Yong Sik akhirnya selesai makan.
“ Kau mungkin bisa dipecat. Kenapa kau mencemaskan anjing orang lain?” teriak Tuan No marah. Tuan Byun kembali menahan agar tak terjadi pekelahian.
“Tuan No, saat kau ditunjuk menjadi gubernur, kau dan Petugas Hwang akan bekerja bersama untuk pemerintah. Jadi, anggap saja dia keluarga. Jangan buat keadaan lebih rumit, ya? Kemari, duduklah.” Kata Tuan Byun menenangkan.
 “Jika kau makan seharga 8.000 won dan kabur tanpa bayar, maka kau akan berakhir di penjara!” ejek Yong Sik. Tuan No tak bisa menahan emosinya, Tuan Byun pun juga ikut berdiri.
“Apa Kau masih pikir aku jangan mengadukannya walau dengar itu dari pencurinya?” keluh Tuan No
“Jangan panggil dia pencuri. Jujur saja. Dia tak sepenuhnya mencuri darimu.” Tegas Tuan Byun membela. 


Hyang Mi menonton cara Jong Ryul sambl mengeluh karena ditayangkan ulang sepanjang waktu dan menurutnya Kenapa tunjukkan lumba-lumba kepada bayi setahun, karena anaknya itu tak akan mengingatnya. Dong Baek melihat ke TV hanya berkomentar kalau  Putrinya adalah kesayangan si ayah.
“Omong-omong, siapa ayah Pil-gu?” tanya Hyang Mi blak-blakan, Dong Baek hanya tersenyum mendengarnya.
“Kau orang pertama yang menanyakannya langsung.” Komentar Dong Baek.
“Aku orang yang bicara apa adanya, kau tahu itu.” Ucap Hyang Mi, Dong Baek pun membenarkan dan karena itu alasan menyukainya.
“Kenapa tak minta dia bayar les Pil-gu? Apa Kalian masih bicara? Kau masih menemuinya? Ayolah, beri tahu aku. Aku bisa menemuinya setiap hari kalau mau.” Ucap Hyang Mi penasaran.
“Harus kukatakan, kau ini aneh... Sampai nanti.” kata Dong Baek tak mengubrisnya. 


Tuan Byun bicara dengan Yong Sik  memberitahu kalau Hampir semua orang di daerah ini pernah meminjam uang dari Tuan No. Yong Sik pikir kalau Tuan Byun menggunakan uang untuk mendapat suara. Tuan Byun menjelaskan Tak ada orang di sini yang meminjamkan uang semudah Tuan No.
“Dia pemurah saat suasana hatinya baik. "Aku sangat mengagumimu, Tuan No." Kau hanya perlu katakan itu untuk pinjam uangnya. Kau mengerti, 'kan?” jelas Tuan Byun yang tahu kalau Tuan No itu senang dipuji. 

Tuan No sedang berbicara dengan dua polisi di ruangan, seperti sudah saling dekat karena mereka dari  Boeun. Si polisi berpikir Tuan No jugadari Boeun. Tuan No mengaku Istri ketiga kakek buyutnya bagian dari klan Boeun Gong.
“Artinya kita keluarga... Kita sungguh keluarga.” Ucap Tuan No dengan bangga.
“Pikirannya sangat sederhana. Dia suka geng, pura-pura memimpin, dan menunjukkan kuasanya.”
“Sebaiknya kubawa kalian ke restoran salmon masu. Aku hanya... mengajak teman baikku ke restoran itu.” Kata Tuan No.
“Salmon masu?” kata si polisi binggung menatap temanya,  Tuan No kaget kalau mereka tak mau dan langsung memperlihatkan wajah cemberut karena kecewa.
“Dia suka menerima perlakuan istimewa. Dia menjadi kekanak-kanakan jika tak dapat itu.”


Tuan Byun menceritakan Masalahnya, hanya Dongbaek yang tak memberinya perlakuan istimewa, dan itu membuatnya sangat kesal. Yong Sik ingin tahu apa masalah dan apakah Tuan No itu gelisah. Tuan Byun menegaskan kalau Tuan No itu tinggal dengan Nyonya Sok Tahu.
“Tentu dia merasa gelisah.” Kata Tuan Byun mengetahui sikap Nyonya Hong yang sangat tegas. 

Flash Back
KEMARIN MALAM DI RUMAH NO GYU-TAE
Nyonya Hong sedang mengaduk mie diatas meja makan, Tuan No tanpa menatap istrinya memberitahu kalauingin konsultasi dsoal mengajukan pengaduan dan mengaku kalauini bukan tentangnya, yaitu  tentang seseorang di klub sepak bola.
“Apa yang terjadi? Apa Ada yang tak ingin kau memimpin?” tanya Nyonya Hong dingin.
“Begini, ada anak baru yang pindah ke cabang.” Cerita Tuan No , Nyonya Hong memperbaiki kalimatnya kalau maksudnya itu "Dipindahkan."
“Tapi dia tak tahu tempatnya... Dia pelupa...” ucap Tuan No dan disela kalau yang dimaksud itu "Sombong." Bukan "pelupa."
“Yang benar itu "Sombong," dengan S.” Tegas Nyonya Hong, Tuan No kesal karena istrinya itu seperti Yang Mulia Sejong atau orang yang suka mengoreksi.
“Aku mengoreksimu agar kau tak mempermalukan diri nanti.” ucap Nyonya Hong
“Aku bahkan tak mau katakan apa pun di depanmu. Sungguh.” Ucap Tuan No marah.
Nyonya Hong pun bertanya apakah Tuan No tak mau konsultasi, Tuan No dengan kesal masuk kamar menolaknya dan tak ingin membahas dengan istrirnya. 


Tuan Byun pikir Tuan No itu  ingin menjadi bos saat tak di rumah jadi meminta agar Yong Sik mengikuti saja keinginanya.  Yong Sik mengeluh karena tak ada alasan untuk mengikuti kemauan Tuan No. Tuan Byun malah mengaku sangat menghormati juniornya.
“Ada apa denganmu?” keluh Yong Sik kesal melihat sikap seniornya, Tapi Tuan Byun terus memuji Yong Sik.
“Kau pahlawan kami, kau tahu. ..Jagoan tak hanya memukul dan menahan penjahat. Kasihanilah pecundang sepertinya.” Ucap Tuan Byun.
“Terserah. Aku akan pukul dia jika membuatku kesal.” Kata Yong Sik tak peduli.
“Apa perbedaan besar Iron Man dan Hulk?” tanya Tuan Byun, Yong Sik pikir kalau Tuan Byun sedang menonton film?
“Fleksibilitas. Iron Man tahu saatnya fleksibel. Karena itu dia bisa pakai baju mahal. Hulk berjalan setengah telanjang karena keras kepala. Hei, kita harus punya fleksibilitas. “ jelas Tuan Byun.
“Itu bahasa Jepang. Kau harus pakai bahasa Korea.” Keluh Yong Sik. Tuan Byun pun meminta maaf dan meminta agar Yong Sik Jangan keras kepala.
“Namun, Apa kau tahu? Menurutku Hulk lebih keren.” Tegas Yong Sik memilih keras kepala. 



Dong Baek berjalan dengan anaknya bertanya apakah mau melihat lumba-lumba. Pil Gu mengeluh kalau bukan anak kecil. Dong Baek kembali bertanya apakah Pil Goo mau pergi melihat lumba-lumba sambil memberikan susu. Dong Baek pikir dari pada kesana lebih baik belikan mesin game saja.
“Ayah Chung-jae mengiriminya dari Seoul. Tapi Aku penasaran soal sesuatu.” Ucap Pil Goo.
“Apa kau mulai penasaran soal ayahmu?” tanya Dong Baek menebak, Pil Goo mengaku tidak juga. Dong Baek heran anaknya tak penasaran.
“Mana yang lebih baik antara tak pernah punya mesin gim dan kau punya lalu diambil?” ucap Pil Goo.
“ Apa Kau masih sering pergi ke tempat game?” keluh Dong Baek kesal 
“ Aku mungkin akan gila jika milikku diambil. Aku tak akan bisa tidur. Tapi jika tak pernah punya, aku akan merasa tak terlalu sedih.” Jelas Pil Goo.  Dong Baek tak percaya mendengar ucapan anaknya.
“Ayah Chung-jae pindah ke Seoul karena orang tuanya bercerai. Entah kenapa, kurasa keadaanku lebih baik daripada Chung-jae.” Jelas Pil Goo. Dong Baek pun bisa tersenyum mendengarnya.
“Kita tak begitu buruk, 'kan? Kita biasa saja... Ayo pergi.” ucap Dong Baek lalu mereka menyebrang sambil melompat hanya menyentuh bagian putih. Keduanya terlihat bahagia. 


Yong Sik terlihat hanya diam saja dengan wajah menahan marah. Tuan Byun memberitahu Tuan No kalau Petugas Hwang berkata sudah membuat kesalahan. Tuan No menyindir kalau Yong Sik tak bisa bicara sendiri. Akhirnya Yong Si merendahkan harga dirinya.
“Maafkan aku... Kita berdua banyak minum semalam. Aku baru saja dipindahkan kemari, jadi, aku tak mau buat masalah... Gubernur.” Ucap Yong Sik mulai menjilat. Tuan No pun mulai tersenyum.
“Sebagai calon gubernur kami, cobalah untuk maklum. Dia sudah meminta maaf. Kau harus menerima maafnya. Jika kau menaklukkan dia, dia juga akan memilihmu.” Ucap Tuan Byun menenangkan.
“Sebagai figur publik harus maklum.” Kata Tuan No bahagia, Tuan Byun mengajak mereka pergi makan sup pereda pengar bersama. 

Yong Sik pun duduk berhadapa dengan Tuan No sambil menyusun sumpit dan sendok. Tuan No mengaku bisa mengerti karena Yong Sik mungkin ingin tampak keren di depan gadis bar itu. Ia berkomentar kalau Dongbaek tampak agak misterius.
“Wajahnya membuat banyak pria jatuh hati. Tapi kau lihat, jangan pikir dia merendahkanku. Dia sengaja melakukannya untuk mencari perhatianku. Gadis-gadis sepertinya sebenarnya... Ah... Kau mengerti maksudku.” Ucap Tuan No menrendahkan 
“Apa maksudmu? Gadis sepertinya sebenarnya apa? Apa Kau melihatnya? Apa Kau melihat dia menggoda pria?” teriak Yong Sik marah. Tuan Byun meminta agar tenang.
“Orang sepertimu yang terburuk.” Ucap Yong Sik ta bisa menahan emosi, Tuan No kaget mendengar yang diucapkan Yong Sik.
“Menjelekkan dia karena tak suka kau. Itu perbuatan pria terpayah.” Ucap Yong Sik
“Apa Kau sudah selesai?” tanya Tuan No, Yong Sik menolak kalau belum selesai.
“Dongbaek...adalah pemilik restoran, bukan gadis bar. Dia tak wajib memberimu kacang gratis! Kau juga tak punya hak bicara tentang dia seperti itu.” Tegas Yong Sik membela
“Memang kau siapa? Apa Kau suami atau penjaganya?” tanya Tuan No marah.
“Jika aku walinya, maka kau sudah mati sekarang.” Ucap Yong Sik marah dan langsung keluar dari restoran.
Tuan No mulai mengumpat dan Tuan Byun pun kebingungan menahan Tuan No agar tak melakukan sesuatu. Tuan No kesal menyuruh agar melepaskanya. 



Pil Go bermain gemas dengan temanya, Jun Gi memberitahu kalau  Kang Jong Ryul besok datang untuk syuting TV. Pil Goo heran kenapa dengan Jong Ryul menurutnya Kang Jong Ryul itu payah dan ingin melihat Choo Shin-soo saja.
“Dia tak sekolah di sekolah kita.” Ucap Jun Gi, saat itu terdegar seseorang memanggl Jun Gi untuk makan.
“Kau harus segera pergi les... Aku buat “tonkatsu” untukmu!” teriak sang ayah. Jung Gi langsung bergegas pergi dan akan bertemu dengan Pil Goo di tempat les.

Pil Goo seperti sedikit sedih karena tak ada ayah yang mencarinya dan kembali main. Saat itu ada tangan yang menepuk bahunya, Pil Goo melihat Nyonya Duk yang menghampirinya. Nyonya Duk menyuruh agar Pil Goo bangun dari tempat duduknya sekarang.
“Sudah kubilang... Jika aku menangkapmu...” ucap Nyonya Duk mengancam. 

Nyonya Duk memberikan kepiting sambil memberitahu kalau Pil Goo harus makan setiap kali menangkap. Pil Goo mengeluh karena Nyonya Duk itu selalu memberikan makan setiap kali melihatnya.
“Jika aku makan setiap jam makan dan tak pernah membolos les, maka aku tak akan punya waktu untuk main game” keluh Pil Goo
“Ini, kau lebih baik tonton ini selagi makan.” Kata Nyonya Duk menyalakan TV di restoranya. Pil Goo pun melihat acar baseball  dengan penuh semangat. 

Seung Yup mendekati seorang wanita cantik didepan restoran, dengan menyapa “Helena... Asalamualaikum... Senang bertemu denganmu.”dengan nada mengoda. Tapi  Helena hanya diam saja. Nyonya Duk pun datang langsun memukul Seung Yup .
“Apa yang kau katakan kepadanya Andai kau peduli pada bisbol seperti pada wanita, maka kau bisa mengalahkan Lee Seung Yop.” Ucap Nyonya Duk Seong Yup mengeluh kalau utu berlebihan.
“Helena, tolong goreng tonkatsu untuk anak itu.” Ucap Nyonya Duk pada Helena. Helena pun masuk restoran. 

“Kurasa bahasa Korea-nya tidak meningkat.” Komentar Seung Yeup melihat Helena hanya diam saja.
“Bahasa Korea-nya bagus... Dia hanya tak mau bicara denganmu.” Ucap Nyonya Duk akhirnya mencuci kepiting. Seung Yup hanya bisa melonggo.
“Seung-yup, berhenti fokus pada pacaran.. Kenapa tak ajari Yong-sik pacaran saja?” keluh Nyonya Duk
“Ajari apa? Dia bisa mengurusnya sendiri.” Ucap Seung Yup. Nyonya Duk mengeluh kalau anakanya sangat naif.
“Dia tak paham saat lampu mati.” Ucap Nyonya Duk, Seung Yup mengeluh kalau Nyonya Duk yang berpikir anaknya itu tak paham.
“Ibu, kau akan segera punya menantu dengan pekerjaan bagus. Yong-sik sebenarnya punya standar yang sangat tinggi. Wanita yang dia sukai belakangan ini adalah pengacara.” Cerita Seung Yup. Nyonya Duk tak percaya anaknya menyukai Pengacara. 

Saat itu Yong Sik terlihat sangat marah berteriak meminta makan pada ibunya karena lapar. Nyonya Duk pun memberikan makan pada anaknya. Tatapan Yong Sik malah mengarah pada Pil Goo yang makan sendirian. Nyonya Duk memastikan kalau anaknya keramas setiap hari.
“Saat punya pacar, kau harus mengajaknya kemari untuk makan kepiting rendam.” Ucap Nyonya Duk
“Makannya lahap sekali.” komentar Yong Sik melihat Pil Goo yang makan dengan lahap dibanding ucapan ibunya.
“Aku tak akan menunjukkan kalau aku ibumu. Aku akan mengintipnya diam-diam saja. Cara makan kepiting rendam mengungkap banyak soal kepribadian dan caranya dibesarkan.” Jelas Nyonya Duk
“Ibu, ganti papan namanya dahulu jika ingin menantu. Siapa yang ingin menjadi menantu Baekdu?” keluh Yong Sik
“Kau pasti punya pacar.” Kata Nyonya Duk bahagia, Yong Sik pun ingin tahu siapa anak kecil yang ada disampingnya.
“Kenapa dia makan kepiting rendam sendirian?” tanya Yong Sik penasaran.
“Dia yang pertama makan dan kabur di Kepiting Rendam Baekdu. Dia anak istimewa.” Ucap Nyonya Du bangga melihat Pil Goo
“Apa Kau memberinya makan gratis?” tanya Yong Sik tak percaya, Nyonya Duk pikir Mereka yang lapar harus diberi makan lebih dahulu.

Bibi Kim bertanya pada Bibi Yang Seung Hee, apakah  Apa Seung-gyo bagus di sekolah dan ingin tahu Kenapa dia keluar hingga larut dengan skuter. Bibi Kim mengaku kalau  Seung-gyo menggores Mercedes pelanggan dan ada hubungannya dengan Dongbaek.
“Dongbaek bahkan tak tahu cara mengendarai skuter, jadi, kau tak bisa menyalahkannya.” Kata Bibi Kim membela
“Seung-gyo pelajar teladan sebelum Camellia dibuka” ucap Bibi Yang membela
“Dia tak bisa mengendarai skuter saat itu karena masih SD.Dia hanya bodoh. Kenapa menyalahkan Dongbaek?” keluh Seung Yup membela. Bibi Kim mengejek Seung Yup memang Anak Pintar.
“Ini tak baik untuk pendidikan anak. Coba Lihat harga Kompleks Apartemen Jangmi turun. Saat distrik hiburan dewasa dibuat, seluruh lingkungan ini akan hancur sebelum kau sadar.”kata Bibi Jung
“Kita tak bisa menyebut Camellia sebagai bisnis hiburan dewasa.” Ucap Bibi Kim
“Apa kau Ingat puntung rokok yang membakar ladang cabai Yeong-sim? Kita harus menyelidikinya.” Komentar Bibi Yang
“Aku yakin itu bukan perbuatan Dongbaek. Dia bahkan tak tahan mencium bau rokok.” Ucap Park Hong Sik
“Berhentilah merokok. Katanya kepiting rendam kita berbau rokok mentol.” Ucap Seung Yup pada kakaknya.
“Keluar. Bercintalah dengan bola.” Ucap Bibi Yang kesal pada sang adik, Para bibi pun menyuruh Bibi Yang harus berhenti merokok dan makan kue besar saja.
Sementara Bibi Park terlihat marah melihat TAGIHAN KARTU KREDIT,n dan itu dari kedai CAMELLIA



Nyonya Duk pergi menemui Bibi Kim dengan bangga menceritakan betapa beraninya anaknya karena  Di sekolah, dia selalu dapat peringkat paling rendah di kelas tapi sekarang bisa mengobrol dengan pengacara., Nyonya Duk tahu anaknya akan sadar bahwa ia bodoh setelah mendengar tiga kata dari mulutnya.
“Bukankah ini sangat lucu?” ucap Nyonya Duk bangga, Bibi Kim dengan wajah cemberut membenarkan saja.
“Kuberi tahu kau. Yong-sik sangat berani... Dia ambisius dan jantan. Begitulah dia. Karena itu aku mungkin dapat kehormatan menyambut menantu pengacara walau putraku bodoh. Astaga, aku tak bisa percaya ini.” Kata Nyonya Duk bangga.
“Kau tak berhenti menyombongkan putramu hari ini.” Keluh Bibi Kim
“Omong-omong, ke mana Chan-suk dan gadis-gadis lainnya pergi? Aku harus berbagi cerita menarik ini dengan mereka.” Tanya Nyonya Duk
“Chan-suk... Dia pergi untuk bicara dengan Dongbaek lagi.” Ucap Bibi Kim, Nyonya Duk bingung kenapa dia bicara dengan Dong Baek lagi. 


Bibi Park memperlihatkan  TAGIHAN KARTU KREDIT dan tertulis pembayaran  di bar CAMELLIA. Ia pikir Dong Baek sudah melihatnya dan sudah beri tahu untuk jangan jual minuman keras ke suaminya. Tuan Song terlihat hanya bisa diam saja.
“Seluruh klub bola voli datang bersama.” Ucap Dong Baek membela diri.
“Aku tak bisa membayar ini. Jadi Kembalikan 88.000 won ini.” Kata Bibi Park.
“Chan-suk, itu bisa dianggap pengembalian ilegal. Itu tindak pidana.” Ucap Tuan Song. Bibi Park menyuruh suaminya diam saja.
“Kenapa kau tak menjawab? Aku minta uangku kembali.” ucap Bibi Park, Dong Baek mencoba menjelaskan tapi Bibi Park lebih dulu berteriak marah.
“Aku minta uangku kembali! Apa Kau tak mau bayar? Total seluruhnya, 88.000 won? Benar. Juga biaya transaksinya. Aku minta kembalikan semuanya.” Ucap Bibi Park dengan nada tinggi.
Dong Baek kebingungan ingin bicara, Bibi Park berteriak menyuruh Dong Baek agar bicara saja. Dong Baek pikir kalau membayar kembali 50.000 won. Nyonya Duk datang mengeluh dengan sikap Bibi Park dan langsung menyerobot masuk ke dalam kerumunan. 


“Suami bodohmu pesan satu porsi bekicot harganya hanya 12.000 won dan tak berhenti memikirkan kesempatan bicara dengannya dengan lelucon payah. Apa Kau pikir dia sungguh tak bersalah dan hanya Dongbaek yang salah karena dia penggoda?” ucap Nyonya Duk membela.
“Secara hukum dan moral, kenapa kau salahkan dia karena menjual alkohol di barnya?” tegas Nyonya Duk
“Mana aku tahu dia hanya menjual minuman atau menjual yang lain juga?” keluh Bibi Park.
“Astaga, bahkan kepiting akan mentertawakanmu... Sadarlah. Kau bisa Lihat wajah dan tubuhnya, Dia bisa dengan mudah menikahi pria lajang. Kenapa Dong Baek menyukainya? Kenapa? Apa Kau pikir kepalanya tertembak?” ejek Nyonya Park menunjuk Tuan Song yang tak menarik.
“Kenapa tidak? Tak ada yang salah dengan suamiku. Memangnya kenapa?” ucap Bibi Park membela. Tiga Bibi lainya pun tak bisa menahan tawa.
“Astaga. Kau jelas mencintai suamimu.” Ejek Nyonya Duk. Bibi Park tak percaya dengan sikap Nyonya Duk yang membela Dong Baek.
“Apa Dongbaek menantumu? Apa dia putrimu? Kenapa kau harus terus begini?” ucap Bibi Park marah
“Chan-suk... Apa Kau sungguh ingin tahu kebenarannya? Jangan bercanda... Kau mempermalukan dirimu sendiri!” ucap Nyonya Duk
“Kenapa aku menghabiskan seluruh waktuku membuat kepiting rendam saat aku seharusnya beri idiot itu pelajaran?” keluh Bibi Park
 “Cepat Pergi!” Kalian para wanita sebaiknya jangan mengganggu Dongbaek tanpa alasan. Aku tak bisa fokus pada restoranku jika kalian terus mengganggu dia.” Ucap Nyonya Duk marah
“Aku tak percaya kau. Kau dahulu bilang aku kesayanganmu. Tapi kini kau bahkan tak melihatku. Apa masalahmu? Apa cinta berubah?” komentar Bibi Park kesal. 

Akhirnya Dong Baek berjalan Nyonya Duk dengan wajah tersenyum. Nyonya Duk mengeluh karena Seharusnya jangan biarkan Tuan Song menghabiskan lebih dari 30.000 won tapi mala biarkan dengan habiskan 80.000 won, bahkan tawarkan 50.000 won kembali.
“Astaga, kau ini konyol.” Keluh Nyonya Duk, Tapi Dong Baek hanya bisa tersenyum.
“Nyonya Kwak, kau tahu ini? Aku tak pernah berteman dengan orang berpengaruh sepertimu. Bahkan saat sekolah, aku tak pernah dekat dengan ketua kelas. Kau teman berkuasaku yang pertama.” Kata Dong Baek bangga.
“Astaga, kau murah tawa dan senyum.” Keluh Nyonya Duk. Dong baek pikir terbiasa melakukannya setiap hari. Nyonya Duk hanya bisa tersenyum lalu bertanya apakah punya kimchi di rumah.

Dong Baek akhirnya pergi ke rumah Nyonya Duk yang mengemas kimchi untuknya. Nyonya Duk menyuruh Dong Baek agar Jangan terintimidasi, lalu menceritakan Saat dahulu menjual sup sundae beberapa tahun lalu, harus menghadapi banyak orang berengsek.
“Dahulu, janda yang menjual sup sundae dan soju sangat dipandang rendah. Pria selalu menggodaku dan istri pemarah mereka mengomeliku. Aku sering menangis diam-diam. Tapi aku bisa apa?” cerita Nyonya Duk
“Aku harus membesarkan tiga anakku. Aku tak punya pilihan selain menghadapi semuanya. Jadi, biarkan mereka menggonggong dan teruskan jalanmu. Hanya itu yang kau bisa.” Pesan Nyonya Duk.
“Seandainya aku punya ibu sepertimu.” Ucap Dong Baek bahagia. Nyonya Du mengaku akan senang menikahkan salah satu putranya dengan Dong Baek.
“Ohh Benar. Kudengar putra bungsumu masih lajang.” Komentar Dong Baek. Nyonya Duk binggung lalu mengaku ucapan hanya bercanda. Dong Baek pun mengucapkan terimakasih atas pemberian kimchinya. 


Yong Sik mondar mandir di depan camelia terlihat binggung, lalu menyapa beberpa tetangga yang lewat dan saling berjabat tangan.  Ia pun merasa Wanita itu tampaknya bermasalah dan  merasa kalau tak percaya sudah merindukannya.
“Apa ibuku temanmu? Kenapa kau memanggil ibuku Dongbaek?” teriak Dong Baek pada temanya. Yong Sik diam-diam mendengarnya.
“Semua memanggil ibumu Dongbaek!” ucap Si pria merasa tak ada yang salah dengan ucapanya.
“Maka kupanggil ibumu Perut Babi mulai sekarang!” kata Dong Baek melawan.
“Kau mau mati? Hei, ibunya beda dengan ibumu.” Kata anak. Dong Baek merasa tak ada yang salah.
“Ibumu menjual perut babi dan ibumu menjual polis asuransi! Ibuku hanya menjual alkohol, itu saja. Apa salahnya dengan itu?” teriak Dong Baek. Yong Sik terdiam melihat Dong Baek mengingat sesuatu. 
Flash Back
Dong Baek pun mengaku ibunya memang menjual sup sundae dan soju dan tak ada yang salah.  Teman Yong Sik yang terjatuh mengancam agar melaporkan ke ayahnya. Yong Sik pun mempersilahkan lalu mengaku Kakak keduanya punya sabuk hitam taekwondo dan kakak sulungnya tak naik kelas.
“Lagi pula, ibumu juga menjual soju dengan perut babi.” Ucap Dong Baek berteriak. 


Dua teman Pil Goo tiba-tiba mendorong Pil Goo sampai terjatuh. Yong Sik pun datang berteriak mereka itu anak-anak nakal menyuruh agar berhenti. . Keduanya terlihat ketakutan.
“Kenapa menendang temanmu? Apa kau Mau kukunci dalam penjara supaya jera? Aku bisa dengan mudah melakukannya!” ancam Yong Sik.
Tiba-tiba mereka mulai menangis, Pil Goo pun ikut menanangis. Yong Sik panik meminta agar mereka berhenti menangis, lalu melihat kebelakang takut ada yang salah paham. Ia mengeluh bahkan tak melakukan apa pun jadi meminta agar berhenti menangis.

Akhirnya Yong Sik membelikan snack pada semuanya agar tak menangis.  Yong sik pikir mereka a baru bertemu, tapi melihat Pil Goo malah dipukuli.  Ia pikir kalau Pil Goo pasti mau tampak kuat, tapi menurutnya  itu bukan hal yang mudah dilakukan anak delapan tahun.
“Sekalipun kau menangis, aku pura-pura tak lihat. Kau boleh menangis.” Ucap Yong Sik
“Seharusnya dia lebih tua... Lelaki yang menendangku. Dia lahir bulan Januari dan aku lahir bulan Desember. Pada zaman dahulu, dia seharusnya lahir awal 2012. Artinya dia lebih tua!” ucap Pil Goo
“Apa? lahir awal apa?” tanya Yong Sik binggung, Pil Goo pikir dirinya sebenarnya menang.
“Apa kau Lahir awal 2012?!! Aku lahir awal 1988.” Ucap Yong Sik tak percaya.
“Aku tahu pasti yang dibutuhkan anak delapan tahun saat ini.” Guman Yong Sik melihat sesuatu.


Pil Goo memberitahu harus naik bus tempat les di sana. Yong Sik menganguk mengerti didepan tempat bermain games dan pamit perg.. Pil Goo pun mengucapkan terima kasih keripiknya dan mengaku mengambilnya hanya karena Yong Sik mengaku dirinya polisi.
“Tentu. Kau anak pintar.” Ucap Yong Sik, Pil Goo bertanya apakah Yong Sik mau ke arkade. Yong Sik membenarkan.
“Kau ke sana walau sudah dewasa? Saat anak-anak ke tempat les?” ucap Pil Goo menatap Yong Sik melihat akan masuk.
“Kau tahu, setelah dewasa, aku lebih banyak belajar soal hidup di arkade daripada tempat les.” Jelas Yong Sik mendekat. Pil Goo binggung apa maksudnya. Soal hidup
“Apa Kau tahu perasaan kalah dan pencapaian? Konsep operasi, semangat tim, pemerasan uang, dan rasa malu. Bagaimanapun, itu tak dipelajari di tempat les.” Jelas Yong Sik. 
Akhirnya Yong Sik menukar uangnya di mesin koin, Pil Goo menatap tak percaya karena banyak koin yang ditukar. Yong Sik menegaskan kalau Pil Goo boleh main kalau memang menginginkanya.
“Itu adegan paling mirip film dalam delapan tahun hidup anak itu.” Gumam Yong Sik bahagai biasa membuat sesuatu di DELAPAN TAHUN HIDUPnya  Pil Goo. 

Dong Baek menerima telp sambil meminta maaf, Hyang Mi bertanya apakah Pil-gu tak ada di tempat les, lalu menduga sedang ke arkade. Dong Baek pun memikirkan apa yang akan dilakukan dengan anaknya. Yong Sik dan Pil Goo sedang asyik main dengan koin yang masih banyak.
“Aku mungkin cukup tua untuk menjadi ayahmu... Omong-omong, berapa usia ayahmu?” tanya Yong Sik sambil bermain.
“Entahlah.” Ucap Pil Goo, Yong Sik tak percaya kalau Pil Goo tak tahu usia ayahnya.
“Dia juga mungkin tak tahu berapa usiaku, bahkan Dia mungkin tak tahu namaku..” Kata Pil Goo, Yong Sik melonggo bingung mendengarnya.
“Apa Kau tak punya ayah? Kau mengatakan itu di depanku? Tak punya ayah bukan hal memalukan.” Ucap Yong Sik dan pemainan berakhir.
“Aku juga tak punya ayah... Tak semua orang punya ayah.” Kata Yong Sik menyakinkan.
“Hanya aku yang tak punya ayah di kelasku. Tapi Ada dua lagi di kelas tujuh.” Kata Pil Goo.
“Coba Lihat itu? Sudah kubilang... Hei, mereka yang mengira semua memiliki ayah dan yang memandang iba padamu saat kau beri tahu tak punya ayah adalah orang paling norak di dunia. Kau juga bisa melihat mereka dengan tatapan iba.” Kata Yong Sik menasehati.
Pil Goo tersenyum dan akhirnya mengajak bermain lain, Yong Sik pun  dengan senang hati mengajak bermain. Pil Goo menyuruh Yong Sik agar datang ke bar nanti karenaakan beri tiga kali isi ulang berondong. Yong Sik ingin tahu keberadaan barnya.
“Di ujung jalan kepiting rendam.” Ucap Pil Goo. Yong Sik ingin tahu apakah Di sekitar mana di jalan itu
“Di sebelah penggilingan...”kata Pil Goo dan terdengar teriak sesorang yang memanggil namanya.
Pil Goo melonggo melihat ibunya yang datang, Yong Sik pun melonggo kalau ternyata Dong Baek adalah ibu dari Pil Goo. Ia pun bergumam “Wanitaku yang penuh kejutan juga memiliki seorang putra.”
Bersambung ke episode 4

 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar