PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 29 Mei 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 34

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Ketua majelis memberitahu mereka akan melakukan pemungutan suara untuk anggaran tambahan untuk tahun 2019 jadi mereka bisa  memberikan suara dilayar setuju atau tidak. Ketua memberitahu kalau  akan mengakhiri pemungutan suara sekarang.
“Ini hasil pemungutan suaranya. Dari 186 orang yang hadir, 178 mendukung, tiga menentang, dan lima abstain. Oleh karena itu, anggaran tambahan untuk 2019 telah disetujui. Kita akan beralih ke masalah kedua.” Kata Ketua menyudahi voting. 

Min Hee menelp seorang pria  dengan berbasa basi menanyakan apakah sudah makan, lalu suaminya mengaku belum. Min Hee dengan gaya maja mengeluh karena belum. Hoo Ja mengeluh karena kakaknya  berbicara dengan kekasihnya sekarang.
“Seharusnya kau makan... Sayang. Kamu punya teman anggota majelis di Partai Nasionalis, bukan? Bisakah kau meminta bantuan temanmu?” kata Min Hee.
Ruang Rapat umum, Tuan Baek memberitahu RUU untuk mencabut regulasi suku bunga akan segera berlangsung, kalaua da tiga yang akan pergi dan berharap agar bertahanlah jadi bisa melakukannya. Jung Kook melihat satu orang keluar dari ruangan dengan telp diponselnya.
“Satu orang? Hanya satu? Kau berbicara seakan-akan bisa mengirim 100 orang, tapi hanya mengirim satu? Apa kau bergurau, Nomor Tiga?” sindir Hoo Ja mengejek.
“Hati-hati bicara dengan kakakmu. Apakah seharusnya aku tidak membantu?” balas Min hee
“Tidak. Kumohon bantulah.” Kata Hoo Ja, Min Hee mengeja agar Hoo Ja mengatakan "Maafkan aku, Kakak." Sekarang lalu berjanji akan membantu.
 Hoo Ja mencoba bicara tapi dengan cepat. Min Hee mengeluh kalau  tidak bisa mendengarnya.  Hoo Ja tak ingin mengulanginya, tapi Min Hee terus memaksa. Hoo Ja akhirnya mengatakan dengan pelahan dan jelas sambil mengeluh kalau ini sangat menyebalkan.
“Halo, Tuan Perwakilan Partai... Apa kabar?” ucap Min Hee. Mata Hoo ja langsung berbinar-binar mendengarnya.
“Apa Kau ingin aku pergi sebelum kami melakukan pemungutan suara mengenai regulasi suku bunga?” tanya Ketua partai. Min Hee membenarkan.
“Kudengar semua RUU yang kau inginkan sudah disetujui. Singkirkan saja RUU untuk mencabut regulasi suku bunga. Jika itu disetujui karena partaimu, bagaimana aku bisa menghadapi adikku?” kata Min Hee.
Jung Kook melihat dari kejauhan, Ketua majelis memberitahu “RUU mengenai hukuman atas kekerasan dalam rumah tangga telah disetujui.” Sementara Ketua partai meminta Min Hee agar tak membuat temanya dipermalukan.
“Aku tidak bisa melakukan itu. Kami tidak bisa mengadakan rapat umum lainnya hanya untuk satu RUU. Kami juga punya jadwal kami sendiri.” Kata Ketua Partai. Min Hee bisa mengerti.
“Itu penting. Ya, benar... Tapi kau tahu, aku tidak punya jadwal apa pun belakangan ini. Aku punya terlalu banyak waktu luang. Haruskah aku menyibukkan diriku untukmu? Aku melihat video yang sangat menarik baru-baru ini. Kau ada di dalamnya.” Kata Min Hee mulai mengancam. Si pria mulai panik.
“Jika aku mulai bekerja, kau tidak akan bisa bekerja. Keputusan ada di tanganmu tentang siapa yang akan melanjutkan pekerjaannya. Sampai jumpa.” Kata Min Hee menutup telp.
“Nomor Tiga... Kau benar-benar licik.” Komentar Hoo Ja pada kakaknya.

 “Berikutnya adalah masalah terakhir dalam agenda. RUU untuk mencabut UU Regulasi Suku Bunga.” Kata Ketua majelis.
Ketua Partai berdiri, dan semua orang binggung bahkan ketua majelis mengeluh  dengan sikap Anggota Majelis, Jung Kook pun panik dan binggung. Si ketua partai bisa membunjuk banyak orang keluar dari ruangan.
“Keluar sebelum melakukan pemungutan suara tentang ini... Ayo keluar.” Ucap Ketua partai. Jung Kook binggung, Ketua Majelis menyuruh duduk kembali tapi mereka semua memilih pergi.
“Kalian harus memilih!!! Mau ke mana kalian? Apa yang mereka lakukan?” teriak Jung Kook kesal. Di layar terlihat "Total 300, jumlah yang hadir 151"
“Wahh.. Celaka... Aku akan memberimu sesuatu untuk membuatmu merasa lebih baik... Kau pantas mendapatkannya.” Ejek Tuan Kim dan ikut keluar dari ruangan.
“Karena kita tidak mencapai kuorum, kita akan melakukan pemungutan suara tentang hal ini dalam rapat umum berikutnya. Kita akan mengakhiri rapat hari ini di sini. Rapat ditangguhkan.” Kata Ketua Majelis. Jung Kook hanya bisa melonggo. 



Gwi Nam akhirnya menerima berita  Rapat ditangguhkan. Min Hee bertanya Apa yang akan dilakukan sekarang, karena Waktunya tidak banyak. Hoo Ja hanya bisa tersenyum.
Jin Hee menerima kabar kalau Hoo Ja sudah keluar. Tuan Park memberitahu itu karena adiknya Min Hee, kalau Hoo Ja menggunakan koneksinya dan mengeluarkannya, bahkan diselidiki tanpa penahanan.

“Apa yang membuatnya bekerja sama dengan Hoo Ja?” tanya Jin Hee heran. Tuan Park mengaku tidak tahu.
“Bagaimanapun, Jin Hee, bukankah kita harus melakukan sesuatu? Kita harus bertindak sebelum Hoo Ja menyerang kita...” kata Tuan Park
“Dia akan segera dipenjara. Apa yang bisa dia lakukan? Dia mungkin keluar untuk mencari udara segar, jadi, jangan terlalu khawatir. Begitu rapat dewan berakhir besok, aku akan menjadi pemimpin di sini.” Kata Jin Hee yakin.
Tuan Park terlihat senang mendengarnya,  Jin Hee memanggil Sek Kim agar membawa masuk. Sek Kim membawa sebuah tas, Tuan Park pura-pura binggung bertanya apa itu. Jin Hee mengaku itu sebagai Hadiah ulang tahunmu yang ke-70.
“Siapa lagi yang akan mengingat ulang tahunmu?” kata Jin Hee bangga, Tuan Park mengucapkan terima kasih dengan senyuman lebar berjanji akan menggunakannya dengan baik.
“Gunakan dengan baik, dan bantu aku dengan baik... Semangat, Baekkyung.” Kata Jin Hee. 


Tuan Park bertemu dengan pemilik saham memberitahu mereka harus mendukung Jin Hee di rapat dewan besok jadi setelah itu semuanya akan berakhir. Semua pun menganguk mengerti, Tiba-tiba Hoo Ja datang dan membuat semua terlihat ketakutan.
“Tampaknya suasana hatimu bagus.”sindir Hoo Ja. Tuan Park akhirnya bergeser dan semua hanya diam saja.
“Kenapa kalian terlihat seperti itu? Apakah karena rasa makanannya tidak enak atau karena kalian melihatku? Begitu rupanya. Itu karena kalian melihatku. Kudengar kalian semua menempel pada Nomor Satu. Kalian tidak punya kesetiaan.” Sindir Hoo Ja.
“Kalian mengambil semua uang dariku, tapi kalian memberikan kesetiaan kalian kepadanya?” keluh Hoo Ja.
“Hoo Ja... Sebagai seseorang dengan pengalaman hidup yang lebih banyak, dan tangan kanan ayahmu, izinkan aku mengatakan satu hal.” Ucap Tuan Park
“Jangan katakan itu... Jangan katakan satu hal itu.” Tegas Hoo Ja, Tuan Park akhirnya tak bisa berkata-kata.
“Aku berencana memberi tahu kalian sesuatu yang sangat penting... Hei... Seseorang bangunkan Tuan Min Taek... Berapa lama dia pingsan? Apa dia tidur atau mati?” keluh Hoo Ja melihat salah satu pria menaruh kepalanya di atas meja. Tuan Min Taek tetap tak mau bangun.
“Biarkan dia... Jadi Kalian, dengarkan.” Ucap Hoo Ja dan meminta agar membawa masuk. Tuan Choi dibawa oleh pria lain dengan wajah babak belur. Semua terlihat panik dan binggung.
“Halo, Tuan-tuan... Kalian tahu siapa dia, bukan? Melihat raut wajah kalian, kurasa diskusi ini berjalan dengan baik.” Kata Hoo Ja memperingatkan. 


Pagi hari
Jin Hee masuk ruangan menyapa Tuan Park lebih dulu seperti memohon, lalu duduk di kursi tengah. Semua tetua hanya diam saja, Jin Hee seperti merasakan sesuatu.
Flash back.
“Dia orang yang mengirim uang setiap kali aku mengirim uangku kepada kalian. Choi Pil Joo... Jika aku menyerahkannya ke tangan polisi, apa yang akan terjadi pada kalian?” kata Hoo Ja mengancam
“Ancaman palsumu tidak akan berhasil pada kami. Bukan hanya kami yang akan dirugikan... Kau...”kata Tuan Park dan disela oleh Hoo Ja.
“Aku sudah dirugikan. Aku akan dipenjara, apa bedanya antara lima atau sepuluh tahun?” tegas Hoo Ja. Semua tetua hanya bisa diam saja. 

Jin Hee melihat ada sesuatu yang makin aneh, Moderator memberitahu  akan memulai rapat dewan, kalau Ada sepuluh anggota dewan dan satu manajer audit dan semuanya sudah hadir serta Kehadiran sudah dikonfirmasi.
“Karena itu, kuorum telah tercapai... Kita akan mulai sekarang.” Ucap Moderator. Jin Hee terus menatap Tuan Park dkk seperti merasakan ada yang aneh.
Flash Back
“Kalian tahu, Semuanya, aku tidak akan hancur seorang diri. Bedebah yang telah menipuku, bedebah yang menusukku dari belakang, dan bedebah yang memanfaatkan aku. Akan kutunjukkan kepada mereka di selokan dan mati bersama mereka. Itu baru adil.” Tegas Hoo Ja, semua mulai ketakutan.
“Kalau begitu... Hoo Ja, apa yang kau inginkan dari kami?” tanya Tuan Park
“Normalisasi... Mari kita kembalikan semuanya seperti sediakala. Itu trennya sekarang.” Tegas Hoo Ja. 

Moderator memberitahu kalau akan memilih dirut Baekkyung Capital berikutnya, dengan memberitahu kalau mereka menyetujui pengangkatan kandidat Park Jin Hee jadi diminta untuk angkat tangan. Tuan Park dkk hanya diam saja.
“Apa yang terjadi? Kenapa kalian tidak mengangkat tangan? Angkat tangan kalian. Kalian berjanji kepadaku... Hei.. Angkat tangan kalian karena aku akan merobek wajah kalian!” teriak Jin Hee marah karena tak ada yang mendukungnya.
Flash Back
“Sekalipun kami menormalisasi semuanya, kau tidak bisa menjadi pemimpin. Kau tahu itu, bukan? Kau tidak ada di posisi untuk memimpin perusahaan. Kau tidak bisa.” Kata Tuan Park binggung.
“Siapa yang bilang aku akan melakukan itu?” ucap Hoo Ja. 

“Seorang nomine baru disebutkan dalam rapat dewan darurat kemarin. Tampaknya dia belum datang.” Ucap Moderator. Jin Hee yang marah melihat ke arah pintu yang terbuka.
Hoo Ja dan Gwi Nam masuk ruang rapat, Jin Hee menatap sinis pada dua adiknya yang pembangkang.
Flash Back
“Dia yang paling pandai dan baik di antara kami bersaudara. Dia tidak punya kekurangan, jadi, dia akan memimpin para pegawai dengan baik. Dia jauh lebih baik dariku. Saudara bungsu kami bisa melakukannya, bukan?” kata Hoo Ja dengan wajah yakin. Gwi Nam pun tersenyum menerimanya. 

“Jika kalian menyetujui pengangkatan kandidat Park Gwi Nam, silakan angkat tangan kalian.” Ucap Moderator. Jin Hee berteriak marah daam "Rapat Dewan Baekkyung Capital ke-23"
“Seharusnya kalian menua dengan baik. Yang benar saja. “ teriak Jin Hee marah melihat semua tetua mengangkat tangan.
“Dengan keputusan bulat, Park Gwi Nam telah menjadi dirut baru Baekkyung Capital.” Ucap Moderatora.
“Aku tidak bisa menerima ini. Bagaimana mungkin wanita muda itu menjadi dirut?” teriak Jin Hee marah
“Aku kadidat yang valid. Aku mewarisi semua saham yang tersisa milik Dirut Park. Dengan kata lain, aku lebih kaya darimu. Nomor Satu.” Kata Gwi Nam dengan rasa percaya diri.
Jin Hee berteriak marah, Hoo Ja mengeluh meminta agar menyeret wanita itu keluar karena terlalu berisik dan mengejek  kalau baru saja menelan peluit lokomotif uap. Jin Hee menyuruh agar menutup mulut adiknya itu..
“Seret keluar wanita itu... Lupakan saja. Aku akan menyeretnya keluar sendiri.” Ucap Hoo Ja akhirnya berjalan mendekati kakaknya. Keduanya saling menatap sinis.
“Karena itulah seharusnya kamu diam saja dengan apa yang kutawarkan. Kekacauan macam apa ini? Kau dipermainkan oleh adik-adikmu. Apa yang terjadi pada kakakku? Dahulu dia sangat cantik.” Sindir Hoo Ja.
Akhirnya Pengawal datang membawa Jin Hee keluar. Jin Hee berteriak agar melepaskan tanganya, dengan menegaskan tidak akan pernah memaafkannya.  Ia bertriak kalau Baekkyung bukan milik Hoo Ja tapi miliknya. Hoo Ja tak peduli kembali berjalan dan berdiri disamping adiknya.
“Semua diskusi telah ditutup. Rapat dewan Baekkyung Capital yang ke-23 ditangguhkan.” Ucap Moderator. 


Tuan Kim bertemu dengan Hoo Ja diruangan. Hoo Ja pikir Begitu banyak hal telah terjadi selagi dirinya tidak ada lalu menanyakan kabar Tuan Kim., Tuan Kim mengaku pasti tidak baik dan hanya mencoba untuk hidup. Hoo Ja malah mengejek Tuan Kim yang hanya mencoba untuk hidup.
“Kau pantas mendapatkannya... Kau juga berpikir kau menyedihkan, kan?” ucap Hoo Ja. Tuan Kim hanya bisa diam saja.
“Bukankah itu terlalu kejam?” keluh Tuan Kim. Hoo Ja mengakutidak meminta banyak dari Tuan Kim dan hanya meminta kesetiaannya menurutnya itu tak sulit.
“Menurutku kau mengatakan ini kepadaku karena aku mengatakan beberapa hal kepada adikmu. Tapi aku punya alasanku sendiri. Aku harus memastikan keselamatanku lebih dahulu untuk menyelamatkanmu atau melindungimu. Tapi kenapa kau bersikap kasar kepadaku?” ucap Tuan Kim.
“Aku bersikap kasar kepadamu karena kamu pantas mendapatkannya, jadi, diamlah. Mencabut UU Regulasi Suku Bunga akan sulit seperti ini, kan?” kata Hoo Ja
“Tentu saja sekarang sulit. Yang Jung Goo berengsek itu menimbulkan masalah. Karena itulah hampir semua orang, lebih dari separuh Partai Nasionalis, menentangnya sekarang.” Jelas Tuan Kim
“Kalau begitu, kita hanya bisa mengubah keadaan jika kita mengurus Yang Jung Gook?” kata Hoo Ja
“Kau akan mengurusnya? Bagaimana caramu melakukan itu?” tanya Tuan Kim binggung.
“ Jawab saja pertanyaanku. Bisakah kita membuat mereka menyetujui kita kembali jika kita mengurus Yang Jung Gook?” tanya Hoo Ja
“Itu memungkinkan. Jika kita membuat masalah untuknya, tidak akan sulit mengembalikan mereka kepada kita. Seperti yang bisa kau lihat, anggota majelis tidak mau berurusan dengan orang yang memiliki kekurangan. Mereka takut akan menghadapi masalah juga.” Jelas Tuan Kim
“Tapi apa maksudmu dengan mengurus Yang Jung Gook? Aku penasaran tentang itu. Bolehkah aku bertanya?” ucap Tuan Kim penasaran.
“Kau dan aku bekerja seperti ini sampai sekarang untuk memperbaiki kehidupan kita, bukan? Karena itu kita kalah dari Yang Jung Gook. Kita kekurangan antusiasme. Karena itu aku mencoba melakukan pendekatan secara berbeda sekarang.” Ucap Hoo Ja memegang sebuah berkas.
“Aku bahkan tidak menginginkan kehidupan yang lebih baik sekarang. Mari kita umumkan ini dan jatuhkan Yang Jung Gook. Itu satu-satunya cara agar kita bisa setidaknya bertahan. Itu sama saja untuk kita berdua.” Kata Hoo Ja lalu memberikan berkas pada Hoo Ja.
Tuan Kim binggung apa maksudnya itu, Hoo Ja ingin tahu pendapat Tuan Kim apakah berkasnya itu cukup. Tuan Kim hanya diam saja. 



Di rumah
Jung Kook membersihkan rumah dengan wajah cemberut, Mi Young yang melihat suaminya berpikir kesal. Jung Kook menyangkal, tapi Mi Young pikir kalau Jung Kook memang seperti itu dan harus tersenyum.
“Kau bilang lebih banyak anggota majelis mendukungmu. Semuanya akan berjalan dengan baik. Jangan terlalu khawatir.” Ucap Mi Young
“Aku khawatir karena satu alasan. Kau melihatnya beberapa hari lalu. Keadaannya akan makin rumit sekarang.” Jelas Jung Kook
“Tapi bukankah bagus sekalipun rapat tidak diadakan? Maka UU Regulasi Suku Bunga akan tetap sama saja.” Kata Mi Young
“Tidak. Kami harus bergegas dan mengadakan rapat. Kami harus menghentikan mereka mencabut UU Regulasi Suku Bunga sebelum Park Hoo Ja melakukan sesuatu. Dan kita harus menghentikan kejadian itu lagi.” Kata Jung Kook lalu merasakan ponselnya berdering.
“Kenapa kau menelepon saat akhir pekan?” keluh Jung Kook lalu berteriak kaget akhirnya pergi mengemudikan mobil dengan wajah gelisah. 

 Wang Goo sudah menunggu, Jung Kook bertanya  Apa yang terjadi seperti tak percaya dan ingin tahu  Konferensi pers apa yang diadakan Kim Nam Hwa.  Wang Goo memberitahu kalau mendengarnya dari seorang teman di kantor Cho Hyung Tae jadi tidak tahu detailnya.
“Tapi itu mengenai pengungkapan sesuatu berkaitan denganmu.” Jelas Wang Goo dengan wajah panik
“Jadi, apa yang dia ungkapkan tentang aku?” tanya Jung Kook bingung. Wang Goo mengajak untuk masuk dahulu.
“Kita harus melihat apa yang akan dia katakan.” Kata Wang Goo, Jung Kook masuk dengan wajah tegang. 

Jung Kook melihat Tuan Kim akan naik ke podium, menyapa dengan memperkenalkan diri sebagai Anggota Majelis Kim Nam Hwa kalau alasan berdiri untuk mengungkap sejumlah masalah terkait Yang Jung Gook.
“Masalah yang akan aku ungkap sekarang bukan sekadar praduga. Ini fakta. Aku akan menjelaskan tentang ini. Anggota Majelis Yang Jung Gook telah dikonfirmasi bukan lulusan dari SNU.” Ucap Tuan Kim
“Saat aku memeriksanya sendiri, tidak ada seorang pun mahasiswa dari SNU yang bernama Yang Jung Gook. Aku harap kalian mendapat informasi jelas tentang ini. Dia menjadi anggota majelis dengan latar belakang palsu. Aku meminta Komite Pemilu untuk secara resmi menuduh Yang Jung Gook.” Kata Tuan Kim
Jung Kook hanya terdiam, Wang Goo menatap sedih seperti tak percaya. Tuan Kim memberitahu kalau Ada hal lain dan Sekarang makin serius, serta telah menyiapkan sejumlah data jadi akan memberitahu pada semua wartawan.
“Bukankah dia terlalu kejam? Berani-beraninya dia menuduhmu! Dia berengsek.” Kata Wang Goo tak percaya dengan yang dikatakan Tuan Kim. Jung Kook hanya diam saja.
“Kalian bisa melihat data di sini? Potret ini... Ini mengenai penipuan real estate di Paju tahun lalu. Real estat di Provinsi Gyeonggi Utara telah banyak berubah seiring perubahan hubungan kita dengan pihak Utara.” Kata Tuan Kim memperlihatkan berkas ditanganya.
“Selama periode itu, beberapa orang membeli real estat di Paju dengan harga yang sangat murah, memberikan status dikembangkan pada lahan tersebut, menghasilkan keuntungan besar dari penjualannya, dan menyembunyikannya dari muka publik. Aku bisa mengatakan bahwa data ini adalah catatan aliran uang mereka.” Jelas Tuan Kim
“Apa kaitannya dengan Yang Jung Gook?” tanya wartawan, Tuan Kim pikir  akan memberi tahu mereka tentang hal itu sekarang.
“Kalian tidak perlu memburu-buru aku. Aku akan menjelaskannya secara perlahan. Jika kalian melihat catatan aliran modalnya, kalian bisa melihat bahwa uang yang dicuci oleh sejumlah rekening palsu dikumpulkan dalam satu rekening. Kalian bisa melihatnya di sini, kan? Siapa pemilik rekening ini?” ucap Tuan Kim
“Anggota Majelis Yang Jung Gook... Anggota Majelis Yang Jung Gook adalah penipu.” tegasTuan Kim. Jung Kook duduk lemas. Wang Goo terlihat shock.
“Anggota Majelis Yang, aku akan menyiapkan konferensi pers balasan sekarang.” Ucap Tuan Kim menantang. Wang Goo pikir kalau Ini berlebihan.
“Dia penipu... Dia penipu yang tidak tahu malu yang memanfaatkan para pekerja keras. Aku punya lebih banyak data yang mirip dengan ini. Dan jika kalian memintanya saat keluar, aku akan membagikan data ini dengan kalian. Aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan sesuatu kepada Anggota Majelis Yang.” Kata Tuan Kim 




“Penipuan adalah kejahatan yang sangat buruk dan kejam yang memanfaatkan keserekahan, kegelisahan, dan kepercayaan di antara masyarakat. Anggota Majelis Yang memanfaatkan keserakahan orang-orang, menciptakan kegelisahan, dan mengkhianati kepercayaan mereka demi keuntungan pribadinya.” Kata Tuan Kim
“Dia tidak pantas menjadi anggota majelis lagi. Aku ingin meminta Anggota Majelis Yang, yang akan menonton ini, untuk melakukan ini. Anda harus maju sendiri dan mengakui kejahatan Anda sebelum aku mengungkapkan semua bukti yang kumiliki serupa ini.” Tegas Tuan Kim
“Aku ingin meminta kepadanya untuk berhenti menjadi anggota majelis. Menurutku itu akan menjadi kesempatan terakhirnya untuk dimaafkan oleh masyarakat. Aku akan memberinya satu hari. Dia harus berdiri di tempat aku berdiri sekarang dan mengungkap semua hal seputar kejahatan yang telah dia lakukan. Jika dia tidak melakukan itu, maka aku akan mengungkapnya. Sekian.” Tegas Tuan Kim Wartawan meminta agar bisa melihat datanya.
Jung Kook yang frustasi duduk sendirian di restoran, Sang Jin datang mengejek Jung Kook karean meneleponnya. Jung Kook pikir Sang Jin adalah satu-satunya orang yang akan jujur kepadanya dan  Sudah terlalu jelas apa yang akan dikatakan orang lain Bahkan Anggota Majelis Kim.
“Apakah maksudmu mereka akan memintamu untuk mengatakan itu tidak benar dan tidak pernah terjadi? Tapi apa yang akan kau lakukan jika kukatakan hal yang sama? Jadi Sangkali itu. Katakan bahwa tidak ada bukti dan itu tidak pernah terjadi.” Ucap Sang Jin.
“Ini mengejutkan... Aku pikir kau akan memintaku untuk jujur.” Komentar Jung Kook
“Kebenarannya harus tetap dirahasiakan jika tidak ada yang bisa bahagia dari sana.” Tegas Sang Jin.
Jung Kook yang mendengarnya memuji Sang Jin yang bicara sepertiitu  bahkan terdengar keren. Ia pikir Namun, kebenaran tentang membahagiakan seseorang atau tidak sebenarnya tidak penting sekarang, karena  Sejujurnya, benci dipermalukan.
“Aku melakukan banyak hal setelah menjadi anggota majelis. Sekalipun mereka kandidat Menteri, aku tidak pernah membiarkan siapa pun bebas jika mereka berbohong. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi seperti mereka? Anggota Majelis tidak boleh menjadi seperti itu.” Tegas Jung Kook.
“Mereka tidak boleh menjadi seperti itu. Anggota Majelis... Kau suaminya adikku sebelum menjadi anggota majelis. Jika kau mengatakan yang sebenarnya, baik kau maupun Mi Young akan terpuruk. Semua hal yang kau perjuangkan, semua emosi, dan semua kata akan menjadi palsu.” Jelas Sang Jin
“Jangan menelantarkan dirimu atau Mi Young atas tanggung jawabmu sebagai seorang anggota majelis. Itu terlalu menyakitkan.” Ungkap Sang Jin. Jung Kook hanya diam saja. 

Mi Young menonton berita “Konferensi pers Anggota Majelis Kim hari ini menimbulkan kehebohan. Dia mengungkapkan sejumlah masalah terkait dengan tindakan Anggota Majelis Yang di masa lalu. Anggota Majelis Yang memalsukan latar belakang pendidikannya...
“Kau pulang.. Apa sudah makan?” tanya Mi Young langsung mematikan TV menyapa Suaminya yang baru pulang. 

Akhirnya mereka pun makan bersama, Mi Young berkomentar kalau Jung Kook pasti terkejut. Jung Kook mengaku tidak karena tak benar jadi tak mungkin terkejut, Mi Young mengerti dan tahu Kim Nam Hwa melakukan itu untuk membalas pada suaminya.
“Aku baik-baik saja. Jangan goyah karena ini dan bekerjalah sebaik mungkin. Tugasmu masih banyak. Kau harus menghentikan mereka mencabut UU Regulasi Suku Bunga.” Kata Mi Young menyakinkan. 

Jung Kook hanya duduk diam dan melihat istrinya tertidur pulas, lalu menarik selimut agar tak kedinginan. Setelah itu akhirnya keluar dari kamar menelp seseorang untuk mengadakan konferensi pers besok.
“Anggota Majelis Yang akan mengadakan konferensi pers untuk membalas perkataan Anggota Majelis Kim di ruang taklimat di Majelis Nasional.”
Jung Kook bersiap-siap di rumah, Mi Young memasangkan Pin berpasn pada suaminya agar Bekerjalah dengan baik. Jung Kook berjanji akan melakukan.
“Menurut Anggota Majelis Yang, dia akan melawan semua hal yang dikatakan Anggota Majelis Kim. Tampaknya dia akan bertindak dengan mengatakan bahwa semua perkataan Anggota Majelis Kim di konferensi persnya merupakan perangkap politik.” 

 Tuan Kim diruangan berpikir Jika Yang Jung Gook menyangkali semuanya, jadi meminta Timnya agar bersiaplah untuk menyingkap informasi berikutnya. Salah satu Tim-nya memberikan sebuah berkas. Tuan Kim tak percaya kalau Jung Kook. bahkan melakukan skema Ponzi
“Semua orang menantikan bagaimana respons Anggota Majelis Yang akan mengubah situasi politik.” Di ruangan sudah ada spanduk "Konferensi Pers Balasan Anggota Majelis Yang"
Jung Kook masih ada diruangan, Wang Goo selesai membuat penyataan yang akan dikatakan Jung Kook dan memberitahu kalau sudah  menyiapkannya tapi tidak yakin apakah akan menyukainya. Jung Kook seperti tak masalah mengajak mereka segera pergi. 

Di ruangan
Hoo Ja menyuruh Gwi Nam untuk menyalakan Tvnya, Gwi Nam pun menyalakan TV dan masih terlihat kosong diatas podium "Konferensi pers akan segera dimulai pada pukul 10.00" Wajahnya binggung melihat Sang Kakak yang duduk di kursinya.
“Baik. Duduklah...” kata Hoo Ja menyadari kalau adiknya sudah menjadi Direktur. Gwi Nam menolak menyuruh kakaknya saja yang duduk.  Tapi Hoo Ja tetap menyuruh Dirut Park untuk duduk saja.
Jung Kook siap masuk "Aula Konferensi Pers" Wang Goo berpesan agar Jung Kook membalas Anggota Majelis Kim Nam Hwan brengsek itu. Jung Kook memeluk Wang Goo memastikan apakah memercayainya. Wang Goo mengaku sangat memercayainya. Jung Kook pun mengucapkan Terima kasih.

Akhirnya Jung Kook masuk"Aula Konferensi Pers" dengan naik ke atas podium.
“Saya anggota majelis Seowon, Yang Jung Gook. Saya mengumpulkan para reporter yang sibuk karena saya ingin menjelaskan kebenaran terkait banyak rumor tentang saya.” Ucap Jung Kook.
Mi Young menunggu dirumah dengan gugup, begitu juga Hoo Ja dengan Tuan Kim. Jung Kook pikir Ada banyak hal yang mereka pikirkan. Mi Young duduk di rumah terlihat gugup hanya bisa menangis.
“Saya adalah penipu.” Akui Jung Kook tak mau menyangkalnya.
Bersambung ke episode 35

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar