PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 11 September 2019

Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 21

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Yi Young terjatuh dan merangkak mundur ketakutan melihat Tuan Yoon, teringat saat kejadian sama di kejar oleh Tuan Yoon yang memiliki luka dibagian tangan. Tuan Yoon pun berjongkok dengan senyuman pembunuh berdarah dingin.
“Kita bertemu lagi,  Nona Hong. Sudah lama, bukan?” ucap Tuan Yoon.
“Kau mengejarku tahun lalu seperti ini, kan? Pada hari kematian Kim Ian... Kau yang mengejarku, bukan?” kata Yi Young 

Di acara  "Malam Dukungan" Jang Yoon menatap ke arah Joo Wan yang sedang meminum wine. Joo Wan mencoba santai tapi tatapanya mengarah pada Eun Joo yang duduk disampingTuan Jang. Sementara Jang Yoon menatap Eun Joo yang duduk dengan ayahnya hanya tersenyum menyindir. 

Tuan Yoon senang karena Yi Young akhirnya mengingat siapa dirinya, lalu mengejek kalau sulit sekali merahasiakannya dari Yi Young selama ini. Yi Young pun ingin tahu alasan datang ke toko bunga bibiny adan  Apa yang akan dilakukan padanya.
“Dengar.... Jangan terlalu emosi... Begitu aku menemukan barangku, maka aku akan menghilang dengan tenang. Selama kau tidak membuatku marah, maka aku tidak akan melakukan apa pun. Selama kau tidak membuatku marah.” Tegas Tuan Yoon.
“Apa yang kau cari? Saat di gudang kau bilang sedang mencari sesuatu. Biar aku yang mencarikannya. Katakan apa itu. Dan... Dan tolong jangan muncul di depan keluargaku lagi.” Kata Yi Young
“Kau akan mencarinya?” ucap Tuan Yoon seperti tak percaya, Yi Young berjanji akan mencarinya untuknya.
“Tapi sebagai gantinya, tolong katakan apa yang terjadi hari itu. Kau tahu apa yang terjadi, bukan? Hari itu, setahun yang lalu. Apa yang terjadi hari itu?” ucap Yi Young penasaran. 


Di acara "Malam Dukungan"akhirnya Han Suk selesai bermain biola, Eun Joo pamit pada Tuan Jang untuk keluar. Joo Wan pun mengikutinya, Jang Yoon pun sengaja mengikutinya. Joo Wan menarik tangan Eun Joo, dan Eun Joo langsung bertanya apa yang dingikanya.
“Sejak kapan kamu berkenalan dengan Pimpinan Jang? Kenapa kau datang bersamanya?” tanya Joo Wan 
“Setelah membuat keributan dan menangis di depanmu, aku menemuinya sebab aku telah menyia-nyiakan banyak kesempatan karenamu.” Akui Eun Joo
“Kau memberi tahu Jang Yoon tentang malam itu? Apa yang kau pikirkan sampai memberitahunya hal itu?” kata Joo Wan tak percaya
“Aku hanya mengatakan apa yang kulihat. Kau memang mengikuti mobil Kim Ian hari itu. Aku melihat semuanya.” Ucap Eun Joo yakin.
“Sudah kubilang aku pulang. Kau salah.” Tegas Joo Wan. Eun Joo mengejek Joo Wan agar jangan bohong kepadanya.
“Sejak hari itu, kau menjadi tertarik pada Yi Young. Sebelum hari itu, kau hanya tahu namanya atau bahkan belum tahu?” ucap Eun Joo
“Apa  Kau memberi tahu Jang Yoon karena Yi Young?” kata Joo Wan marah
“Alasan di balik itu tidak penting. Kau ingin putus denganku karena dia.” Ucap Eun Joo marah
“Sudah kubilang bukan karena dia.” Tegas Joo Wan, Eun Joo pun ingin tahu alasan Joo Waon berada di sisi Yi Young jika tidak mencintainya.
“Aneh, kan? Mungkin aku salah mengenai hal lain, tapi aku tahu kau tidak mencintai siapa pun. Aku tahu itu. Karena itu lebih aneh. Kau mendapatkan posisi tetap setahun setelah Ian meninggal.” Ucap Eun Joo mengeje
“Lalu kenapa? Semua itu karena usahaku.” Tegas Joo Wan merasa tak ada yang salah.
“Aku tahu. Luar biasa... Aku sangat bangga kepadamu. Tapi tetap saja, mendapatkannya dalam setahun adalah keajaiban. Siapa yang memberimu posisi itu? Untuk apa?” goda Eun Joo merapihkan jas yang dipakai Joo Wan. Joo Wan menyuruh Eun Joo melanjutkan ucapanya.
“Aku sangat ingin tahu apa yang kau lakukan terhadap Yi Young malam itu. Aku ingin melihatmu jatuh ke titik terendah Dan aku akan tersenyum.” Komentar Eun Joo lalu berjalan pergi. 



Tuan Yoon menarik badan Yi Young dan mendorongnya ke dinding, memperingatakan agar Jangan bercanda dengan masalah seperti itu karena tak mungkin akan mempercayainya. Ia pikir kalau memberitahu yang dicari,  Yi Young mungkin akan menyerahkannya kepada orang lain.
“Apa aku tampak sebodoh itu bagimu?” ucap Tuan Yoon, Yi  Young menegaskan kalau tidak akan menyerahkannya kepada orang lain.
“Entah apa yang kamu cari, dan aku tidak peduli. Tapi bukankah kau akan dibayar untuk menemukannya? Aku akan membantumu.” Tegas Yi Young mencoba menyakinkan.
“Sekalipun itu bukti pembunuhan? Sekalipun beragam informasi kotor terkandung di dalamnya, bisakah kau menjalani hidupmu dengan normal setelah memberiku itu? Kau menikam seseorang sekali dan telah menangis tersedu-sedu sejak saat itu. Benar, kan?” ucap Tuap Yoon mengejek.
“Aku bisa melakukannya... Kubilang aku bisa melakukannya. Seperti katamu, aku pernah menikam seseorang. Jadi Berhentilah bekerja untuk bibiku. Maka aku bisa melakukan apa pun.” Kata Yi Young menegaskan
“Aku terharu oleh kasih sayangmu terhadap keluargamu, tapi aku tidak memercayai siapa pun. Manusia adalah hewan menjijikkan yang berbohong meski saat dalam bahaya.” Ucap Tuan Yoon
“Malam itu, setahun lalu, ada orang lain di gudang itu. Ada orang lain selain aku dan Ian?” ucap Yi Young. Tuan Yoon seperti mencoba mengingat tentang gudang. 



Yi Young bisa mendengar ada seseorang membawa pisau lalu meminta agar tak mendekat. Seperti Joo Wan yang datang dengan maskernya,  Tuan Yoon menyuruh Yi Young agar mencoba mengingatnya karena menurutnya Menikam seseorang tidak selalu berarti membunuh.
“Apa maksudmu? Jadi, ada kemungkinan bukan aku yang membunuh Ian? Siapa lagi yang ada di sana?” tanya Yi Young penasaran.
“Itulah yang harus kau ingat. Ingat siapa orangnya. Orang itu mungkin pembunuh sebenarnya. Apa Kau masih punya pulpen yang diberikan Shinyoung Philharmonic sebagai hadiah gratis?” ucap Tuan Yoon. Yi Young memikirkan tentang Pulpen.
“Temukan itu dan berikan kepadaku. Jangan membukanya atau mencoba mencari tahu apa itu. Tutup saja mulutmu dan lakukan diam-diam. Maka aku akan memberitahumu identitas orang yang berada di gudang itu. Bersemangatlah. Aku akan memberimu nomorku.” Ucap Tuan Yoon lalu berjalan pergi. Yi Young mencoba untuk tetap tegar. 


Jang Yoon menunggu diluar ruangan, Joo Wan keluar melihat Jang Yoon mengeluh karena Jang Yoon mengikutinya sambil mengejek kalau  tidak tahu sangat tertarik kepadanya lalu berjalan pergi. Jang Yoon mengaku kecewa dan sangat menghormatinya.
“Apa yang kau lakukan sebagai ganti mendapat posisi tetap? Itukah alasanmu membunuh Ian?” sindir Jang Yoon
“Kau pasti sangat ingin membuatku terlihat seperti pembunuh. Aku punya satu pertanyaan. Bisakah kau menukar adikmu dengan hal lain?” ejek Joo Wan
“Kau mengajukan pertanyaan konyol.” Kata Jang Yoon. Joo Wan menegaskan kalau pekerjaannya berarti sama seperti arti adik bagi Jang Yoon.
“Anggap saja aku menerima posisi ini dengan cara itu. Jika aku kurang kompeten, bukankah semua orang akan tahu? Apa Kau pikir mereka akan tinggal diam? Mereka akan mencoba memecatku setelah konserku inaugurasiku. Kita akan bicara lagi setelah ini berakhir.” Ucap Joo Wan lalu berjalan Jang Yoon. 



Nyonya Seo berbicara dengan Tuan Jang agar menjaga orkestra ini, karena menurutnya semua anggota sangat kompeten dan semua sangat artistik. Tuan Kang melihat Eun Joo baru saja masuk dan sengaja menghadangnya sebelum duduk.
“Sejak kapan kau berkenalan dengan Pimpinan Jang?” tanya Tuan Kang. Eun Joo menjawab  Sejak Tuan Kang mengusirnya.
“Apa Kau tidak tahu cara kerja di bidang ini? Setelah situasinya reda, aku berniat memanggilmu kembali, jadi, beraninya kamu mengkhianatiku? Kau tidak tahu apa saja yang telah kulakukan untukmu?” ucap Tuan Kang marah
“Yang penting adalah hasilnya. Bukankah begitu cara kerja semua hal?” kata Eun Joo
“Kurasa kau tidak terlalu menyukai Pimpinan Jang.” Komentar Tuan Kang.
“Tapi sepertinya dia sangat tertarik kepadamu.” Kata Eun Joo, Tuan Kang ingn tahu tertarik dalam hal apa
“Dalam banyak aspek... Benar juga.Bagaimana kegiatan institusi rahasiamu belakangan ini? Terima kasih atas semua hal yang telah kamu lakukan untukku.” Ucap Eun Joo menyindir.
“Hei. Kau... Beraninya kau.” Kata Tuan Kang menarik tangan Eun Joo, Eun Joo langsung menariknya dan kembali duduk di kursinya. 


Bibi Hong melihat Yi Young baru pulang dan mengajak duduk diatas tempat tidur. Yi Young duduk dengan wajah tertunduk, Bibi Hong mengeluh kalau Yi Young berpikir melakukan kesalahan jadi meminta agar tetap semangat. Yi Young ingin bicara tapi disela oleh bibinya.
“Kau tidak perlu menjelaskan. Soo Young memberi tahu semuanya kepada bibi. Kenapa kau tidak memberi tahu bibi lebih awal? Kenapa kau melewatinya sendirian? Jangan menangis.” Ucap Bibi Hong
“Bibi memutuskan untuk tidak menangis lagi. Dan bibi akan melupakannya. Bibi tidak menghindari situasi ini. Bibi tidak bisa... Bibi tidak bisa memahami kenyataan bahwa kau menikam seseorang. Bibi membesarkanmu, jadi, bibi yakin dan tahu siapa dirimu.” Tegas Bibi Hong
“Tapi aku ingat melakukannya.” Ucap Yi Young merasa bersalah. Bibi Hong menegaskan kalau Soo Young memberi tahu bibi Hong  bahwa saat seseorang mengalami trauma jadi bisa memalsukan ingatan mereka.
“Ya, itu bisa dimengerti.. Kau terlalu baik. Rasa bersalahmu telah menyiksamu... Tidak apa-apa... Mulai hari ini, bibi tidak akan membiarkanmu pulang. Tetaplah bersama kami untuk sementara. Bibi akan menyuruh Soo Young tidur di ruang tamu. Mengerti?” ucap Bibi Hong menenangkan keponakanya. 



Yi Young keluar kamar melihat Soo Young yang tidur disofa karena kamarnya digunakan olehnya, lalu masuk ke dalam rumah mengingat percakapan yang dilakukan dengan Tuan Yoon.
“Kau masih punya pulpen yang diberikan Shinyoung Philharmonic sebagai hadiah gratis? Temukan itu dan berikan kepadaku. Maka aku akan memberitahumu identitas orang yang berada di gudang itu.”
Yi Young kembali ke rumah menyakinkan diri kalau  harus ingat tapi kebingungan kalau menyembunyikan sesuatu dimana keberadaanya.  Ia mencoba mencari diseluruh kamarnya, lalu mulai berpikir kalau bukan ia yang menyimpannya dan ada pada orang lain. 

Yi Young akan menekan bel rumah Jang Yoon tapi terlihat gugup, Jang Yoon tiba-tiba datang bertanya sedang apa Yi Young didepan rumahnya.  Yi Young kaget melihat Jang Yoon yang tiba-tiba datang.
“Kau sudah kabur beberapa hari, dan sekarang lihat dirimu. Apa kau sudah menunggu lama? Nyalakan terus ponselmu. Jadi, kau tidak perlu menunggu. Apa Kau baru pulang?  Itu sangat membosankan.” Ucap Jang Yoon tak mendengar jawaban Yi Young lalu mengajak masuk.
Saat masuk rumah, Jang Yoon langsung memberikan ponsel milk Ian dan Yi Yong boleh melihatnya. Yi Young hanya terdiam melihat ponsel Ian seperti tak bisa menyalakan. Jang Yoon langsung menyalakan dan bertanya alasan tiba-tiba ingin melihat barangnya.
“Kupikir ini bisa membantuku mengingat sesuatu.” Ucap Yi Young berbohong.
“Aku mengerti kau berusaha keras untuk mengingat sesuatu, tapi jangan memaksakan diri. Silakan melihat-lihat.” Ucap Jang Yoon pergi ke dapur. Yi Young buru-buru mencari pada pakaian milik Ian.
“Apa Kau lapar? Apa Kau mau roti panggang?” tanya Jang Yoon, Yi Young menolak.
Yi Young akhirnya menemukan pulpen lalu bergegas disembunyikan dalam bajunya. Jang Yoon memberikan minuman yang baru dipanaskan karena menurutnya Yi Young  lebih baik bagi minum minuman hangat. Yi Young terlihat gugup.
“Sesuatu terjadi hari ini, kan? Tidak apa-apa. Kau bisa memberitahuku.”ucap Jang Yoon bisa melihat raut wajah  Yi Young.
“Sebenarnya aku bertemu pria dari gudang itu.” Akui Yi Young, Jang Yoon ingin tahu dimana itu.
“Di toko bunga bibiku. Dia bekerja di sana sebagai pekerja paruh waktu. Ada bekas luka di punggung tangannya. Dan saat aku melihat itu, aku tiba-tiba teringat hari itu. Dia pria yang mengejarku tahun lalu di hari kecelakaan itu. Kerabatku tidak mengenalnya. Karena takut mereka terancam, aku diam saja.” Cerita Yi Young.
“Apa yang dia katakan kepadamu?” tanya Jang Yoon, Yi Young berbohong mengaku kalau Tuan Yoon bilang semua akan baik-baik saja selama tidak membuatnya marah.
“Kurasa akan lebih baik bagimu untuk tinggal bersama keluargamu daripada sendirian. Ayo. Aku akan mengantarmu ke rumah bibimu.” Ucap Jang Yoon, Yi Youn menahan tangan Jang Yoon seperti ragu.
“Ada apa?” tanya Jang Yoon, Yi Young pun mengurungkan niat bicara mengaku Bukan apa-apa. Jang Yoon pun mengajak Yi Young segera pergi. 



Yi Young masuk rumah teringat dengan yang dikatakan Tuan Yoon “Temukan pulpen itu dan berikan kepadaku. Jangan membukanya atau mencoba mencari tahu apa itu. Tutup saja mulutmu dan lakukan diam-diam. Maka aku akan memberitahumu identitas orang yang berada di gudang itu.”
Jang Yoon melihat Tuan Yoon langsung menghampirinya. Tuan Yoon bertanya apa yang dilakukan disana.  Jang Yoo ingin tahu Apa yang sebenarnya dicari Tuan Yoon dan Berapa harganya. Tuan Yoon ingin tahu apakah Jang Yoon akan memberikanya kalau memberitahu.
“Jangan muncul di hadapan Yi Young Dan aku ingin kau menjauhi keluarganya. Katakan apa yang kau cari. Berapa harganya?” ucap Jang Yoon.
“Kau tidak perlu tahu apa itu. Dan mengenai harganya, sekitar tiga juta dolar.” Ucap Tuan Yoon.
“Berikan aku angka yang lebih realistis. Jumlah yang bisa kuberikan dan yang pantas kau dapatkan.” Kata Jang Yoon.
“Kau benar. Uang semacam itu tidak realistis untuk pria sepertiku. Bagaimana dengan koper yang penuh dengan sertifikat hadiah 500 dolar? Jika keadaan menjadi terlalu berat, itu akan membawa kesialan. Berikan ponselmu.” Ucap Tuan Yoon.
“Apa kau tahu sesuatu tentang Nam Joo Wan, konduktor Shinyoung Philharmonic?” tanya Jang Yoon ingn memastikan.
“Bagaimana aku bisa tahu soal pria sepertinya? Aku menggunakan ponsel ilegal. Jadi, nomorku mungkin berubah. Akan kuberi tahu jika nomorku berubah. Telepon aku begitu kau punya uang. Maka aku akan memberikan yang kumiliki.” Ucap Tuan Yoon pergi setela memberikan nomor pada Jang Yoon. 


Yi Young melihat isi laci yang dikunci selama ini dan mengambil ponsel yang selama ini disimpanya. Tuan Jang melihat anaknya yang datang dan tahu kalau konsernya besok tapi apakah punya waktu untuk datang ke kantornya dengan nada menyindir.
“Ayah tidak perlu mengkhawatirkan itu. Bisa pinjami aku uang? Akan kubayar kembali.” ucap Jang Yoon
“Untuk apa?” tanya Tuan Jang, Jang Yoon menjawab Ada keperluan saja. Tuan Jang ingin tahu ada keperluan apa.
“Kau harus memikirkan semua hal yang kau katakan kepada ayah sampai saat ini. Apa kau ingat sikapmu saat kau tiba-tiba memutuskan untuk pindah tahun lalu? Kau bilang tidak menganggap ayah sebagai ayahmu.” Ucap Tuan Jang mengingatkan.
“Kenapa ayah harus meminjamimu uang jika kamu menganggap ayah begitu? Jelaskan kepada ayah agar ayah bisa mengerti. Bagaimana kau bisa cukup lancang untuk meminta uang kepada ayah tanpa syarat padahal kau tidak menganggap ayah sebagai ayahmu?” sindir Tuan Jang beranjak pergi
“Kumohon... Kumohon... Akan kubayar kembali dalam sebulan. Aku tidak pernah meminta apa pun dari Ayah... Akan kupastikan untuk tetap seperti itu.” Ucap Jang Yoon menyakinkan.
“Omong-omong, apa ini ada kaitannya dengan kejadian yang menimpa Ian? Kalau begitu, ayah menolaknya. Ayah tidak ingin kau terlibat dalam kasus itu. Itu membuat ayah bergidik.”ungkap Tuan Yoon.
“Jika kau membutuhkan uang ayah, ayah ingin kau berhenti bermain untuk Shinyoung Philharmonic dan meninggalkan negara ini secepat mungkin. Maka ayah akan meminjamkan uang.” Tegas Tuan Yoon. Jang Yoon hanya bisa diam saja. 


Yi  Young pergi ke terminal berteriak memanggil nenek yang menunggunya dan langsung berlari memeluknya. Nenek mengeluh agar Yi Young Jangan menempel padanya seperti itu. Yi Young mengejek kalau nenek Joo Wan itu menyukainya.
“Biar kuambil itu. Astaga... Kenapa berat sekali? Apa ini?” tanya Yi  Young, Nenek menjawab kalau  itu lauk.
“Joo Wan memang lahir dan dibesarkan di Seoul, tapi lidahnya sangat kuno.” Ucap Nenek ingin membawanya sendiri tapi Yi Young tetap ingn membantu karena masih kuat.

Tuan Kang duduk dengan wajah dingin dalam ruangan, sambil minum teh. Nyonya Seo pun duduk hanya diam saja, sementara Tuan Koo sibuk menjelaskan alasan ada patung kepala kuda di mejanya kalau kudanya itu adalah Mendelsohn, kuda yang memenangkan Kentucky Derby dua kali.
“Kalian tahu Mendelsohn, bukan? "Spring Song". Seperti kuda ini, perhatianku tidak akan teralihkan. Aku ingin berlari, hanya menatap ke depan. Aku tidak akan lupa dari mana asalku. Dengan mengingat itu...” ucap Tuan Ko terputus saat Nyonya Yoon memberitahu Pimpinan Jang datang.
“Astaga, kalian semua di sini... Maaf aku terlambat.” Ucap Tuan Jang menyapa, Nyonya Seo mengaku Senang bertemu dengan Tuan Jang lagi hari ini.

“Anda kemari bukan untuk membicarakan hal serius, kan?” kata Tuan Kang penasaran.
“Tidak.” ucapTuan Jang, Tuan Kang binggung jadi itu artinya sesuatu yang serius.
“Kenapa Anda baru membahas konduktor itu? Besok adalah konser inaugurasinya. Apa Anda menyuruh kami memecatnya begitu dia dilantik? Kita akan menjadi bahan tertawaan.” Ucap Tuan Kang marah
“Kau tidak perlu terlalu sensitif soal ini. Mempercayakan dia memimpin konser hari jadi ke-20 Shinyoung Philharmonic, sebuah orkestra dengan sejarah panjang, menurutku dia tidak berpengalaman. Itu sempat terlintas di benakku.” Ucap Tuan Jang memberikan alasan llau keluar ruangan. 

“Tidak berpengalaman? Si berengsek itu. Memangnya kenapa kalau dia menyumbang? Kita orkestra yang sudah beroperasi selama 20 tahun. Dia baru bergabung dengan kita beberapa hari lalu. Beraninya dia menyuruh kita memecat konduktor.” Ucap Tuan Kang marah
“Dia tidak menyuruh kita memecat Maestro Nam Hanya saja dia tampak tidak berpengalaman.” Kata Nyonya Seo
“Itu sama saja. Sudah kubilang dia akan menimbulkan masalah, kan? Aku yakin departemen inspeksi akan membahas putranya. Bagaimana kau akan menanganinya? Zaman sekarang, suap bisa menjadi masalah serius.” Tegas Tuan Kang
“Selama kau tidak membuat masalah, maka tidak akan ada masalah. Kenapa kau terus ikut campur? Universitas itu cukup untukmu, bukan? Apa Mengambil uang dari universitas tidak cukup untukmu?” sindir Nyonya Seo
“Aku mengambil uang? Soo Hyang. Apa kamu berhak membentakku? Tempat ini masih berjalan berkat aku.” Tegas Tuan Kang
“Profesor Kang... Jangan memanggilku namaku di tempat kerja. Aku direktur utama di sini. Aku akan bertanya kepada ayahku kenapa tempat ini masih berjalan. Ketahuilah kapan kau tidak boleh ikut campur.” Ucap Nyonya Seo marah. Tuan kang hanya bisa tertawa mengejek lalu keluar ruangan. 


“Apa masalah Profesor Kang dengan Pimpinan Jang? Kenapa dia sangat tidak ramah? Apa Kau tahu sesuatu tentang ini?” ucap Nyonya Seo kesal.
“Hari ini, mungkin karena Maestro Nam. Dia dekat dengan Profesor Kang sejak kuliah. Profesor Kang juga bangga telah menemukan Maestro Nam.” Ucap Nyonya Yoon.
“Kenapa Pimpinan Jang membahas Nam Ju Wan? Apa dia tidak menyukai Nam Joo Wan? Aku tidak bisa membaca pikirannya. Untuk berjaga-jaga, carikan aku alasan yang memungkinkan untuk memecatnya. Kita butuh alasan untuk memecat pria itu jika terpaksa. Kita butuh alasan.” Tegas Nyonya Seo. Nyonya Yoon menganguk mengerti. 

Yi Young mengandeng tangan Nenek Joo Wan berjalan sambil menelp memberikan Joo Wan kalau neneknya tidak bisa tidur di rumahnya karena rumah itu terlalu mewah. Joo Wan pun ingin tahu selanjutnya, Yi Young memberitahu kalau sedang membawanya ke rumahnya.
“Tidak, bukan rumah bibiku. Rumahku. Dia bisa tidur di kamarku.” Ucap Yi Young
“Baiklah. Aku akan ke sana setelah selesai... Sampai jumpa.” Kata Joo Wan tersenyum karena ada orang yang menemani neneknya.
Setelah menutup telp ternyata Tuan Kang menelp tapi dibiarkan begitu saja. 

Tuan Kang dalam kesal memukul stir mobil, saat itu melihat Joo Wan akhirnya datang. Joo Wan bertanya kenapa Tuan Kang datang. Tuan Kang memberitahu kalau Pimpinan Jang ingin bertemu jadi sengaja datang dari rapat.
“Aku punya firasat buruk soal ini. Kurasa dia tahu sesuatu. Karena itu dia membuat masalah. Entah dia tahu atau hanya menggertak. Tapi dia menyebutkanmu.” Ucap Tuan Kang.  Joo Wan bingung kenapa dirinya disebut.
“Jika ada masalah, mungkin kau akan cuti setelah konser inaugurasi. Bersiaplah seandainya hal itu terjadi.” Ucap Tuan Kang
“Cuti? Apa itu artinya kau akan memecatku? Aku tidak melakukan kesalahan. Aku tidak boleh dipecat.” Kata Joo Wan tak bisa terima
“Aku tidak pernah mengatakan itu. Semua orang tahu orkestra itu menghindari masalah karenamu.” Tegas Tuan Kang
“Lalu kenapa? Kenapa kau memecatku?” ucap Joo Wan masih tak terima.
“Kita bisa dengan mudah memikirkan alasan. Kau hanya dipecat. Tidak ada alasan untuk itu.” Ucap Tuan Kang
“Kau harus mencegah itu terjadi.” Ucap Joo Wan. Tuan Kang pikir kalau Joo Wan akan berusaha keras mencegahnya, tapi memberitahu seandainya ada masalah.
“Apa Kau pikir memecatku akan menyelesaikan semuanya di sini? Jika dia tahu sesuatu dan ini tujuannya, kau yang berikutnya. Apa Kau pikir aku akan diam saja jika kamu memecatku? Aku tidak akan jatuh sendirian.” Tegas Joo Wan.
“Hei. Kau serius? Apa kamu mencari barang-barang Hong Yi Young Atau kamu sudah menemukannya dan menyimpannya?” ucap Tuan Kang menahan amarah.
“Kau tidak senaif itu sehingga berpikir tidak apa-apa selama kita menemukan dan menyingkirkannya, bukan? Itu tidak berarti apa pun. Karena hal tidak penting itu, Kim Ian tewas. Pikirkanlah. Aku tahu semua perbuatanmu. Jika kau ingin mengubur itu, kau harus membunuhku. Apa Kau juga akan membunuhku?” ucap Joo Wan.
“Aku tidak percaya ini. Kenapa aku harus membunuh seseorang? Itu konyol. Ini semua terjadi karenamu. Karenamu, Kim Ian tewas. Jika kamu tidak memberi Hong Yi Young pisau hari itu...” sindir Tuan Kang.
“Hentikan.” Kata Joo Wan tak bisa mendengarnya Tuan Kang pikir  Pada akhirnya, hidup Joo Wan  berantakan karenanya.
“Kau juga membunuh Kim Ian. Kau pembunuhnya. Mengerti?” ucap Tuan Kang. Joo Wan berteriak meminta agar menghentikanya sebelum kesabarannya habis lalu berjalan pergi. 



Joo Wan duduk di meja kerjanya menatap pisau lipat ditanganya, lalu teringat yang dikatakan Jang Yoon padanya “Apa kau membunuh Ian? Apa Kau sungguh tidak ingat pisau ini? Kau menikam Ian dengan pisau ini.”
Ia teringat juga dengan yang dikataan Tuan Kang “Karenamu, Kim Ian tewas. Jika kau tidak memberi Hong Yi Young pisau hari itu...” Lalu ia masuk ke dalam gudang dengan pisau yang membuat Yi Young dan Ian ketakutan. Akhirnya Joo Wan menyimpan pisau dilaci kerjanya.
Bersambung ke episode 22

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar