PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 18 Mei 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Kyung Ah satu persatu meminta anak-anak memegang gambar dan difoto oleh Sindy. Setelah itu mereka foto bersama dengan gambar masing-masing, seperti semua anak bahagia.
Duk Mi duduk bersama Ryan di ruangan, lalu menaruh tangan diatas mejda dan memberikan krayon. Ryan binggung apakah maksudnya Duk Mi meminta untuk menggambar tangannya. Duk Mi membenarkan. Ini  Bukan sketsa, tapi hanya ingin menggambar menggunakan tangannya. Duk Mi membenarkan.
“Aku Ryan Gold.” Tegas Ryan, Duk Mi tahu karena menurutya ini  menggemaskan dan meminta agar mengunakan Warna merah muda.
Ryan hanya memegang krayon teringat saat ingin melukis pun tak bisa mengambar. Ia ingin menaruh krayon, tapi tangan Duk Mi malah memegang tanganya lalu menuntun tangan Ryan mengambar. Ryan seperti tak percaya melihatnya.
“Wahh.. Sudah selesai... Astaga, tanganku cantik. Bukankah begitu?” ucap Duk Mi bahagia. Ryan mengangguk.
“Sekarang milikiku sudah selesai, saatnya menggambar milikmu. Aku akan menggambarnya. Aku akan menggunakan biru muda. Jangan menolak.” Kata Duk Mi, Ryan pun pasrah digambar tanganya.
“Kau punya tangan yang cantik... Bukankah itu karya seni? Bagaimana kalau menampilkannya di Mono Art Gallery?”goda Duk Mi. Ryan mengaku akan memikirkannya dengan wajah bahagia.
Anak kecil yang tadi kembali datang memanggil Ryan lalu bertanya siapa namanya, Ryan menyebutkan namanya, Tapi Si anak kecil binggung karena asing.
“Kedengarannya sangat aneh. Apa kau tidak memiliki nama Korea?” ucap si anak kecil. Ryan hanya tersenyum akhirnya si anak menuliskan nama Ryan Gold dengan huruf Hanggul  [RAIEON] dengan bentuk love dibelakang.
“Kau pasti senang dicintai.” Goda Duk Mi melihat gambar Ryan. Ryan pikir seperti itu tersenyum melihat gambar wajahnya.
Si anak memegang tangan Ryan meminta agar datang lagi, Ryan menganguk berjanji akan datang lagi. Mereka pun pamit pergi pada pegawai panti asuhan. Sindy pikir ingin naik mobil yang bagus juga dan akan masuk ke dalam mobil Ryan.
“Naik saja apa yang kau naiki saat datang kesini” kata Kyung Ah menarik ke dalam mobil. Sindy cemberut.
Yoo Sub ingin duduk disamping Kyung Ah, tapi Sindy lebih dulu menyuruh Yoo Sub duduk dibelakang karena harus duduk di tempat sebelumnya.

Duk Mi duduk di dalam mobil terlihat bahagia, tapi matanya silau kena matahari. Ryan memberikan kacamata agar Duk Mi memakainya. Duk Mi pikir kalau J mengenakan ini maka Ryan tidak akan dapat fokus mengemudi. Ryan mengaku tak masalah.
“Aku terlihat luar biasa memakai kacamata hitam. Bagaimana?” ucap Duk Mi, Ryan hanya bisa tersenyum.
“Sejujurnya, aku tidak berpikir kau akan datang hari ini. Itu sebabnya aku tidak pernah mengatakannya.” Kata Duk Mi
“Aku senang karena memilih datang. Sekarang aku membuat kenangan indah dengan seseorang yang aku sukai, aku tidak membenci tempat itu seperti dulu.” Ucap Ryan. Duk Mi terlihat bahagia menatap Ryan untuk mengodanya.
“Kau harus melihat ke depan sekarang.” Kata Ryan mulai grogi, Duk Mi menolak.
“Lihatlah pemandangannya.” Kata Ryan, Duk Mi menolak karena suka melihat yang ada didepanya.

“Karya seni ini dibuat pada tahun 1987.”kata Ryan mengoda. Duk Mi mengaku kalau menginginkannya.

Duk Mi menunggu ditepi danau teringat kembali dengan pertanyaan anak tadi, “Ahjussi, siapa namamu? Kedengarannya sangat aneh. Apa kau tidak memiliki nama Korea?” Ryan datang membawakan minuman, keduanya lalu berjalan. Duk Mi berkomentar  Anak-anak tampaknya sangat menyukai Ryan.
“Apa Kau cemburu? Apa yang kau inginkan diriku?” kata Ryan. Duk Mi pikir sekarang itu sudah berlalu.
“Apa kau Ingat saat kali pertama bertemu di rumah lelang? Saat kau bilang apa yang kau katakan tadi... Aku pikir kau sinting.” Ucap Duk Mi, Ryan mengaku sudah mendengarnya.
“Direktur Apa kau benar-benar tidak ingat nama Koreamu?” tanya Duk Mi penasaran.
“Sejujurnya, rasanya seperti nama orang asing. Aku tidak pernah benar-benar menyukai nama itu. Rasanya seperti milik orang lain.” Kata Ryan
“Maafkan aku. Harusnya aku tidak bertanya.”ucap Duk Mi merasa bersalah.
“Yoon Jae... Heo Yoon Jae..” udap Ryan. Duk Mi tersenyum mengaku akan menyukai nama itu, karena itu nama pria yang disukainya dan memanggil nama Heo Yoon Jae.



Ryan mengantar Duk Mi sampai ke depan rumah, lalu mengeluh  Sampai kapan akan melepaskan tangannya. Duk Mi pikir bukan orang yang memegang tangan Ryan.  Ryan pikir kalau kalau harus jadi orang yang melepaskan.
“Apa kau ingin makan malam di sini? Ini Benar-benar makan malam rumahan.”kata Duk Mi yang tak ingin berpisah dengan Ryan. 

Duk Mi dan Ryan membuat adonan sujebi untuk sup yang mereka buat. Tapi keduanya malah saling bermain tepung dengan menghiasi wajah keduanya.  Ryan bertanya Berapa lama mereka harus mendiamkan adonan. Duk Mi pikir  sekitar 30 hingga 40 menit.
“Apa yang akan kita lakukan selama 30 menit?” tanya Ryan, Duk Mi bertanya balik Apa yang ingin dilakukan. Ryan ingin mendekat tapi keduanya kembali bermain tepung.
Setelah 30 menit, Duk Mi membuat sujebi dengan sobekan kecil, Ryan melihat dibelakangnya sambil tersenyum memastikan apakah akan berhasil. Duk Mi yakin bisa lalu keduanya saling menatap dan berciuman. Ryan pikir mereka harus makan sujebi. Duk Mi tak peduli akan makan nanti dan kembali berciuman. Akhirnya Duk Mi dan Ryan makan bersama, Ryan seperti suka makan Duk Mi. 

Ryan pulang ke rumah melihat gambar tangan dengan Duk Mi wajahnya tersenyum bahagia. Sementara Duk Mi melihat hasil foto Ryan saat bermain dengan anak-anak, tiba-tiba ingatanya seperti datang saat dirinya masih kecil.
“Apa itu tadi?” ucap Duk Mi tersadar seperti tak mengingatnya, Pesan dari Ryan masuk mengucapkan selamat tidur. Duk Mi pun membalas mengucapkan selamat malam pada Yoon Jae.
Duk Mi pikir Heo Yoon Jae itu nama yang cantik, lalu teringat sesuatu dan mengetik keyword [CARI ANAK YANG HILANG, HEO YOON JAE, 1993] tapi tak menemukan hasilnya di mesin pencari. 



Eun Gi sedang di dalam tenda menerima telp kalau ada Seorang wanita mabuk Dengan rambut pendek. Ia bisa menebak kalau Sun Joo dan menanyakan tempatnya.  Saat itu dibar bawah tanah, Da In sedang duduk sendirian. Pelayan meminat Da In agar Jangan minum terlalu banyak.
“Hei... Tuan Pecundang.” Sapa Da In saat melihat Eun Gi yang datang. Eun Gi mengeluh dengan panggilan Da In.
“Nam Eun Gi, peraih medali judo.” Kata Si pelayan tak percaya melihatnya. Da In pikir kalau ucapanya itu bisa dibuktika kalau mengenal Eun Gi.
“Kau bilang dia adalah Lee Sun Joo.”keluh Eun Gi, Pelayan mengaku tak mengatakan itu karena hanya bilang dia mabuk dan berambut pendek.
“Ada apa ini?” tanya Eun Gi sinis. Da In memberitahu kalau si pelayan  adalah penggemar Eun Gi.
“Jadi, aku bilang padanya kalau aku kenal kau. Dia tidak akan percaya padaku.” Ucap Da In
Sipelayan mengaku memang pengemarnya dan meminta tanda tangannya. Eun Gi pikir lebih baik memberikan melempar bahu saja. Si pelayan ketakutan dan menolaknya karena akan lebih dari puas dengan tanda tangan. Akhirnya Eun Gi memberikan tanda tangan. 


“Aku menyebalkan, kan?” ucap Da In setengah mabuk. Eun Gi menyidnri akhirnya Da In tahu juga.
“Aku sedang memikirkan apa akan memberitahumu atau tidak. Sejujurnya, aku tidak punya teman.. Teman minum... Aku hanya punya satu teman... Ahh... Tidak... Ada teman yang harus kuanggap temanku, tapi terlalu sulit untuk terus mengaggapnya teman lagi. Apa sekarang kita berteman?” kata Da In.
“Ya terserah. Hanya untuk hari ini. Aku yakin kau akan jadi teman yang menjengkelkan.” Ucap Eun Gi
“Kau menilai karakter dengan baik.” Komentar Da In akhirnya mereka minum bersama. 

Eun Gi mulai mabuk seperti menceritakan masalah, Da In tahu kalau Eun Gi akhirnya mengakui perasaannya dan memuji kalau sangat berani melakukanya karena dirinya sudah menyerah. Eun Gi ingin tahu alasanya.
“Aku sudah kenal Ryan selama 10 tahun, tapi aku melihat ekspresi yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dia benar-benar menyukainya. Dan itu Semakin jelas. Sepanjang hidupku, belum ada apapun yang tidak bisa aku dapatkan atau capai.” Ucap Da In sedih
“Tapi sekarang, hanya ada satu hal yang harus kulakukan. Aku harus Move on. Setidaknya aku ingin Ryan sebagai teman dalam hidupku.” Cerita Da In. 

Da In terbangun dan kaget melihat sudah tidur ditenda dengan Eun Gi tidur hanya mengunakan tissue sebagai alas kepalanya. Ia mengingat Eun Gi memapahnya bejalan sambil memanggil Tuan Pecundang. Eun Gi mengeluh dan meminta agar memberitahu rumahnya. Da In menjawab di Newyork lalu mengajak Eun Gi pergi kesana juga.
“Aku adalah gangguan mabuk. Kenapa aku minum dengan semangat? Aku juga pemabuk yang menyebalkan.” Keluh Da In lalu mengumpat kesal pada dirinya yang sudah gila.
Akhirnya Da In mencoba untuk pergi tapi Eun Gi tiba-tiba berteriak “Perhatian!” Da In terdiam, Eun Gi kembali berbicara “ Harimau dapat menghadapi singa kapan saja.” Da In melihat Eun Gi hanya mengigau lalu bergegas keluar dari ruang latihan.
Ia melihat pesan yang dituliskan Eun Gi “Sesekali aku akan jadi teman minummu, tapi jangan menjengkelkan.” Lalu tersenyum dan berjalan menuruni tangga. 

Kyung Ah memanggil Hyo Jin membahas Survei yang dilakukan cukup baik, tapi  menurutnya pertanyaan yang dibuatnya sedikit terlalu mengarah. Duk Mi menerima telp dari Tuan Yang yang memberitahu kalaupemulihan selesai.
“Ya, kau dapat mengirimkannya langsung kepada kami.” Ucap Duk Mi penuh semangat lalu menutup telp dari Tuan Yang.
“Aku belum pernah mendengarmu sesemangat ini sebelumnya. Apa ada cerita di balik lukisan ini?” kata Tuan Yang  
“Ya, ada cerita bagus di baliknya... Aku akan keluar untuk menjumpaimu pekan depan... Terima kasih banyak.” Ucap Duk Mi di telp
“Apa pemulihan selesai pada bagian yang kau temukan tempo hari? Ini ternyata Tidak butuh waktu selama yang aku duga. Tuan Yang  adalah yang terbaik.” Ucap Kyung Ah, Duk Mi menganguk setuju.
“Apa Kalian tidak penasaran soal pelukis di belakangnya?” kata Yoo Sub. Sindy pikir tahu itu adalah Lee Sol.  Yoo Sub mengeluh bukan itu maksudnya.
“Aku sudah melakukan riset untuk pameran tapi tidak ada apa pun kecuali nama pelukis. Banyak yang sangat penasaran tentang si pelukis.” Cerita Kyung Ah
“Benarkan? Seniman visioner yang menang atas Cha Shi An. Aku bertanya-tanya siapa itu.” Kata Yoo Sub
Duk Mi seperti baru tahu seperti tak peduli dengan penuh semangat ingin memberitahu Ryan saja kalau pemulihan selesai. Kyung Ah pikir Ryan pasti akan senang mendengar berita itu.


Duk Mi teringat saat Ryan melihat Lukisan Lee Sol seperti berbeda dengan tatapan sedih bahkan memohon pada Tuan Yang agar bisa memperbaikinya. Ia masuk ruangan memberitahu Ryan kalau Lukisan Lee Sol sudah sepenuhnya pulih.
“Kapan aku bisa melihatnya?” tanya Ryan. Duk Mi memberitahu Tuan Yang barusan mengirimnya pada mereka.
“Aku akan memastikan kau bisa melihatnya sebelum disimpan.” Jela Duk Mi. Ryan pun mengucapkan Terima kasih.
Duk Mi keluar ruangan kaget melihat Nyonya Eom datang dengan gaya seperti tuan putri masuk istana mengangkat gaunya lalu menyapa semua orang. Kyung Ah dkk pun kaget melihat Nyonya Eom kembali, Ryan pun keluar dari ruangan,
“Tidak... Aku adalah direktur utama Yayasan Budaya TK... Mr. Gold, bisakah Direktur Eom Soo Hye.. bicara denganmu sebentar?” kata Nyonya Eom lalu menyuruh Ryan aga ikut denganya. 


Akhirnya Nyonya Eom duduk di tengah ruangan, Ryan duduk sedikirt gugup. Duk Mi dkk melihat dengan wajah tegang di depan pintu. Nyonya Eom menyindir kalau Untuk berkomunikasi dengan Ryan itu  butuh kualifikasi yang benar atau tepat.
“Sepertinya kau memiliki cara yang tidak biasa untuk berkomunikasi. Sebenarnya aku tidak suka berbelit-belit. Aku akan langsung ke intinya, kau bisa mendengarkan, Mr. Gold.” Kata Nyonya Eom
“Ulang Tahun ke 5 Cheum Gallery Pameran Koleksi Selebriti. Silakan batalkan.”kata Nyonya Eom. Ryan kaget mendengarnya. Saat itu Hyo Jin masuk ruangan.
“Ibu.. Ini adalah item yang aku rencanakan... Tidak, ini karya seni.” Kata Hyo Jin memperlihatkan bentuk pameran yang akan dibuat.
“Aku mengerti jadi Keluarlah. Dan Hyo Jin, kau bukan seseorang yang seharusnya membuat sesuatu seperti itu. Kau akan memimpin TK Corporation...” ucap Nyonya Eom dan disela oleh Hyo Jin.
“Aku hanya domba hitam dari keluarga ini. Selama Ibu memberiku kartu kredit, aku tidak mengganggu Ibu dan  melakukan semua yang Ibu katakan.” Ucap Hyo Jin menahan air mata. Nyonya Eom kaget Hyo Jin bisa mengatakan hal itu.
“Kenapa Ibu tidak pernah bertanya ? Apa yang aku suka atau apa yang ingin kulakukan. Kenapa Ibu tidak penasaran? Aku ingin kau tahu apa yang aku sukai.” Tegas Hyo Jin
“Hyo Jin..  Apa ada sesuatu yang Ibu tidak tahu tentang kau?” ucap Nyonya Eom
“Aku membuat ini... Nona Sung membiarkan aku melakukan sesuatu yang aku kuasai, Nona Yoo membantuku, bahkan Yoo Sup mendukungku, dan Direktur...  Ahh.. Intinya, aku ingin terus melakukan pekerjaan ini.” Kata Hyo Jin
“Bukan karena Cha Shi An. Tapi karena aku menyukainya Walau begitu, aku tidak boleh menyukai seorang idol.” Tegas Hyo Jin. Nyonya Eom tak mengerti maksudnya saat melihat Hyo Jin memberikan kunci mobil dan juga kartu kreditnya.
“Biarkan kami melanjutkan pameran khusus ini. Aku ingin membuat ini sampai akhir. Jika tidak... Tidak akan ada yang tersisa di samping Ibu. Termasuk aku.” Ucap Hyo Ji menjatuhkan semua yang sudah dibuatnya. 




Yoo Sub masuk ruangan, terlihat gugup bertanya-tanya Apa yang sedang terjadi. Kyung Ah yakin Tidak ada orang tua di dunia ini yang dapat menang atas anaknya. Yoo Sub ingin tahu apakah mereka bisa mengadakan pameran khusus.
Saat itu Hyo Jin keluar dari ruangan, Duk Mi melihatnya hanya bisa terdiam dan memberikan senyuman. Di ruangan Sek Kim memastikan Nyonya Eom baik-baik saja seperti menangis mendengar ucapan anaknya.
“Perasaanku sangat kesal.” Kata Nyonya Eom sambil menangis, Ryan pun hanya bisa menahan senyum.
Setelah Nyonya Eom pergi, Ryan mengambil barang-barang yang sudah dibuat Hyo Jin yang terjatuh. Duk Mi berjalan mendekat berpikir kalau semuanya akan berhasil. Ryan mengangguk lalu memberikan standing banner mini Shi An pada Duk Mi. Duk Mi senang melihat Shi An. 


Didalam sebuah gereja, Seorang ibu dengan tas koper besar berdoa dengan sangat tenang
Duk Mi masih sibuk kerja, Kyung Ah bertanya apakah Duk Mi  tidak pulang. Duk Mi menyuruh mereka pulang lebih dulu saja.  Yoo Sub ingin tahu kapan  Ryan akan pulang, karena harus meletakkan lukisan Lee Sol di ruang penyimpanan.
“Aku saja... Kau bisa pulang juga, Yoo Sub” ucap Duk Mi. Yoo Sub seperti  ragu  tapi akhirnya mereka bertiga pamit pulang.
Yoo Sub mengajak mereka untuk minum bersama, Hyo Jin mengeluh kalau tak melihat nasibnya karena  harus pulang untuk pertempuran terakhir dengan ibunya. Yoo Sub memuji Hyo Jin dan memberikan semangat.
“Apa kau tahu cara naik bus?” tanya Yoo Sub, Hyo Jin seperti binggung. Akhirnya Yoo Sub dengan penuh semangat untuk mengajarkanya. Kyung Ah yang melihatnya seperti cemburu. 



Setelah itu menaiki taksi seperti baru saja kembali ke korea. Ia menelp Manager Park,membeirtahu kalau baru saja tiba dan sedang dalam perjalanan.
“Jadi Shi An belum tahu, kan?” ucap Si ibu yang terlihat dekat dengan Shi An. 
Shi An sedang ada di studio, Manager Park mengetuk pintu dan Shi An mengeluh kalau tidak ingin makan. Wanita itu memanggil Shi An, mendengar suaranya Shi An bahagia melihat ibunya yang datang lalu memeluknya dengan erat.
“Kau harus makan sebelum bekerja.” Ucap ibunya. Shi An kaget karena ibunya bisa datang ke studio. Ibu Shi An mengeluh anaknya yang terlihat semakin kurus.
“Kapan Ibu datang? Jika aku tahu, aku akan menjemput Ibu.” Kata Shi An penuh semangat.
“Ibu tahu kau sibuk. Kau terlihat sangat keren di TV, tapi kau masih bayi...Bayiku Shi An.” Goda Ibu Shi An lalu mereka kembali berpelukan melepaskan rindu. 

Duk Mi melihat Ryan yang duduk sendirian menatap lukisan Lee Sol yang sudah diperbaiki, lalu bertanya apakah  sudah melihat lukisan itu. Ryan memberitahu kalau Wanita yang dikenal menatap lukisan saat  mengalami hari yang sulit. Duk Mi ingin tahu wanita seperti apa itu.
“Tapi Syukurlah kita dapat melanjutkan pameran khusus ini.” Ucap Duk Mi senang. Ryan pun mengucap syukur.  Duk Mi mengaku penasaran.
“Aku dengar, jika kau penasaran, artinya kau menyukai orang itu.” Kata Ryan dengan penuh semangat menatap Duk Mi
“Kau memiliki dua lukisan Lee Sol. Kapan pertama kali kau melihatnya?” tanya Duk Mi
“Tiga tahun yang lalu, di sebuah galeri di New York. Dari saat itu, aku tidak bisa melukis. Aku tidak bisa melukis lagi. Kau tahu itu, kan?” cerita Ryan yang mengingat saat melihat lukisan Lee Sol seperti dirinya terbang jauh.
“Awalnya, aku pikir adalah sindrom Stendhal. Aku pikir akan baik segera. Lalu Aku mengganggu temanku, Yaitu seorang dokter selama tiga tahun, tapi dia tidak dapat menemukan obatnya. Jadi,...” u
“Jadi, aku kembali ke lukisan ini. Karena semuanya berawal dari lukisan Lee Sol, jika aku mengumpulkan semua karyanya, aku mungkin menemukan jawaban berbeda. Tapi... Sebenarnya, aku sudah melihat lukisan itu. Bukan tiga tahun lalu, tapi jauh lebih lama. Saat aku masih sangat kecil.”ucap Ryan
“Jika itu saat kau masih kecil...”kata Duk Mi. Ryan pikir itu sebelum dirinya menjadi Ryan.
“Saat aku masih Heo Yoon Jae. Aku melihat seseorang melukisnya.” Ucap Ryan.
“Apa Kau melihat seseorang melukisnya? Lukisan Lee Sol?” kata Duk Mi.
“Lee Sol... Dia mungkin seseorang yang aku kenal.” Ucap Ryan. 

Shi An mengajak ibunya ke dalam rumah ingin memberitahu sesuatu tapi meminta  jangan terlalu kaget saat sampai di rumah. Ibu Shi An ingin tahu apakah memang mungkin membuatnya terkejut.  Shi An memberitahu kalau mengumpulkan lukisan untuk pameran seni. Ibu Shi Ah sedikit kaget anaknya membahas Lukisan.
“Semua lukisan yang Ibu buat sebagai Lee Sol.” Ucap Shi An. Ibu Shi An terlihat benar-benar shock mendengarnya. 

“Dia mungkin.. ibuku... Bukankah menarik? Aku tidak ingat wajah orang yang melukisnya, tapi aku ingat lukisan itu” ucap Ryan hanya bisa tersenyum
“Apa itu sebabnya terjadi, saat kau melihat lukisan itu?” kata Duk Mi dengan mata berkaca-kaca
“Aku baik-baik saja.” Kata Ryan terus tersenyum, Duk M tahu kalau Ryan  tidak baik-baik saja.
“Bahkan jika kau bilang kau baik-baik saja, Hatimu tidak. Karena ini tidak bisa baik-baik saja.” Ucap Duk Mi memegang dada Ryan lalu menarik kepalanya agar bisa bersadar.
Ryan seperti bisa meluapkan emosinya menangis dibahu Duk Mi. Duk Mi pun membiarkan Ryan untuk menangis dibahunya.
Bersambung ke episode 13

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar