PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 03 Mei 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ryan tak bisa tidur, teringat kembali yang dikatakan Eun Gi “Apa saja yang kau ketahui tentang Duk Mi? Duk Mi memberitahuku segalanya. Dia tidak menyembunyikan apa pun dariku. Aku ragu dia akan bersikap sama denganmu.”
Akhirnya Ryan melihat fans page "Shi An Adalah Hidupku" lalu berpikir kalau dengan Duk Mi bahkan mengomentari unggahan satu sama lain dan melihat foto Sin An sedang minum. Lalu komentar dari fans Shi An. “Aku tidak percaya mimpiku adalah menjadi botol air itu... Tuhan, aku berdosa sekarang. Shi An, maafkan aku.
“Botol air minum? Berdosa melakukan apa?  Maaf soal apa?” ucap Ryan binggung dan teringat sata Duk Mi yang masih mobil dengan wajah tersenyum bahagia.
“Pasti ada dua matahari di dunia ini.” Tulis Ryan berkomentar di fans page. 
Duk Mi terlihat tak bisa tidur menatap saat pertema kali bertemu dengan Ryan dengan caption "Sebuah foto Shi An diambil di bandara" Ia mengingat yang dikatakan Eun Gi.
“Kau harus bertemu seorang pria yang bisa membuatmu mengungkap fakta bahwa kau seorang penggemar. Jangan bertemu seseorang yang membuatmu ingin menyembunyikan itu.”
“Semua itu karena hari itu. Jika aku tidak bertemu dia hari itu, maka aku tidak akan merasa sangat bersalah membohonginya.” Ucap Duk Mi sedi dan mencoba untuk tidur.
Ryan mengirimkan komentar pada foto dirinya yang ada di depan Shi An. "Aku senang bertemu denganmu di sini" seperti yang dimaksud adalah untuk Duk Mi. 


Duk Mi dan Ryan berdiri disebuah rumah terlihat gugup. Ryan memastikan kalau sudah siap untuk masuk. Duk Mi menganguk. Akhirnya merkea menekan bel rumah. Da In terlihat cemberut melihat keduaanya datang, Ryan menyapa lebih dulu lalu Duk Mi menyapa dengan sopan.
“Apa  Kalian datang ke sini untuk membahas pekerjaan? Duduklah.” Ucap Da In seperti tak suka melihat keduanya datang bersama.
“Apa Kau tahu grup idola White Ocean?” tanya Ryan yang duduk sofa. Da In mengangguk.
“Salah satu anggota grup itu adalah Cha Shi An.” Ucap Ryan dan Duk Mi mendengarnya dengan duduk di kursi. 

“Dia bertanya padaku apa aku bisa menjadi pengarah visual albumnya. Tapi aku menolaknya. Kenapa kau bertanya?” ucap Da In tak begitu tertarik.
“Aku ingin kamu mempertimbangkannya kembali. Akan lebih baik jika kau melakukannya.”saran Ryan membujuk.
“Kenapa kau memintaku melakukan itu?” tanya Da In menatap Ryan.
“Cha Shi An akan berpartisipasi di pameran spesial galeri kami. Dan dia ingin menggunakan tema yang sama untuk pameran itu dan album single-nya. Tapi pengarah visualnya...” kata Duk Mi dan disela oleh Ryan.
“Tiba-tiba menghilang. Cha Shi An sangat ingin bekerja sama denganmu.” Ucap Ryan.
“Dan Apa Galeri Cheum membutuhkan Cha Shi An untuk ikut pameran ini?” kata Da In. Ryan membenarkan.
“Itu berarti kau benar-benar membutuhkan bantuanku.” Ucap Da In mengarahkan pada tatapan pada Ryan sambil mengoda. Ryan membenarkan.
“Lalu kenapa kau tidak memintaku dengan lebih putus asa?” goda Da In. Ryan merengek kalausangat membutuhkan bantuannya. 

Da In meminta maaf kalau tidak bisa melakukannya, Ryan berteriak marah. Da In mengaku tidak siap menerima apa pun dan tidak bisa bekerja sampai ruang kerjanya siap. Duk Mi pikir  jika ada jenis ruang kerja tertentu yang diingikan Da In. Tiba-tiba Ryan mengambil buku ditangan Da In.
“Hei, apa yang kamu lakukan? Kembalikan... Hei, kubilang kembalikan.  Aku tidak mau memperlihatkanmu ini. Ada apa denganmu? Apa aku harus pandai menggambar?” kata Da In kesal mengejar Ryan.
“Gambarnya buruk, tapi susunannya lebih buruk. Benarkah kau akan meletakkan meja kerjamu di sini?” ejek Ryan.
“Aku suka pemandangannya. “ kata Da In. Ryan makin mengejak Apakah  akan bekerja di sini atau minum. Da In mengaku Keduanya.
“Aku memilih tempat ini karena aku suka pemandangan taman dari sini. .” Kata Da In
Ryan pikir Ruang kerja di New York agak menyesakkan. Da In pikir bukan agar tapi memang  Itu sangat menyesakkan dan lebih buruk karenaRyan  datang setiap hari. Duk Mi merasa tak enak hati karena ada diantara keduanya.
“Kau tidak berhak mengatakan itu karena kau tidak pernah bekerja sesuai tenggatmu.” Ucap Ryan
“Aku masih belum memperbaiki kebiasaan itu.” Kata Da In. Ryan pikir itu bukan Da In.
“Aku berpikir untuk menggunakan sejumlah tanaman. Aku akan meletakkan tanaman besar di dalam.” Ucap Da In.
“Apa kau akan membunuh semua pohon lagi? Kau sudah punya banyak pohon di luar. Jangan serakah.” Keluh Ryan
“Aku mengatakan ingin membawanya ke dalam.” Tegas Da In. Duk Mi hanya bisa terdiam dengan wajah cemberut. 


Duk Mi membuat kopi di pantry, Da In datang meminta satu gelas. Duk Mi bertanya apakah Da In punya teh. Dan In mencari di laci lalu memberikan pada Duk Mi. Duk Mi membuat teh untuk Ryan. Da In berpikir kalau  menyebalkan karena Ryan yang tidak minum kopi. Duk Mi mengaku sedikit.
“Duk Mi, pernahkah kau melihat Ryan melukis?” tanya Da In, Duk Mi pikir tak pernah.
“Sungguh? Aku penasaran benarkah dia berhenti melukis setelah dia pensiun. Dahulu aku senang melihatnya melukis. Ada sesuatu yang sangat seksi dengan pria yang hanyut dalam trans.” Kata Da In. Duk Mi menatap heran mendengarnya.
“Apa dia memberitahumu kenapa dia pensiun?” tanya Da In, Duk Mi mengaku Ryan  tak memmberitahu dan ia tidak pernah menanyainya.
“Ahh... Begitu rupanya. Lagi pula, dia tidak akan memberi tahu sembarang orang... Aku akan membawakan ini padanya.” Ucap Dan In membawakan teh untuk Ryan juga. Duk Mi pun tak bisa menolak dan hanya diam sambil meminum sendiri. 



Duk Mi dan Ryan pergi ke toko kayu dan Da In memilih kayu. Ryan mengeluh karena Da In yang bilang akan belanja perabotan. Da In pikir sudah bilang butuh kayu.
“Nona Choi, kau akan membuatnya sendiri?” kata Duk Mi, Dda In membenarkan.
“Biasanya ini dipakai untuk meja makan atau meja kerja. Bagaimana menurutmu?” tanya Da In menunjuk sebuah kayu. Ryan pikir Itu tampak bagus.

Akhirnya semua kayu dibawa ke dalam studio, Duk Mi mencoba mengukur sementara Ryan mengobrol dengan seorang pria membahas untuk dibuat meja kerjas, ukuran terbaik adalah 1,2 m kali 1 m dan Mempertimbangkan ruang yang dimiliki, menurutnya 1,66 m adalah yang paling efisien.
Ryan akhirnya berkerja sendiri memotong kayu, Duk Mi menatap dari kejauhan terlihat gugup akan memotongnya. Da In melihat dari kejauhan terlihat bahagia. Si paman melihat Ryan memang pria lumayan hebat dan bertanya apakah itu pacar Da In.
Da In mengaku bukan, saat itu Duk Mi mendekati Ryan untuk membantu. Si paman berkomentar kalau Duk Mi pasti pacarnya menurutnya mereka berdua bekerja sama dengan baik. Dan In langsung cemberut melihat keduanya berkerja sangat dekat.
“Hei... Kau bisa terluka dan akan kehilangan peganganmu.” Kata Ryan. Duk Mi mengaku bisa melakukan ini tapi alatnya malah melenceng, akhirnya Ryan membantunya. 
Eun Gi mandi di kamar mandi teringat dengan ucapan dengan Ryan bertanya “Apa kau tertarik pada Duk Mi?” Ryan membenarkan mengaku Menurutnya Nona Sung sangat manis. Ia mengingat kembali saat Duk Mi bertanya “Apa pendapatmu tentang aku?”
“Lalu bagaimana perasaanmu jika seorang wanita sepertiku mengatakan padamu bahwa dia menyukaimu?”  Eun Gi mencoba menghilangkan rasa frustasi dengan membasahi rambut dan badanya. 


Duk Mi melihat paman yang memotong kayu lalu mengangkat telp Eun Gi,  Eun Gi bertanya jam berapa akan selesai bekerja. Duk Mi mengaku tidak bisa mendengar ucapanya lalu keluar dari ruangan. Eun Gi mengeluh karena berisik sekali.
“Di mana kau?” tanya Eun Gi, Duk Mi memberitahu  ada di studio kerja tukang kayu.
“Kami membuat perabotan untuk studio seni seorang seniman.” Ucap Duk Mi
“Apa itu termasuk tugas seorang kurator?” keluh Eun Gi. Duk Mi memberitahu kalau Ryan ada bersamanya jadi ini bagian dari tugasnya.
“Apa Si Singa juga ada di sana?” teriak Eun Gi kaget dan juga marah.
“Ya, kami mungkin harus bekerja semalaman untuk menyelesaikan semua.” Ucap Duk Mi, Eun Gi marah mendengar mereka akan menginap
“Kau di mana? Akan kuselesaikan dalam sekejap untukmu. Aku akan menuju ke sana.” Ucap Eun Gi. Duk Mi terlihat senang hati mendengarnya. 


Duk Mi dan Ryan memasang kaki meja dengan memastikan kalau satu sama sisinya, saat akan masan mur Duk Mi mencoba mengibas poni dengan meniupnya. Ryan menncoba membantu merapihkan poni, saat itu Eun Gi datang berteriak marah memanggil Duk Mi.
“Eun Gi, kau benar-benar datang.” Kata Duk Mi tak percaya. Eun Gi menyuruh Duk Mi minggir dan berhadapan dengan Ryan.
“Kau harus Perlahan atau kayunya akan patah.” Sindir Ryan. Eun Gi menyuruh Ryan agar mulai memasang murnya. 

Eun Gi dengan kekuatan lenganya mulai memalu seperti tak mau kalah dengan Ryan. Duk Mi memberikan minum agar tak kelelahan dan bertanya apakah butuh bantuan. Eun Gi mengaku tak ada dan menyuruh Duk Mi untuk istirahat saja.
“Apa dia temannya Nona Sung? Aku merasa bersalah tentang semua ini.” bisik Da In pada Ryan.
“Tampaknya dia ingin mengolah kayu.” Komentar Ryan seolah tak peduli. Eun Gi malah makin giat membantu Duk Mi. 

Di restoran China, Da In pikir kalau tak cukup  hanya makan di restoran padahal mungkin  Duk Mi sangat lelah, Duk Mi pikir tak maslah dan hanya meminta agar mempertimbangkanlah untuk bekerja dengan Cha Shi An. Eun Gi datang bersama dengan Ryan langsung menyerobot duduk disamping Duk Mi.
“Astaga, aku lapar sekali.” ucap Eun Gi, Da In menyuruh mereka pesan makan  apa pun yang lezat karena ia yang traktir hari ini.
“Seharusnya aku yang mentraktir, Nona Choi... Jadi Nona Sung, Apa kau sudah memutuskan?” tanya Ryan.
“Kami akan pesan jjajangmyeon, jjamppong, dan nasi goreng. Kami selalu berbagi.” Ucap Eun Gi dengan bangga.
“Begitukah? Ketiga hidangan itu?” kata Ryan tak percaya. Eun Gi membenarkan kalau Duk Mi makan banyak. Duk Mi terlihat kesal mendengarnya. 

Saat makan, Duk Mi terlihat belepotan makan jajangmyun.  Eun Gi membersihkan wajah Duk Mi dengan tissue. Ryan mencoba tak peduli terus makan nasi goreng tapi tatapan terlihat sinis. Da In pun menatap Eun gi dan Duk Mi seperti tak enak hati.
“Permisi.... Terima kasih sudah membantu.” Ucap Da In melihat Eun Gi di luar restoran. Eun Gi menganguk mengerti.
“Tapi cara bermainmu kotor.” Komentar Da In. Eun Gi mengeluh dianggap  "Kotor"
“Aku pernah disebut menggemaskan, rupawan, dan tampan sebelumnya, tapi tidak pernah kotor. Terutama dari orang asing” ucap Eun Gi menaha amarah.
“Untuk orang asing, kau tampak sangat baik pada Nona Sung Duk Mi hari ini.” Kata Da In
“Kurasa kau tidak tahu... Duk Mi dan aku akrab, bahkan Sangat akrab.” Tegas Eun Gi
“Sekalipun kalian dekat, kalian hanya teman. Kau bukan pacarnya. Kau tampak menyedihkan di depan pacarnya hari ini.” Komentar Da In
“Kau pasti tidak terlalu akrab dengan Direktur Gold. Karena kau tidak tahu apa-apa. Mereka berdua tidak benar-benar berkencan... Itu hanya pura-pura.” Ucap Eun Gi. Da In kaget mendengarnya. 


Duk Mi baru saja selesai dari kamar mandi mendekati Ryan yang ada dikasir. Ryan menatap sinis, Duk Mi berpikir kalau ada sesuatu diwajahnya.  Ryan bertanya Apa menikmati makanannya karena Duk Mi makan dengan lahap bahkanTiga mangkuk dengan nada menyindir. Duk Mi membela diri kalau itu Eun Gi. Ryan tak peduli bergegas pergi.

“Kau harus mengurus temanmu, Direktur Gold... Ayo pergi.” ucap Eun Gi sinis melihat Ryan keluar dengan Duk Mi
“Nona Choi, kuharap kau mempertimbangkan permintaan kami. Sampai jumpa besok, Direktur Gold.” Kata Duk Mi lalu pergi dengan Eun Gi
“Aku akan mengirim proposalnya lewat posel. Aku akan menunggu jawaban yang positif. Ini juga kesempatan yang baik untukmu. Selamat malam.” Ucap Ryan beranjak pergi dengan wajah kecewa.
“Kudengar itu palsu.”kata Da In. Ryan kaget mendengar Da In membahas hal itu.
“Kudengar kamu tidak benar-benar mengencani Nona Sung. Itu palsu.” Ucap Da In. Ryan terdiam mendengarnya. 


Duk Mi naik mobil bersama dengan Eun Gi, Eun Gi berkomentar kalau Da In itu menggoda si Singa. Duk Mi seolah tak peduli dan yakin, Ryan pikirr kalau sudah jelas dia menyukainya. Duk Mi heran kalau Eun Gi bisa melihat jelas kalau Da In menyukai Ryan. Eun Gi menganguk membenarkan.
“Hei, kau harus berhenti berpura-pura berkencan. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada terimpit di antara orang...” kata Eun Gi dan langsung disela oleh Duk Mi
“Kurasa Nona Choi belum memberi tahu bagaimana perasaannya. Jika dia melakukannya dan ditolak, dia mungkin akan kehilangan teman”ucap Duk Mi sedih. Eun Gi hanya bisa diam saja. 


Sun Joo melihat fans page Joo Hyun mengeluh karena tidak mendapatkan anggota baru lalu berpikir kalau akan memintanya untuk tampil lagi. Saa itu Seung Min datang menemui istrinya dicafe, Sun Joo kaget melihat suaminya datang dan buru-buru menutup laptopnya.
“Seung Min, apa yang membawamu ke sini sekarang? Aku punya ada kisah yang harus kau liput” ucap Sun Joo menutupi rasa paniknya.
“Ya, kebetulan di dekat sini. Boleh aku minta secangkir kopi?” kata Seung Min. Sun Joo menawarkan Americano
“Tidak. Alih-alih kopi, bagaimana dengan parfait?” kata Seung Min. Sun Joo binggung dengan permintaan suaminya.
“Bukankah itu sudah lama? Aku teringat betapa aku menikmatinya saat kuliah. Itu lezat... Bisakah kamu membuatkan sesuatu yang mirip untukku, Sayang?” kata Seung Min.
Sun Joo menyetujuinya, Seung Mi pun memuji istrinya sangat baik. Seung Min diam-diam membuka laptop istrinya bahkan bisa mengetik passwordnya,  Sun Joo bertanya apakah suaminya mau es krim stroberi. Seung Mi mengaku ingin stroberi dan cokelat lalu buru-buru mengcopy foto Shi An dalam flash disknya setelah itu bergegas menutup laptop. 


Nyonya Nam mengucapkan Terima kasih sudah meluangkan waktu walaupun jadwal Ryan yang padat. Ryan pikir kalau ia yang harus berterima kasih pada karena mewawancarainya. Duk Mi mengaku sudah mengosongkan jadwal Direktur Gold untuk hari ini jadi, jangan mencemaskan waktunya dan wawancarai sesukai hati Nyonya Nam.
“Apa tidak masalah?” tanya Nyonya Nam memastikan. Ryan menganguk menyetujuinya.  Duk Mi pun pamit keluar ruangan.
Kyung Ah menelp seseorang lalu mengeluh karena tidak menjawab. Duk Mi masuk ruangan bertanya siapa yang dimaksud. Kyung Ah menjawab Choi Da In, padalah harus mengirim proposal, tapi Da In tidak menjawab teleponnya.
“Kau  cetak saja. Aku akan mengantarkan itu padanya.” Kata Dan In  akan membantu.
Sementara  Da In sedang sibuk mengangkat meja di studionya, Duk Mi datang kaget Da In yang mengangkat sendiri lalu membantunya. Da In kaget karena Duk Mi datang dan tidak menelepon. Duk Mi mengaku terus menelepo tapi tidak menjawab.
“Aku meninggalkan ponselku di kamar tidur.” Kata Da In seperti mencari alasan.
“Kenapa kau bekerja sendirian? Seharusnya kau meneleopnku.” Kata Duk Mi
“Aku harus menjernihkan pikiranku.” Ucap Da In, Duk Mi pikir harus tetap bisa membantunya.
Akhirnya mereka bergotong royong mengangkat meja dan kursi di tempat yang enak dinyaman, Duk Mi terlihat sangat lihai membersihkan ruangan dengan vaccum cleaner sementara  Da In mengelap meja agar tetap bersih.


Nyonya Nam mengaku punya satu pertanyaan terakhir untuk Ryan, Karena sangat terkenal dengan seleranya, jadi adakah seniman tertentu di Korea yang ingin diajak bekerja sama. Ryan terdiam teringat kembali dengan lukisan milik ibunya.
“Direktur Gold...” panggil Nyonya Nam karena Ryan hanya diam saja.
“Itu informasi rahasia Galeri Cheum. Aku sudah melihat banyak karya seni kelas dunia di Korea. Namun, seni tidak bisa ada hanya karena sebuah karya seni itu sendiri. Itu adalah saat publik melihat dan merasakannya agar nilainya diakui.” Jelas Ryan.
“Sebagai direktur Galeri Cheum, aku ingin mengubah persepsi bahwa seni itu membosankan dan sulit. Melalui sebuah pameran yang bisa memikat publik dengan mudah. Pameran Koleksi Selebritas akan menjadi batu loncatan itu.” Ucap Ryan.
“Aku akan menantikan pameranmu.” Kata Nyonya Nam menyudahi wawancaranya dan memasukan alat perekam ke dalam tasnya. Ryan pun mengucapkan Terima kasih.
“Tapi Aku hanya menanyakan ini karena keingintahuan pribadiku. Setelah masa kerjamu di sini usai, apa kamu akan kembali ke New York?” tanya Nyonya Nam. Ryan mengaku tak tahu.
“Pernahkah kau berpikir untuk menikah di Korea dan tinggal di sini?” tanya Nyonya Nam, Ryan terlihat binggung dengan pertanyaan Nyonya Nam.
“Maksudku, jika kau berpacaran dengan seorang wanita Korea, kau mungkin ingin mulai tinggal di Korea.” Jelas Nyonya Nam
“Aku akan memikirkannya.” Kata Ryan. Nyonya Nam mengartikan kalau Ryan berpacaran sekarang. Ryan hanya bisa tersenyum seperti memikirkan tentang Duk Mi.
Nyonya Nam keluar dari ruangan menellp Ibu Duk Mi berkomentar kaalu harus mempersiapkan hanbok. Ibu Duk Mi seperti sangat gembira. 



Duk Mi dan Da In minum kopi bersama. Da In mengucapkan terimakasih karena kalau bukan bantuan Duk Mi makan akan menghadapi masalah besar. Duk Mi pikir Da In pasti tahu kalau punya niat lain dengan datang ke studionya.
“Ini proposal untuk pameran dan album Cha Shi An.” Ucap Duk Mi memberikan berkas yang dibawanya.
“Kau tidak perlu memberiku itu. Aku sudah memutuskan untuk melakukannya.” Ucap Da In. Duk Mi tak percaya mendengarnya lalu mengucapkan Terima kasih.
“Tidak perlu berterima kasih padaku. Aku juga punya niat lain. Aku ingin mendampingi Ryan dan bekerja dengannya... Aku menyukai Ryan” kata Da In blak-blakan. Duk Mi terdiam.
“Itu tidak masalah, kan? Karena kalian menjalin hubungan palsu.” Ucap Da In, Duk Mi kaget bertanya Bagaimana Da In bisa tahu.
“Kudengar dia berpura-pura memacarimu untuk membantumu. Apakah kau tahu bahwa Ryan ingin berhenti berpura-pura menjalin hubungan?” kata Da In, Duk Min makin terdiam. 


Duk Mi pulang dengan wajah sedih, Da In menatapnya seperti memiliki rencana tertentu.
Flash Back
Da In mengaku mendengar Ryan yang  tidak benar-benar berkencan dengan Nona Sung dan semuanya palsu. Ryan terdiam, Da In pikir  Seseorang mungkin berpikir Ryan sungguh cemburu sambil mengeluh temanya  sangat hanyut dalam peran palsunya.
“Kapan aku pernah cemburu?” kata Ryan mencoba untuk mengelak lalu tiba-tiba mengaku kalau memang cemburu.
“Apa maksudmu?” ucap Da In tak mengerti, Ryan mengaku memang cemburu.
“Aku harus menghentikan hubungan palsu ini.” Kata  Ryan seperti sudah yakin dengan perasaanya.
Da In mengingat semua ucapan Ryan berpikir alau ia mengambil langkah yang sangat kotor.


Ryan penuh semangat ada di toko bunga berkeliling melihat bunga "Kupu-kupu, Gerbera” “Delphinium, Stoke" "Mawar" seperti sudah sangat yakin untuk menyatakan perasaanya untuk Duk mi yang awalnya hanya pura-pura tapi jadi perasaan suka yang sebenarnya.
Duk Mi ada digaleri menatap ke arah lukisan dan teringat kembali yang dikatakan Eun Gi “Kau tahu, Ryan tidak ingin melanjutkan hubungan palsu itu lagi.” Wajah Duk Mi terlihat sangat kecewa dan menahan rasa tangis.
Saat itu pesan Ryan masuk ke ponsenya “Nona Sung, ada yang ingin aku katakan. Bisakah kau datang ke area parkir?”  Duk Mi berjalan ke parkiran melihat Ryan sudah menunggu sambil bergumam “Aku menyukaimu... Aku mulai menyukaimu... Aku menyukaimu.” 


Ryan tersenyum bahagia melihat Duk Mi yang datang, Duk Mi mengaku kalau suka saat Ryan memanggil namanya, cara Ryan tersenyum saat melihatnya. Keduanya akhirnya berhadapan. Ryan mengaku Ada sesuatu yang ingin dikatakan kepada Duk Mi hari ini.
“Mungkin terdengar mengejutkan, tapi begini...” kata Ryan dan disela oleh Duk Mi.
“Tapi sebuah pengakuan cinta lebih mengenai orang lain daripada dirimu sendiri.” Gumam Duk Mi menahan sedih. Ryan pun menyuruh Duk Mi untuk mengatakanlah lebih dahulu.
“Terima kasih banyak sudah membantuku sampai sekarang. Tapi menurutku sudah waktunya untuk mengakhiri hubungan palsu kita sekarang.” Kata Duk Mi. Ryan kaget mendengarnya.
“Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu.” Kata Duk Mi bergegas pergi. Ryan menahannya, tapi Duk Mi melepaskan tangan Ryan .
“Perasaanku padamu akan kusimpan sendiri.”gumam Duk Mi menahan rasa sedih. Ryan terlihat shock mendengar ucapan Duk Mi, sementara didalam mobil sudah ada buket bunga dengan bertuliskan note "Perasaanku padamu tulus"
Bersambung ke episode 9

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar: