PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 15 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 36

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Di ruangan, Nyonya Hong seperti sangat serius mengatakan Ini sains. Dan Ada hasil penelitian yang menyebutka akurasi pendeteksi kebohongan bisa mencapai 94 persen. Sek hanya diam saja, saat itu Ibu mertuanya datang dengan membawa kotak besar.
“Aku tak suka cake, tapi Gyu-tae menyukainya.” Ucap Nyonya Hong. Ibu Tuan No mengeluh Nyonya Hong memanggilnya dengan nama.
“Dia terus memanggilku dengan nama saat dengan ibuku walau aku lebih tua.” Balas Nyonya Hong
“Kau sangat jujur dan adil. Aku tak percaya mendapat Hakim Judy sebagai menantu.” Komentar Ibu Tuan No
“Sepertinya kau ingin katakan sesuatu yang kau ulur dengan cake itu.” Ucap Nyonya Hong. Ibu Tuan No dengan sinis mengatakan Tapi itu tidak penting.
“Aku punya pelampiasan sendiri setiap kau kejam.” Kata Nyonya Hong,Ibu Tuan No merasa Nyonya Hong bukan tipe yang tak pernah membalas.
“Jika dibandingkan ibu mertua lain, aku sungguh orang yang santai.” Kata Ibu Tuan No
“Ibu.. Kau tidak santai. Jika dipikir-pikir, aku selalu berhasil membalas dendam.” Kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No mengeluh dendam dengan hal apa.
“Sesuatu yang pasti kau tahu.” Kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No bertanya apa itu dan meminta agar mengatakanya.
“Bagaimana kau balas dendam yang aku tahu? Kepada siapa kulampiaskan stres yang kudapat darimu? Setiap kali kau memberiku stres sebesar bola pingpong, maka aku melempar bola voli kepada Gyu-tae.” Ucap Nyonya Hong
“Dia pasti sama lelahnya denganku setiap hari raya tiba. Aku histeris setidaknya sepekan. Saat aku stres karenamu, tentu kulampiaskan kepada putramu. Aku yakin kau tahu itu karena kau juga melakukannya. Kau tahu itu wajar.” Kata Nyonya Hong
“Apa kau mencoba membalasku? Maksudmu jika aku mengkritik menantuku, putraku akan terkena pelampiasan amarahmu? Kau bertekad untuk membuatku meledak, kan?” ucap Ibu Tuan No marah
“Kau menusukku, aku menusuk Gyu-tae. Lalu Gyu-tae takut padaku. Lalu kau menusukku lagi. Kita semua hanya korban di lingkaran setan.” Komentar Nyonya Hong
“Aku sungguh berharap kau mendapat menantu sepertimu.” Kata Ibu Tuan No akhirnya keluar ruangan sambil membawa cakenya. 


Pil Goo melakukan video call dengan anaknya bertanya apa selalu menyiapkan kebutuhannya sendiri Pil Goo tak menjawab meminta ibunya menunggu lalu mengunci pintu kamarnya. Dong Baek hanya bisa bergumam “Pil-gu tak bisa membaur dengan baik.”
“Apa Kau mengunci pintu lagi? Kenapa kau terus melakukannya?” tana Dong Baek
“Dia tampak malu dan cemas sepertiku setiap mendapat teman sekelas baru. Hati kecil Pil-gu juga cemas.” Gumam Dong Baek lalu melihat anaknya kembali duduk.
“Omong-omong, aku bertemu dia. Rebecca.” Cerita Pil Goo. Dong Baek bertanya apakah anaknya menyapa.
“Dia botak, tapi dia perempuan, Mereka menaruh pita di kepalanya.” Bisik Pil Goo. Dong Baek bisa tahu kalau Suara Pil-gu makin mengecil.
“Lalu? Apa Kau dapat teman baru? Berapa teman yang kau dapat?” tanya Dong Baek
“Anak-anak di sini sangat aneh. Mereka tidak ke gunung untuk melihat kumbang. Tapi Kumbangnya dikirim ke rumah dan dirawat. Mereka sangat aneh.” Cerita Pil Goo
“Kurasa dia tidak menuruni sifatku.” Gumam Dong Baek melihat sikap anaknya. 


Pagi hari, Pil Goo melihat note dan sarapan diatas meja dari Jong Ryul “Ayah pergi mencari uang. Seharusnya ini telur orak-arik. Akan kucoba lebih baik besok!”
“Aku tak bisa minum susu.” Keluh Pil Goo kesal melihat cereal dengan susu lalu pergi dari meja makan.
“Tapi dia terus menuruni sifatku. Dia terus merasa cemas akan dirinya dan menjadi makin muram.”
Ibu Dong Baek sibuk mengambar “ALPUKAT, ZUKINI, MAKEREL, GARAM” Dong Bae bertanya pada ibunya Kapan ia mulai bicara. Ibunya bercerita Dong Baek nyaris belum bisa bicara setelah dua tahun dan sungguh membuatnya stres karena butuh waktu lama hingga bisa bicara.

“Pil-gu juga terlambat bicara. Tapi seseorang berkata anak orang tua tunggal cenderung terlambat bicara. Hanya ibunya yang bicara, jadi, tak dapat banyak stimulasi. Setelah mendengarnya, jadi kugendong dia dan kuajak keluar setiap malam.” Cerita Dong Baek yang membuat Nyonya Jo terdiam.
“Aku berkeliling di lingkungan ini dan berkata, "Sapa bibi itu. Sapa nenek itu juga." Aku berkeliling mengajak semua bicara seperti orang gila. Tapi tak peduli usaha kerasku, orang-orang terus berkata semuanya hanya karena aku ibu tunggal.”cerita Dong Baek.
“Astaga... Orang-orang selalu mengomentari segala hal, ya?” komentar Nyonya Jo
“Aku tak peduli pendapat mereka tentangku, tapi ini yang paling tidak ingin kudengar. Mereka berkata "Astaga, aku kasihan pada anak itu. Anak yang malang." Mereka berengsek tak berperasaan. Mereka tak akan merasa seburuk ibunya.” Cerita Dong Baek
“Kenapa mereka bicara seakan tahu semuanya?  Aku sungguh tak ingin mendengar mereka mengatakannya, jadi, kubesarkan dia menjadi anak ceria. Tak peduli usahaku, dia tetap putra Dongbaek. Dia terus menuruni sifatku. Itu menyebalkan.” Keluh Dong Baek
Saat  itu Yong Sik datang, Nyonya Jo langsung menyuruh Yong Sik agar memberikan Dong Baek makan pangsit. Yong Sik dengan senyuman bahagia menganguk mengerti.


Pil Goo berjalan kearah kulkas dan melihat banyak makanan tapi tak sesuai dengan seleranya. Ia lalu melihat ada banyak kotak susu, saat itu Jessica baru bangun keluar dari kamar. Pil Goo langsung bergegas kembali ke tepat duduknya.
Jessica membuka kulkasnya setelah itu sarapan dengan salad, sementara Pil Goo sudah makan dengan nasi serta lauk lainnya yang instant. Sang Mi mengaku  tak ingin menjadi ibu tiri jahat seperti di cerita atau berita. Tapi  juga tak punya energi untuk berpura-pura.
“Mari hidup nyaman saja, anggap ini rumah bersama.” Kata Jessica. Pil Goo setuju.
“Maksudku kau bisa minta makanan tanpa merasa bersalah. Anggap saja aku wanita kantin sekolah.”jelas Jessica. Pil Goo menganguk mengerti.
“Beri tahu ayahmu jika butuh sesuatu.” Kata Jessica. Pil Goo mengaku  tak dekat dengannya.
“Dia terus bertanya apa aku butuh sesuatu setiap melihatku, jadi, aku tak mau bicara.” Cerita Pil Goo.
“Kalau begitu, beri tahu aku.”kata Jessica. Pil Goo pikir ia hanya anak yang biasa saja.
“Omong-omong, wanita kantin belakangan mogok.” Komentar Pil Goo, Jessica seperti baru tahu dan merasa Mencari nafkah itu berat.


Dong Baek makan pangsit tanpa nafsu, Yong Sik melihatnya hanya bisa bergumam Setelah Pil-gu pergi, Dongbaek seperti alien yang pura-pura menjadi dirinya. Nyonya Jo melayani tamu yang datang, pelangan mengeluh Dong baek tak membuat pangsit lagi bahkan kemarin juga tak membuatnya.
“Pemiliknya sedang tak ingin membuat pangsit.” Ucap Nyonya Jo, Yong Sik melayani Dong Baek memberikan kecap asin agar bisa dicelupkan pada pangsitnya. Dong Baek mengaku tak menginginkanya.
“Kenapa? Kau sedang tak ingin mencelupkannya ke kecap asin?” ucap Nyona Jo marah
“Ibu, tetapkan saja tanggal untuk operasinya.” Kata Dong Baek, Nyona Jo pikir Tak mungkin melakukannya.
“Jika aku tak setuju dioperasi, maka tak mungkin dokter, bahkan dewa, datang dan mengambil ginjalmu.” Kata Nyonya Jo. Dong Baek mengeluh dengan kata-kata ibunya.
“Aku harus menangkap Pengusil dan memakamkan Hyang-mi. Aku masih merasa Hyang-mi berjalan keluar dari dapur dengan bir di tangan. Lalu Baru beberapa hari Pil-gu pergi ke Seoul, tapi pangsit ini tak terasa apapun... Keadaan berat untuk putrimu, Ibu.” Ucap Dong Baek sambil menangis.
“Aku tak pandai berpamitan. Jadi, berhenti menyiksaku dan tetapkan tanggalnya. Biar kuberikan saja kepadamu.” Kata Dong Baek
“Jangan buat seakan mudah.” Ucap Nyonya Jo langsung berjalan ke dapur. Yong Sik menatap Dong Baek dengan sedih.
“Dongbaek mulai lelah dengan cobaan tak berkesudahan.” Gumam Yong Sik. 


Di depan bar
Dong Baek menerima pesanan kalau Bawang sedang tidak bagus. Yong Sik melihat Dong Baek menjadi sangat lelah seakan jiwanya jatuh di suatu tempat. Dong Baek melihat bawangnya  Tampak lembe tapi tak ada pilihan lain jadi meminta memberikan saja
“Tidak, kami ingin yang lain... Barang jelek ini hampir bukan bawang.” Keluh Nyonya Jo keluar dari bar. Dong Baek pikir cuma sedikit.
“Kembalikan.” Kata Nyonya Jo tapi Dong Baek tetap ingin mengambil saja. “Aku tak bisa berbuat apa pun untuk mengisi ruang kosong Pil-gu, sedikit pun tidak.” Gumam Yong Sik hanya bisa melihat Dong Baek dari belakang.

Yong Sik melihat Dong Baek berjalan sendiri lalu berteriak kalau  menginjak kotoran anjing. Dong Baek seperti tak sadar dan melihat sepatunya yang sudah kotor. Yong Sik langsung mengomel kalau Orang harus bersihkan kotoran anjingnya!
“Kau harus memungut kotoran anjing ini! Tak ada yang suka menginjak kotoran anjing!” teriak Yong Sik marah
“Kotoran anjing tetap kotoran anjing.” Ucap Dong Baek merasa tak ada yang salah
“Kenapa kau melamun? Kau harus perhatikan kotoran anjing.” Ucap Yong Sik. Dong Baek hanya berjalan pergi saja.
“Dia tidak menangis atau tersenyum. Menjadi tanpa jiwa dalam segala hal.” Gumam Yong Sik menatap Dong Baek. 

Yong Sik mencuci sepatu Dong Baek sambil berjemur didepan bar, Nyonya Jo bertanya apakah tahu kalimat apa dalam drama yang membuat mengganti salurannya. Yong Sik pikir tak mungkin tahu.
"Kita putus karena cinta." Tak ada yang lebih congkak dan murahan daripada itu. Kenapa kalian putus jika saling cinta? Kau harus berusaha mempertahankannya. Seperti berkata, "Aku lapar, tapi tak ingin makan." Itu hanya berarti mereka tak cukup lapar. Mereka masih punya waktu memilih.” Jelas Nyonya Jo
“Aku lapar... Aku sama saja kelaparan.” Ungkap Yong Sik. Nyonya Jo pikir Percuma membuat alasan murahan seperti itu.
“Jujur saja dan katakan, "Aku menyukaimu, tapi aku tak suka latar belakangmu. Aku tak ingin hal lain yang menyertaimu. Tidak, terima kasih." Kenapa mereka beralasan dan berkata, "Aku mencintaimu"?” kata Nyonya Jo
“Aku tak berkata, "Aku menyukaimu Dongbaek, tapi aku tak bisa menerima Pil-gu." Lalu bukan gaya Hwang Yong-sik untuk putus dengan seseorang jika masih menyukainya. Jadi... Bisakah kau berhenti melepas stiker itu? Kau terus melakukannya.” Kata Yong Sik melihat Nyonya Jo sibuk mengorek di dinding
“Apa Kalian tak akan putus?” tanya Nyonya Jo. Yong Sik menegaskan  Tidak akan pernah.
“Kalau begitu, kutinggalkan wasiatku kepadamu.” Tegas Nyonya Jo. 


Nyonya Kim berkomentar mereka seperti Romeo dan Juliet, bukan ibu dan putra. Nyonya Jo pun pikir Nyonya Kwak  sungguh sudah gila karena tak akan senang menyingkirkan bebannya. Nyonya Park menyuruh keduanya hanya diam melihat Nyonya Kwak berbaring didekat mereka.
“Nyonya Kwak... Berhenti berbaring. Bangunlah dan kupas kacang. Setiap keluarga punya cerita sendiri. Aku yakin dia tak tiba-tiba pergi ke Seoul karena kesal dengan kata-katamu.” Kata Nyonya Park.
“Percuma saja semua persembahan ini jika aku tak bisa sungguh menjadi dewasa. Aku menghancurkan hati anak-anak di usia 70 tahun.” Kata Nyonya Kwak merasa sangat kesal dengan dirinya sendiri.
“Dia masih anak-anak... Dia akan segera lupa.” Kata Nyonya Kim yakin. Nyonya Kwak yakin Akan membekas seumur hidup karena Pil Goo masih anak-anak.
“Aku merusak semen yang belum mengeras. Bagaimana aku menebusnya? Itu akan terus diingat seumur hidupnya.” Kata Nyonya Kwak frustasi.
“Aku tahu kau takkan mampu. Kami semua hanya pura-pura takut padamu, tapi kau terlalu baik.Tak mungkin kau bisa mengusir Dongbaek dan Pil-gu. Itu Tak akan terjadi” komentar Nyonya Park
“Lalu kenapa? Apa Kau berharap kunikahkan mereka? Berhenti memberiku saran karena aku yang akan mati.” Kata Nyonya Kwak marah. 


Yong Sik berjalan menuruni tangga terlihat gugup,Nyonya Jo menatapnya memberikan kode kalau akan memperhatikanya. Yong Sik mengeluh kalau sudah paham jadi Nyonya Jo bisa pergi sekarang. Nyonya Jo tetap memperhatikanya.
“Ya, Kepala Byeon... Aku dalam perjalanan kembali... Apa Byeong-rae dari NISI menghubungimu? Minta saja dia memeriksa milik kita dahulu?” ucap yong Sik mengangkat telp dari Tuan Byun.
“Sudah. Dia sudah dapat hasilnya.” Kata Tuan Byun dengan terlihat rambut yang mulai diperiska oleh tim forensik 

Nyonya Kwak akhirnya bertemu dengan Dong Baek, ingin tahu Bagaimana kabar anak itu di rumah mereka, apakah baik-baik saja. Dong Baek pikir seperti itu dengan wajah masih terlihat sedih.  Nyonya Kwak ingin tahu keadaan Dong Baek.
“Aku bahkan tak perlu bertanya. Kukira aku merawat Pil-gu, tapi kurasa malah sebaliknya. Aku tak ingin melakukan apa pun tanpa Pil-gu di sini. Entah aku terlalu tua atau kerasukan. Entah kenapa aku mengatakan itu. Aku seharusnya menjaga mulutku.” Ungkap Nyonya Kwak
“Bagaimana bisa aku memberitahunya kau seharusnya tak punya beban sepertinya? Aku yakin itu berdampak besar dalam hatinya. Bagaimana aku bisa menebusnya?” akui Nyonya Kwak merasa bersalah.
“Apa Kau memberitahunya, aku seharusnya tak punya beban sepertinya? Kau...” ucap Dong Baek marah
“Apa Kau tak tahu?” ucap Nyonya Kwak binggung dan panik. 


Dong Baek keluar dari bar, Nyonya Kwak pikir Pil Goo Dia seharusnya memberi tahu ibunya saat mendengar hal semacam itu lalu mengeluh Ada apa dengan anak itu dan Kenapa hatinya hancur tanpa memberitahu Dong Baek. Nyonya Jo sedang merapihkan botol hanya menatap keduanya.
“Kau orang dewasa. Kenapa melakukannya? Kenapa harus kau yang mengatakan itu kepadanya?” ucap Dong Baek marah
“Dongbaek... Tentu saja aku tak sengaja.” Akui Nyonya Kwak. Dong Baek masih tak habi pikir kalau Nyonya Kwak mengatakan Pil goo sebagai Beban.
“Kenapa dia harus mendengarhal seperti itu? Aku berusaha keras agar dia tak mendengar sesuatu... Sesuatu seperti itu...” kata Dong Baek sedih
“Dia anak-anak... Aku yakin dia akan cepat lupa. Aku akan perlakukan dia lebih baik agar dia lupa.” Kata Nyonya Kwak
“Para wanita di kotaku berkata aku beban ibuku saat usiaku baru tujuh tahun dan aku ingat itu hingga hari ini. Nyonya Kwak, kau takkan bisa menebusnya. Dia akan ingat itu seumur hidup.” Tegas Dong Baek marah lalu berjalan pergi
“Kau membuat kesalahan... Bagaimana kau akan menebusnya? Kau suka menjadi dermawan, tapi kau tak bisa terus berutang. Nyonya Kwak.” Kata Nyonya Jo. Nyonya Kwak hanya diam saja. 


Tuan Byun menghapus catatan di papan, Yong Sik frustasi karena ternyaat bukan Heung Sik seperti dugaanya.  Tuan Byun memberitahu kalau tim Forensik sudah  menyeka setiap sudut mulut Heung-sik dengan kapas pentul, dan tetap bukan dia pelakunya.
“Kalau begitu, tes DNA mungkin salah! Aku tahu Heung-sik pelakunya!” teriak Yong Si marah
“Apa Kau menaruh dendam padanya?” keluh Tuan Byun. Yong Sik kesal karena dianggap emosional
“Aku pakai bukti... Lihat saja fakta-faktanya!” kata Yong Sik 

Flash Back  
Yong Sik mengingat kalau Yong Sik yang memasang camerd di bar, lalu bertanya pada Tuan Byun“Siapa yang memasang kamera pengawas di bar? Heung-sik juga yang membersihkan gedung yang terbakar.”
Mereka pun bisa melihat rekaman CCTV yang berbeda, Yong Sik yakin Heung Sik tahu semua soal gedung itu Karena itu dia sembunyi di sana dan mengawasinya.
“Selain itu, dia yang memberi makan kucing. Tapi tak terdeteksi pestisida dari pakan yang dibawanya”
Hyang Mi memberitahu pada pelaku kalau Yong-sik sungguh penasaran siapa yang memberi makan kucing. Yong Sik yakin pelaku berhenti menambahkan pestisida karena tahu akan memeriksa pakannya. Ia pun sempat melihat Heung Sik memberikan makanan untuk kucing. 

“Di dalam toko perkakas kecilnya, ada banyak peralatan yang bisa dipakai membunuh. Kawat pembunuh ahli kulit itu juga ada di tokonya. Selain itu, truknya juga milik Heung-sik. Apa lagi yang kau butuhkan?” ucap Yong Sik kesal saat itu fax masuk ke dalam kantor.
“Dengarkan aku... Sketsa tersangka tidak sesuai, dan hasil tes DNA juga negatif. Sains memberi tahu kita bukan dia.” Kata Tuan Byun.
“Kau tahu apa soal sains? Astaga, ini membuatku gila. Aku tahu pasti Heung-sik pelakunya! Aku tahu itu. Semua bukti mengarah kepadanya! Kenapa kau tak bisa lihat?” ucap Yong Sik terus mengomel.
“Apa kau hakim? Apa Kau pikir kau hakim? Apa Kau pikir bisa memilih siapa tersangkanya?” keluh Tuan Byun kesal.
Oh Joon baru saja menempelkan fax pada papan. Yong Sik merasakan sesuatu dan langsung bergegas pergi.Tuan Byun hanya bisa mengeluh melihat tingkah Yong Sik yang selalu pergi tanpa rencana.

Di depan mobil polisi, Teman Tuan Byun mengeluh agar Berhenti menyuruhnya melakukan tugas diam-diam lagi. Temanya ingin tahu alasanya.  Si pria memberitahu Satu tes tak cocok, tapi yang satu lagi cocok dan ingn tahu Dari mana mendapat rambutnya.
Saat itu polisi dari kantor pusat bergegas keluar seperti akan menangkap pelaku. Polisi menelp ketua kalau sdudah mengonfirmasi DNA-nya jadi akan cek keberadaannya, lalu pergi.
“Aku harus pikirkan alasan dia berhenti membunuh orang alih-alih alasan dia membunuh. Pengusil berhenti membunuh orang lima tahun lalu. Lalu lima tahun lalu...” gumam Yong Sik yang sudah berlari dengan sangat kencang.


Flash Back
Lima tahun lalu berita TV  pada Bar Dong Baek “Sekitar pukul 16.00 hari ini, seorang pria jatuh dari gedung saat coba memasang pendingin luar ruangan untuk mal di dekat terminal.”
Yong Sik menatap toko Heung Sik sambil gumam “Lima tahun lalu, seseorang mengalami kecelakaan.” Lalu mengingat sesuatu tentang temanya.
Yong Sik masuk ke dalam toko menatap Heung Sik lalu akan masuk ke dalam rumah. Heung Sik menahanya dengan wajah pank tapi Yong Sik sudah sangat yakin.


Flash Back
Heung Sik jatuh tersungkur setelah di pukul oleh ayahnya, sambil menangis karena sudah membunuh cukup banyak kucingnya. Ayahnya sangat marah memperingatkan sang anak agar jangan bawa kucing lagi. Heung Sik bertanya Apa yang dilakukan  sang ayah pada kucingnya. 
“Kulempar dari gedung! Setiap kali kau bawa kucing, akan kulempar juga dari gedung.” Ucap Ayah Heung Sik. Heung Sik pun hanya bisa menangis. Yong Sik mendengarnya dari depan pintu seperti baru saja ingin bermain.
“Orang dengan mudah cenderung melupakan wajah orang. Sebagian orang sulit diingat, sekeras apa pun kita mencobanya. Saat dia berada dalam kegelapan selama lima tahun, semua sudah melupakannya dan semua menyingkirkannya selamanya.” 

 Tuan Byun menatap wajah sketsa dan seperti mulai mengenalnya

Yong Sik akhirnya membuka pintu kamar dan melihat ayah Heung Sik duduk dalam kegelapan.
“Apa? Kau kemari untuk menahanku?” ucap Ayah Heung Sik sinis. Heung Sik masuk ruangan menatap sedih.
“Semua punya orang tua masing-masing.” Gumam Yong Sik melihat Heung Sik seperti melindungi ayahnya.
“Yong-sik, aku bisa... Aku bisa bertanggung jawab untuk semuanya. Aku serius. Yong-sik, aku berjanji... Aku berjanji akan terus mengurungnya. Aku tak akan pernah lupa.” Ucap Heung Sik.
Yong Sik mulai mendekat, tangan Heung Sik menahanya memohon tolong jangan lakukan ini dan abaikan kali ini saja. Yong Sik melepaskan tangan Heung Sik mengajak Ayah Heung Sik pergi.
“Yong-sik... Ayahku... satu-satunya yang kupunya.” Kata Heung Sik, Tapi Yong Sik tak peduli menyuruh agar Ayah Heung Sik segera Bangunlah. Akhirnya Ayah Heung Sik berdiri walaupun kakinya masih terlihat pincang. 

Dong Baek berada dalam diterminal bus terlhat gugup dan berita di TV terlhat “Pekerja kontrak di sekolah berencana meneruskan aksi mogoknya. Mereka meminta kesenjangan lebih kecil terkait bonus yang diterima.”Akhirnya Dong Baek pergi ke sekolah tempat demo terjadi.
“Apa Kau kenal anak kelas satu bernama Kang Pil-gu?Apa Kalian tahu dia? Dia baru pindah.” Tanya Dong Baek
“Apa Maksudmu Acar Lobak? Dia mungkin di kantin.” Kata si anak. Dong Baek bingung anaknya dianggap "Acar Lobak"
 Di kantin, semua makan dengan bekal dan terlihat anak elit. Dua temanya membahas paman Pil Goo yang tinggal di Elegance Palace tapi Kenapa makanannya begitu jika tinggal di sana. Terlihat makanan Pil Goo hanya nasi instant dengan acar dan juga hotang.
“Aku pemain bisbol terbaik di antara kita... Terserah makan apa. Aku cuma perlu jadi pemain Liga Utama.” Ucap Pil Goo makan dengan lahap walaupun makannya sederhana.
“Dia bahkan makan mi instan di toko kelontong. Ibunya pasti sangat baik.” Komentar temanya. Pil Goo tersadar ibunya menatap marah ke arahnya.
“Aku belum pernah melihat ibuku sangat marah sebelumnya. Saat itu, kukira dia marah..” Gumam Pil Goo panik.
“Ayo Bangun.” Ucap Dong Baek menarik anaknya pergi. Pil Goo mengeluh pada ibunya dan mengaku tak mau pergi.
 “Tapi kini setelah dipikirkan, dia hanya sedih.”


Dong Baek menarik anaknya sampai ke lapangan, Pil Goo mengaku ada latihan  jadi ada latihan. Dong Baek mengeluh dengan sikap Pil Goo dan memastikan kalau mau tinggal di sini dan ingin tahu apakah ada masalah. Pil Goo mengaku kalau ia akan menjadi pemain Liga Utama!
“Aku ingin kau memilih antara aku dan Liga Utama.” Ucap Dong Baek. Pil Goo mengeluh ibunya meminta agar memilih
“Pil-gu, aku tak butuh kau menjadi pemain Liga Utama. Aku tak akan menukarmu dengan Ryu Hyun-jin. Jadi, aku ingin kau pilih. Aku atau Liga Utama? Katakan keinginanmu.” Ucap Dong Baek. Pil Goo hanya diam saja.
“Apa maumu? Kenapa tak menjawab? Ada apa denganmu? Kenapa kau terlalu berhati-hati bicara ? Kenapa tak jujur padaku?” kata Dong Baek marah. Pil Goo masih tetap diam.
“ Siapa yang memintamu berhati-hati dan malu untuk bicara? Jika terus begini, aku tak mau menjadi ibumu! Aku akan pergi juga! Aku pergi saja!” kata Dong Baek mengancam.
“Sejujurnya, aku tak sungguh ingin menjadi pemain Liga Utama! Sekalipun pergi ke Amerika, aku tak akan bahagia!”akui Pil Goo sambil menangis.
“Lalu kenapa bohong? Kenapa bilang mau menjadi pemain Liga Utama?” ucap Dong Baek
“Bagaimana denganmu? Kenapa bohong?” balas Pil Goo. Dong Baek bertanya kapan ia berbohong.
“Katamu kau hanya butuh aku! Ibu macam apa yang menikah? Tak ada anak lain yang ibunya menikah lagi! Apa Kau tahu rasanya menyaksikan ibumu sendiri menikah? Setidaknya kau bisa menikah karena aku sudah dewasa!” ucap Pil Goo menangis
“Tapi aku tak bisa karena aku masih SD! Aku juga tak bisa masuk militer! Aku tak punya tujuan! Ini sangat menyebalkan! Hidup sangat menyebalkan!” ungkap Pil Goo meluapkan semuanya.
“Jadi, cepat pilih! Kau mau ikut denganku atau tidak?”tanya Dong Baek. Pil Goo menjawab akan ikut dengan ibunya. 



Pil Goo berjalan keluar sekolah bertemu dengan Jong Ryul datang dengan mobilnya.  Jong Ryul turun dari mobil bertanya Dong Baek mau kemana dan kenapa datang ke sekolah anaknya. Dong Baek menatap Jong Ryul dan langsung melepaskan tinjunya.
Pil Goo melonggo dan mengingat yang dikatakan pada ibunya “Sudah kubilang, 'kan? Jika mereka mencoba lakukan sesuatu, tinju hidungnya.” Jong Ryul memegang hidungnya tak pecaya kalau Dong Baek baru saja meninju hidungnya.
“Apa Kau tahu Pil-gu makan nasi instan dan acar lobak untuk makan siang?” ucap Dong Baek marah
“Kukira kau mendaftar makan siang.” Ucap Jong Ryul bingung. Dong Baek pikir kalau Jong Ryul tak perlu katakan apa pun soal Pil-gu mulai sekarang lalu menyuruhnya pergi saja.
“Dongbaek, jika kau terus begini, dia akan bingung.” Ucap Jong Ryul menahan Dong Baek pergi.
“Aku tak butuh pamannya mencemaskannya. Apa kau pamannya Apa Kau cemas dia mungkin dapat masalah jika orang tahu dia sebenarnya putramu?” kata Dong Baek mara
“Lalu bagaimana perasaanku? Aku tak bisa mengaku ayahnya. Apa  Bisa berhenti emosi?” ucap Jong Ryul
“Aku tak akan biarkan putraku tinggal di rumah pamannya dan makan nasi instan dan acar lobak untuk makan siang.” Tegas Dong Baek
“ Ini kali pertamaku. Biarkan aku menyesuaikan diri.” Pinta Jong Ryul Don Baek menegaskan tak akan terbawa omong kosongnya lagi.
“Dengarkan baik-baik. Jika kau terlibat dalam hidup Pil-gu sekali lagi, akan kutuntut kau sebagai ayahnya dan biarkan seluruh dunia tahu, jadi, lain kali bersiaplah.” Ucap Dong Baek berjalan pergi.
Jong Ryul hanya bisa berteriak memanggil Dong Baek dan Dong Baek tak peduli berjalan bersama dengan Pil Goo. 



“Akulah yang perlu kuhancurkan, bukan Pengusil.”  Gumam Dong Baek
Pil Go menatap ibunya dengan wajah bangga, Dong Baek bertanya apda anaknya apakah  tak muak dan lelah selalu diintimidasi. Ia pir Orang selalu bertingkah karena  terlalu baik pada mereka.
“Aku orang yang mampu mematahkan hidung orang dengan tinjuku. Aku juga pejuang yang mampu melindungi anakku.”
Pil Goo berkomentar kalau ibunya mirip Conor McGregor. Dong Baek tersenyum bahagia mendengarnya.
“Mulai kini, aku putuskan menjadi ibu terkuat di dunia.”
Dilayar lebar terlihat berita [PEMBUNUH BERANTAI, PENGUSIL, DITANGKAP SETELAH ENAM TAHUN] 

Ayah Heung Sik sudah dibawa polisi, wartawan langsung mengerubungi bertanya “Apa alasanmu melakukannya? Apa Kau mengakuinya? Apa Kau mengakui tuntutannya?” Ayah Heung Sik terlihat kesal langsung berteriak “Berhenti ribut!”
Di sisi kantor polisi pusat, Yong Sik dan Tuan Byun serta Tuan No seperti tersingkir karena mereka bukan polisi pusat. Tuan Byun piir Ternyata gangguan kepribadian antisosial atau semacamnya. Yong Sik pikir Siapa peduli yang dipikirkan psikopat itu.
“Yang terpenting kita harus fokus pada fakta bahwa kita, pria baik-baik, berusaha menangkapnya. Itulah intinya.” Ucap Yong Sik mencoba untuk tetap santai.
“Apa Kau datang dari pernikahan?” tanya Tuan Byun melihat pakaian Tuan No yang rapih. Yong Sik seolah tak mengubrisnya.
“Apa Kau tahu orang Paris? Walau ada serangan teroris, mereka tetap pergi ke kafe besoknya dan minum kopi. "Tak ada yang bisa kau rebut dari kami." Itu yang mereka coba katakan saat minum kopi.” Ucap Yong Sik terus mengoceh
“Kau ingin wawancara, 'kan?” ucap Tuan Byun pada Tuan No. Tuan No mengaku sebenarnya juga berkontribusi di penyelidikan ini.
Tuan Byun mengaku sudah tahu lalu memeluknya sebelum Tuan No menangis. Sementara Yong Sik yang bahagai mencoba menelp Dong Bae tapi Dong Baek yang tak mengangkat. 



Dong Baek sedang ada dibus dengan Pil Goo yang tertidur di pangkuanya, lalu melihat Yong Sik menelpnya tapi seperti sengaja tak mengangkatnya. Ia melihat tangan ananya berkomentar Pil Goomasih seperti bayi.
“Pil-gu melindungiku seumur hidupnya.” 

Flash Back
Pil Goo berlari keluar dari kamar mandi mengaku sudah menangkap jangkrik. Dong Baek mengeluh agar meminta buang saja keluar. Pil Goo dengan bangga mengatakan ibuny bisa ke kamar mandi sekarang dan bisa buang air besar!
“Pil-gu menyelamatkanku dengan datang ke dunia. Saat makin besar, dia berjuang agar bisa melindungiku.”
“Kenapa aku harus melindungimu? Kau seharusnya melindungiku.” Ucap Pil Goo pada ibunya.
“Aku menjadi gadis kecil.Tapi dia menjadi dewasa.”
 “Kita tak akan tinggal bersama saat aku dewasa dan menikah, 'kan Bukankah biasanya begitu?” kata Pil Goo sebelumnya.

Dong Baek akhirnya sampai rumah dan Pil Goo masuk lebih dulu berlari memangil neneknya. Ia menatap Pil Goo bergumam tak tahu dia berusaha keras untuk tidak menjadi anak-anak. Aku mengkhianatinya dan sibuk jatuh cinta.”
“Astaga, Dongbaek! Kenapa lama sekali menjawab telepon? Astaga, yang benar saja.” Keluh Yong Sik sedang berjalan terlihat bahagia karean Dong Baek mengangkat telpnya.
“Maaf. Tadi aku tak bisa menjawab telepon.” Ucap Dong Baek. Yong Sik bertanya apakah Dong Baek sudah lihat berita
“Terima kasih banyak. Aku akan ketakutan seumur hidupku jika bukan karenamu.” Kata Dong Baek
“Aku akan ke bar sekarang. Jadi, sebaiknya kau memujiku.” Ucap Yong Sik pun rasa bahagia.
“Tidak, jangan datang ke bar. Kutemui kau di tempat pertama kali aku jatuh cinta padamu.” Ucap Dong Baek. Yong Sik terlihat bingung. 

Dong Baek sudah ada di stasiun Ongsan, duduk dibangku sendirian saat itu Yong Sik datang memanggil Dongbaek dengan wajah bahagia sambil melambaikan tanganya. Dong Baek heran Yong Sik yang selalu tersenyum seperti itu. Yong Sik datang dan langsung mencium bibir Dong Baek.
“Wahhh. Apa Di sini kau jatuh cinta padaku?” ucap Yong Sik penuh semangat. Dong Baek bingung Untuk apa ciuman itu
“Saat aku melihatmu duduk di sini, kau tak tahu betapa emosional aku. Saat itu, jantungku berdebar kencang hanya karena duduk di sebelahmu. Tapi sekarang, kita cukup dekat untuk berciuman. Ini bisa dianggap keajaiban.” Ucap Yong Sik penuh semangat
“Kenapa menciumku seperti itu? Yang benar saja. Itu sungguh tak pantas.” Kata Dong Baek memalingkan wajahnya.
“Ada apa?Apa Ini karena aku menciummu? Astaga, dahulu kau bisa menciumku lebih dahulu. Kenapa tiba-tiba malu?” ucap Yong Sik bingung. 

Dong Baek tiba-tiba menangis mengeluh dengan yang harus dilakuannya sekarang karena tak bisa mengatakannya. Yong Sik bingung akhirnya duduk bertanya apakah sesuatu terjadi lagi. Dong Baek merasa tak bisa dan tak mau menangis saat mengatakannya.
“Aku tak mahir soal berpisah.” Ucap Dong Baek. Yong-sik terkejut mendengar yang dikatakan Dong Baek.
“Apa? Kenapa melihatku seperti itu?”kata Dong Baek melihat tatapan Yong Sik yang berubah
“Omong kosong macam apa yang akan kau katakan kali ini?”ucap Yong Sik Shock. Akhirnya Dong Baek menangis histeris sambil menutup matanya seperti anak yang kehilangan permenya. 

“Astaga, siapa yang memutuskan orang dan sambil menangis seperti bayi?” keluh Yong Sik mencoba menahan rasa sedihnya.
“Aku tak ingin melukai Pil-gu agar aku bisa bahagia.” Ucap Dong Baek. Yong Sik ingintahu apakah Pil Goo sangat membencinya dan menentangnya.
“Aku akan lebih baik jika dia berkata begitu. Tapi dia terus... Dia terus berhati-hati bicara dan Dia mulai menjadi sepertiku. Berpacaran tak pernah kupilih. Pil-gu selalu yang utama bagiku, tapi bersikap begitu kekanak-kanakan.” Ucap Dong Baek sambil terus menangis.
“Tak apa-apa... Aku akan berusaha lebih keras memenangkan restunya. Jangan khawatir.” Ucap Yong Sik mencoba menghapus air mata yang terus mengalir.
“Kukira... semua akan seperti itu. Tapi itu hanya keinginan kita. Sejak Pil-gu mulai bicara, dia berkata akan melindungiku. Pikirannya yang seperti itu membuatku merasa menyesal dan terganggu.” Ucap Dong Baek

“Astaga... Kenapa kau harus...sangat teguh?” kata Yong Sik menatap Dong Baek.
“Pil-gu masih anak-anak. Yang terpenting bagiku adalah memastikan Pil-gu tumbuh menjadi anak bahagia dan percaya diri.” Ucap Dong Baek,
“Kurasa waktu dan faktor hanya omong kosong.” Guman Yong Sik 
“Aku sudah tahu yang harus kukatakan untuk membuat Hulk baik ini menyerah.” Gumam Dong Baek menatap Yong Sik.
“Aku hanya ingin menjadi ibu. Aku tak ingin hanya menjadi wanita. Aku ingin bahagia sebagai ibu.” Ucap Dong Baek.
“Astaga... Kau sungguh kejam... Apa yang harus kukatakan untuk membantahnya?” kata Yong Sik 


“Kau tak bisa apa-apa... Kita hanya harus putus.” Kata Dong Baek akhirnya menangis kencang.
“Entah bagaimana aku akan putus dari Dongbaek. tapi aku juga tak bisa mempertahankannya” gumam Yong Sik
“Begitulah musim semi ajaib ibuku berakhir. Lalu dengan cinta dan kasih sayangnya, aku akhirnya dewasa.” Gumam Pil Goo 


Pil Goo yang sudah dewas berjalan dengan setelah jas, sambil menelp memberitahu kalau sudah makan. Ia mengeluh pada ibunya yang terus bertanya apakah sudah makan dan mengaku agak sibuk sekarang jad meminta agar berhenti meneleponnya dan akan segera datang
Bersambung ke episode 37

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar