PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 24 Mei 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 13 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ryan Gold bersandar di bahu Duk Mi sambil memejamkan mata bertanya apakah kepalanya tak terasa berat karena Sepertinya lengannya lelah. Duk Mi menyangkal kalau tak berat sama sekali karena Kepala Ryan  lebih ringan dari yang dikira.
“Terima kasih sudah berbagi rahasia saat kau sulit.” Ucap Duk Mi merasa jadi orang yang dipercaya
“Aku juga berterima kasih. Sudah jadi orang yang bisa kuajak bicara dengan nyaman. Itu rahasia yang aku jaga untuk diri sendiri selama tiga tahun. Sesudah aku keluarkan, rasanya sangat lega.” Ungkap Ryan. Duk Mi tak percaya mendengarnya.
“Aku akan pinjamkan telingaku lagi setiap kali kau butuh.” Kata Duk Mi dengan senang hati
“Kau sudah pinjamkan aku tanganmu, dan bahkan telingamu. Lalu Apa yang harus aku pinjamkan?” ucap Ryan mengoda.
“Itu, aku akan cari tahu. Bisa bukan kau tulis surat promes atau semacamnya?” kata Duk Mi lalu berdiri.
Ryan bertanya apakah Duk Mi akan pergi, Duk Mi menganguk. Keduanya berjalan keluar dari ruangan dengan lukisan Lee Sol yang ada dalam ruangan seperti penuh misteris. Duk Mi memberitahu Ryan  akan mengantarnya pulang malam ini.
“Bagaimana kau akan mengantarku?” tanya Ryan. Duk Mi menjawab dengan mobil Ryan.
“Bagaimana bisa itu kau sebut mengantarku? Aku akan mengendarai mobilku ke rumahku.” Ejek Ryan.
Duk Mi balas mengoda apakah Duk Mi tak mau, Ryan mengaku pasti mau lalu keduanya berjalan sambil berpelukan.



 [EPISODE 13: SELALU BERSAMAMU, BAHKAN SAAT KAU SENDIRI]
Ryan melihat Duk Mi ikut dengan berpikir kalau akan mengantarnya pulang dan mereka sudah sampai parkiran. Duk Mi beralasan belum sampai didepan rumah, Ryan mengoda kalau Duk Mi ingin mengantar Sampai pintu depan. Duk Mi pikir kalau Ryan menyuruhnya akan pulang saja.
“Hari ini mau main apa?” kata Ryan menahan Duk Mi untuk tak pergi
“Karena kita sudah memainkan yang aku kuasai, malam ini giliranmu.” Kata Duk Mi
“Sesuatu yang aku kuasai?” ucap Ryan mengoda dengan tatapan nakal. Duk Mi terlihat Gugup. 

Didalam lift
Ryan memastikan kalau Duk Mi  sudah janji memainkan sesuatu yang aku kuasai. Duk Mi menegaskan  apa pun itu, tidak akan mudah mengalahkannya. Ryan mengejek dengan pikiran Duk Mi. Saat itu Shi An akan naik lift menyapa Duk Mi dan juga Ryan.
“Dia Ryan Hyeong yang tinggal di lantai atas, dan pacarnya. Dia sangat menyukaiku.” Ucap Shi Ah pada ibunya. Ryan langsung menatap sinis.
“Shi An pasti sangat merepotkanmu.” Kata Ibu Shi An, Shi An pun memberitahu kalau disampingnya itu adalah sang Ibu.
“Senang bertemu denganmu. Aku Ryan Gold.” Ucap Ryan dan Duk Mi memperkenalkan namanya juga.
“Shi An mudah kesepian dan suka ditemani. Dia bukan orang aneh.” Kata Ibu Shi An meminta pengertianya.
“Ibu, kau membuatku terdengar seperti orang aneh.” Keluh Shi An pada ibunya lalu pamit keluar lebih dulu.
“Cha Shi An. Lukisan yang rusak sudah berhasil diperbaiki.” Kata Ryan sebelum pintu lift ditutup. Ryan menganguk mengerti. 


Duk Mi masuk rumah merasa bahagia karena Sudah menduga. Ryan bertanya menduga apa maksudnya. Duk Mi mengaku  penasaran, keturunan dari siapa Cha Shi An sampai setampan itu dan ternyata ibunya sangat cantik jadi sudah menduga itulah kekuatan gen.
“Oh, kau pasti datang ke sini untuk menemui Cha Shi An. Kenapa kau tidak mengikutinya saja?” goda Ryan dengan nada cemburu.
“Apa aku boleh melakukan?” kata Duk Mi bergegas keluar rumah. Ryan langsung menariknya dan memeluk Duk Mi untuk masuk ke dalam rumah. 

Shi An memperlihatkan koleksi lukisan dan tahu kalau itu lukisan milik ibunya. Ibu Shi Ah tak percaya kalau anaknya bisa ingat lukisan-lukisan ini. Shi An pikir pasti karena ibunya sangat kesal. Ketika kakek menyingkirkan lukisan itu tanpa pemberitahuan.
“Aku ingin menemukan mereka semua, tapi tidak mudah. Aku menantikan untuk menemukan sisanya sebelum pameran... Dan Ibu, kakak di lift itu adalah Direktur galeri. Dia sangat terkenal dengan seleranya dalam seni. Dia merekomendasikanku duluan. Dia bilang dia suka lukisanmu dan ingin memamerkannya.” Cerita Ryan penuh semangat.
“Shi An... Ibu benar-benar berterima kasih kau menemukan ini, tapi Ibu tidak mau memamerkan lukisan-lukisan ini. Lukisan ini... Lukisan-lukisan ini...” ucap Ibu Shi An terbata-bata
“Aku tahu... Aku tahu, Ibu... Aku tahu apa yang akan Ibu katakan, tapi bisakah Ibu... Bisakah Ibu sekali saja... Tidak bisakah Ibu egois sekali ini saja?” ucap Shi An memohon.
“Tidak bisa... Dan seharusnya tidak.” Kata Ibu Shi An. Shi An ingin tahu tentang nasibnya sekarang.
“Bisakah Ibu setidaknya memikirkannya demi aku?” kata Shi An. Ibu Shi Ah hanya diam saja. Akhirnya Shi An mengajak ibunya makan saja karena terasa lapar.
“Aku akan berada di luar.” Ucap Shi An membiarkan ibunya sendirian. Ibu Shi An menatap lukisan dirinya hanya bisa menahan tangis. 


Ryan mengajak masuk ke ruangan lukisan Lee Sol, Duk Mi pikir  akhirnya mengerti kenapa Ryan sangat marah padanya ketika memasuki ruangan ini hari itu. Ryan mencoba menjelaskan, Duk Mi merasa tidak menginginkan permintaan maaf.
“Aku hanya ingin beri tahu bahwa aku bersyukur karena dapat kesempatan untuk mengenal dan lebih memahamimu. Dan akulah yang berutang permintaan maaf padamu. Maaf karena tanpa pertimbangan menilai lukisan ini di rumah lelang. Aku tidak bersungguh-sungguh.” Kata Duk Mi
“Aku paham... karena aku mengenalmu dengan baik kini. Dan Juga, kau tidak sepenuhnya salah.” Ucap Ryan
“Apa pendapatmu soal lukisan ini sebagai Direktur museum?” tanya Duk Mi
“Terlihat sedih dan gugup. Gelembung itu bisa meledak kapan saja. Seolah sang seniman mencoba menggambarkan realitas dirinya.” Kata Ryan
“Pendapatku... Daripada gugup memikirkan gelembung itu mungkin pecah. Meskipun terlihat rapuh, mereka terlihat seperti gelembung harapan yang bisa terbang kapan saja ke langit. Lukisan dapat memiliki arti berbeda tergantung pada bagaimana orang memandang mereka.” Komentar Duk Mi
“Kau juga lebih baik bisa melihat lukisan itu seperti demikian suatu hari. Lalu, bisakah aku melakukan sesuatu yang ingin kulakukan?” goda Ryan. Duk Mi binggung apa yang akan dilakukan Ryan. 


Tuan Sung berjalan pulang dalam kegelapan merasakan ada orang yang mengikutinya, tapi tak melihat siapapun. Ia akhirnya bergegas masuk saat masuk rumah, Eun Gi yang menunggu didepan lift kaget melihat Ayah Duk Mi terengah-engah masuk lift.
“Eun Gi, masuk. Cepat... Tutup pintunya.” Kata Tuan Sung. Eun Gi bertanya kenapa, apakah ada masalah.
Saat itu sebuah tangan menahan pintu lift, Eun Gi dan Tuan Sung kaget karena berpikir orang jahat. Tapi ternyata Cindy datang menyapa keduanya. Eun Gi bingung bertanya siapa wanita yang tiba-tiba menyapanya.  Tuan Sung terlihat terjatuh sampai ketakutan. 

Ryan sibuk mengocok kartu Go Stop dengan wajah serius karena Orang-orang memanggilku jenius atas semua yang dilakukan jadi akan membagikan kartu. Duk Mi seperti sudah siap untuk bermain kartu Go Stop lagi dengan Ryan. 

Sindy makan dengan lahap di meja makan, Eun Gi menatap sinis. Ibu Duk Mi memberikan obat untuk suaminya mengeluh pengecut seperti suaminya itu akhirnya kehilangan semua uang dengan melakukan bisnis. Tuan Sung meminta air, istrinya pun memberikan minum untuk suaminya.
“Ibu, siapa anak ini?” tanya Eun Gi sinis. Ibu Duk Mi memberitahu kalau Cindy rekan Duk Mi.
“Aku tinggal disini. Ibu bilang, Ibu akan membiarkan aku menggunakan kamar Sung Kurator jika aku lari dari rumah.”kata Sindy. Nyonya Sung hanya bisa melonggo
“Siapa yang memberitahumu itu? Itu kamarku.”kata Eun Gi menolak. Sindy ingin tahu berapa ahjussi Eun Gi membayarnya. Eun Gi kesal mendengarnya.
“Aku akan bayar dua kali lipat.” Ucap Sindy, Eun Gi kesal mendengarnya. Saat itu Sindy tiba-tiba meminta nambah nasi 3 sendok lagi.
Eun Gi seperti tak bisa menolak akan mengambil 3 sendok lagi lalu tersadar kalau seperti disuruh, akhirnya akan mengambil 4 sendok lagi.


Duk Mi akhirnya sampai rumah mengeluh sambil meniup tangan kesakitan. Ryan melihat Duk Mi akhirnya memberikan ciuman. Duk Mi mengelu kalau Sekarang baru melakukan dan sudah terlambat. Ryan merasa bersalah tetap menciumnya.
“Kau harus pulang, Tuan Ryan Kartu Hiu.” Kata Duk Mi mengejek. Duk Mi tak mengerti maksudnya.
“Kartu hiu... Tonton saja filmnya.”kata Duk Mi lalu bergegas pergi. Ryan terdiam didalam mobil. Duk Mi akan naik tanggan tiba-tiba Ryan kembali datang memeluk Duk Mi dan mengucapkan Terima kasih.

Duk Mi akhirnya masuk rumah hanya bisa terdiam, saat itu Eun G menelp tapi Duk Mi tak ingin mengangkatnya seperti hanya ingin menghindarinya. Akhirnya Eun Gi mengirimkan pesan, Duk Mi kaget melihat Foto Eun Gi dalam kamarnya.
“Apa-apaan ini? Kenapa Hyo Jin ada di sana?” tanya Duk Mi heran, Eun Gi pikir Duk Mi bisa tanya sendiri dan sengaja menekan speaker.  Sindy pun menyapa Duk Mi lebih dulu.
“Hyo Jin, kenapa kau di rumah orang tuaku bawa koper?” tanya Duk Mi heran
“Sebenarnya, aku pulang ke rumah sesudah pulang kerja dan...” cerita Duk Mi 

Flash Back
Sindy pulang ke rumah kaget melihat ibunya yang berjalan seperti setan tanpa kaki, tiba-tiba sudah ada didepanya. Nyonya Eom mengeluh karean Sindy berani melawan perkataannya di depan Mr. Gold. Ia bertanya apakah Sindy masih menganggap sebagai ibunya.
“Ibu, tadi itu...” kata Sindy mencoba menjelaskan tapi Nyonya Eom pikir kalau tadi Sangat mengesankan.
“Kau adalah putriku, jadi wajar kalau semangatmu begitu tinggi. Tapi masalahnya adalah kau menggunakan semangat itu untuk melawanku” sindir Nyonya Eom
“Ibu, itu karena aku benar-benar ingin produkku menjadi hit besar untuk pameran koleksi perayaan ulang tahun kelima.” Jelas Sindy.
“Jadi, apa ini tidak ada hubungannya dengan Cha Shi An?” tanya Nyonya Eom tak percaya
“Benar. Dia tidak ada hubungannya dengan ini.”akui Sindy, Nyonya Eom pun mempersilahkan Sindy dapat melanjutkannya.
“Tapi sebaliknya, kau harus hidup tanpa mobil dan kartu kredimu sampai pameran selesai. Baik, aku akan melakukannya. Kau juga tidak boleh pulang.” Ucap Nyonya Eom. Sindy melotot kaget.
Nyonya Eom memanggil Sek Kim membawa sesuatu. Sindy makin kaget karena ada koper didepanya. Nyonya Eom mendorong Sindy untuk keluar dari rumahnya.


“Itu berarti kita akan dapat mengadakan pameran selebriti jika kau membiarkan aku tinggal di sini.” Jelas Duk Mi
“Syukurlah kita akan dapat mengadakan pameran selebriti, tapi kenapa kau memilih untuk tinggal di rumah ibuku?” keluh Duk Mi
“Bukankah itu pekerjaan kurator senior untuk memastikan pameran berjalan dengan baik?” komentar Sindy, Duk Mi mengeluh mendengarnya.
“Lalu,... Kau harus membiarkan aku tinggal di sini karena itu semua berkatku.” Kata Sindy. Eun Gi langsung mengambil ponselnya.
“Aku tidak berpikir kamar ini baik. Hanya orang gila yang datang ke sini.” Komentar Eun Gi
“Hei, kau menggunakan kamar itu juga.” Komentar Duk Mi. Run Gi pikir dirinya tidak seburuk Duk Mi. Duk Mi berteriak marah.
“Duk Mi. Ibu ingin kau pulang pada hari ulang tahun kita.” Kata Eun Gi dengan wajah gugup.
“Sepertinya aku akan sibuk hari itu.” Balas Duk Mi seperti ingin bersama dengan Ryan. Eun Gi terlihat sedikit kecewa.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan beri tahu Ibu.” Kata Eun Gi lalu menutup telpnya walaupun terasa canggung.
“Ahjussi, jam berapa kau berangkat kerja besok? Ini Dekat dengan galeri tempatku bekerja.” Kata Sindy melihat selembaran milik Eun Gi
“Keberanianmu ini sangat akrab. Dan Juga, jangan panggil aku "Ahjussi".” Kata Eun Gi kesal. Sindy malah makin mengejeknya dengan membandingkan wajah Eun Gi yang asli dengan yang di pamplet. 


Duk Mi menerima telp dari Kyung Ah ditengah malam, Kyung Ah meminta maaf karena menelepon selarut ini. Duk Mi mengaku tak masalah dan ingin tahu kenapa menelpnya. Kyung Ah menjelaskan Daftar karya seni perlu dicetak.
“Bagaimana seharusnya kita memperkenalkan Seniman Lee Sol?” tanya Kyung Ah.
“Oh itu... Untuk sekarang, biarkan... Apa kita akan merevisinya besok?” kata Duk Mi
“Ya, maukah kau melakukannya sendiri?” tanya Kyung Ah,Duk Mi setuju.
“Dan Juga, kita mengadakan penempatan untuk kesembilan karya Lee Sol. Bukankah harus memiliki rencana darurat kalau-kalau kita tidak dapat menemukan semuanya? Tidak mudah menemukan sisanya.” Kata Kyung Ah
“ Kita masih memiliki waktu, jadi ayo terus berusaha. Aku akan melakukan sebisaku, jadi, panggil galeri dan kolektor yang kau kenal juga.” Ucap Duk Mi
“Tentu, aku akan melakukan yang terbaik.” Kata Kyung Ah  lalu menutup telp. 

Duk Mi terdiam mengingat yang dikatakan Ryan “Karena semuanya berawal dari lukisan Lee Sol, jika aku mengumpulkan semua karyanya,</i> Aku mungkin menemukan jawaban berbeda.”
“Apa yang terjadi pada orang yang menciptakan karya seni yang indah? Ayo cepat dan temukan sisanya.”ucap Duk Mi lalu menelp Nyonya Nam untuk mengajak bicara besok.
“Di mana kita harus bertemu?” tanya Duk Mi, Nyonya Nam pikir  akan menghubunginya besok.
“Jika kau tahu soal Seniman Lee Sol atau soal keberadaan lukisan seperti ini, tolong hubungi aku.” Ucap Duk Mi 

Ryan akan pergi ke kantor tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, Ibu Shi Ah tiba-tiba datang. Ryan kaget melihat Ibu Shi An yang datang. Ibu Shi An pikir kalau kedatanganya membuat kaget.
“Jika belum sarapan, silakan makan ini. Aku buat lebih banyak saat memasak untuk Shi An. Aku tidak berbakat di dapur, tapi sandwichku tidak buruk.” Ucap Ibu Shi An.
“Terima kasih. Aku akan menikmatinya.” Ucap Ryan ramah, Ibu Shi An mengaku Ini sebenarnya sebuah permintaan maaf.
“Menilai dari kelakuan Shi An, aku bisa tahu kalau dia merepotkanmu.” Kata Ibu Shi An. Ryan pikir Shi An tidak seburuk itu.
“Sekarang dia tidak tinggal bersama rekan satu timnya, dia sedikit kesepian. Dia memintaku datang ke Korea untuk menemuinya. Aku lega mengetahui bahwa dia punya teman baik sepertimu sebagai tetangga, Terimakasih.” Ucap Ibu Shi An.
Ryan pikir tak masalah, Ibu Shi An melihat Ryan yang  pasti sudah bersiap untuk bekerja jadi mempersilahkan. Ryan menganguk lalu masuk ke rumah menatap sandwich buatan ibu Shi An untuknya. 


Duk Mi sedang bersiap-siap melihat Ryan menelpnya dengan wajah sumringah dan langsung mengangkatnya. Ryan bertanya dimana, apakah Sudah berangkat kerja. Duk Mi mengaku  masih di rumah dan sedang dalam perjalanan keluar.
“Cepat keluar.” Kata Ryan. Duk Mi kaget bertanya dimana keberadaan sekarang lalu bergegas keluar rumah, ternyata Ryan sudah ada didepan rumahnya.
“Syukurlah kau masih di rumah.” Kata Ryan. Duk Mi berpikir kalau terjadi suatu masalah. Ryan mengaku memang Ada masalah.
Duk Mi binggung masalah apa lalu melihat diatas meja ada beberapa sandwich. Ryan memberitahu kalau Ibu Cha Shi An membuatnya langsung. Duk Mi tak percaya dan ingin tahu alasanya.
“Dia Berterima kasih kepadaku karena berteman dengan putranya.” Kata Ryan bangga. Duk Mi sangat sumringah meminta izin Ryan agar bisa mengambil roti sandwich buatan ibu Shi An. 

Duk Mi menuruni tangga terus menatap Ryan disampingnya. Ryan binggung Ada apa dengan semua ini. Duk Mi mengaku hanya melihat singa tampan miliknya. Ryan pikir itu Karena sandwich yang dibuat oleh ibu Cha Shi An. Duk Mi mengelak tapi itu karena Ryan memikirkannya ketika menerimanya.
“Terima kasih.” Kata Duk Mi memberikan hadiah kecupan di pipi pacarnya. Ryan tersenyum, Duk Mi malu karena lipstiknya menempel di pipi.
“Aku suka sesuatu yang adil, buat agar adil.” Kata Ryan menyodorkan pipi yang lain. Duk Mi menolak menurutnya Sekian untuk hari ini.

Keduanya menaiki mobil, Duk Mi sumringah melihat nama  [CHA SHI AN] Ryan hanya bisa tersenyum lalu mengangkat telpnya,  Shi An mengaku   ingin meminta bantuan. Ryan mempersilahkan karena Duk Mi dengan penuh semangat akan memperbolehkanya.
“Aku akan dengarkkan terlebih dahulu.” Kata Ryan tak ingin gegabah.
“Aku ingin mengunjungi galeri bersama ibuku, tapi orang mungkin mengenaliku jika kita pergi selama jam kerja.” Ucap Shi An
“Jadi kau ingin melihat sesudah kami tutup?” kata Ryan. Shi An memohon hanya sekali ini saja.
“Aku akan memikirkan...” ucap Ryan dan tiba-tiba Duk Mi memberikan hadiah kecupan di pipi pacarnya.
Ryan tak bisa berkata-kata karena bahagia, akhirnya memperbolehkan Sekali ini saja. Shi An pun senang hati mengucapkan Terima kasih lalu menutup telpnya. Duk Mi pun mengucapkan terimakasih karena sudah memperbolehkan Shi An.
“Aku harus pulang lebih awal dari gudang cetak hari ini.” Ucap Duk Mi dengan penuh semangat.
“Kau akan jadi penggemar yang sukses hari ini..” ejek Ryan. Duk Mi pikir kalau memang sudah seperti itu. 

Duk Mi melihat Kertas rendezvous sepertinya pilihan terbaik untuk karya ini dan berpikir kalau suka dalam konsentrasi biru yang lebih tinggi dan dengan tone yang lebih cerah. Nyonya Nam datang memanggil Duk Mi, Duk Mi tak enak karena Nyonya Nam tidak harus datang ke percetakan tapi akan menuju ke kantornya.
“Tidak apa-apa. Aku punya beberapa urusan di sini. Ulang tahunmu akan datang, apa yang kau inginkan?” ucap Nyonya Nam
“Apa yang harus aku minta?” kata Duk Mi berpikir. Nyonya Nam meminta Duk Mi mengatakan saja.
“Keinginanmu adalah perintah untukku. Tidak boleh yang terlalu mahal.” Kata Nyonya Nam
“Aku tahu apa yang kuinginkan... Foto asli Direktur dari sampul majalahmu.” Ucap Duk Mi penuh semangat. Nyonya Nam terlihat mencoba menutupi rasa kecewa.
“Kau pasti sangat menyukai pria ini. Baiklah. Kau bahkan dapat memiliki yang tidak dipotong.” Ucap Nyonya Nam. Duk Mi terlihat sangat senang mendengarnya.
“Apa ini daftar karya seni untuk pameran?” tanya Nyonya Nam melihat yang ada ditangan Duk Mi
“Ya... Nyonya Nam, aku ingin bertanya. Apa mungkin, kau pernah mendengar soal seorang pelukis bernama Lee Sol?” kata Duk Mi penasaran.
“Lee Sol? Namanya unik, aku akan ingat jika pernah mendengar soal seniman ini.” Ucap Nyonya Nam
“Lalu, tahukah kau seorang seniman dengan gaya ini dan teknik-teknik ini? Kau memeriksa pameran untuk seniman pemula, jadi kupikir kau akan tahu.” Ucap Duk Mi memperlihatkan lukisan Lee Sol
“Tunggu sebentar. Kupikir aku sudah melihat gaya ini sebelumnya.” Kata Nyonya Nam. Duk Mi penuh semangat mendengarnya.
“Sebenarnya, aku yakin. Aku pernah melihat lukisan seperti ini sebelumnya...Tapi Sial, menopause.” Kata Nyonya Nam kesal. Duk Mi meminta agar memberitahu kalau mengingatnya. Nyonya Nam berjanji.


Duk Mi pergi ke sebuah perpustaakan, Nyonya Nam mengaku sudah ingat kalau selama tahun senior di perguruan tinggi. Tapi Ia tidak ingat namanya, tapi ada mahasiswa baru yang menarik perhatian semua profesor.
“Aku dengar dia pergi untuk belajar di luar negeri sesudah lulus, tapi aku tidak pernah dengar kabar soal debutnya. Ada desas-desus soal kelahirannya. Lukisan-lukisan ini sepertinya mirip dengan miliknya. Apa kau bilang namanya adalah Lee Sol?”
Duk Mi mencari buku dari hasil-hasil lukisan dan melihat gambar dengan teman yang sama, lalu terlihat biodata dibagian bawah   [GONG EUN YEONG, MAHASISWA BARU ANGKATAN 1982] Duk Mi kaget melihat wajah Ibu Shi An saat masih muda. 

Seung Min sedang duduk termenung ditaman bermain. Geon Woo tiba-tiba datang bertanya pada Ayahnya Apa itu cinta. Seung Min terlihat binggung. Geon Woo pikir  Cinta tampaknya sangat sulit. Seung Min bertanya apakah anaknya pernah jatuh cinta
“Dengan Na Young di Kelas Kuning.”akui Geon Woo seperti anak dewasa. Seung Min bertanya Bagaimana perasaan Na Young
“Apa dia juga mencintaimu?” tanya Seung Mi. Geon Woo menceritakan Wanita suka kakak di Kelas Biru karena Dia tinggi dan tampan.
“Maaf... Geon Woo, tidak bisakah kau suka gadis yang lain?”kata Seung Min, Geon Woo mengaku tak bisa.
“Hari ini, aku jatuh di depannya, bahkan dengan sengaja. Karena aku merasa bahagia ketika Na Young tersenyum. Ayah, ini cinta, kan?” ucap Geon Woon berpura-pura jatuh.
“Kau lebih baik dari Ayah.” Komentar Seung Min lalu memberikan minum untuk anaknya. 


Duk Mi terdiam didalam ruangan, teringat saat Shi An memperkenalkan ibunya. Lalu Ryan memperkenalkan dirinya seperti tak sadar kalau didepanya adalah sang ibu yang selama ini dicarinya. Ia mengingat kembali profile [GONG EUN YOUNG, MAHASISWA BARU ANGKATAN 1982]
“Mereka mungkin hanya memiliki teknik melukis yang serupa. Tapi jika Lee Sol adalah Ibu Cha Shi An...” gumam Duk Mi lalu melihat Ryan datang memanggil Yoo Sub.
“Sebelum kau pulang malam ini, bawakan lukisan Lee Sol yang sudah dipulihkan dari ruang penyimpanan ke kantorku.” Ucap Ryan. Yoo Sub menganguk mengerti. Duk Mi menatap sedih melihatnya. 

Duk Mi mengejar Ryan sampai keluar ruangan bertanya apakah  berencana melihat lukisan Lee Sol dengan Cha Shi An dan ibunya. Ryan membenarkan karena berpikir gallery date adalah alasan jadi  mungkin hanya datang untuk melihat lukisan itu.
“Kenapa?” tanya Ryan. Duk Mi binggung menjelaskan lalu mengurungkan niatnya.
Akhirnya Shi An datang dengan ibunya sambil bergandengan tangan, Duk Mi seperti sedih karena Ryan tak menerimanya. Ibu Shi An meminta maaf karena anaknya terus merepotkan Ryan.
“Bukan karena Cha Shi An meminta, tapi itu untukmu... Sandwichmu sangat lezat.” Kata Ryan.
“Kapan kau memakannya?” tanya Shi An heran. Ibu Shi An mengaku mampir pagi tadi.
“Itu bukan untuk dinikmati siapa pun.” Kata Shi An seperti cemburu. Ryan hanya bisa tersenyum. 


Ryan terus menatap ibu Shi An lalu tiba-tiba merasakan sesuatu dalam ingatanya. Shi An berjalan melihat gallery menunjukan karya Jung Yong Hwan. Ibu Shi An meminta agar menjelaskan padanya. Shi An mengaku  Agak rumit untuk dijelaskan.
“Ibu, tunggu sebentar.... Hyung... Apa kau...” tanya Shi An, Ryan tahu kalau pasti tentang Lukisan Lee Sol
“Dapatkah aku melihatnya?” tanya Shi An, Ryan memberitahu  Ada di kantornya. 

Ibu Shi An melihat gambar lukisan dirinya dan terlihat tak bisa menahan rasa harunya. Shi An terdiam begitu juga Ryan, Duk Mi bisa meraskan kalau Ibu Shi An menyimpan sesuatu. Akhirnya Ibu Shi An meminta izin untuk ke kamar mandi. Duk Mi mengikutinya karena akan menunjukkan jalannya.
Di dalam toilet, Ibu Shi An mencoba menenangkan diri agar tak sedih. Tapi saat keluar dari toilet tubuhnya terlihat lemas. Duk Mi menahanya memastikan ibu Shi An baik-baik saja lalu melihat ada bekas luka ditanganya.
“Ya. Aku Sudah begitu lama sejak terakhir kali melihat lukisan itu.” Kata Ibu Shi An.
“Kau Lee Sol, kan? Aku melihat teknik melukis yang mirip dengan Lee Sol dalam buku seni lulusan perguruan tinggi. Dan aku melihat fotomu di sebelahnya.” Kata Duk Mi to the point.
“Tidak... Aku bukan Lee Sol lagi. Itu nama yang gagal aku lindungi. Ini lukisan yang gagal yang aku lindungi. Aku tidak pantas dipanggil dengan nama itu sekarang. Aku tidak ingin itu diketahui. Apa kau mengerti?” kata Ibu Shi An. Duk Mi menganggk mengerti tapi terlihat kecewa.


Shi An berada diruangan bertanya pada Ryan apakan mereak akan dapat menemukan kesembilan lukisan itu. Ryan mengakusangat berharap dapat menemukan mereka semua karena Karyawannya juga mencoba yang terbaik untuk menemukannya.
“Omong-omong, ibuku mungkin minta bantuan secara rahasia.” Ucap Shi An. Ryan bertanya Bantuan apa
“Ibuku tidak suka aku memamerkan lukisan Lee Sol. Jadi, kau harus membujuknya.” Kata Shi An.
“Kenapa dia menentangnya?” tanya Ryan heran. Shi An mengaku Sebenarnya, ingin melakukan ini untuk ibunya.
“Untuk mewujudkan mimpinya. Aku ingin mengembalikannya kepada ibuku. Namanya, Lee Sol. Ibuku memiliki beberapa kenangan menyakitkan tentang lukisan-lukisan itu.” Cerita Shi An.
Ryan kaget ternyata ibu Shi An adalah Lee Sol dan itu artinya adalah ibunya juga. Ibu Shi Ah datang memanggil anaknya, Ryan terdiam den teringat saat masih kecil memanggil ibunya.
“Ayo berhenti mengganggu Direktur, Mereka harus pulang sekarang. Terima kasih untuk hari ini, Direktur Ryan” ucap Ibu Shi An. Ryan tak menjawab hanya memalingkan wajahnya terlihat tak sanggup menatap ibunya. Duk Mi melihatnya juga seperti binggung.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar