PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 24 Mei 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 13 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Sun Joo sedang menemani Joo Hyuk membuat lagu, lalu berpikir nada sebelumnya lebih baik. Joo Hyuk mulai kembali memainkan gitarnya,   Sun Joo pikir yang tadi terdengar lebih baik dan memiliki efek yang lebih kuat. Joo Hyuk menatap Sun Joo dengan tatapan serius.
“Direktur.. Jangan terlalu memikirkannya.”kata Joo Hyuk. Sun Joo pikir  harus memikirkannya.
“Tidak, bukan soal lagu ini... Soal PD-nim. Kau selalu memaafkanku setiap kali aku memecahkan cangkir. Padahal kita tidak punya hubungan. Tapi PD-nim adalah keluargamu. Bukankah lebih mudah memaafkannya?” kata Joo Hyuk.
“Joo Hyuk... Jangan kaget, dengarkan aku. Sangat mudah memaafkan seseorang jika tidak memiliki harapan sama sekali. Artinya aku tidak punya harapan sama sekali... kau akan pandai bekerja di kafeku. Tapi untuk Seung Min, aku sangat mencintainya.” Jelas Sun Joo
“Tapi, akhirnya dia mengkhianatiku Jadi, sulit memaafkannya. Jika seorang pria membuat wanita menyesal sudah mencintainya, dia layak mati.” Kata Sun Joo marah
“Apa kau ingin dia menghilang tanpa meninggalkan jejak Apa kau ingin menyingkirkan semua kenangan yang kau miliki tentang dia seolah-olah dia tidak pernah ada?” tanya Joo Hyuk. Sun Joo terdiam seperti tak ingin suaminya hilang.
“Pemeran utama wanita, Lee Seon Joo, tiba-tiba menyadari perasaannya. Dan dia memutuskan untuk memaafkan pemeran utama pria bodoh, Kang Seung Min.” Ucap Joo Hyuk tiba-tiba bernyanyi seperti mendongeng.
Sun Joo mengeluh mendengarnya,  Joo Hyuk pikir Seharusnya ada lagu seperti ini. Sun Joo bisa tertawa mendengarnya dan meminta Joo Hyuk Jangan bertingkah. Tapi Joo Hyuk terus mengodanya meminta Sun Joo   Tersenyum. Diluar cafe, diam-diam Seung Min ikut mendengarnya dengan senyuman. 



Ryan duduk diam sendirian, ingatan kembali saat masih kecil menahan tangan ibunya. Tapi ibunya malah mendorongnya dan mengaku kalau bukan ibunya.  Ia mengingat kembali saat Shi An memperkenalak kalau ibunya dan ternyata itu adalah ibu kandungnya juga.
Saat Ibu Shi An datang ke ruangan memanggil Shi An, Saat itu Ryan terlihat sangat shock. Duk Mi melihat dari jauh akhirnya duduk didepanya, sambil bertanya apakah mengganggunya dan bisa beri tahu  jika ingin sendirian karena ia ta masalah. Ryan menatap DukMi
“Direktur... Kau tahu, bukan?” ucap Duk Mi, Ryan kaget karena Duk Mi bisa mengetahuinya. Duk Mi mengaku tahu secara kebetulan.
“Rasanya sedikit aneh. Aku berusaha keras untuk menemukannya selama tiga tahun terakhir, tapi aku tidak bisa menemukan petunjuk. Tapi dia tiba-tiba muncul entah dari mana. Itu tidak terasa nyata. Rasanya seperti bohong. Aku tidak bisa untuk menyadarkan kepalaku di sekitarnya.” Kata Ryan.
“Jika kau tidak ingin membicarakannya sekarang,Tidak perlu... Katakan padaku jika kau perlu waktu untuk berpikir sendiri. Apa kau mau melakukan itu? Sekarang jam 10 malam... Jadi, aku akan memberimu 12 jam sampai besok pagi.” Kata Duk Mi
“Ini akan sulit, tapi aku akan mencoba yang terbaik untuk memberimu ruang. Sampai jumpa besok pagi.” Kata Duk Mi akhirnya membiarkan Ryan sendirian. 


Ryan mengemudikan mobilnya, teringat saat memberitahu Dokternya.
“Aku melihat seseorang menggambar lukisan itu sebelum aku menjadi Ryan. Saat itulah aku Heo Yoon Jae.”
Ryan saat masih kecil melihat ibunya yang sedang melukis, dan ia sedang bermain balon sabun. Ia yakin kalau pelukis Lee Sol  mungkin seseorang yang di kenalnya. Ryan mengingat kembali yang dikatakan Shi An sebelumnya.
“Aku ingin mengembalikannya kepada ibuku. Namanya, Lee Sol.” Ucap Shi An lalu ibu Shi An memanggil anaknya saat masuk ruangan.
“Dia mungkin ibuku.” Akui Ryan sebelumnya pada Ryan tentang Lee Sol
“Bahkan jika kau bilang kau baik-baik saja, hatimu tidak. Karena itu tidak bisa baik-baik saja.” Kata Duk Mi yang membiarkan Ryan bersandar dibahunya. 


Duk Mi melihat cafe Sun Joo yang sudah tutup. Eun Gi datang melihat kalau Duk Mi datang untuk minum dan berpikir Sun Joo tidak pernah ada ketika dibutuh. Duk Mi pikir Hal yang sama berlaku untuknya, karena tidak ada ketika membutuhkan teman.
“Bisakah kutarik perkataanku? Bagaimana kalau kita bicarakan masa lalu?” ucap Eun Gi. Akhirnya mereka pergi ke minimarket
“Apa yang kau inginkan untuk hari ulang tahunmu?” tanya Eun Gi. Dk Mi pikir mereka beli hadiah untuk orang tua mereka mulai tahun ini.
“Aku terlahir terlalu cantik berkat mereka.” Kata Duk Mi, Eun Gi setuju dengan usulan Duk Mi
“Eun Gi... Pernahkah kau penasaran soal ayahmu?” tanya Duk mi, Eun Gi mengaku tidak, Tapi Duk mi tahu kalau Eun Gi itu Pembohong karena itu tak mungkin
“Bahkan jika bohong, maka aku akan terus berbohong sampai aku mati. Aku tidak ingin tahu sama sekali.” kata Eun Gi. Duk Mi ingin tahu alasanya.
“Aku hidup baik-baik saja tanpa dia. Jika aku mulai penasaran, sepertinya aku merindukannya.” Ucap Eun Gi
“Bukankah wajar untuk merindukannyadan ingin tahu soal dia?” komentar Duk Mi
“Ya, itu wajar. Tapi kenapa dia tidak ingin tahu tentang aku? Kenapa dia tidak merindukanku?” kata Eun Gi
“Maafkan aku... Dan aku tidak bisa memprediksi bagaimana perasaanku. “ kata Duk Mi sedih
“Aku akan kesal jika aku tahu bahwa dia hidup sulit. Tapi aku juga akan kesal kalau tahu dia hidup dengan baik. Aku mencoba memikirkan yang mana yang mungkin lebih baik, tapi aku hanya menghapusnya dari kepalaku karena sangat rumit.” Akui Eun Gi
“Kenapa kau tidak pernah bilang ini padaku? Aku merasa bersalah.” Komentar Duk Mi.
Eun Gi pikir untuk apa, karena  Orang Tua Duk Mi dan Juga Duk Mi  memperlakukan dirinya dengan sangat baik dan memberi segala yang dibutuhkan Jadi, rasanya seperti tindakan pengkhianatan untuk berbicara soal ayah kandungnya.
“Eun Gi, brengsek... Apa kau benar-benar berpikir ibu dan ayahku tidak akan bisa mengerti kau?” keluh Duk Mi
“Itu sebabnya. Itu sebabnya aku hanya brengsek untukmu bukannya pria. “ kata Eun Gi dan melihat Duk Mi pergi bertanya apakah mereka tidak lagi bernostalgia.
“Ya... Maka, aku akan pergi sekarang.” Ucap Duk Mi lalu melangkah pergi sambil mengumpat marah.
“Kau adalah teman yang menghabiskan seluruh hidupku Senang bertemu denganmu lagi..” Kata Duk Mi kesal 




Ryan kembali ke rumah melihat Shi An menunggu didepan rumahnya, lalu teringat kembali saat pertama kali  bertemu. Shi An bertanya apakah mengenal Lee Sol. Ryan mengaku memiliki lukisan itu secara kebetulan.
Flash Back
Shi An meminta agar merahasiakan ini kalau lukanya ibu bohongan bahkan mabuk dirumahnya. Shi An juga sengaja memesan ayam goreng dengan kartu kreditnya.
“Ini adalah hubungan yang sangat istimewa. Tidak, ini takdir.” Ucap Shi An yakin saat di studio Da In.
Ryan seperti tak bisa menerima kalau adiknya adalah Shi An, lalu berjalan masuk. Shi An memanggil Ryan dengan penuh semangat, tapi Ryan acuh merasa kalau Sudah larut jadi meminta bicara lain kali. Shi An pikir  Ada sesuatu yang lupa dikatakan sebelumnya. Ryan tak peduli segera masuk rumah, Shi An pun terlihat binggung. 


Duk Mi merasa tak enak hati seperti ingin menelp Ryan tapi menahanya karena pacarnya itu ingin sendirian. Tiba-tiba Ibunya menelp  bertanya apakah ada di rumah dan Sendirian. Duk Mi membenarkan, Ibu Duk Mi mengeluh kalau Wanita dewasa harusnya tidak sendirian di rumah pada malam hari.
“Kau harus bersama Direktur....  Lupakan. Bukan tugas Ibu untuk beri tahu kau apa yang harus dilakukan. Pokoknya, Eun Gi bilang dia sibuk pada hari ulang tahunmu tahun ini.” Kata Ibu Duk Mi, Duk Mi bingung kalau Eun Gi mengatakan itu.
“Jadi, kau harus menghabiskannya dengan Direktur tahun ini dan beri aku istirahat.” Udap Ibu Duk Mi
“Ibu harus istirahat karena Ibu sudah memasak makanan ulang tahunku selama 33 tahun. Aku akan mentraktir Ibu ke prasmanan hotel tahun ini.” Kata Duk Mi
“Sebenarnya, aku ingin tahu kapan ultah Direktur” ucap Ibu Duk Mi, Duk Mi mengeluh kenapa ibunya harus menanyakan hal itu.
“Ibu mungkin tidak harus memasak buat kau, tapi Ibu harus memasak buat dia. Dan bisakah kau juga menanyakan tanggal ultahnya juga?” kata Ibu Duk Mi. Duk Mi pikir akan menutup telepon sekarang.


“Aku akan melihat apa mereka cukup berjodoh.” Kata Ibu Duk Mi merasa khawatir.
“Tidak perlu. Sudah jelas mereka ditakdirkan, sama seperti kau dan aku.” Kata Tuan Sung. Ibu Duk Mi meminta agar Jangan anggap itu sebagai lelucon.
“Direktur mungkin tidak tahu kapan tepatnya dia dilahirkan.” Kata Sindy, Ibu Duk Mi binggung kenapa seperti itu.
“Dia diadopsi. Aku dengar dia diadopsi ke AS waktu kecil.” Cerita Sindy. Ibu Duk Mi kaget mendengarnya.
“Syukurlah dia tumbuh jadi pria hebat.... Syukurlah. Aku yakin dia dibesarkan oleh orang tua yang luar biasa Ada banyak orang baik di dunia ini.” Kata ibu Duk Mi. Sindy seperti menyesal karena terlalu blak-blakan. 

Da In sedang sibuk berkerja di cafe,  Eun Gi menelp mengaku sebagai Direktur Nam. Da In yang tak tahu bertanya Galeri yang mana. Eun Gi mengaku Direktur Nam dari Choikang Judo. Da In teringat Tuan Pecundang
“Wah.... Lihat siapa yang berbicara. Aku bukan pecundang yang muntah sesudah mabuk.” ejek Eun Gi
“Ada perlu apa kau menghubungiku?” tanya Da In. Eun Gi bertanya sedang apa. Da In mengaku sedang bekerja.
“Apa Kau bekerja sesudah melupakan dari Ryan?” ejek Eun Gi. Da In mengaku  mungkin sudah melupakannya, tapi mereka masih memiliki hubungan.
“Persahabatan di antara kami mungkin sungguh berlangsung lebih lama. Jangan larut dalam kesedihan terlalu lama. Katanya lebih baik melajang.” Ucap Da In
“Kau terdengar terhibur karena suatu alasan.” Komentar Eun Gi Da In. mengaku Daripada terhibur,tapi tidak kesepian.
“Ini seperti memiliki seorang kawan. Hubungi aku kapan saja kau ingin minum. Aku senang membalas budi.” Ucap Da In
“Aku sangat suka minum, tapi aku tidak mau. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Aku harus berpikir dengan pikiran jernih.” Ucap Eun Gi. Da In pun memberikan semangat. Eun Gi seperti tak yakin kalau itu mengangap teman. 


Ryan mengangkat telp dari Duk Mi, Dan Duk Mi seperti sedang mengetuk pintu kamarnya. Ryan mengeluh kalau sedikit terlambat untuk panggilan bangun. Duk Mi memina agar membuka pintu. Ryan binggung mendengarnya.
Duk Mi sudah ada didepan rumah dan langsung memeluk erat Ryan mengaku  12 jam terlalu lama,  jadi menyerah. Ryan mengucap syukur karena  hampir menyerah duluan jadi harus mengulur waktu sedikit lebih lama. Duk Mi pikir kalau memang cukup bertahan.
“Apa kau sudah sarapan? Bahkan jika sudah, katakan saja belum.” Duk Mi, Ryan mengangguk. 

Duk Mi makan dengan lahap, Ryan menatapnya. Duk Mi mengaku Menunggu dan penasaran butuh banyak tenaga. Ryan mengoda kalau Duk Mi  menyerah karena lapar dan bukan karena merindukannya. Duk Mi yang kesal mengaku kenyang jadi tak mau makan lagi.
“Tidak, Ayo kau makan lagi” ucap Ryan lalu merasa kalau belum pernah mengatakan kalau Duk Mi terlihat cantik saat makan
“Apa kau tidak akan bertanya tentang aku dan dia?” tanya Ryan heran.
“Kau beri tahu aku sebelumnya, kalau jangan membuat keputusan soal Eun Gi dengan tergesa. Jadi Kau jangan membuat keputusan tergesa juga. Jangan lupa bahwa kau memiliki seseorang di sisimu. Mengerti, kan?” ucap Duk Mi.
Ryan menganguk mengerti lalu menatap Duk Mi dan ingin menciumnya, Duk Mi menahanya karena baru saja minum Espresso karena nanti akan pingsan. Ryan menyuruh Duk Mi agar membilas mulutnya. Duk Mi menolak sambil tersenyum. 


Sindy memberikan berkas pada Duk Mi yaitu  perkiraan mengenai merchandise pameran, dengan Mempertimbangkan permintaan serta biaya produksi dan harga jual, target pelanggan sebagian besar adalah wanita di pertengahan 20-an hingga akhir 40-an.
“Kesimpulannya, harga yang wajar akan sekitar 25.000 won.” Kata Sindy, Kyung Ah dan Yoo Sub menatap tak percaya mendengar pejelasan Sindy.
“Aku putri dari kepala TK Trading. Ekonomi adalah mata pelajaran wajib yang aku pelajari.” Kata Sindy bangga
“Kerja bagus. Hyo Jin, bisakah kau melakukan hal yang sama untuk daftar karya seni dan post-card juga?” kata Duk Mi. Sindy menganguk mengerti. 

Duk Mi mengangkat telpnya, Shi An memberitahu kalau ia yang menelp. Duk Mi tak bisa menutupi rasa bahagia, lalu mencoba menahan emosinya. Shi An meminta bantuan Duk Mi dan meminta waktu untuk bicara. Duk Mi bertanya apakah hanya mereka berdua.
Akhirnya Duk Mi pergi ke parkiran dan Shi An sudah menunggunya. Shi A mengaku tahu Duk Mi pasi sibuk, jadi minta maaf harus memintanya bertemu. Duk Mi mengaku tak masalah karena tidak akan pernah melewatkan pertemuan dengannya mencoba tak terlihat mengebu-gebu.
“Sebenarnya soal Direktur Ryan” ucap Shi An, Duk Mi terlihat gugup mendengarnya.
“Sepertinya dia kesal dengan pameran. Aku tidak mencoba membodohi siapa pun, tapi itu kebenaran yang aku bohongi.” Ucap Shi An.
“Aku yakin tidak. Dia tidak akan marah pada hal seperti itu.” Kata Duk Mi, Shi An seperti tak percaya mendengarnya. Duk Mi menyakinkan.
“Aku ingin berpartisipasi dalam pameran ini untuk Ibuku. Tangan dia kecelakaan secara tidak sengaja sebelum dia melahirkanku dan itu mengakhiri karirnya sebagai seorang seniman.” Cerita Shi An
“Kecelakaan?” kata Duk Mi teringat saat membantu Ibu Shi Ah yang lemas terlihat ada luka dibagian tanganya.
“Satu-satunya karya seni yang dilukisnya sebagai Lee Sol adalah gelembung. Kakekku menyingkirkan mereka semua sehingga dia bisa melupakannya. Itu benar-benar membuatnya marah. Lukisan-lukisannya adalah satu-satunya kenangan yang tersisa, jadi, itu menghancurkan hatinya.” Cerita Shi An sedih
“Dia selalu menjadi penggemarku, jadi, aku ingin menjadi penggemar Ibuku kali ini. Aku akan menghargai jika kau membantuku memenuhi mimpinya.” Ucap Shi An.
Duk Mi berjanji akan melakukanya, Shi An pun mengucap syukur. Dan menaruh kepercayaanku padanya. Duk Mi mengangguk. Shi An pun masuk mobil dengan wajah tersenyum. 


Da In memberikan konsepnya dan meminta komentar Ryan dari telp. Ryan mengaku Konsepnya sepertinya bagus menurutnya Ini lebih intuitif seperti yang disebutkan sebelumnya, Ia pikir Sepertinya Da In  keluar dari keterpurukannya saat itu.
“Seorang jenius seperti aku tidak pernah mengalami keterpurukan. Kau tahu aku seorang seniman media top, Choi Da In, kan?” kata Da In bangga. Ryan setuju dengan hal itu lau menutup telp.
Ryan melihat lukisan gelembung kembali ingatan datang saat bermain gelembung di atap rumah dan memanggil ibunya. Lalu ibunya masuk kembali ke dalam rumah. Ia melihat  [DAFTAR KARYA SENI YANG DIPAMERKAN] lalu menerima sebuah telp dan terlihat gugup. 

Duk Mi melihat sebuah lukisan Lee Sol lalu bertanya-tanya “Kenapa dia menggambar sembilan lukisan soal gelembung?” Ia mencoba mengingat saat pergi dengan Ryan mulai dari naik Viking, Taman Hiburan, Gelembung, Anak-anak.
“Dia selalu menghargai hal yang disukai Yoon Jae di dalam hatinya.” Gumam Duk Mi
Ryan duduk sendirian di ruangan, Duk Mi bertanya apakah ada masalah dengan wajah cemberut. Ryan memberitahu kalau Ibu Duk Mi tadi menelp aklau mengingatkan bahwa ini adalah hari ulang tahun Duk Mi. Duk Mi mengeluh dengan sikap ibunya.
“Dia bilang kepadaku bahwa kau berencana makan malam dengan pacarmu hari itu. Tapi, aku tidak mendengar apa-apa. Apa kau punya pacar lain?”ucap Ryan kesal
“Aku hanya tidak bilang apa-apa karena aku tidak ingin mengganggumu. Aku punya rencana sendiri juga.”ucap Duk Mi
“Bagaimana mungkin kau tidak menyebutkan apa pun soal hari ulang tahunmu seperti itu? Kau bahkan meninggalkanku sendirian selama 10 jam kemarin.” Keluh Ryan
“Kau bilang kau ingin sendirian kemarin. Aku bahkan pergi satu jam lebih awal hari ini untuk menyapa.” Balas Duk Mi
“Namun, bagaimana mungkin kau tidak menelepon atau mengirim pesan teks sepanjang hari?” kata Ryan kesal
“Baik. Kedepannya, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian, tidak peduli sekeras apa pun itu. Aku bahkan akan mengikutimu ke kamar mandi kedepannya... Jangan menyesalinya.” Kata Duk Mi, Ryan pun menerimanya. Dengan senyuman
“Oh, ibumu bertanya padaku soal tanggal dan waktu kelahiranku.” Kata Duk Mi. Ryan bertanya  Untuk apa?
“Yah, sepertinya dia membutuhkan informasi itu untuk sesuatu.” Ucap Duk Mi
“Kenapa dia butuh waktu kelahiranku?” kata Ryan. Duk Mi mengaku Ibunya adalah penggemar fortunetelling.
“Itu mungkin untuk kompatibilitas pernikahan kita... Maksudku, hanya karena keingintahuannya akan filsafat Timur.” Kata Duk Mi panik tak ingin Ryan merasa terganggu.
“Aku tahu apa kompatibilitas pernikahan juga.” Kata Ryan. Duk Mi merasa tak enak hati karena Ibunya cenderung terburu-buru.
“Tapi Harus bagaimana ini? Aku tidak tahu waktu kelahiranku.” Uap Ryan. 



Duk Mi terlihat ikut sedih lalu bertanya kapan ulang tahunnya. Ryan mengaku September dan itu Harinya diadopsi. Duk Mi bertanya apakah Ryan tidak penasaran soal hari ulang tahunmu yang sebenarnya dan Haruskah mencari tahu kapan ulang tahun yang sebenarnya.
Duk Mi teringat yang dikatakan Ibu Shi An “Itu nama yang gagal aku lindungi. Ini lukisan yang gagal aku lindungi.”
“Aku tidak memintamu untuk memaafkannya. Sesudah bertemu dengannya, mungkin lebih sulit untuk dipahami, dan bahkan mungkin membuatmu lebih marah. Tapi Tetap saja, kau harus bertemu dengannya secara pribadi... Bahkan jika kau tidak mau, aku selalu berada di sisimu. Aku bisa membantumu membalas dendam juga.” Kata Duk Mi memberikan dua kepalan tanganya.
“Apa Itu saja? Tampaknya sedikit terlalu lemah.” Ejek Ryan, Duk Mi kembali mengangkat dua tanganya.
“Aku akan memberitahumu sesudah bertemu dengannya. Tadi malam, aku berpikir soal kenapa aku menangis saat pertama kali melihat lukisan itu.” Kata Ryan memegang tangan Duk Mi yang mengepal.
Flash Back
Ryan menatap lukisan ibunya dan terasa air matanya mengalir, lalu saat akan pergi seperti ingatanya kembali datang saat sedang bermain bola sabun dengan ibunya.
“Itu adalah kebahagiaan dan kerinduan. Itulah emosi yang kurasakan saat melihat lukisan itu. Aku tahu itu hanya emosi sesaat. Kenyataan bahwa aku adalah anak terlantar tetap tidak berubah. Tetap saja, aku ingin maju sekarang. Aku bahkan memiliki seseorang yang akan memegang tanganku dan berjalan bersamaku. Meskipun tidak mudah.” Kata Ryan
“Aku yakin semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Duk Mi menyakikan Ryan. 



Ryan terlihat gugup lalu menekan bel rumah, Ibu Shi An keluar kaget melihat Ryan datang lalu berpikir datang untuk bertemu Shi An dan memberitahu kalau belum pulang. Ryan menagku perlu menunjukkan sesuatu. Ibu Shi An terlihat binggung.
Di rumah Duk Mi mencoba mengetik tentang lukisan Lee Sol “Meski rapuh, gelembung melambangkan mekarnya harapan. Gelembung melambangkan mainan anak-anak. Dan seseorang menatap gelembung itu dengan hangat.”
Ryan mengajak Ibu Shi An melihat lukisan Lee Sol diruangan. Ibu Shi An mengaku kalau Shi An sudah memberitahu kalau menyukai juga lukisan Lee Sol dan itu sebabnya menyarankan untuk melakukan pameran.
“Ada yang ingin aku.. Mungkinkah, Apa kau ingat... nama "Yoon Jae"? Aku Yoon Jae... Heo Yoon Jae.” Akui Ryan. Ibu Shi An tak bisa berkata-kata hanya ada ari mata tergenang di matanya.
Duk Mi menuliskan caption baru dibawah lukisan Lee Sol “Dan seseorang menatap gelembung itu dengan hangat. Lukisan ini menunjukkan kasih seorang ibu.”
Bersambung ke episode 14

 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar