PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 24 Mei 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ryan Gold menangis sendirian di rumah setelah memberitahu ibunya tentang jati dirinya yang sebenarnya. Ibu Shi An pun terlihat ikut menangis jatuh lemas di depan pintu rumah. Shi An melihat ibunya seperti bisa mengetahui yang terjadi.
“Tidak, mari jangan mengganggunya. Dia akan menelepon.” Ucap Duk Mi memegang ponselnya karean ingin menelp Ryan. 
Tiba-tiba Ryan menelp, Duk Mi langsung bertanya apakah Ryan  sudah bertemu dia dan apakah baik-baik saja. Ryan mengeluh Duk Mi yang belum tidur padahal sudah larut. Duk Mi mengaku biasanya tidur sangat larut, karean Nama panggilannya "burung hantu malam".
“Kita sudah berjanji untuk tidak saling berbohong. Apa Kau berkata jujur?” ucap Duk Mi
“Aku sangat jujur. Aku sudah menelepon jika kau menunggu. Jadi Cepatlah tidur.” Kata Ryan lalu menutup telp.
Duk Mi memikirkan Ryan apakah baik-baik saja dan keberadaanya sekarang padahal sudah larut. Ia piki Harusnya  tidak menelepon dan lebih Tidur. Ryan duduk diam didalam galeri sendirian seperti tak ingin membuat Duk Mi khawatir. 



Ibu Shi Ah duduk di taman sendirian, wajahnya terlihat masih sangat sedih. Shi Ah melihat ibunya sambil membawa minum, lalu menghampiri ibunya. Ibu Shi An menatap anaknya lalu memegang tangan anaknya, Shi An seperti tak ingin banyak bertanya hanya ingin menenangkan ibunya. 

Ryan duduk sendirian di galeri, Duk Mi datang memanggil Ryan dan terlihat marah. Ryan kaget Duk Mi bisa tahi keberadanya. Duk Mi kesal karena Ryan berpikir dirinya tak khawatir jika  menutup telepon seperti itu dan  menurutnya  Jika  ingin menangis, lakukanlah di depannya agar bisa menghibur.
“Kenapa sendirian seperti orang bodoh? Kau buat orang kesal. Aku benci kau.” Ucap Duk Mi sambil memukul Ryan tapi Ryan malah tersenyum.
“Jangan tersenyum dengan wajah yang seakan menangis.” Kata Duk Mi kesal. Ryan akhirnya memeluk erat Duk Mi mengaku ingin menangis.
“Karena kau pukul aku dengan keras.” Kata Ryan dengan senyuman, Duk Mi pun bisa sedikit nyaman. 

Ryan akhirnya berbaring dipangkuan Duk Mi seperti sangat nyaman, Duk Mi bertanya apakah Ryan sudah tidur. Ryan yang memejamkan mata mengaku sudah tidur. Duk Mi mengajak untuk pulang saja. Tapi Ryan menolak karena  tidak akan bisa tidur jika pulang.
“Rasanya sangat aneh.” Ucap Ryan. Duk Mi tak mengerti maksudnya. Ryan menjelaskan Orang yang membuatnya penasaran  sepanjang hidup sedang tidur di lantai bawah sekarang.
“Itu membuatku merasa aneh.” Kata Ryan, Duk Mi mengajak Ryan agar pulang ke rumahnya.
“Tapi, bagaimana kau tahu aku ada di sini?” tanya Ryan heran. Duk Mi pikir Ryan tak tahu.
“Aku menanamkan perangkat GPS di dalam tubuhmu.” Goda Duk Mi. Ryan hanya tersenyum.
“Apa aku sudah ceritakan mengenai orang tuaku? Orang tua yang mengadopsiku?”kata Ryan. Duk Mi mengaku belum.
“Mereka adalah orang-orang baik. Mereka mengadopsi seorang anak berusia tujuh tahun dan membesarkannya dengan penuh suka. Orang tuaku pernah bilang. "Ibumu melahirkan dan membesarkanmu karena dia mencintaimu.  Dia tidak punya pilihan selain membiarkan kami membesarkanmu. Jadi, bukannya kau ditelantarkan. Kau dilindungi." Itu yang mereka katakan.” Cerita Ryan.
“Tapi orang yang aku temui hari ini, meminta maaf padaku. Jadi, terasa bukannya dilindungi. Seperti aku sudah ditelantarkan lagi” ungkap Ryan
“Dia mungkin ingin mengucapkan kata-kata itu sepanjang hidupnya. Dia sangat mencintaimu, dan dia menyesal tidak bisa bersamamu.” Kata Duk Mi menyakinkan.
“Apa Kau pikir begitu?” kata Ryan, Duk Mi menyakinkan lalu menyuruh Ryan agar tidur.
“Perasaanmu akan lebih baik sesudah bangun.” Ucap Duk Mi, Ryan pun memegang tangan Duk Mi agar lebih nyaman. 


 [EPISODE 14: BINTANG YANG BERSINAR DI HATIKU YANG GELAP]
Sindy berjalan sampai ke halte lalu menaiki bus dengan sangat nyaman. Nyonya Eom diam-diam mengikutinya, lalu memastikan pada Sek Kim apakah anaknya itu sungguh naik bus sekarang seperti tak percaya melihatnya.
“Ya, dia pasti sudah belajar bagaimana membayar BC-nya.” Ucap Sek Kim. Nyonya Eom tak mengerti apa itu maksudnya  "BC"
“Artinya dia belajar cara mengisi kartu busnya.” Kata Sek Kim
“Aku pikir dia akan menelepon sambil menangis untuk membawanya pulang. Tapi dia belajar cara mengisi kartu busnya? Bagaimana menurutmu? Katakan padaku. Bagaimana?” ucap Nyonya Eom seperti frustasi.
Hyo Jin sedang bermain handphone sudah tahu kalau turun di Halte Jindan.

Duk Mi tertidur lelap dengan Ryan yang masih dipangkuanya, seperti pasangan keduanya saling bertanya apakah Tidurnya nyenyak. Kyung Ah dan Yoo Sub melihat keduanya hanya bisa melonggo terdiam. Hyo Jin baru datang melihat yang terjadi didepanya langsung memanggil keduanya.
“Direktur.. Sung Kurator..” teriak Hyo Jin sambil bertolak pinggang. Duk Mi langsung mendorong Ryan untuk menjauh keduanya terlihat gugup.
Kyung Ah dan Yoo Sub serba salah, Ryan pun dengan rambut yang acak-acakan hanya bisa tertunduk. Hyo Jin mengeluh kalau Ryan mengatakan ini tindakan privatisasi galeri seni. Ryan berkomnetar kalau semua masuk kantor lebih awal.
“Kami datang tepat waktu...” kata Kyung An dan langsung disela oleh Hyo Jin kalau mereka masuk lebih awal.
“Aku tidak berpikir kita perlu mengganti sofa. Ternyata Masih sangat empuk.” Kata Duk Mi menahan malu lalu bergegas pergi dengan saling berbeda arah dengan Ryan.
Kyung Ah mengeluh dengan sikap Hyo Jin, Hyo Jin menyuruh mereka makan fitbar saja agar saat bekerja bisa tetap berenergi. Seperti keduanya mencoba untuk tetap santai. 

Sun Joo terlihat sibuk melayani pelanggan yang datang ke cafenya karena sangat ramai dan hanya sendirian. Joo Hyuk sedang bertemu dengan Seung Min, memberitahu kalau Sun Joo yang membantu memperbaiki gitarnya. Seung Mi seperti tak percaya mendenagrnya.
“Dan dia pergi ke pertunjukanm? Lalu dia bahkan membuat klub penggemar?” tanya Seung Min sinis. Joo Hyuk membenarkan.
“Jadi, kau pikir Sun Joo suka...” kata Seung Min dan terdengar teriak Sun Joo yang datang.
“Apa yang kau tanyakan padanya?” ucap Sun Joo marah, Seung Min ingin bicara tapi langsung disela oleh Sun Joo.
“Sudahlah. Apa yang dia tanyakan?” tanya Sun Joo pada Joo Hyuk. Joo Hyuk memberitahu kalau Seung Min ingin tahu apa menyukainya.
“Apa Kau meragukanku sekarang?” tanya Sun Joo marah, Seung Min mengaku bukan seperti itu
“Bukankah benar kau menyukaiku?” ucap Joo Hyuk. Sun Joo menegaskan kalau Yang disukai adalah musiknya Joo Hyuk. Joo Hyuk pikir Seung Min bisa mendengarnya sendiri.
“Sudah kubilang, bukan? Dia menyukaiku.” Kata Joo Hyuk. Seung Min pikir itu memang benar.
“Kau bilang Benar, apanya yang benar? Seung Min, apa kau...” kata Sun Joo marah. Seung Min langsung memberikan kartu nama, Sun Joo melihat nama   [PD YOO JOONG HYEOK]
“Apa ini?” tanya Sun Joo binggung, Seung Min menjelaskan kalau temanya  adalah produser musik dan sedang mencari orang.
“Jadi aku berniat memperkenalkan Joo Hyuk.” Ucap Seung Min. Joo Hyuk tak percaya mendengarnya langsung mengambil kartu namanya.
“Kenapa kau melakukan itu?” tanya Sun Joo sinis. Seung Min menjawab karena Sun Joo menyukainya.
“Sebagai penggemar. Jadi, kupikir kau akan lebih banyak tersenyum jika Joo Hyuk jadi sukses...” ucap Seung Min. Sun Joo terdiam mendengarnya.
“Sun Joo... Perasaanku... paling bahagia saat kau tersenyum Tapi aku lupa sesaat. Mulai saat ini, aku akan fokus membuatmu tersenyum. Aku tidak peduli dengan variety show atau dipromosikan. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum. Itu saja yang akan aku fokuskan mulai sekarang. Jadi...” kata Seung Mi dan disela oleh Joo Nyuk
Tapi, Direktur beri tahu aku... bahwa dia tidak ingin aku menjadi terlalu terkenal. Dia ingin aku sembunyi... lalu Haruskah aku meninggalkan kalian?” kata Joo Hyuk.
Sun Joo mengeluh kalau seharusnya melakukannya dari tadi. Joo Hyuk pun bergegas pergi. Sun Joo kembali memanggil suaminya “Oppa.” Seung Min tak bisa menahan rasa bahagianya. Sun Joo menegaskan kaalu bukan untukmemaafkannya.
“Aku hanya memberimu kesempatan kedua.” Tegas Sun Joo. Seung Min  menganguk mengerti menurutnya itu sudah cukup lalu Sun Joo bergegas pergi.
Seung Min berlari memeluk istrinya, Sun Joo pun masih kesal menyuruh melepaskan tapi Seung Min tak peduli kembali memeluknya. Sun Joo pun akhirnya bisa tersenyum. 



Ryan duduk di dalam ruangan lalu melihat nama Shi An yang menelpnya. Akhirnya mereka bertemu di taman. Suasana terasa canggung, Shi An berbicara lebih dulu kalau Awalnya berpikir Ryan mendekatinya karene mendengar semacam rumor.
“Aku juga mencurigaimu sesudah skandal. Tapi anehnya aku tertarik padamu. Semakin aku mengenalmu, aku merasa sangat nyaman berada di sekitarmu, dan aku ingin jadi dekat denganmu. Kita berdua menyukai lukisan Lee Sol, dan kau juga hidup tepat di atasku.” Ungap Shi An.
“Semua itu terasa seperti takdir. Tapi akhirnya, apa yang aku pikirkan benar, Hyung.” Kata Shi An yang menganggap Ryan seperti kakaknya.
“Cha Shi An... “ ucap Ryan seperti masih belum bisa menerima kenyatan, tapi Shi An lebih dulu bicara.
“Aku akan kirimkan nomor ibu. Beri dia kesempatan untuk menjelaskan. Mungkin itu permintaan maaf atau alasan, beri dia kesempatan untuk menjelaskan. Sekali saja.” Pinta ShiAn. Ryan hanya bisa diam saja. 


Kyung Ah memberitahu Duk Mi kalau mereka  harus memberikan konfirmasi akhir mengenai desain katalog minggu depan kalau cetak sesuai jadwal lalu bertanya Bagaimana harusnya mereka memperkenalkan lukisan Lee Sol
“Apa kau dapat panggilan?” tanya Duk Mi. Kyung Ah mengaku sudah   bertanya kepada semua orang yang dikenal, tapi tidak bisa mendapatkan apa-apa.
“Kapan kita perlu mengonfirmasi itu?” tanya Duk Mi, Kyung Ah menjawab Rabu besok.
“Kalau begitu, ayo kita lihat sedikit lagi.” Ucap Duk Mi, Kyung Ah setuju dan merasa tidak sabar untuk melihat bagian terakhir.

Duk Mi menuliskan pada sebuah forum  [JIKA ADA YANG TAHU ATAU PUNYA LUKISAN YANG SERUPA, SILAKAN HUBUNGI AKU] Setelah itu ia menerima email dan bergegas menelp mengaku dariCheum Art Gallery lalu mengucapkan terimakasih karena sudah mengirimkan email.
“Kami tertarik dengan seri gelembung Lee Sol yang dijual di lelang sebelumnya.” Kata Duk Mi dengan bahasa inggris yang lancar. Yoo Sub tahu kalau itu dari penjual?
“Ya, dua bagian lagi dari seri. Jadi, mereka akan melakukan penjualan dahulu di lelang berikutnya?” kata Duk Mi
Yoo Sub yang mendengar kalau akan ada dua bagian lalu bertanya totalnya sekarang. Sindy menjawab ada delapan lukisan. Duk Mi kembali berbicara di telp kalau berharap mungkin mereka dapat menjualnya terlebih dahulu secara pribadi.
“Tentu saja, kami akan membayar ekstra untuk menunjukkan apresiasi. Ya, tentu. Tolong beri tahu kami. Terima kasih banyak. Sampai jumpa.” Ucap Duk Mi lalu menutup telp.
Kyung Ah tak sabar ingin tahu langsung menanyakan, Duk Mi mengatakan kalau  Kolektor yang menjual lukisan terakhir kali menemukan dua lukisan lagi kalau mereka akan menjualnya akan  menelepon. Kyung Ah berteriak gembira dan itu Artinya mereka hanya perlu menemukan satu lagi.
“Mereka akan mengirimkan file gambar dari lukisan-lukisan itu.” Ucap Duk Mi lalu melihat lukisan Lee Sol lalu terlihat kebingungan. 


Duk Mi sengaja mengoda Ryan mengatakan “Took, took.” Ryan mengeluh kalau tak perlu melakukan itu karena sudah ada didalam ruangan.  Duk Mi memberitahu kalau punya kabar baik untuk Ryan kalau menemukan dua lukisan Lee Sol lagi. Ryan menganguk mengerti.
“Direktur , kau tahu apa itu gambar puzzle, bukan? Apa kau ingin mencobanya?” ucap Duk Mi, Ryan terlihat binggung.
“Kau tahu bagaimana terkadang ada pesan tersembunyi di film? Lukisan-lukisan ini juga memiliki pesan tersembunyi. Silakan cari... Apa kau menemukannya?” ucap Duk Mi memperlihatkan lukisan Lee Sol dalam bentuk gelembung. Ryan melihat sesuatu.
“Gelembung, kuda goyang, kincir ria, dan naik kapal Viking. Itu adalah sesuatu yang biasanya disukai anak-anak. Sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan seniman itu ketika dia menggambar lukisan-lukisan ini. Kau juga begitu, bukan?” kata Duk Mi. Ryan hanya bisa terdiam.
“Bagaimana kalau pulang lebih awal? Sepertinya ada orang yang harus kau temui. Dia pasti akan menunggumu.” Kata Duk Mi. Ryan tetap diam. 


Ibu Shi An duduk diam seperti masih saja sedih, lalu melihat ponselnya kalau itu nomor Cheum Gallery, tak ada suara di seberang telp. Akhirnya Ryan mengeluarkan suaranya, mengaku kalau ingin bicara jadi meminta waktu. Ibu Shi An terlihat gugup masuk ke rumah anaknya, Ryan pun menawarkan teh.
“Aku tidak minum kopi.” Ucap Ryan. Ibu Shi An tak masalah karena tidak bisa minum kopi. Keduanya akhirnya duduk dengan suasana canggung, Ryan hanya bisa tertunduk.
“Terima kasih sudah menghubungiku terlebih dahulu. Aku merindukanmu. Aku sadar... Aku tidak punya hak untuk mengatakan itu. Namun, jika aku tidak tahu malu bertemu denganmu, maka aku akan menjadi orang seperti itu. Aku merindukanmu, Yoon Jae.” Ucap Ibu Shi An.
“Aku tidak punya ingatan. Yang aku ingat tentang Ibu adalah meninggalkanku. Kau andal dalam melukis atau melepas tanganku. Kenapa meninggalkanku?” ucap Ryan. Ibu Shi An hanya bisa mengucapkan Maaf.
“Kenapa meninggalkanku?” tanya Ryan. Ibu Shi An mengaku  Bukannya meninggalkan anaknya.
“Aku hanya pergi untuk sementara waktu. Aku akan segera kembali padamu. Aku tidak berharap akan memakan waktu 26 tahun. Hari itu... Seharusnya aku tidak pergi ke sana hari itu.” Ucap Ibu Shi An.
“Aku nyaris tidak mampu ketika tiba-tiba ditawari sumbangan. Dengan uang, aku berpikir tentang memasak makanan lezat untukmu dan membawamu ke taman hiburan yang selalu ingin kau kunjungi. Itu sebabnya kita pergi hari itu.” Cerita Ibu Shi An. 


Flash Back
Ibu Shi An sedang melukis tak memiliki uang bahkan beras, akhirnya jalan bersama dengan anaknya keluar rumah.  Ia lalu meminta anaknya untuk  bermain sendiri sebentar dan berjanji akan segera kembali. Ryan yang masih kecil bertanya kemana ibunya akan pergi.
“Seseorang menawarkan bantuan untuk lukisan Ibu, Ibu akan menemui dia. Dia cukup menakutkan. Apa Kau masih mau ikut?” tanya Ibu Shi An. Ryan mengelengkan kepala.
“Bersenang-senanglah di taman bermain. Ibu akan kembali secepatnya.” Kata Ibu Shi An
“Ibu akan segera kembali, bukan?” ucap Ryan. Ibu Shi An berjanji akan segera kembali.
“Aku tidak tahu itu akan jadi pertemuan kita yang terakhir. Dalam perjalanan kembali, aku mengalami kecelakaan.”
Ibu Shi An berjalan pergi meninggalkan Ryan untuk bermain dan saat diperjalanan mengalami kecelakaan dan terluka dibagian tangan serta kepalanya. Beberapa orang mengerubungi Ibu Shi An dan Ibu Shi An teringat dengan anaknya yang ditinggalkan di taman bermain.
“Aku menderita cedera parah. Lalu, karena kecelakaan itu... Kecelakaan itu merenggut segalanya dariku. Aku kehilangan anakku yang berharga.” Cerita Ibu Shi An.
“Apa ini benar? Lalu, panti asuhan...” kata Ryan binggung. Ibu Shi An mengaku tidak meninggalkannya.
“Aku tahu ini mungkin terdengar seperti alasan, tapi ketika aku sadar, waktu sudah lama berlalu. Aku mencarimu kemana-mana layaknya wanita gila dan menanyakan kabar apa pun tentang kau tapi tidak dapat menemukanmu. Aku tidak pernah meninggalkanmu, Yoon Jae. “ tegas Ibu Shi An.
“Maaf... Meninggalkanmu sendirian di tempat asing, kecelakaanku, dan tidak dapat menemukanmu, maaf untuk itu semua. Sesudah aku kehilanganmu, aku menjalani seluruh hidupku dengan penyesalan... Seluruh hidupku.” Ungkap Ibu Shi An.
“Ini semua mungkin tampak hanya alasan bagimu, kau masih bisa membenci dan mengutukku semaumu. Seperti ini, aku hanya meminta izinmu untuk membiarkan aku melihatmu dari jauh... Yoon Jae... Aku... harus pergi. Maaf.” Ucap Ibu Shi An. Ryan hanya diam saja. 



Duk Mi melihat Ryan hanya duduk di ruangan sendirian lalu mendekatinya, Ryan langsung bersadar dibahu pacarnya. Duk Mi bertanya kenapa Ryan  kembali. Ryan memohon agar membiarkan untuk bersandar dibahunya. Duk Mi bertanya apakah Ryan sudah bertemu dengan Ibu Shi An.
“Bisakah aku bertanya apa yang kalian bicarakan?” tanya Duk Mi penasaran.
“Kata-kata yang ingin aku percaya tidak mungkin benar. Dia tidak meninggalkanku. Rupanya, dia kehilanganku.” Cerita Ryan.
“Lalu, bagaimana dengan ingatanmu di panti asuhan?” tanya Duk Mi, Ryan mengaku tak tahu karena Versi yang diketahuinya sangat berbeda.
“Aku tidak bisa membenci atau memahami dia.” Jelas Ryan kebingungan.
“Dulu kau masih kecil, ingatanmu bisa salah. Alih-alih berfokus pada ingatan, mari rasakan ketulusannya. Akan lebih baik jika bisa.” Kata Duk Mi 

Eun Gi terdiam disungai Han, teringat kenangan dengan Duk Mi dari masa SMA lalu menghiburnya saat hanya mendapatkan mendali perak. Lalu Ia mengungkapkan perasaan pada Duk Mi yang saat itu sudah menjalin hubungan dengan Ryan.
“Kau adalah teman seumur hidupku. Senang bertemu denganmu lagi.” Ucap Duk Mi saat minum bersama dengan Eun Gi di minimarket.
Eun Gi hanya bisa terdiam dengan semua kenangan dengan Duk Mi. 

Duk Mi melihat lukisan milik Lee Sol berkomentar  Gambar tidak bohong, saat itu ponselnya berdering. Wajah Duk Mi terlihat gugup karena Eun Gi yang menelp akhirnya mengangkatnya. Eun Gi dengan nafas terengah-engah menyuruh agar keluar. Duk Mi binggung
“Aku di depan rumahmu. Ayo keluar Sebentar.” Kata Eun Gi. Duk Mi melihat Eun Gi datang sambil berlari.
“Kau mungkin pingsan dan mati jika berlari seperti itu di malam hari.” Keluh Duk Mi
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan... Selamat ulang tahun. Hari ultahmu akan tiba.” Kata Eun Gi
“Tapi, kenapa kau datang dengan tangan kosong?” keluh Duk Mi. Eun Gi mengaku punya hadiah ulang tahun.
“Aku...”kata Eun Gi bangga menunjuk dirinya, Duk Mi mengeluh mendengarnya.
“Aku baru saja kembali sebagai temanmu. Nam Eun Gi, yang sudah jadi sahabatmu selama 33 tahun. Aku benar-benar malu mengatakan ini, tapi, apa kau ingat saat aku lari dari rumah karena tidak ingin menjadi atlet? Apa kau ingat menjambak rambut dan menyeretku pulang?” ucap Eun Gi
“Aku tidak percaya kau masih ingat.” Kata Duk Mi menahan tawanya.
“Aku bilang bahwa kau tidak berarti bagiku saat itu, dan kau sering memukulku. Kau bilang padaku untuk tidak mengatakan itu kepada keluarga.” Ucap Eun Gi. Duk Mi mengingat.
“Itu  Sangat sakit sampai aku ingin menangis,tapi aku hanya bisa tersenyum. Ketika kau bilang aku adalah keluargamu. Aku merasa sangat bersyukur. Aku merasa bahwa aku harus tetap seperti itu dengan kau tanpa berubah untuk waktu yang lama.” Akui Eun Gi
“Tapi,... aku tumbuh menyukaimu. Itulah yang sebenarnya. Lalu, aku menyadari sesuatu sementara kita menghabiskan waktu terpisah. Aku hanya suka saat kau tersenyum. Bahkan jika bukan aku orang yang ada di sampingmu” ucap Eun Gi
“Bahkan jika kau seorang fan-girl, atau ada pria lain di sampingmu. Selama kau bahagia, dan kau tersenyum, itulah yang membuatku paling bahagia. Keluarga bisa seperti itu, bukan? Temanku, yang sangat berani dan memiliki senyum yang sangat cantik, Sung Duk Mi.” Kata Eun Gi memegang bahu Duk Mi.
“Maaf karena membuatmu merasa tidak nyaman selama ini. Aku sangat menyesal. Apa kau akan menerimaku sebagai temanmu sekarang?” kata Eun Gi
“Eun Gi... Terima kasih sudah mengatakan itu Dan terima kasih sudah kembali. Kau masih harus memberiku hadiah ulang tahun.” Ejek Duk Mi memegang bahu Eun Gi juga.
Eun Gi kembali memberitahu kalau ia sebagai hadiah untuk Duk Mi, Duk Mi mengeluk kalau tak ada gunanya Eun Gi untuknya. Eun Gi berkata kalau Seekor harimau lebih kuat dari singa dengan nada mengejek.
Duk Mi  pikir  akan membawa Singa kemari. Eun Gi tak takut menyuruh Duk Mi membawanya saja dan akan membantingnya. Duk Mi mengeluh kalau itu gila. 
Bersambung ke part 2

 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar