PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 04 September 2019

Sinopsis Hotel Del Luna Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
                                                                   
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Beberapa orang terlihat sudah tak sadarkan diri dengan banyak barang dan juga gerobak. Malaikat muat datang dengan kuda dan pakaian hitam versi joseon. Ma Go juga datang melihat kalau ternyata Anak kecil. Malaikat pikir  orang tuanya sudah menyeberangi Sungai Sanzu.
“Bagaimana bisa anak sekecil ini bertahan sangat lama?” ucap Ma Go.
“Aku datang untuk membawanya, tapi terkejut melihat dia masih hidup.” Kata Malaikat.
“Anak kecil ini berusaha keras untuk tetap hidup. Bagaimana kalau kau mundur saja?” ucap Ma Go
“Tapi, dia tak akan bisa bertahan lama.” Ucap Malaikat. Ma Go pikir malaikat tak pernah tahu... apa yang mungkin terjadi dalam waktu singkat itu.

Saat itu seorang pria dan juga anaknya berjalan dalam hutan, seperti itu ayah Chan Sung dan Chan Sung. Chan Sung kecil lalu melihat ada sesuatu di depanya. Sang ayah binggung lalu mengejar anaknya yang sudah berlari mendekat. Chan Sung ingin menyentuh orang-orang yang tergeletak didepanya.
“Hei, kotor. Jangan sentuh apa pun... Orang ini sudah mati. Kelihatannya dari Goguryeo. Mereka mungkin berkeliaran sesudah negara mereka runtuh dan akhirnya mati mengenaskan.” Ucap ayah Chan Sung dan ingin melihat sekeliling.
“Ayo kita naik gerobak...Terima kasih gerobaknya.” Ucap Ayah Chan Sung, tapi Chan Sung menatap anak di depanya.
“Dia bergerak.” Teriak Chan Sung dan melihat si anak akhirnya membuka matanya, Chan Sung memastikan kalau anak wanita itu bisa melihatnya.
“Kau masih hidup rupanya.” Ucap Chan Sung akhirnya bisa melihat si anak bisa membuka lebar matanya. 
Keduanya duduk bersama didepan gerobak, Chan Sung memberikan minum lalu meminta agar Jangan bersedih karena ia yakin orang tua si anak wanita sudah ada di Sanggarloka Bulan, karena ia tahu dari Nenek penjual obat yang mengatakanya.
“Ada tempat yang disebut Sanggarloka Bulan di hutan belantara. Itu adalah tempat orang mati beristirahat sebelum pergi ke Alam Baka. Siapa namamu?” tanya Chan Sung
“Man Wool... Bulan... Artinya "bulan purnama".” Kata Man Wool. Chan Sung berkomentar  itu Cantik sekali lalu menuliskan nama Man Wool di tangan anak kecil yang terlihat cantik. Keduanya pun berteman semenjak itu. 



“Pernahkah Kita bertemu di kehidupan masa lalu? Aku manusia dari 1.300 tahun lalu. Aku penasaran bagaimana kita bisa bertemu.” Ucap Man Wool sambil mengenggam erat tangan Chan Sung
“ Kadang, butuh 1.300 tahun untuk dua orang saling bertemu. Butuh waktu yang sangat lama bagi kita untuk dapat melihat cahaya bintang. Nebula Orion berjarak 1.300 tahun cahaya dari Bumi. Yang artinya dibutuhkan 1.300 tahun untuk dapat melihatnya dengan mata kepala kita.” Kata Chan Sung
“Begitukah? Lalu Ada di mana bintang itu?” tanya Man Wool. Chan Sung menjawab  Hanya bisa dilihat selama musim dingin dan tak bisa dilihat sekarang. Man Wool terdiam menendengar musim dingin. 

Flash back
“Mulai dari bulan purnama berikutnya, energi bulan akan ditarik dari tempat ini. Kedepannya, kau tak akan mendapatkan tamu baru.” Ucap Ma Go
“Terdengar kau menyuruhku menutup hotel.” Komentar Man Wool. Ma Go memberitahu Sangkarloka Bulan Man Wool hanya akan ada sampai bulan purnama berikutnya.
“Sayang sekali hanya bisa dilihat pada musim dingin.. Chan Sung, selain bintang itu, adakah yang bisa kita lihat sekarang?” ucap Man Wool seperti ingin mengoda.
“Itu... Entahlah... Aku tak terlalu pandai astronomi.” Ucap Chan Sung yang menanggapinya dengan serius.
“Hei lulusan Harvard bodoh... Tunjuk saja salah satu bintang yang ada di langit. Kau pikir aku akan bilang "bukan" dan mengoreksimu? Aku akan mengatakkan "Ah sungguh?" apa aku akan seperti itu... Haruskah begitu?” ucap Man Wool kesal
“Ayo lihat di mana. Aku harus memilih yang indah, berkilau sehingga kau akan menyukainya.” Kata Chan Sung, Man Wool kesal merasa tak perlu karena menurutnya sudah terlambat.
“Sebenarnya ada satu. Bintang yang bisa kau lihat sesudah berumur 1.300 tahun. Koo Chan Sung... Aku bintangmu yang mempesona.” Ucap Chan Sung bangga

“Baiklah. Kau pun sudah cukup. Aku tak butuh bintang yang hanya bisa dilihat pada musim dingin. Karena aku bisa melihatmu... Astaga, Ku Chan Sungku... Kau berkilauan.” Goda Man Wool memegang wajah Chan Sung
“Aku benar-benar terpesona... Astaga, Man Woolku... Kau tampak sangat terang seperti bulan purnama.” Komentar Chan Sung membalas juga dengan memegang erat pipi Man Wool. Man Wool mengeluh mendengar"Bulan purnama"
“Sebenarnya, aku akan memanggilmu jimat keberuntunganku. Kau berhak mendapat julukan itu karena kau sudah jauh lebih baik.” Kata Chan Sung 
“Bukankah kau memanggilku "Sup Babi Beras" dulu?” keluh Man Wool. Chan Sung pikir  Man Wool bilang tak apa bereinkarnasi menjadi mie ayam.
“Bagaimana jika sungguh terjadi?” ucap Man Wool. Chan Sung merasa tak masalah karena  akan menjadi sayurannya.
“Sungguh?.. Kau bilang akan menjadi sayuran... Kau sudah berjanji.” Ucap Ma Wool terus memegang wajah Chan Sung.
“Ya, aku akan benar-benar menjadi sayuran.” Kata Chan Sung. Keduanya tertawa dan akhirnya kembali saling berpelukan dibawah sinar bulan. 




Nyonya Choi pergi ke bar, bertanya pada pelayan Apa Tuan Kim  pergi ke suatu tempat. Pelayan menjawab Tuan Kim pergi sesudah mengobrol dengan para tamu. Nyonya Choi bingung kemana sebenarnya Tuan Kim.
Sementara Tuan Kim terlihat kebingungan dan malu, teringat kemblai ucapan si pria tua itu “Novel baruku akan dirilis. Berceritakan tentang seorang cendikiawan cabul, Kim Si Ik yang pengangkatannya dibatalkan meskipun lulus ujian negara.”
“Aku harus pergi sebelum menghadapi penghinaan seperti itu. Aku harus pergi.” ucap Tuan Kim frustasi dan akan ke terowongan.
Tapi ia teringat yang dikatakan Hyun Joong, “Kita harus mengucapkan salam perpisahhan saat pergi. Berjanjilah, kau tak akan pergi tanpa berpamitan.” Dan sudah melingkarkan jarinya. Tuan Kim hanya bisa terdiam. 

Nyonya Choi datang menemui Man Wool kalau  tak melihat Tuan di mana pun. Man Wool pikir mungkin bersama Hyun Joong. Nyonya Choi mengaku Tidak. sudah mencari di sekitaran hotel tapi tetap tak ada. Chan Sung pikir Mungkin dia keluar.
“Dia jarang keluar hotel. Bahkan saat keluar, dia tak pernah sendirian. Dia masih seperti orang yang hidup di era Joseon.” Ucap Man Wool
“Rupanya, dia meninggalkan bar terlihat khawatir di tengah obrolan dengan beberapa tamu mengenai cendekiawan yang lulus ujian negara.” Cerita Nyonya Choi
“Cendekiawan yang lulus ujian negara?” kata Man Wool mulai tegang. Nyonya Choi pikir Man Wool tahu situasinya.
“Kebetulan, apa namanya Kim Si Ik saat dia masih hidup?” tanya Nyonya Choi
“Siapa tamu yang berbicara buruk tentang Tuan Kim ?” kata Man Wool marah. 


Si pria tua akhirnya bertemu dengan Man Wool dan Chan Sung mengaku  mati sebelum bisa menerbitkan buku yang ditulis tentang cendekiawan, Kim Si Ik. Man Wool tahu kalau novel itu mengolok-olok Kim Si Ik dengan nada sinis.
“Novel itu adalah fiksi yang kutulis berdasarkan penelitian.” Ucap si pria yakin.
“Jadi, apa novel itu akan dirilis?” tanya Man Wool. Si pria mengaku  sudah mengirim naskah itu ke penerbitnya.
“Mereka akan menerbitkannya sebagai karya anumertaku.” Ucap Si pria.
“Siapa penerbit bodohnya? Dan berapa banyak orang yang sudah membacanya?” tanya Man Wool
“Aku masih menulis dengan tulisan tangan, jadi hanya ada satu manuskrip. Aku yakin kepala redaksi adalah satu-satunya yang membacanya.” Kata Si kakek. Man Wool pikir harus menemukan penerbit.


Di sebuah penerbit, seorang pria melihat naskah didepanya sambil mengeluh Tulisan tangannya masih sangat buruk, membuat matanya sakit. Terlihat naskah yang dibawa "Cendekiawan Cabul, Kim Si Ik" lalu tiba-tiba terdengar ruangan jadi sangat dingin.
“Apa AC menyala?” kata si pria merasakan ruangan jadi ingin, saat itu ternyata Tuan Kim datang.
“Aku bukan seorang cendikiawan cabul. Ini Tak adil.” Gumam Tuan Kim seperti sangat marah.

Chan Sung dan Man Wool turun dari mobil berjalan denga cepat. Man Wool memberitahu rencana yaitu Pertama, sogok untuk membeli naskah darinya lalu Tawarkan padanya semua uang dari penjualan kuda jadi pasti akan menerimanya.
“Tapi aku khawatir Tuan Kim mungkin akan menyebabkan masalah. Jika dia melakukan sesuatu yang membahayakan manusia, Malaikat Maut tak akan membiarkannya.” Kata Chan Sung merasa tak enak hati.
“Tuan Kim adalah bangau. Apa Kau pernah melihat bangau menyerang manusia? Dia tak bisa menyakiti siapa pun.” Ucap Man Wool yakin
“Walaupun begitu, dia sudah memendam dendam selama 500 tahun.” Kata Chan Sung
“Bangau memastikan bulu mereka tetap seputih salju bahkan saat berdiri di lumpur. Tuan Kim menunggu 500 tahun untuk membersihkan namanya.” Ucap Man Wool yakin. 


Si kepala penerbit akan mencuci wajahnya, tapi saat itu tiba-tiba melihat bayangan didepan cermin, lalu berusaha melihat untuk memastikan. Saat menengok dan melihat Tuan Kim ada dibelakangnya, wajahnya panik dan langsung berteriak ketakutan.
“Aku Kim Si Ik.... Aku tak cabul.” Ucap Tuan Kim seperti hantu-hantu lainya.
“Aku terlalu menakutkan. Aku hanya ingin memastikan buku itu tak diterbitkan. Haruskah aku bersikap baik padanya?” kata Tuan Kim binggung. 

Si pria berlari masuk ke dalam ruangan dengan wajah panik emebritahu melihat hantu dan barusan melihat Kim Si Ik yang sudah mati. Semua seperti tak percaya kalau pria itu bertemu dengan hantu. Tapi satu pegawai seperti berpikiran berbeda.
“Kau melihat hantunya? Artinya buku itu akan menjadi populer!” teriak si pria. Pegawai yang lain pun ikut bahagia merasa akan mendapatkan jackpot.
“Aku benar-benar takut.” Ucap si pria. Tapi pegawai lain berpikir kalau ketua sedang  Mimpi keberuntungan.
“Itu bukan mimpi... Aku benar-benar melihatnya” keluh si ketua. Pegawai tak peduli malah mengajak untuk Makan malam tim yang menyenangkan. Wajah Tuan Kim makin sedih karena caranya gagal. 

Tuan Kim berjalan dengan wajah sedih,  Man Wool dan Chan Sung melihat Tuan Kim keluar. Tuan Kim kaget melihat keduanya datang berpikir tahu Tuan Kim datang ke sini. Man Wool menyuruh Tuan Kim untuk kembali ke hotel dulu.
“Aku tak bisa kembali ke hotel karena terlalu malu. Aku akan naik bus saja dan pergi ke Alam Baka.” Ucap Tuan Kim malu
“Kenapa kau ini Tuan Kim ? Kau adalah andalan hotel kami, dan kau adalah bangau bermartabat. Bangau tak menundukan kepalanya. Angkat kepalamu tinggi-tinggi.” Ucap Man Wool menahan kepala Tuan Kim agar tak tertunduk.
“Bagaimanapun caranya, Aku akan mendapatkan manuskrip dari penerbit.” Kata Chan Sung menyakinkan. Tuan Kim kembali ingin menundukan kepala, tapi Man Wool sudah menahan agar tak malu. 

Tuan Kim sudah duduk di atas kasur,  Man Wool pikir  Karena menolak kembali ke hotel, maka bisa tinggal di kamar Chan Sung. Tuan Kim mengucapkan terimakasih.  Chan Sung memberitahu kalau Hanya kepala redaksi yang membaca naskahnya, bahkan tak sampai selesai.
“Aku membujuknya karena penulisnya sangat terkenal.” Jelas Chan Sung. Tuan Kim ingin tahu cara membujuknya.
“Aku bilang kepadanya bahwa Kim Si Ik adalah leluhurku.” Kata Chan Sung
“Chan Sung berbohong padanya bahwa dia adalah keturunanmu, dan aku sudah menghabiskan banyak uang.” Keluh Man Wool. Tuan Kim pun mengucapkan Terima kasih banyak.
"Cendekiawan Cabul, Kim Si Ik"? Sepertinya aku tak akan pernah bisa membersihkan namaku.” Ucap Tuan Kim bergetar melihat judul naskah.
“Jika tak benar, jelaskan dan buktikan kebersihanmu. Bisakah kau beri tahu apa yang terjadi?” ucap Chan Sung.

“Semua orang memanggilku jenius karena aku lulus ujian negara tiga tahunan pada usia yang sangat muda. Namun, aku gagal ujian PNS setiap tahun.” Cerita Tuan Kim 
Flash Back
“Sesudah berusia 40 tahun, aku meninggalkan kampung halaman dan menetap di Hanyang. Kemudian aku hanya fokus belajar untuk ujian. Menyaksikan cara orang lain hidup adalah satu-satunya hal yang memberiku kegembiraan, sambil belajar sangat keras, yang kadang membuatku merasa kesepian.” Cerita Tuan Kim duduk di sebuah tempat belajar.
“Aku melihat seorang pemudi merawat ayahnya yang buta, dan aku juga melihat kakak beradik yang keluarganya selalu bertengkar.” Cerita Tuan Kim mengamati kesekeliling.
“Indahnya melihat muda-mudi jatuh cinta dengan mengabaikan status sosial mereka. Jika bosan membaca buku, aku menulis cerita berdasarkan apa yang kulihat di jalan.” Kata Tuan Kim melihat bangsawan dan juga orang biasa berkencan.
Tuan Kim pun menuliskan cerita tentang yang dilihatnya, salah satu pria berkomentar kalau ceritanya ini sangat menyedihkan karena  yang terjadi selanjutnya. 
“Tentu saja, saat itu, untuk para cendikiawan menulis cerita selain dalam karakter Cina dianggap tak konvensional. Namun, cerita yang kutulis tak merendahkan sama sekali.” akui Tuan Kim
“Tunggu, kau menulis cerita tentang putri yang berbakti, wanita yang setia, dan kakak beradik...” ucap Chan Sung tak percaya
“ Sim Cheong, Chun Hyang, Heung Bu, dan Nol Bu? Apa Kau menulis semua cerita itu?” tanya Man Wool
“Penulis kisah-kisah ini tak dikenal di dunia ini.” Keluh Tuan Kim, Chan Sung pikir Jika benar, Tuan Kim adalah Shakespeare dari Dinasti Joseon.
“Tapi kisah-kisah itu menghancurkan hidupku saat hidupku berada di puncak.” Cerita Tuan Kim sedih 


Anak buah Tuan Kim mengucapkan selamat karena akan kembali dengan gemilang. Wajah Tuan Kim pun terlihat bahagia, tiba-tiba beberapa pria datang memberitahu kalau Janji temu Tuan Kim akan dibatalkan. Tuan Kim binggung karena sudah bersiap menyambutnya.
“Setahuku kau yang menulis cerita-cerita ini. Kau sebut dirimu seorang cendikiawan. Beraninya kau menulis cerita tentang kehidupan rendahan rakyat jelata? Melihat kau yang menulis cerita ini, merupakan penghinaan bagi sesama cendikiawan.” Ucap si pria marah
“Setiap cendikiawan akan memastikan orang cabul sepertimu tak bergelar tegas si pria melempar buku Tuan Kim.
“Aku hanya menulis cerita tentang kehidupan rakyat Bagaimana bisa kau menyebut cerita ini merendahkan?” kata Tuan Kim binggung.
“Cerita tentang pasangan yang berzina. Cerita tentang kakak beradik yang hancur. Cerita yang membingungkan melalui imajinasi yang absurd. Bagaimana bisa cendikiawan membuat cerita semacam itu?” kata si pria dan akhirnya Tuan Kim dilempar buku. Anak buah Tuan Kim binggung melihat majikanya terlihat kasihan.
“Kim Si Ik... Jika kau tahu apa artinya dihina, jangan pernah mengangkat kepala.” Teriak Si pria. Tuan Kim hanya bisa tertunduk.
“Karena petisi dari cendikiawan lain, gelarku dicabut. Putra keluarga yang kuat mengambil posisiku. Ayahku yang berada di kampung halaman merasa terhina, dia menolak makan dan berakhir meninggal.”
Tuan Kim hanya diam saja dalam rumahnya sendirian, seperti frustasi melihat bukunya. Ia lalu terlihat seperti meninggal karena malu dan frustasi.
“Aku tak memiliki keberanian untuk menghadapi istri yang sudah mendukungku. Karena tak bisa kembali ke kampung halamanku atau tinggal di sana, aku meninggal sendirian merasa tersesat di dunia ini.”
Tuan Kim hanya bisa menangis mengaku merasa sangat bersalah, Chan Sung melihat Tuan Kim hanya bisa diam saja. 



Man Wool dkk akhirnya berkumpul bersama, Chan Sung memberitahu  Awalnya Tuan Kim menunggu cerita memalukannya menghilang dari dunia ini. Tapi orang-orang mengangkat ceritanya dan ceritanya semakin menyebar.
“Semua orang di dunia ini tahu cerita Chun Hyang dan Sim Cheong.” Ucap Hyun Joong
"Aku yakin sebagian dirinya merasa berharap. Dia bisa membersihkan penghinaannya dan merasakan kebanggaan.” Kata Nyonya Choi.
“Namun, tak ada bukti. Kalian, Apa bisa mempercayai semua yang dia katakan? Tak heran kenapa seseorang menulis buku tentang dia. Orang-orang tak tahu tentang cerita yang ditulisnya. Dia hanya menjadi cendikiawan cabul yang didiskualifikasi pada akhirnya karena dia menulis cerita buruk.” Kata Man Wool
“Aku akan membaca setiap halaman naskah ini.” Ucap Chan Sung, Nyonya Choi ingin tahu keadaan Tuan Kim
“Dia akan tinggal di kamarku untuk saat ini.” Ucap Chan Sung lalu teringat dengan Sanchez.


Sanchez terlihat kaget melihat Tuan Kim di kamar Chan Sung. Tuan Kim  mengaku ingat pernah melihatnya saat makan malam kemarin, Chan Sung  bertanya Apa yang membawanya kemari. Tuan Kim mengaku  punya masalah, jadi akan tinggal di kamar Chan Sung sementara.
“Oh begitu... Lalu, apa dia juga bekerja di hotel?” tanya Sanchez melihat pria berbaju hitam.
“Dia adalah Malaikat Maut. Dia bukan orang yang mudah ditemui jika kau masih hidup. Ayo Berilah salam.” Ucap Tuan Kim. Sanchez terlihat kaget dan ketakutan.
“Tapi dia tak di sini karena punya urusan denganku, 'kan?” tanya Sanchez panik.
“Tidak... Aku di sini untuk menghibur teman lamaku.” Kata Malaikat mengangkat botol birnya.
“Malaikat Maut membelikanku bir.. Maukah kau bergabung dengan kami?” tanya Tuan Kim. Sanchez yang ketakutan memilih untuk menolaknya.
“Biarkanlah aku tinggal sementara.” Kata Tuan Kim, Sanchez setuju dan akan pergi tapi Malaikat memanggilnya.
“Karena aku tak punya cemilan untuk bir, aku memetik kurma di halamanmu. Jika kita bertemu di masa depan, maka aku akan membayarnya.” Kata Malaikat. Sanchez menganguk mengerti.
“Ada kacang. Mau kubawakan kacang? Tunggu Sebentar.” Ucap Chan Sung bergegas keluar kamar. 


Akhirnya naskah ada diatas maje, Si penulis mengaku tak tahu apa yang terjadi pada Kim Si Ik dan Sangat disayangkan, tapi tak ingin melawan dendam berusia 500 tahun untuk menerbitkan buku jadi akan menyingkirkannya.
“Akan memalukan untuk menghancurkannya seperti ini.Manajerku membaca setiap halaman novel. Dia bilang, ceritanya cukup menarik. Jika kuabaikan bagian cendikiawan cabul, karakter cendikiawan akan berubah cukup menarik.” Ucap Man Wool
“Cendikiawan berpikiran luhur yang tak terlibat dalam konflik antara dua faksi utama. Cendikiawan romantis yang akan menulis kepada istrinya yang menunggu di kampung halamannya sebulan sekali.” jelas Chan Sung
“Aku melakukan penelitian dan Itu yang dia lakukan.” Ucap Penulis
“Karena itu, "Kim Si Ik memutuskan tidak bergabung dengan kelompok sosial untuk mendapatkan kekuasaan. Sebagai orang dari luar kelompok, Dia menuruntukan dirinya dalam cerita-cerita cabul dan erotis." Ayo kita ubah bagian ini.” Cerita Man Wool
"Kisah cerita yang ditulis dalam alfabet Korea dengan penulis yang tak dikenal sebenarnya ditulis oleh cendikiawan, Kim Si Ik." Kau tak akan dapat menulis ini sebagai buku sejarah, tapi akan membuat tema yang sangat menarik untuk sebuah novel.” Ucap Chan Sung
“Benar... "Shin Yun Bok adalah seorang wanita." Ada buku dengan tema itu juga. Dalam novel, semuanya mungkin.” Kata penulis.
“Kalau begitu, mari seperti itu. Cendikiawan paling romantis di Dinasti Joseon dan pembuat cerita terbaik yang sama luhurnya dengan bangau. Kim Si Ik.” Kata Man Wool dan Chan Sung pun setuju
"Bangau"? Judul ini baru saja terlintas di benakku. Novel yang indah ini akan mengikuti karya agungku, "Bangau yang Indah". Disebut "Lagu Bangau". Kata Pria. Chan Sung dan Man Wool langsung tepuk tangan mendengar  "Lagu Bangau" dan mengajak untuk menyanyikan lagu itu.


Man Wool meminta Penulis agar segera menulisan cerita yang bagus lalu memberikan pena. Tapi saat itu si penulis langsung tak sadarkan diri, Man Wool bingung kenapa penulis jadi tak sadarkan diri lalu berteriak agar bangun dan harus memulai "Lagu Bangau"!
“Ini adalah gejala populer dari orang yang meninggal karena terlalu banyak bekerja. Aku lupa menyebutkan bahwa dia pingsan dalam 30 detik sesudah memegang pulpennya.” Jelas Nyonya Choi
“Apa? Jika dia terus pingsan setiap 30 detik, kapan dia akan menyelesaikan novelnya?” ucap Man Wool
“Kita harus mendapat bantuan  dari penulis lain” ucap Chan Sung, Man Wool bingung siapa Penulis lain.
“Ada seorang novelis yang ingin bekerja keras, tapi tak bisa sebelum dia meninggal.” Ucap Chan Sung yakin dengan senyuman. 

Nyonya Choi bertemu dengan pria penulis yang selalu meminta kopi, lalu memuji kalau turlisanya luar biasa setela mengamatinya, Tapi belum memutuskan tentang apa yang harus ditulis.
“Kami memiliki topik yang hebat dan juga guru yang luar biasa. Maukah kau... menyelesaikan novel?” ucap Chan Sung 

Tuan Kim pun mengetahui kalau akan tetap menjadi karakter dalam cerita fiksi. Man Wool menjelaskan Dalam catatan tersebut, Kim Si Ik dikenal sebagai yang didiskualifikasi karena menulis cerita vulgardan Hanya ada satu baris.
“Itu tak akan hilang bahkan jika kau menunggu selama 500 tahun.” Ucap Man Wool. Tuan Kim mengerti.
“Tapi, kau adalah suami penyayang dan cendikiawan luhur bukanlah fiksi. Tersisa di dunia ini dalam sebuah novel bukan masalah buruk bagiku.” Ucap Man Wool. Tuan Kim seperti tak yakin.
“Selain itu, ini novel. Karena kita berada di dalamnya, katakanlah dia tinggi dan sangat tampan. Bagaimana mereka tahu? Adakah orang yang mirip denganmu?” ucap Man Wool
“Ada seorang pria yang kupikir menyerupaiku.” Kata Tuan Kim,Man Wool ingin tahu siapa orangnya.
“Orang-orang muda memanggilnya Mr. Hip.” Kata Tuan Kim. Man Wool tak percaya kalau Tuan Kim dianggap mirip So Ji Sub.
“Yah... Kau pasti mirip dengan dia!” ejek Man Wool, Tuan Kim miringkan wajahnya mengaku mirip dari samping.
“Astaga, kau benar... Berbaliklah sedikit lagi... Terus berputar. Bagian belakang rambutmu hitam pekat seperti miliknya.” Ejek Man Woo lalu memuji Tuan Kim adalah pria yang gagah dan tampan. Tuan Kim hanya bisa tersenyum. 



Si pria akhirnya saling berkerja sama menuliskan cerita, Man Wool dan Chan Sung membaca buku yang ditulis lalu mengaku tak tahu dia bisa melakukan seni bela diri. Tuan Kim memuji Man Wool terdengar sangat keren.
“Astaga, si penulis terlalu membuat dia romantis. Ini akan menjadi populer.” Komentar Man Wool. Hyun Joong datang memberitahu  Bagian terakhir selesai.
Mereka pun membaca dan berkomentar ceritanya bagus, Tuan Kim menelp Pemimpin Redaksi Kim kalau Ada konsep buku yang diterima dari penulis pemula jadi meminta agar Periksa rak kedua dari rak buku di ruang kerjanya.
“Cerita ini tentang seorang cendikiawan Kim Si Ik di Dinasti Joseon dan nama penulisnya adalah Bae Sung Hoon.” Ucap si pria.  Tuan Bae yang mendengarnya terlihat bahagia.
Akhirny buku pun di terbitkan dan terlihat di toko buku berjudul “Lagu Bangau” Tuan Kim dan dua penulis terlihat bahagia. 


“Buku-buku sudah diterbitkan dan dua penulis kita pergi dengan senyum di wajah mereka. Aku membuat koktail ini sebagai tanda terima kasihku, mohon nikmatilah.” Ucap Tuan Kim, semua minum kecuali Man Wool
“Aku bilang aku tak suka Tears.” Keluh Man Wool. Tuan Kim pikir  Tetap saja, ini untuk acara istimewa  jadi memohon nikmatilah.
“Arti Tears apa kali ini?” tanya Chan Sung, Tuan Kim menjawab Menangis karena perpisahan.
“Aku, Kim Si Ik, cendikiawan Joseon, sudah menghapus rasa maluku. Dengan air mata yang melambangkan keenggananku untuk pergi, kini akan menuju Alam Baka.” Kata Tuan Kim. Hyun Joong yang mendengarnya tak percaya.
“Kita akan membasuh air mata kita dengan minuman ini dan mengucapkan salam perpisahan. Terimakasih untuk semuanya..” Kata Tuan Kim menahan tangisnya lalu ikut minum. 

Tuan Kim sudah ada didepan terowongan, mengucapkan  terima kasih atas semua kerja keras mereka dan meminta maaf karena pergi duluan lalu menjabat tangan Nyonya Choi. Hyun Joong tak bisa menahan tangisnya langsung memeluk erat Tuan Kim
“Sudah 70 tahun, tapi kau masih seperti bayi.” Ejek Tuan Kim, Hyun Joong seperti tak mau melepaskan pelukan Tuan Kim.
“Selamat tinggal, Tuan Kim” kata Chan Sung lalu saling membungkuk. Tuan Kim menatap Man Wool yang cemberut tapi akhirnya tetap memberikan senyuman lalu naik ke dalam mobil.
Nyonya Choi melambaikan tangan, malaikat pun mengantarnya. Man Wool terlihat masih sinis melihat Tuan Kim yang pergi lebih dulu. 

Man Wool dalam ruang kerjanya, membaca surat yang ditulisakn Tuan Kim.
“Ketua Jang.. Terima kasih sudah merahasiakan namaku dan membiarkanku diingat sebagai seorang cendikiawan yang sama misteriusnya dengan bangau. Ini adalah air mata yang kuberikan padamu sebagai rasa terima kasihku. Aku berharap, bisa menghangatkan dari< bulanmu yang dingin.”
Man Wool melihat gelas diatas meja yang tertulis namanya, lalu mulai minum walaupun tak suka. Setelah itu ia menangis histeris, Chan Sung pun menenangkanya.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar