PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 01 Mei 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 20

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Yang binggung berpikir kalau Mi Young mengumpatnya, Mi Young menegaskan bukan ayah mertuanya, tapi Pria di belakang Ayahnya. Si ibu baru sadar kalau dompetnya di copet. Mi Young langsung mengejar si pencopet.
“Berhenti! Kemari!” teriak Mi Young, kejar-kejaran pun terjadi, kameramen pun mengikuti dari belakang, Tuan Yang dan anak remaja yang mengikutinya tak bisa mengejar Mi Young yang berlari dengan cepat.
“Kalian berjanji akan memilih nomor lima, kan? Baiklah. Ini 99 persen pasti berhasil. Biar kuberi tahu hasilnya. Berdasarkan... Menang, kalah, kalah, kalah, menang. Seri. Dengar?” ucap Charles tanpa sadar ada yang lewat.
“Apa Kalian sudah menulis itu? Aku tidak akan mengulanginya. Tidak ada video. Berikan itu padaku. Hapus itu.” Kata Charles dan saat itu Mi Young dkk lewat didepannya mengejar pencopet. 

“Berhentilah mengikutiku!” keluh si pencopet terus berlari, dan akhirnya lewat didepan pos spanduk "Beri tahu Yang Jung Gook Harapan Kalian!" dan yang duduk disana adalah Seung Yi dengan Wang Goo.
“Bukankah itu Mi Young? Istri Jung Gook.” Ucap Wang Goo, Seung Yi mengaku tak tahu.
“Berapa lama kita harus mewujudkan harapan orang-orang? Bagaimana dengan harapanku?” keluh Seung Yi. Wang Goo terlihat binggung. Seung Yi terus mendekatnya.

Pencopet akhirnya naik ke tangga penyebrangan. Mi Young tetap masih bisa mengejarnya. Si pria akhirnya menyandera salah satu orang yang lewat.
“Jangan mendekat! Berhenti!” ucap si pencopet lalu kaget tenyata bukan wanita yang disandera tapi pria dengan rambut panjang.
“Jangan bunuh aku.” Ucap si pria ketakutan. Si pencopet mengancam untuk Jangan bergerak.
“Hei.. Letakkan itu... Berandal!.. Kau tidak bisa lolos dari sini.” Ucap Mi Young melihat pisau ditangan si pencopet. Si pencopet menyuruh Mi Young pergi.
“Aku detektif. Bagaimana mungkin aku pergi? Aku juga harus menghasilkan uang, Letakkan itu sekarang... Kau tidak bisa kembali! Lihat semua orang ini. Bagaimana mungkin kau bisa kabur?” ucap Mi Young
“Aku memintamu menjauh!” teriak si pencopet. Mi Young pikir tak mungkin bisa menjauh karena dirinya adalah polisi.
Tuan Yang datang dengan digendong oleh anak remaja, memanggil anak menantunya. Si pencopet akhirnya memalingkan wajahnya, Mi Young pun melihat ada celah langsung memelintir si pencopet dan pisaunya sempat memotong rambut pria berambut panjang.
“Mi Young. Apa Kau baik-baik saja?” ucap Tuan Yang mendekati Mi Young yang bisa membekuk pencopet.
“Ya, aku baik-baik saja.” Kata Mi Young. Tuan Yang terlihat khawatir kalau Mi Young itu terluka. Mi Young mengaku tidak terluka dan akhirnya wajah mereka pun disorot masuk kamera.
 “Kandidat nomor lima, Yang Jung Gook. Warga Pemberani akan dengan berani melindungi kalian... Terima kasih.” Ucap Mi Young penuh semangat. 


Nyonya Kim datang menemui anaknya di restoran, melihat kalau Sang Jin yang datang cepat sekali bertanya apakah tidak sibuk. Sang Jin pikir harus datang walaupun sibuk. Nyonya Kim pun senang mendengarnya mengajak mereka makan lebih dulu karena lapar.
“Kau Makanlah selagi bekerja. Kau terlihat kurus.” Komentar Nyonya Kim melihat Sang Jin yang makan dengan lahap dan terburu-buru
“Ibu juga harus makan selagi bekerja. Ibu terlihat kurus.” Balas Sang Jin
“Apakah kampanyemu berjalan lancar tanpa masalah?” tanya Nyonya Kim yang terlihat khawatir.
“Aku ingin semuanya berjalan lancar tanpa masalah, jadi, aku melakukan simulasi dan membuat persiapan, tapi tidak berjalan sebaik harapanku.” Jelas Sang Jin
“Kau sudah memikirkan semuanya sama seperti ibu, kan? Untuk menghindari kesalahan... Sang Jin, kau tahu, ibu senang kau sangat mirip dengan ibu, tapi terkadang ibu tidak suka.” Ucap Nyonya Kim
“Apa yang tidak Ibu sukai?” tanya Sang Jin. Nyonya Kim menjawab  saat Sang Jin punya tujuan tapi tidak melihat hal lain.
“Ibu benar-benar tidak suka itu... Jangan menjadikan Majelis tujuanmu dan hanya hidup untuk itu, Nak. Itu hanya akan mempersulit hidupmu.” Kata Nyonya Kim yang terlihat sangat khawatir.
“Menurutku aku sudah bergerak terlalu jauh. Ada terlalu banyak orang yang menjadi tanggung jawabku.” Komentar Sang Jin.
“Jika terlalu melelahkan dan mengkhawatirkan, berhentilah dan temui ibu. Ibu memberimu uang saku sampai usiamu 40 tahun. Apa artinya 20 tahun lagi?” ucap Nyonya Kim.
Sang Jin pikir tak akan seperti itu dan tidak bisa menerima uang saku sampai usianya 60. Nyonya Kim meminta Sang Jin agar berhenti, saat itu Sang Jin menerima pesan "Dari Pak Lee, Kau harus pergi sekarang" Ia pun meminta maaf pada ibunya karena harus pergi...
“Tentu. Pergilah dan mulai bekerja. Ibu akan tinggal dan makan perlahan.” Ucap Nyonya Kim. Sang Jin meminta maaf pada ibunya sebelum pergi.
“Dan... Selamat ulang tahun. Aku akan menjadi putra yang baik dengan berhasil lolos ke Majelis.” Kata Sang Jin
“Kau telah menjadi putra yang baik dengan lahir. Jangan mencoba melakukan lebih banyak. Ibu ingin memilikimu dan ingin membesarkanmu. Untuk apa kamu melakukan sesuatu? Kau hanya perlu baik pada anak-anakmu nanti.” ucap Nyonya Kim
“Ibuku sangat keren... Aku akan pergi. Maaf.” Puji Sang Jin lalu bergegas pergi. 

“Berita berikutnya. Kim Mi Young, istri kandidat independen, Yang Jung Gook, yang mengikuti pemilihan untuk Majelis, menangkap seorang pencopet selagi berkampanye. Ji Min Kyung melaporkan.”
Nyonya Kim melihat berita dengan tatapan kaget, Mi Young dan Tuan Yang terlihat ada di layar TV.
“Si pencopet yang mencuri dompet orang-orang yang berkumpul di Inbuk-dong tertangkap di TKP. Orang yang menangkapnya adalah Kim Mi Young, istri kandidat independen, Yang Jung Gook.”
“Selagi membantu kampanye suaminya, dia melihat tersangka mencuri dompet dan mengejarnya ketika dia kabur. Pelaku membawa senjata dan mengancam seorang sandera, tapi Kim Mi Young menaklukkan tersangka memakai keahliannya saat bergabung di Kejahatan dengan Kekerasan.”
“Orang-orang yang berada di TKP bertepuk tangan untuknya karena memeragakan slogan Yang Jung Gook bahwa Warga Pemberani akan dengan berani melindungi masyarakat.” 

Nyonya Kim keluar dari restoran tersenyum bahagia, Mi Young terlihat duduk diam di dalam mobil lalu mengangkat telp dari ibunya sambil meminta maaf karena tidak menelepon padahal ini hari ulang tahun Ibunya. Nyonya Kim pikir tak masalah.
“Kau sibuk. Itu bisa terjadi.. Tapi Ibu baru saja melihat berita. Apa kau terluka?” tanya Nyonya Kim. Mi Young melihat tanganya terluka lalu mengaku pada ibunya kalau tak ada yang terluka.
“Akan memalukan jika aku terluka menangkap pencopet... Sangat memalukan” ucap Mi Young
“Baik. Itu putri ibu... Tapi Mi Young. Dari yang ibu lihat di berita, ada seorang pria di sampingmu... Siapa itu?” kata Nyonya Kim
“Seorang pria? Pria berambut panjang itu?” tanya Mi Young. Nyonya Kim mengatakan bukan seperti itu.
“Saat kau menangkap pencopet itu, seorang pria mendekatimu. Dia pendek dan wajahnya aneh.” Jelas Nyonya Kim
“Maksud Ibu pasti ayahnya Jung Gook. Dia pendek dan wajahnya aneh. Maksudku....Dia pendek, tapi wajahnya tidak aneh. Dia sangat tampan. Dia rupawan.” Ucap Mi Young melirik pada ayah mertuanya yang sedang mengemudi.
“Apa Dia ayahnya Jung Gook? Benarkah?” kata Nyonya Kim. Mi Young membenarkan dan bertanya balik kenapa ibunya menanyakan hal itu.
“Tidak ada apa-apa... Bukan apa-apa... Baik. Tidak perlu khawatir. Bantulah Jung Gook... Jaga dirimu.” Ucap Nyonya Kim lalu memuji anaknya yang sudah kerja bagus.



Tuan Yang bertanya apakah yang menelp adalah ibu Mi Young, Mi Young membenarkan. Tuan Yang bertanya apakah bertanya tentang dirinya. Mi Young membenarkan kalau ibunya  baru saja melihat berita dan bertanya siapa yang ada di sampingnya.
“Kalian belum pernah bertemu.” Ucap Mi Young yang memahami ibunya tak bisa datang.
“Dia tidak bisa menghadiri pernikahan karena mengikuti latihan di luar negeri. Kami seharusnya bertemu setelahnya, tapi tidak pernah bisa. Waktunya tidak pernah cocok.” Ucap Tuan Yang. Mi Young membenarka.
“Ayah tahu ibumu adalah pimpinan di kantor polisimu. Lalu Siapa namanya?” tanya Tuan Yang. Mi Young memberitahu namanya  Kim Kyung Ae.
“Kepala Kim Kyung Ae. Namanya terdengar sangat familier. Itu nama yang umum. Ayah tidak suka bertemu orang, tapi ayah harus bertemu dengannya.” Ucap Tuan Yang
“Aku tahu... Tapi, Ayah, apakah Ayah keberatan jika aku mengemudi...” ucap Mi Young. Tuan Yang pikir tak masalah
“Menantu dan putriku sama saja.” Keluh Tuan Yang. Mi Young seperti serba salah dengan keadaannya. 


Nyonya Kim terlihat gelisah dalam ruanganya, dan mencoba kenangan masa lalunya.
Flash Back
Nyonya Kim memarahi Mi Young seperti tak suka ada di kantor polisi dan mau berkelahi denganya.  Mi Young menegaskan  tidak akan lunak pada Nyonya Kim karena sudah tua. Nyonya Kim pun membalas kalau tidak akan lunak padanya karena Mi Young itu anak kecil.

“Apa Kau yakin tidak akan menangis? Jika kau menangis, menyebalkan sekali.” ejek Mi Young. Nyonya Kim mengeluh dengan ucapan Mi Young. 
“Jika kau menangis, itu akan menyebalkan. Apa Kau tidak tahu bahasa buatan? Dasar Pecundang.” Keluh Mi Young.
Saat itu Tuan Yang datang memanggil Kapten Kim, Nyonya Kim senang melihat Tuan Yang datang bertanya kapan bebas. Tuan Yang mengaku sudah sepekan dan menanyakan kabarnya. Nyonya Kim pikir kalau kabarnya pasti baik.

“Siapa bocah ini? Putrimu.” Ucap Tuan Yang melihat Mi Young yang menatap sinis.
“Hei, kau, Pak Tua... Apakah aku terlihat seperti putrinya? Apa kau buta? Kau tidak lihat?” kata Mi Young marah 
“Kenapa seorang bocah berbicara tidak sopan seperti itu?” ucap Tuan Yang marah. Nyonya Kim meminta agar Jangan hiraukan dia.
“Kapten. Ini. Minumlah... Aku membagikan ini untuk para detektif yang membuatku berterima kasih untuk merayakan pembebasanku. Jika aku punya uang, aku akan memberikan sesuatu yang lebih bagus, Maaf soal itu.” Ucap Tuan Yang memberikan minuman.
“Tidak perlu. Yang penting adalah niatnya... Dan Shi Chul, jangan melakukan kejahatan lagi. Jangan menipu orang... Paham?” pesan Nyonya Kim
“Tentu saja... Aku sudah berhenti. Aku bahkan membuat kontainerku. Apa pun yang berkaitan dengan menipu.” Kata Tuan Yang.
Mi Young mengejek Tuan Yang itu orang aneh dan Menyebalkan sekali. Tuan Yang marah mendengarnya, Nyonya Kim menenangkan agar Tuan Yang Jangan hiraukan dan Lakukan saja kegiatannya lalu mengajak Mi Young pergi.
“Kapten! Jaga dirimu!” teriak Tuan Yang lalu menelp Jung Kook menceritakan kalau bertemu seorang gadis menyebalkan.
“Jika kau mengatakan kalau kau akan menikahi seseorang seperti dia, maka aku akan membuangmu... Mengerti? Ingat itu.” Ucap Tuan Yang. Nyonya Kim mendengarnya mengajak Mi Young pergi.
Nyonya Kim pun teringat kalau Tuan Kang itu penipu malu mencoba menelp  "Putriku" lalu menahan diri. 


Jung Kook gelisah di ruangan kemenangan, lalu melihat Mi Young datang dan mengeluh karena tidak bisa meneleponnya dan ponselnya mati. Mi Young mengaku Terlalu banyak orang menelepon karena berita itu. Jung Kook pikir Tetap saja, seharusnya harus memberitahukanya.
“Apa kau terluka?” tanya Jung Kook panik. Mi Young mengaku  Tangannya  tergores saat terjatuh tapi itu bukan apa-apa.
“Bagaimana ini bukan apa-apa? Ini akan meninggalkan bekas... Kau Duduklah... Biar kulihat itu.” Ucap Jung Kook. 

Jung Kook akhirnya duduk memberikan obat pada Mi Young,  Mi Young bertanya Di mana semua orang karena ruangan yang kosong. Jung Kook pikir   Mereka sudah bekerja keras jadi menyuruh mereka pergi untuk makan daging.
“Ratingmu seharusnya naik sedikit karena aku memukuli dan menangkap seorang pencopet.” Ucap Mi Young yakin
“Siapa yang peduli soal rating? Semua itu tidak berarti jika kau terluka.” Kata Jung Kook.
“Aku suka dialog suamiku... Kau membuat jantungku berdebar.” Komentar Mi Young. Jung Kook mengaku itu bukan dialog tapi bersungguh-sungguh.
Jung Kook akhirnya selesai memberikan obat, Mi Young seperti tak ingin kehilangan moment denga suaminya lalu memperlihatkan ada goresan di lengannya.  Jung Kook mengeluh Mi Young yang  bilang hanya tangannya yang terluka.
“Seluruh tubuhmu terluka... Ada goresan di seluruh tubuhmu.” Keluh Jung Kook. Mi Young meminta maaf karena tidak mau Jung Kook khawatir.
“Jika menyesal, jangan melakukan hal-hal yang akan kau sesali. Jangan terluka tanpa izinku.” Ucap Jung Kook. Mi Young langsung tertawa mendengarnya.
“Dia bilang jangan terluka tanpa izinku. Kata-katamu berlumuran madu hari ini.” Ejek Mi Young. Jung Kook mengeluh mendengarnya.
“Berikan itu padaku. Aku akan mengoleskan obat di lukamu.” Ucap Jung Kook lalu bertanya apakah Mi Young tidak lelah?
“Aku lelah. Ya, tapi ini bisa kulakukan.” Kata Mi Young. Jung Kook pikir kala Mi Young lelah, pulang dan istirahatlah.
“Cutimu kamu sia-siakan... Kau menderita karena aku.” Ucap Jung Kook Mi Young pikir kalau tidak cuti.
“Tidak? Lalu apa ini? Jangan beri tahu aku...” ucap Jung Kook. Mi Young ingin tahu apa yang ingin dikatakan Jung Kook.
“Aku diskors selama sebulan. Park Hoo Ja mempermainkan aku. Karena itu aku ada di sini. Untuk membantu suamiku karena aku diskors.”akui Mi Young
“Apa Kau diskors karena Park Hoo Ja?”kata Jung Kook lalu akan pergi. Mi Young menahan bertanya kemana Jung Kook akan pergi. 
 Jung Kook mengatakan kalau untuk berdebat dengannya karena sudah berulang kali melarangnya melukai istrinya dan ternyata Hoo Ja  benar-benar mengabaikannya jadi meminta Mi Young untuk tunggu saja. Mi Young menahan Jung Kook agar Jangan pergi.
“Mari tinggal bersama.” Kata Mi Young. Jung Kook berjanji tak akan lama pergi.
“Aku akan segera kembali. Tunggu beberapa menit, ya?” ucap Jung Kook, Mi Young meminta Jung Kook agar tak pergi.
“Aku hanya ingin menikmati fase bulan madu kita.” Ucap Mi Young. Jung Kook pikir Fase bulan madu bagus, tapi...
“Fase apa yang kau katakan?” ucap Jung Kook seperti baru menyadari yang dikatakan Mi Young.
“Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin datang ke sini. Aku sudah lelah. Aku pikir itu akan memperburuk keadaan. Tapi begitu mulai, ternyata tidak terlalu buruk. Ini sangat menyenangkan. Aku juga senang bertemu orang-orang.” Akui Mi Young. Jung Kook pun mengucap syukur.
“Tapi yang paling kusukai adalah pergi ke berbagai tempat denganmu. Aku tahu itu hanya seputar lingkungan...” cerita Mi Young
Flash Back
Jung Kook dan Mi Young berkeliling agar memilih nomor lima.  Jung Kook seperti kelelahan dan batuk-batuk. Mi Young langsung memberikan minum, bertanya Apakah tenggorokannya sakit. Jung Kook mengucapkan terimakasih dan Mi Young merapihkan jaket Jung Kook dengan penuh perhatian. 




“Menghabiskan sepanjang hari bersamamu, bertemu satu sama lain, tertawa bersama, makan bersama, hal-hal seperti itu. Fakta bahwa aku bisa menghabiskan setiap hari bersamamu membuatku sangat bahagia. Itu mengingatkan aku pada saat kita berkencan.” Akui Mi Young. Jung Kook hanya terdiam.
“Aku tahu banyak hal telah terjadi pada kita dan bahwa ada banyak hal yang harus kita pecahkan di masa depan... Enam juta dolar.” Ucap Mi Young. Jung Kook meminta maaf.
“Mari kita lupakan semua itu selagi berkampanye. Mari kita lupakan semua itu dan menikmatinya sampai akhir. Sama seperti saat kita mulai berkencan.” Ucap Mi Young.
Jung Kook terlihat binggung lalu menyetujuinya dan mengucapkan Terima kasih pada istrinya dan meminta agar mengulurkan tangan sambil mengambil salep dibelakang istrinya. Tiba-tiba badan Mi Young dan Jung Kook bersentuhan, keduanya seperti merasakan debaran jantung yang sudah lama tak dirasakan.
Mi Young terdiam, begitu juga Jung Kook.  Akhirnya Jung Kook tak bisa menahan gelojak dalam dadanya, memeluk Mi Young agar lebih mendekat. Mi Young panik karena tak mungkin melakukan disini menurutnya suaminya sudah gila.
“Ya, aku gila. Benar-benar gila. Bagaimana mungkin tidak gila? Istriku yang cantik ada di depanku.” Goda Jung Kook
“Tidak. Tidak bisa... Bagaimana jika orang-orang masuk?” kata Mi Young panik.
“Tidak apa-apa. Tidak akan. Aku mengirim mereka menyanyi. Ini Pemikiran yang bagus, kan?” kata Jung Kook. Mi Young seperti masih khawatir
“Jangan menghentikan aku. Aku merasakannya.” Ucap Jung Kook akan membuka bajunya. 



Tiba-tiba terdengar suara Charles masuk ruangan sambil menarik kasur sambil mengeluh. Jung Kook dan Mi Young panik langsung berpura-pura sedang mengaruk punggung.  Charles mengaku terlalu mengantuk jadi tidur sebentar dan baru melihat jamnya.
“Aku akan pergi sekarang.” Ucap Charles. Jung Kook ingin tahu  Apa saja yang didengar tadi.
"Jangan terluka tanpa izinku." Aku mendengarkan mulai saat itu.” Akui Charles. Mi Young terlihat malu karena itu mendengar semuanya.
“Jadi... Begini... Aku pikir aku harus tetap diam, tapi kemudian kalian... Melihat bagaimana keadaannya... Menurutku tidak benar jika aku tetap diam dan bersembunyi. Lagi pula aku tidak menyukai hal seperti itu. Baiklah. Aku... Aku akan pergi sekarang. Bagaimana jika kalian melanjutkan kegiatan kalian?” ucap Charles melihat Jung Kook hanya diam menahan malu.
“Tampaknya kalian sangat... Kalian tampak sangat antusias, kalian berdua, jadi... Jangan terlalu menggila, paham?” pesan Charles. Jung Kook mengerti. 


Jung Kook terlihat kebingungan dan malu, Mi Young memegang tangan Jung Kook berpikir untuk pulang. Jung Kook binggung Mi Young yang mengajaknya pulang dengan memastikan apakah ia memang boleh pulang. Mi Young pikir pasti boleh karena itu rumah mereka. Jung Kook setuju dan akhirnya mereka bergegas pulang. 

Tuan Lee menerima telp lalu memberitahu Sang Jin serta Myung Im kalau Partai melakukan survei, Sang Jin ingin tahu berapa rating mereka. Tuan Lee memberitahu  Kang Soo Il mendapatkan 39. Yang Jung Gook mendapatkan 15 dan mereka mendapatkan...
“Kenapa kau tidak mengatakannya? Apakah turun banyak?” tanya Myung Im gemas.
“28 persen... Istri Yang Jung Gook yang menangkap pencopet itu tampaknya telah memengaruhi mereka. Karena dia dan kita agak tumpang tindih. Seperti yang kau ketahui, Kang Soo Il mendapatkan suara semua orang berusia di atas 50.” Jelas Tuan Lee
“Seekor burung kecil mengejar feniks, dan seekor burung gila menjegalnya. Aku sangat kesal... Lalu? Apa yang akan kau lakukan sekarang?” ucap Myung Im kesal
“Pilihan apa yang kumiliki selain bekerja keras?” kata Sang Jin. Myung Im kesal karena mereka sudah bekerja keras selama ini
“Apa ini terjadi pada rating kita karena kita tidak bekerja keras?” ucap Myung Im dengan nada tinggi. Tuan Lee meminta istrinya agar Jangan marah.
“Tutup mulutmu dan jangan ikut campur! Aku akan menggigitmu. Aku sangat kesal... Mari telepon dia... Mari kita hubungi Park Hoo Ja berengsek itu.,,,” Sang Jin. Bukan, maksudku Pak Han... Aku juga tidak tahan menghadapinya.” Ucap Myung Im
“Aku membenci segala sesuatu tentang dia, dari kepala hingga kaki. Namun, Pak Han, itu satu-satunya cara untuk menaikkan rating kita saat ini. Menyerap suara Yang Jung Gook...” tegas Myung Im. Sang Jin menolaknya.
“Menyerap itu dan menaikkan suara kita. Itu satu-satunya cara jika melihat situasi kita.” Kata Myung Im
“Mari mencari cara lain.” Ucap Sang Jin yakin. Myung Im pikir Sang Jin itu ingin kalah
“Apa Kau ingin Kang Soo Il menang?” kata Myung Im kesal. Sang Jin mengaku tak tahu
“Aku tidak bisa melakukan itu, Myung Im, Mari kita cari cara lain.” Tegas Sang Jin tak ingin berbuat sesuatu yang melanggar aturan.
“Sang Jin... Kamu akan kalah dalam pemilu ini, Bodoh!” keluh Myung Im kesal
“Aku terlalu takut untuk melakukan itu! Seperti yang kau katakan, aku mungkin akan menang jika bergabung dengannya dan mengambil suara Jung Gook. Aku akan masuk ke Majelis” ucap Sang Jin dengan nada tinggi. Myung Im akhirnya terdiam.
“Namun, menurutku aku tidak bisa menciptakan dunia yang ingin kita ciptakan bersama atau mewujudkan impian kita. Menurutku aku tidak bisa mewujudkan semua itu jika aku terlibat dengan Park Hoo Ja! Itu yang membuatku takut.” Kata Sang Jin
“Aku tidak pernah mengungkapkan pemikiranku, bukan? Kalian berdua selalu menyebutkan politisi negara mana yang kalian sukai dan benci dan bergadang semalaman untuk mendiskusikan mereka. Tapi aku selalu mendengarkan dan tidak terlibat.” Jelas Tuan Lee
“Untuk kali pertama, untuk kali pertama dan terakhir, biarkan aku mengungkap pendapatku. Patuhi perintah saja, Bodoh. Menangkan pemilu ini selagi kami masih baik... Impian? Dunia yang ingin kau ciptakan? Itu tidak ada.” Ucap Tuan Lee. Myung Im hanya bisa menghela nafas dan Sang Jin hanya bisa terdiam. 

Sek Park masuk ruangan memberitahu Hoo Ja kalau kedatangan tamu. Sang Jin datang ke ruangan Hoo Ja seperti sangat yakin dengan pilihanya. Hoo Ja melihat jamnya kalau Sang Jin itu membutuhkan tepat 11 jam dan 47 menit.
“Kau tumbuh lebih cepat dari dugaanku... Silakan duduk.. Kau pasti merasa tidak nyaman. Berdiri hanya akan memperburuk keadaan.” Ucap Hoo Ja. Akhirnya mereka duduk bersama.
“Aku datang jauh-jauh ke sini agar kau bisa berasumsi kita akan terjun bersama. Sekarang beri tahu aku. Bagaimana caramu meminta Jung Gook mundur?” kata Sang Jin
“Jung Gook adalah seorang penipu.” Ucap Hoo Ja. 

Sementara dirumah, Mi  Young dan Jung Kook tidur dengan saling berpelukan seperti sudah tak ada jarak seperti dulu. Mi Young mengaku senang sekali dan berharap mereka bisa seperti ini selamanya.
Jung Kook berjanji kalau Hal-hal buruk tidak akan terjadi lagi laluencium dahi Mi Young. Keduanya seperti tertidur dengan lelap tanpa tahu ada bahaya didepan mata.
**
“Aku tidak mengatakan dia seorang penipu. Dia benar-benar penipu. Kim Mi Young dan seluruh keluargamu ditipu oleh Jung Gook. Apa kau menyukai jawabanku, kandidatku?” ucap Mi Young dengan sangat yakin bisa menghasut. Sang Jin hanya bisa terdiam.
Bersambung ke episode 21

 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar