PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 15 Mei 2019

Sinopsis My Fellow Citizens Episode 25

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


“Dengan 99,6 persen  suara yang terhitung, calon independen Yang Jung Gook telah terpilih sebagai anggota  dewan daerah Seowon.”
Di layar  TV terlihat hasil dari pemilihan, Jung Kook menang dibanding Sang Jin. Semua tim sukses menjerit bahagia dan mengelu-ngelukan nama Jung Kook.
Mi Young memeluk erat suaminya, Joo Myung duduk lemas menepuk pundak Jung Kook seperti merasakan perjuangan akhirnya berakhir. Jung Kook pun tak bisa berkata-kata akhirnya bisa menang dibanding kakak iparnya. 

Nyonya Kim minum bersama dengan anaknya bertanya Bagaimana perasaannya. Sang Jin mengaku  Kecewa, tapi di saat yang sama juga lega. Nyonya Kim pun ingin tahu apa yang akan dilakukan Sang Jin sekarang. Sang Jin mengatakan kalau yang Pertama,ingin rehat karena merasa sangat lelah.
“Ya, ide bagus... Kau harus beristirahat... Kau harus mencoba membaca buku, berlibur sebentar, dan bertemu beberapa wanita.” Ucap Nyonya Kim
“Astaga. Bertemu beberapa wanita?” keluh Sang Jin. Nyonya Kim meminta anaknya tenang karena tidak menyuruh menikah.
“Kau cukup berkencan. Itu saja.” Kata Nyonya Kim, Sang Jin mengaku  tidak tertarik berkencan.
“Siapa yang mau berkencan dengan pria berusia 40 tahun yang tidak punya pekerjaan? Aku tinggal bersama Ibu karena tidak memiliki rumah sendiri. Ibu sendiri yang seharusnya mencari kekasih.” Ucap Sang Jin
“Berani sekali kau menggoda ibu lagi.” Keluh Nyonya Kim. Sang Jin pikir kalau ibunya lebih menarik.
“Ibu memiliki pekerjaan yang bagus, cantik, memiliki tempat tinggal yang tidak aku miliki. Ibu sungguh menarik.” Puji Sang Jin
“Astaga... Apa yang ibu harapkan di usia ini, jika harus mulai berkencan? Ibu hanya butuh kau dan Mi Young. Ibu sudah sangat bahagia dengan keadaan sekarang.” Kata Nyonya Kim
“Aku juga merasa seperti itu. Jadi, sebaiknya kita tidak saling bicara soal kencan, oke? Kita bisa mengurus kehidupan pribadi masing-masing. Ayo kita hidup apa adanya dengan gembira, oke?” ucap Sang Jin lalu minum bersama lagi dengan ibunya.
“Lalu Kenapa kau tidak bilang kemarin?” tanya Nyonya Kim penasaran. Sang Jin bertanya apakah maksudnya soal identitas Jung Gook yang sebenarnya. Nyonya Kim membenarkan. 



Flash Back
Sang Jin naik ke atas podium tanpa memberitahu tentang Jung Kook lalu turun dari panggung.
“Kau bahkan memanggil para wartawan untuk mengungkap identitasnya. Kenapa kau mundur tanpa bicara sepatah kata pun?” tanya Nyonya Kim penasaran.
“Ibu yang melarang... Itu alasanku.” Kata Sang Jin. Nyonya Kim menegaskan kalau  bertanya soal alasan anaknya sendiri.
“Aku bisa mengorbankan diri, tapi tidak bisa mengorbankan Mi Young. Itu alasanku melakukannya. Mi Young tidak pantas tersakiti.” Ungkap Sang Jin. Nyonya Kim bisa tersenyum bahagia. 

Hoo Ja sedang menonton berita di TV dalam ruanganya.
“Dengan kekosongan dalam Majelis Nasional, bahkan para anggota dewan yang terpilih selama pemilihan masih belum bisa mulai bekerja. Masa jabatan mereka akan segera dimulai setelah terpilih, wakil terpilih, dan menerima pekerjaan mereka. Tapi mereka hanya bisa menanti sebelum masa jabatan sebagai anggota dewan aktif...”

Jung Kook masuk dengan senyuman sumringah, Hoo Ja berkomentar  Lencana itu cocok dengannya. Jung Kook dengan bangga memperlihatkan lencana sebagai anggota majelis lalu bertanya alasan Hoo Ja ingin bertemu dengannya.
“Kudengar Mi Young kembali bekerja.” Ucap Hoo Ja dengan senyuman mengejek.
Di kantor, Mi Young masuk ke dalam ruangan, Detektif Koo, Lee dan Na membuat pesta kejutan karena ketua tim mereka akhirnya kembali lagi berkejar.
“Sampaikan ucapan selamat dariku untuknya. Meski aku tidak yakin dia akan menerima itu.” Ucap Hoo Ja
“Sepertinya tidak akan dia terima. Apa kau akan menerimanya jika menjadi dia?” kata Jung Kook mengaku tak peduli
“Ini hari pertamaku setelah terpilih... Hari pertamaku di majelis.” Tegaas Jung Kook
“Aku mencoba "berpikir" selama beberapa hari ke belakang. Bagaimana sebaiknya aku memanfaatkan Anggota Dewan Yang Jung Gook sebelum mencabut Undang-undang Pengaturan Suku Bunga.” Kata Hoo Ja. Jung Kook ingin tahu keputusanya.


“Apa kau memikirkan hal yang mulia?” tanya Jung Kook. Hoo Ja pikir kalau ini memang mulai.
“Pergilah ke Majelis Nasional dan jangan melakukan apa pun.” Tegas Hoo Ja. Jung Kook tak mengerti maksudnya. 
“Jangan melakukan apa pun hingga Undang-undang Pengaturan Suku Bunga dicabut. Kau Cukup hadir di kantor. Jika bertindak sekarang, maka kau akan terlalu menarik perhatian.” Perintah Hoo Ja
“Tapi aku ini anggota dewan. Bagaimana bisa aku bersikap seperti itu?” belas Jung Kook tak ingin hanya diam saja.

“Kau bukan sekadar anggota dewan. Kau seorang penipu. Kau orang yang menipu para warga tidak berdosa dan bergabung dengan Majelis Nasional.” Sindir Hoo Ja
“Pemilihan katamu itu... Yang benar saja. Kau bilang Menipu para warga tidak berdosa? Aku juga tidak berdosa.” Tegas Jung Kook kesal
“Kau tidak tahu bagaimana kondisi Majelis. Pohon yang tinggi akan diterpa angin besar. Jika mereka merasa kau tidak berpihak kepada mereka, mereka akan menggali hingga ke kerabat jauhmu untuk menjatuhkan dirimu.” Ucap Hoo Ja. 
Jung Kook berjalan masuk ke dalam  gedung majelis dengan teman-temanya dan juga Wang Goo. Saat itu Tuan Kim Min Ah melihat Jung Kook dkk mengejek seperti tak ada yang bisa dilakukan. Jung Kook pun hanya diam saja.
Flash Back
Hoo Ja meminta Jung Koo Baik itu perbuatan baik atau buruk, agar jangan melakukan sesuatu yang bisa menarik perhatian. Ia pun menegaskan Khususnya menjauhlah dari semua yang akan menarik perhatian para anggota dewan lain.
“Jika mereka mengetahui kau seorang penipu, maka masalah hanya akan bertambah rumit.” Tegas Hoo Ja.
“Sederhananya, berusaha untuk tetap tidak terlihat dan mengangkat tangan selama pengambilan suara. Dengan begitu, aku bisa mengambil alih Undang-undang Pengaturan Suku Bunga, yang memang kau incar. Bukan begitu?” kata Jung Kook
“Begitu undang-undang itu dicabut, aku dan kau tidak perlu saling bertemu lagi. Setelah itu, kita bisa menjalani hidup masing-masing. Kau bilang ingin bisa berguna. Lakukan perintahku, dan kau akan sukses.” Tegas Hoo Ja
Jung Kook dkk akhirnya masuk ke dalam gedung majelis bersama dengan teman-temanya. 
Semua orang dalam ruangan hanya diam saja pada mereka terlihat bersemangat untuk berkerja. Jung Kook hanya diam saja, Charles dengan duduk lemas bertanya apa mereka  sungguh tidak perlu melakukan apa pun. Jung Kook menegaskan kalauItu yang dikatakan Pimpinan Park.
“Dia bilang, jangan menarik perhatian karena itu bisa menimbulkan masalah.” Ucap Jung Kook  
“Aku tidak pernah menduga akan serumit ini untuk tidak melakukan apa pun. Mari kita berbuat sesuatu.” Ucap Seung Yi
“Aku juga ingin begitu. Tapi dia memerintahkan untuk tidak melakukan apa pun. Jika aku menarik perhatian...” kata Jung Kook disela oleh Wang Goo.
“Aku punya ide bagus Bagaimana jika kau mengajukan RUU? Dengan menggunakan janji kampanyemu sebagai dasar. Bagaimana dengan RUU kesejahteraan rakyat?” ucap Wang Goo
“Jika aku mengajukan RUU, bukankah aku akan menarik perhatian Bukankah Pimpinan Park akan marah?” kata Jung Kook khawatir.
“Tidak sama sekali. Jika kau menambahkan waktu yang dibutuhkan untuk menyusun, menyunting, dan memproses, akan butuh satu hingga enam bulan. Kau sama sekali tidak akan menarik perhatian. Ditambah lagi, aku tidak pernah menarik perhatian seumur hidup.”kata Wang Goo
“Jadi, menurutmu kita harus melakukan sesuatu untuk menolong orang banyak daripada hanya duduk diam tanpa melakukan apa pun.” Kata Jung Kook. Wang Goo membenarkan.
“Karena membutuhkan waktu untuk menyiapkan dan mengajukan RUU.” Ucap Jung Kook. Wang Goo membenarkan.
“Itu ide yang bagus... Benar. Kita tidak bisa hanya duduk tanpa melakukan apa pun. Bukan begitu cara berterima kasih kepada warga yang mendukungku... Baiklah. Mari kita kerjakan. Mari kita buat sebuah RUU kesejahteraan rakyat.” Kata Jung Kook lalu menyembunyikan keraguannya.
Hoo Ja menatap ke arah jendela, mengatakan dengan senyuman kalau ini baru awal.


Tuan Kim Min Ah membahas tentang mencabut Undang-undang Pengaturan Suku Bunga, menurutnya mereka harus menggunakan fakta untuk mendukung tujuan. Ia pikir semua angotanya sudah melihat dalam dokumen yang dibagikan oleh Choon Sup,
“Tidak ada negara berkembang selain Jepang yang memiliki aturan membatasi suku bunga. Bahkan jika Undang-undang Pengaturan Suku Bunga ini dicabut, jika dalam tindak ilegal yang merugikan, korban masih bisa diselamatkan dengan hukum perdata.” Jelas Tuan Kim
“Ditambah lagi, itu akan mencegah kekacauan pasar modal. Kita juga bisa melegalkan ekonomi gelap. Tapi jika regulasi ini diteruskan, kita mendukung perdagangan ilegal dan menghindari pembayaran pajak. Dengan begitu, sulit dikatakan regulasi ini efektif.Sepertinya tidak seperti itu. Berikan fakta-fakta semacam itu sebagai bukti.”ucap Tuan Kim
“Jika regulasi suku bunga dicabut, maka suku bunga kartu kredit yang melambung, dan kekerasan selama penagihan utang akan membawa hasil, dan para rentenir yang cerdas akan mendominasi dan menekan mereka yang lemah secara finansial. Bagaimana jika mereka mengatakan itu?” kata Anggota Tuan Kim.
“Apa itu salah? Apa regulasi itu mencegah semua hal itu terjadi?” ucap Tuan Kim. Anggota lain menjawab tidak.
“Tepat... Itu cara kita menyanggahnya. "Karena regulasi ini, uang tidak berputar, yang makin mempersulit mereka yang lemah secara finansial." Apa Kalian lihat? Kita tidak bisa menghentikan para lintah darat, bukan begitu?" ucap Tuan Kim. Mereka menjawab tidak.
"Karena itu, regulasi yang tidak melindungi mereka yang lemah secara finansial, harus dicabut. Seperti itulah seharusnya." Itu alasan kita. Apa Kalian mengerti?” kata Tuan Kim mencoba menyakinkan anggotanya.
“Jangan hanya berkedip... Katakan sesuatu... Sepertinya hanya aku dan Choon Sup yang menghadiri rapat ini. Apa kalian sama sekali tidak punya pendapat?” kata Tuan Kim. 

Di ruangan Jung Kook sedang terdiam sementara Seung Yi mencari keyword di ponselnya "Cara menyusun RUU, Bagaimana cara menyusun RUU?" tapi tak ada kata kunci yang dicari.
“Hei, kau harus memberikan pendapat... Sudah berapa kali kubilang aku punya 150 pendukung? Berapa kali? Coba katakan... Kita membutuhkan teori yang kuat jika ingin mencegah para pendukung meninggalkan kita. Jika tidak memiliki sanggahan yang kuat, habislah kita.” Ucap Tuan Kim melihat semua anggota hanya diam saja.
Jung Kook terlihat masih berpikir akhirnya menyarankan mereka untuk  makan dahulu. Semua terlihat penuh semangat, langsung tersenyum bahagia.
“Hei.. Lupakan saja. Mulai dari kamu, Min Joon... Lalu bergilir searah jarum jam. Sampaikan pendapat kalian. Beri tahu aku saran kalian untuk menjaga suara yang kita punya dan mengambil hati lawan.” Kata Tuan Kim
Di ruangan, Jung Kook memesan kimchi rebus. Sementara Tuan Kim mendengar komentar anggotanya mengeluh mereka itu  Kurang kreatif. Seung Yi memesan Tumis cumi-cumi dan daging sapi dengan keju di atasnya.
“Baik! Aku suka itu. Berikutnya.” Kata Tuan Kim mendengar pendapat anggotanya.
“Sup tahu. Tidak. Daging pedas. Tidak. Sup tahu.” Kata Charles bimbang. Seung Yi mengeluh meminta Charles memilih salah satu saja.
“Boleh aku pesan masakan Jepang? Aku sedang ingin makan sushi... Ah.. tidak... Aku ingin makan ramen.” Kata Wang Goo
“Hei, kau... Apa butuh selama itu hanya untuk mengucapkan itu?Dasar Kau ini... Apa Kau pikir aku bercanda?” ucap Tuan Kim marah mendengar ucapan anggotanya.
“Kita pilih satu saja. Begitu lebih cepat.” Kata Jung Kook. Tuan Kim mendengar ucapan anak buahnya langsung setuju.
“Pada akhirnya, ke mana pun tujuan kita, selalu saja sama... Baik, dengarkan aku. Antara rapat dan pemilihan, kita harus mengumpulkan suara sebanyak mungkin. Kita harus pertahankan sebanyak mungkin agar lebih aman. Coba pikirkan satu hal sejak kalian terjaga hingga tertidur. Tolong....” Ucap Tuan Kim menyakinkan.
“Mencabut Undang-undang Pengaturan Suku Bunga. Jika kalian tidak bisa memikirkan sesuatu yang kreatif, tidak perlu. Lakukan sesuai perintahku dan lakukan dengan baik. Mengerti? Kalian mengerti, kan? Rapat ditunda.” Kata Tuan Kim

Jung Kook dkk akhirnya selesai makan siang, Chalres baru saja minum mengajak mereka menyudahi saja karena mereka bisa terbakar jika bekerja terlalu keras. Jung Kook mengeluh kalau mereka hanya makan. Wang Goo memberikan usulan.
“Bagaimana kalau meminta bantuan dari anggota dewan lain?” ucap Wang Goo.
“Aku harus minta bantuan siapa? Aku tidak kenal siapa pun.” Kata Jung Kook bingung.
“Tadi aku sempat mendengar ada makan malam untuk anggota dewan berusia 30-an dan 40-an malam ini. Sebaiknya kau bertanya soal cara menyusun RUU dan memanfaatkan itu untuk mencari koneksi. Bagaimana pun mereka itu anggota dewan senior.” Jelas Wang Goo
“Di mana makan malamnya?” tanya Jung Kook penasaran. 


Tuan Kim membuka pintu loker menaruh barang-barangnya, Tuan Ko masuk ruangan membahas kalau Yang Jung Gook akan menghadiri makan malam mereka. Tuan Kim memastikan kalau Yang Jung Gook, Si Anak baru dari Seowon itu.
“Untuk apa dia menghadiri makan malam kita?” kata Tuan Kim menyindir. Temanya pikir tak tahu.
“Katanya ada yang ingin ditanyakan. Mungkin dia ingin bergabung dengan partai kita.” Kata Tuan Ko
“Aneh sekali... Pesta kita bukan tempat merekrut. Kita tidak asal menerima orang yang ingin bergabung. Banyak orang yang tidak paham. Mereka merasa sudah menjadi anggota dewan hanya karena memiliki lencana. Ada tingkatan bahkan di antara kita, para anggota dewan.” Ucap Tuan Kim, dua temanya membenarkan. 

Ponsel Tuan Kim berdering lalu mengangkat memberitahu kalau  baru sampai sauna dan akan menghubungi nanti. Ho Ja pikir tidak punya waktu untuk menunggunya berkeringat, menurutnya Urusannya itu  cepat jadi se etelah itu Tuan Kim boleh berkeringat.
“Aku baru saja menerima telepon. Apa rapat umumnya ditunda lagi? Kapan itu akan diajukan? Apa Aku harus menunggu berapa lama lagi?” tanya Hoo Ja penasaran.
“Itu sudah lolos Komite Kehakiman. Tapi itu tidak bisa lolos karena tidak ada rapat umum. Aku sudah pernah menjelaskan dengan sederhana. Partai Minjin mengajukan RUU yang harus kita hentikan, jadi, kami harus menunda untuk menangani itu.” Jelas Tuan Kim
“Ketua partai bilang dia harus menangani mereka dan tidak mengadakan rapat umum. Aku bisa apa? Aku hanya anggota dewan biasa. Seperti itulah cara kerja partai.” Tegas Tuan Kim
“Dengar, Anggota Dewan Kim.. Hal yang membuatku gusar sejak masih sekolah adalah perseteruan dalam kubu partai itu sendiri. Utara, Timur, Selatan, Barat, Noron, Soron, hal-hal semacam itu. Jika berada di sisi yang sama, kau harus setia.” Tegas Hoo ja
“Untuk apa berseteru dan menyebabkan perpecahan dalam kelompok? Jadi, jangan beri aku alasan sampah soal cara kerja partai. Kesetiaan. Kita harus saling setia, paham? Aku bukan mendanaimu karena partaimu. Jika kau akan terus mengeluh soal partaimu, kenapa kau menerima uang dariku?” kata Hoo Ja.
Tuan Kim tak ingin mendengar langsung mematikan ponsel dan memasuk an ke dalam loker. Hoo Ja memanggil Tuan Kim, tak percaya kalau sudah menutup teleponnya lagi lalu mengumpat marah. 



Di kantor polisi
Detektif Koo membahas  Saat apartemen-apartemen baru diresmikan, mereka mengajukan lamaran palsu yang berkualitas dan mundur dari kontrak begitu menang, hingga tidak jadi terjual. Detektif Lee dengan membawa berkas ikut bicara.
“Mereka memberikan apartemen itu ke perantara yang menjualnya ke rakyat biasa. Itu cara mereka menipu orang dan merampas hak mereka. Coba Lihat.” Kata Detektif Lee
“Akun bank pasif yang sudah mati. Karena itu disebut "Penipuan Akun Mati". Karena akun itu memang mati. Sejauh apa mereka memiliki orang hingga bisa membangunnya sebesar ini?” tanya Mi Young
“Para pengembang, agen-agen penjual, kriminal terorganisasi, dan para pekerja pemerintahan Itu dugaanku. Tapi sulit mendapatkan orang untuk bersaksi.” Jelas Detektif Na
“Kita harus mendapatkan kaki tangan yang ada di bawah dan memanfaatkan mereka untuk mengincar yang ada di posisi atas.  Tapi mereka akan tahu dan bersembunyi. Jika kita bisa menangkap mereka, kita bisa menghabisi seluruh...” kata Detektif Lee melihat telp Mi Young bergetar. 

Mi Young melihat nama suaminya akhirnya keluar ruangan untuk mengangkat telpnya. Jung Kook memberitahu istrinya kalau Malam ini  akan pulang terlambat karena Ada makan malam bersama dari kantor, seperti Sebuah pesta penyambutan. Wang Goo mengernyitkan dahi.
“Pesta penyambutan?” komentar Mi Young binggung.
“Aku sudah bilang harus pulang lebih awal, tapi mereka memaksa. Aku harus bagaimana? Apa sebaiknya aku mangkir dan pulang?” kata Jung kook penuh semangat.
“Jangan begitu. Mereka berkumpul untuk menyambutmu. Tapi jangan pulang terlalu larut Dan jangan terlalu banyak minum.” Kata Mi Young. Jung Kook mengerti lalu menutup telpnya. 

“Kenapa kau bilang pesta penyambutan?” kata Wang Soo heran.  Jung Kook menjelaskna kalau suami Mi Young itu menjadi anggota dewan.
“Dia akan sedih jika mendengar tidak ada orang yang mengadakan pesta untuknya.” Kata Jung Kook
“Begitu, ya. Seperti penyendiri yang menyombongkan diri soal teman-temannya di rumah, ya?” kata Wang Goo.
“Kenapa kau bilang begitu? Penyendiri? Aku ini murid pindahan. Aku baru saja dipindahkan Dan sekarang aku sedang mencari teman. Jadi Tunggu dan lihat saja betapa ramahnya aku. Mereka semua akan mati. Mereka semua temanku... Teman-teman baikku. Aku akan merebut hati mereka malam ini.” Ucap Jung Kook yakin
“Penyendiri suka membuat banyak alasan.”komentar Wang Goo lalu mengikuti Jung Kook dari belakang. 

Jung Kook membuka pintu restoran dengan wajah bahagia menyapa Teman-teman baik memperkenalkan diri dan meminta izin untuk bergabung. Mi Young pulang ke rumah sambil menelp masuk lift mengatakan  tahu ini kasus penting.
“Aku tahu ini kasus penting untuk Kantor Kejaksaan. Tapi kami tidak bisa menemukan apa pun. Tolong beri kami tambahan waktu. Jika kami menemukan kaki tangan yang bersembunyi, kami akan bisa mengetahui siapa saja yang terlibat dan cara kerjanya.” Ucap Mi Young saat masuk rumah kaget.
Ia pun berkata kalau besok akan menghubungi. Jung Kook terlihat duduk sendirian sambil minum di ruang makan.  Mi Young binggung bertanya ada apa dan kenapa sudah di rumah. Jung Kook mengaku Tidak apa-apa hanya lelah.
“Apa terjadi sesuatu?” tanya Mi Young penasaran. Jung Kook mengaku tidak Terjadi sesuatu?
“Lalu kenapa kau minum sendiri? Apa Terjadi sesuatu saat makan malam? Apa Ada yang mengatakan sesuatu kepadamu? Siapa yang berani bicara macam-macam kepadaku?” ucap Mi Young khawatir.
“Jangan cemas... Aku menikmati minum bersama mereka.” Akui Jung Kook bahagia. 


Flash Back
Jung Kook terlihat seperti sedang berbicara dengan rekan kerjanya, tapi pada kenyataanya dia hanya duduk sendirian disudut meja. Ia pun seperti menerima kalau dikucilkan oleh Tuan Kim dkk.
“Para anggota dewan yang lain sangat menyukaiku. Mereka terus memintaku untuk minum bersama, tapi sulit sekali menolak mereka. Kau tidak tahu saja.” Kata Jung Kook tak ingin Mi Young khawatir.
“Apa Anggota dewan mana yang sangat menyukaimu?” tanya Mi Young khawatir.
“Itu... Anggota Dewan Kim Nam Ah. Dia anggota dewan yang mewakili Seowon. Dia sangat menyukaiku. Tadi...” ucap Jung Kook.

Flash Back
Jung Kook berusaha untuk duduk disamping Tuan Kim, menuangkan soju ke dalam gelas mengajak mereka bermain saling membanggakan diri. Tapi Tuan Kim menolak menyuruh Jung Kook minum sendiri saja dan mengajak minum dengan teman-temanya.
Dewan lain yang duduk disamping Tuan Kim menyuruh Jung Kook minggir karena itu tempat duduknya. Jung Kook pun kembali ke sudut meja minum sendiri dan tak bisa berbaur dengan anggota lainya. 



“Astaga. Hari ini sangat menyenangkan... Mereka memintaku bergabung ke dalam partai mereka. Dia bilang Partai Nasionalis membutuhkanku. Dia terus saja mengatakan itu.” Ucap Jung Kook penuh semangat.
“Lalu? Kau bilang apa?” tanya Mi Young, Jung Kook mengatakan kalau  menolak.
“Aku bilang aku terpilih sebagai seorang independen. Jadi, aku akan tetap independen.” Ucap Jung Kook
“Itu keputusan yang tepat. Menurutku juga begitu.”kata Mi Young
Flash Back
Jung Kook pamit pada seniornya keluar dari restoran dan berjanji akan  bertemu lain kali. Ia berusaha menolak karena Istrinya sedang menunggu, lalu berjalan keluar dari restoran. Wang Goo melihat dari depan pintu binggung karena ruangan sudah kosong dan berpikir kalau Jung Kook sedang mabuk.
“Bahwa aku menjadi anggota dewan untuk melayani rakyat. Ya... Itu yang ingin aku katakan, tapi aku tidak bisa bicara sampai sejauh itu. Terlalu banyak orang yang baru kutemui. Tidak sopan mengatakan itu padahal kami baru bertemu.” Ucap Jung Kook
“Suamiku sangat kere.. Kau sangat keren.” Puji Mi Young.  Jung Kook pun membanggakan kalau dirinya memang suami untuk Mi Young.
“Aku ingin minum bersama suami yang keren... Ayo minum.” Kata Mi Young mengajak Bersulang untuk Minum sampai mati.
“Apa maksudmu? Bukankah besok kau harus bekerja?” kata Jung Kook.
“Aku akan bekerja setelah minum dan mati... Ayo minum.” Ucap Mi Young lalu menari-nari memberikan dukungan agar Jung Kook minum.
"Hei... Sampai kapan kamu akan membuat bahuku bergoyang? Sampai terkilir" goda Mi Young terus menari. Jung Kook pun akhirnya ikut minum.



Jung Kook akhirnya mabuk dan tertidur akhirnya seperti mengigau mengatakan “Kim Nam Ah... Lee Myung Han. Dasar kurang ajar...” Mi Young menatap sedih suaminya, mengeluh kalau seharusnya cerita kepadanya jika memang berat daripada berpura-pura semua baik-baik saja. Jung Kook tertidur pulas.
Bersambung ke episode 26

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar