PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 02 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 28

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 




Tuan No sibuk mencuci mobilnya, Yong Sik datang dengan Tuan Byun. Yong Sik menyindir Tuan No mencuci mobilnya justru pada saat ini. Tuan NO balas menyindir Yong Sik itu pasti menyukainya karena terus mengikutinya. Tuan Byun ingin memberitahu alasan tapi Yong Sik menyelanya.
“Kau tiba-tiba mencuci mobilmu? Kenapa? Kau harus menyingkirkan bukti?”sindir Yong Sik. Tuan No mengeluh mendengarnya.
“Hei! Kau tak seharusnya menyelidiki seperti itu.Sekalian tanya apa dia pelakunya. Kenapa kau terlalu jujur?” kata Tuan Byun juga memarahi Yong Sik.
“Apa aku perlu izin polisi untuk mencuci mobilku?” keluh Tuan No. Akhirnya Yong Sik memeriksa mobil Tuan No
“Petugas Hwang. Kuasa politik Ongsan akan segera berubah. Kau harus belajar sopan. Aku singkirkan permen karet di sisi kursi penumpang. Astaga, Hyang-mi sudah gila. Kenapa dia menempelkan permen karet di mobilku?” keluh Tuan No kesal
“Namun, noda di setirmu tak bisa hilang.” Sindir Yong Sik. Tuan No bingung kalau Ada noda di sana
“Apa Kau menyetir dengan sesuatu di tangan?” tanya Yong Sik. Tuan No bingung kalau ini terkena sesuatu?
“Bukankah ini darah?” kata Yong Sik. Tuan No kaget kalau ada  darah di sini dan bertanya-tanya Kenapa ada darah lalu mengeluh Yong Sik yang  menakutiya.
“Kau mungkin mengupil saat menyetir.” Ucap Yong Sik. Tuan No mengaku  tak pernah mengupil!
“Tuan No...Apa yang kau lakukan sekitar pukul 22.00 tanggal 24?” tanya Yong Sik. Tuan No terlihat gugup dan bingung tak bisa menjawab.
“Mari bicara di kantor polisi.” Kata Yong Sik. Tuan No kaget berpikir  ditahan karena mengupil sambil menyetir. 


Tuan No hanya bisa tertunduk di kantor polisi. Yong Sik memberitahu kalau Tuan No itu satu-satunya orang yang mendapat untung dari kasus Pengusil, bahkan Hanya Tuan No yang dekat dengan direktur Akademi Hanbit yang menghilang.
“Hanya kau yang mengirim uang beberapa kalikepada Choi Hyang-mi, yang menghilang. Selain itu, kau satu-satunya yang memiliki darah di setirnya...” ucap Yong Sik
“Aku mungkin mengupil! Aku hanya mengupil.. Ah .. Sialan.” Teriak Tuan No marah. Dong Baek pikir Tuan No di ujung setiap jejak.
“Kepala Byun,  Berapa lama lagi aku harus ikuti sandiwara detektif ini?” keluh Tuan No
“Kami tak bisa menghubungi Hyang-mi. Tolong bekerja sama.” Kata Tuan Byun.
“Sudah jelas. Dia mungkin kabur membawa uang seseorang. Kenapa kalian menanyaiku soal dia? Kami tak ada hubungan sama sekali.” jelas Tuan No
“Hei.. Apa yang kau lakukan di malam tanggal 24?” tanya Yong Sik. Tuan No hanya diam saja.
“Kenapa tak memberitahuku?” keluh Yong Sik. Tuan No mengaku  makan salmon masu.
“Apa Kau punya alibi?” ucap Yong Sik tak percaya. Tuan No pikir Yong Sik  bisa telepon ibu mertuanya.
“Mertuanya mengelol tempat salmon masu yang selalu dibicarakannya.” Kata Tuan Byun
‘Beri tahu saja yang kau lakukan hari itu. Kau tak perlu membuat curiga.” Kata Yong Sik
“Sejujurnya, aku tak ingat. Itu sebabnya. Aku sangat mabuk hari itu, aku bahkan tak ingat cara aku pulang... Kenapa dengan Hyang-mi?” kata Tuan No lalu mengingat sesuatu. 


Flash Back
Tuan No mabuk direstoran ibu Nyonya Hong, lalu mendekat dan membungkuk meminta maaf setelah itu memanggil Ja-yeong dengan nada merengek ke depan kamar. Ibu Nyonya Hong mengeluh meminta Tuan No berhenti sambl membungkus makanan.
“Dia sungguh tak ada di sini, ya? Sayangku Ja-yeong sungguh tak ada di sini, 'kan? Dia juga tak ada di sana, 'kan?” ucap Tuan No sedih
“Dia tak ada di sini. Sudah kukatakan. Kenapa kau mencarinya di sini?” keluh Ibu Nyonya Hong
“Maafkan aku.... Aku manusia sampah... Ja-yeong.” Rengek Tuan No lagi. Ibu Nyonya Hong langsung memberikan makanan pada anak menantuna.
“Bawa ini dan pergilah... Sopirmu akan segera datang.” Kata Ibu Nyonya Hong.
“Ja-yeong, aku mencintaimu.” Teriak Tuan No lalu pergi keluar dari restoran. 

Tuan No memasukan makanan ke dalam bagasi dan saat itu Hyang Mi lewat sambil memberikan tanda cinta. Tuan No yang mabuk kesal menganggap Hyang Mi Beraninya merendahkannya 
“Semua ini karena Hyang-mi. Jika dia tak muncul...” kata Tuan No akan mengejarnya tapi sebuah mobil melaju dengan kencang dibelakanganya.
Hyang Mi sedang mengemudikan motornya tiba-tiba dikejar oleh mobil yang menyalakan klaksonya. Hyang Mi bingung karena tak ada jalan lagi. Jessica terlihat sangat marah akan membunuh semuanya, akhirnya Hyang Mi terjatuh dari motor dan mobil Jessica meninggalkanya.
“Hyang-mi... Apa Kau sudah mati?” tanya Tuan No kaget melihat motor Hyang Mi jatuh. Hyang Mi terlihat hanya terdiam di sawah terlihat jatuh.
“Gyu-tae.. Ahh.. Sial. Bisakah kau tangkap berengsek itu? Tapi Pertama, bisa kau bantu aku?” ucap Hyang Mi akhirnya tersadar lalu memuka helmnya. Tuan No bernafas lega karena Hyang Mi yang belum mati.

Tuan No hanya diam saja menginga semua kenangan dengan Hyang Mi. Tuan Byun melihat mimik wajah TuanNo langsung bertanya apakah menginga sesuatu. Yong Sik pikir kalau Tuan No  baru ingat adegan kejahatannya tadi.
“Apa Hyang-mi sungguh menghilang? Apa Dia tidak kabur?” tanya Tuan No memastikan.
“Tak ada tanda-tanda dia masih hidup. Dia tak menggunakan uang dan tak mengangkat telepon.” Kata Tuan Byun.
“Apa Sudah melacak teleponnya?” tanya Tuan No.  Yong Sik memberitahu Undang-Undang Perlindungan Informasi Pribadi sangat ketatdan Polsek tak bisa...
“Kau tak tahu apa-apa... Kalau begitu, ayo pergi” ucap Tuan No langsung berdiri. Yong Sik bingung kemana.
“Toko ponsel di Persimpangan Ongsan dikelola sepupuku. Dia melacak bedebah yang membawa lari uangku dengan alat pelacak lokasi. Bagaimanapun, ayo pergi.” ucap Tuan No. 


Di depan komputer.
Tuan No bingung karena Hyang Mi ada disuatu tempat  karenan manusia tak seharusnya ada di sana. Tuan Byun hera Kenapa ada orang di tengah-tengah danau. Mereka melihat ponsel Hyang Mi ada di danau ongsan, sepupu Tuan No memberitah Lokasi terakhir bisa muncul seperti itu.
“Jika ponselmu jatuh ke air, sinyalnya biasanya hilang. Namun, jika jatuh saat masih menyala atau baterainya dicabut, terkadang masih ada sinyal.” Jelas Sepupu Tuan No
“Mungkin dia melempar ponselnya ke sana, lalu kabur.” Kata Tuan No. Tuan Byun pikir tak mungkin melempar sejauh itu karena Hyang Mi bukan atlet.
“Perahu bebek berpedal. Bagaimana jika dia naik perahu?” ucap Tuan no
“Mungkin tidak di tengah-tengah danau. Ada kemungkinan eror.” Kata sepupu Tuan No
“Apa Kau sungguh mengira Hyang-mi ada di Danau Ongsan?” tanya Tuan No panik. Yong Sik mengeluh Tuan No terus bertanya padanya.
“Yong-sik... Meminta tim penyelam ke sana itu hal besar. Bagaimana?”kata Tuan Byun. Yong Sik mengumpat kesal.
“Tapi ini menunjukkan dia di sana. Apa kita biarkan saja seperti ini?” keluh Yong Sik kesal.


Yong Sik akhirnya keluar dari toko merencanakan agar  kirimkan helm, sweter separuh hangus, dan setir mobil untuk pemeriksaan noda darah. Tuan No mengeluuh Kenapa mengirim setir lalu merasa Yong Sik pikir itu darah Hyang-mi.
“Kepala, bisa terus cari tanda-tanda kehidupan Hyang-mi?” kata Yong Sik tak mengubris ucapan Tuan No.
“Maksudku, sekalipun ada laba-laba di rumah, aku mengambilnya dengan gelas kertas dan menaruhnya di sudut taman, tempat yang terhubung dengan gunung. Bukan hanya karena takhayul soal laba-laba membuatmu kaya. Karena laba-laba juga makhluk berharga.” Ucap Tuan No tak bisa menahan tangis.
“Tuan No, Apa kau menangis?” kata Tuan Byun heran. Tuan no mengaku  tak bisa membunuh laba-laba jadi Bagaimana bisa membunuh Hyang-mi.
“Jangan ke mana-mana. Jika ke bandara, kau akan dilarang meninggalkan negara. Kuminta surat perintah agar kau tak bisa lari.”ancam Yong Sik. Tuan No berlutut memohon.
“Kenapa menakutinya seperti itu? Dia bahkan tak bisa membunuh laba-laba.” Keluh Tuan No pada Yong Sik lalu menarik Tuan No agar tak berlutut.
Akhirnya Yong Sik mengajak dari Tuan No mengajak untuk masuk mobil dan mengantarnya pulang.

Di tempat Hyang Mi jatuh, Tuan Byun mengeluh Kenapa dia mengikuti kita kemari. Yong Sik tak memperdulikan Tuan No, meminta Tuan Byun agar melihat dan yakin Sesuatu jelas terjadi di sini. Tuan Byun malah sibuk melihat Tuan No karena merasa dia mungkin sungguh menangis.
“Apa aku membunuhnya? Jujur saja, aku merasa ingin untuk membunuhnya.” Akui Tuan No. Keduanya menatap bingung.
Sementara tak jauh dari sana Jessica melihat dari kejauhan mengumpat kesal karena Polisi datang ke tempat Hyang Mi terjatuh karena dirinya.  Akhirnya Yong Sik ingin tahu Apakah Tuan No itu membunuhnya? Atau hanya ingin membunuhnya
“Pertama, dia minta kupesankan tiket pesawat. Lalu dia minta 500.000 won. Lalu dia minta 300.000 won. Dia memperlakukanku seperti celengan. Jadi, ada saat aku sungguh ingin menghantam kepalanya keras-keras.” Akui Tuan No
“Jadi, apa intinya? Apa Kau membunuhnya atau tidak?” tanya Yong Sik tak sabar.
“Kurasa aku tak akan membunuhnya sekalipun sangat mabuk. Apa Kau pikir aku tega membunuhnya?” ucap Tuan No
“Omong kosong apa ini? Kau akan menyerahkan diri sebelum kami mulai investigasi. Bisakah kau tenang?” ucap Tuan Byun pada Tuan Nok kesal
“Kenapa membela tersangka?” keluh Yong Sik. Tuan Nok kaget dianggap  "Tersangka"
“Dia mungkin tampak kikuk, tapi itu mungkin saja pura-pura.” Komentar Yong Sik melihat Tuan No
“Hei, aku sudah 20 tahun menjadi polisi. Pelanggar hukum biasanya pintar.” Kata Tuan Byun.
“Lalu kenapa kau tak memberitahuku soal Akademi Hanbit? Katamu aku akan sebabkan kekacauan jika menggalinya.” Kata Yong Sik.
Tuan Byun kaget Tuan No mengatakan hal itu. Yong Sik membenarkan.  Tuan No bertanya apakah Yong Sik tahu masa berlaku perkara. Yong Sik terlihat bingung. Tuan No meminta agar Yong Sik Datang ke tokonya  besok.
“Biar aku berkonsultasi soal masa berlaku perkara lebih dahulu. Lalu akan kuputuskan memberitahumu atau tidak.” Ucap Tuan No dengan wajah serius. 



Nyonya Jung berdiri didepan rumah, hanya diam saja membawa barang ditanganya. Ia mengingat saat terahir kali masak dirumah anaknya.
Flash Back
Nyonya Jung yang berpura-pura demensia, membuang air rendaman daging sapi memberitahu Bagus jika Dongbaek makan ini sebelum berangkat sekolah besok Namuntak yakin apa ini akan matang besok pagi. Dong Baek  langsung berbicara serius pada ibunya.
“ Ibu, kau tidak demensia, 'kan? Ibu, kenapa kau datang? Ayolah. Beri tahu aku.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jung terlihat hanya bisa terdiam mendengarnya.
“Aku bahkan tak ingin tahu alasan kau meninggalkanku. Setidaknya beri tahu kenapa kemari.” Pinta Dong Baek
“Sudah kubilang, 'kan? Aku berjanji setidaknya melakukan satu hal untukmu.” Kata Nyonya Jung.
Dong Baek bertanya apakah Nyonya Jung sudah melakukanya. Nyonya Jung mengaku sudah. Dong Baek pun ingin tahu apa yang dilakukan ibunya. Nyonya Jung hanya diam saja. Dong Bae mengeluh kalau ibunya  mulai membuatnya takut.
“Kau lebih misterius bagiku dibandingkan pelangganku yang aneh.” Keluh Dong Baek
“Aku akan memberitahumu semuanya. Aku hanya menunggu saat yang tepat.” Kata Nyonya Jung
“Tak apa.. Aku tak ingin mendengar kisahmu. Itu sudah sangat jelas. Aku sungguh bodoh. Jadi, aku mungkin akan iba padamu. Aku tak ingin lupakan betapa pantas aku membencimu. Jadi, jangan coba buat aku iba. Aku tak mau dengar apa pun.” Keluh Dong Baek lalu masuk ke dalam kamar.
“Astaga, si bodoh itu... Kalau begitu minta saja aku pergi. Kenapa kau tak bisa mengusirku saja?” kata Nyonya Jung melihat anaknya yang terlalu baik. 


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ONGSAN
Dong Baek mengantar Yong Sik ke rumah sakit. Yong Sik mengaku  Tangannya masih sangat nyeri, tapi Dong Baek  selalu ikut dengannya ke rumah sakit jadi tak begitu buruk. Ia merasa Rasanya seakan ada yang memperhatikan.
“Dan seolah aku satu-satunya yang kau pikirkan saat ini.”ungkap Yong Sik bahagia.
“Yong-sik... Kau bisa bersikap kekanak-kanakan di depanku. Tapi tahan dirimu dari memberi tahu ibumu betapa kau menyukaiku.” Pinta Dong Baek
“Kenapa? “ tanya  Yong Sik. Dong Baek pikir  Sangat wajar bagi Ibu Yong Sik  membencinya saat ini.
“Akan kuberi tahu dia aku mau menikahimu” kata Yong Sik. Dong Baek mengeluh dengan sikap Yong Sik.
“Kenapa kau tak bisa pakai strategi? Kau melamar kemarin, jadi, terlalu dini memberitahunya.” Keluh Dong Baek kesal.
“Dongbaek... Jika aku penuh perhitungan dan strategi, Apa kau pikir wanita tercantik di Ongsan akan jatuh cinta padaku?” goda Yong Sik.
Dong Baek mendengarnya terlihat malu dan mencoba tak mengubrisnya lalu berjalan pergi. Yong Sik mengau dirinya agak tak biasa. Tapi Dong Baek berpikir Yong Sik  sungguh biasa saja. Yong Sik pikir  Karena membahasnya, lalu meminta Don Baek bisa datang ke rumahnya malam ini.
“Bukankah kau tinggal sendiri?” ucap Dong Baek. Yong Sik pikir  Karena itu  memintanya datang.
“Tak akan kuminta jika ada ibuku... Dongbaek, anehnya, kau sangat murni dan seksi bersamaan. Aku pria baik, tapi kau terus membuatku ingin berbuat buruk.” Ucap Yong Sik kembali mengodanya. Dong Baek hanya diam saja sambil tersenyum.

Di ruangan dokter.
Yong Sik mengaku  kalau ia adalah pria yang punya tempat sendiri jadi  merasa tak pernah benar-benar memanfaatkan itu dan Karena sudah melamar Dong Baek jadi tak perlu ditahan lagi. Dong Baek berpikir Yong Sik gila karena ada dokter dan juga perawat.
“Jadi, kau datang malam ini, 'kan?” tanya Yong Sik. Dong Baek mengeluh Yong Sik memintanya datang semudah itu
“Aku sungguh tak tahan lagi.” Ungkap Yong Sik. Don Baek pun berbisik bertanya Pukul berapa?
“Apa Kau sungguh tak ingin tahu alasan aku memintamu datang?” tanya Yong Sik
“Aku sudah cukup dewasa. Akan berlebihan bagiku menanyakan padamu alasan kau memintaku datang. Kau orang yang mengundangku datang ke tempatmu. Mari bahas di luar.” Ucap Dong Baek dengan wajah malu.
“Maksudku, jelas aku tak bisa keramas karena tanganku terbakar. Benar, 'kan? Kita sudah bertunangan, jadi, kau bisa membantuku. Aku tidak bisa lebih dari tiga hari tanpa keramas.” Kata Yong Sik. Perawat dan dokter hanya bisa menahan tawa.
Dongbaek makin malu karena tak seperti yang ada dalam pikiran lalu keluar ruangan. Yong Sik memanggil Dong Baek lalu mengodanya pasti sangat ingin datang ke rumahnya. 


Di lorong rumah sakit
Dong Baek melihat pria berjas saat ibunya menariknya pergi lalu memanggilnya. Si pria pun menoleh, dan berhenti berjalan. Dong Baek merasa pernah melihatnya terakhir kali saat kemari dengan ibunya.
“Kau dan Bu Jo Jung-suk... Apa Kalian akhirnya bertemu?” tanya Dokter.
Akhirnya Di ruangan Ahli penyakit dalam, Dokter Jung Chan Gul. Dong Baek terlihat gugup kalau ibunya kemari setiap Kamis. Ia mengingat saat ibunya tiba-tiba naik taksi lalu bertanya mau kemanan ibunya. Nyonya Jung mengatakan akan kembali besok malam dan Jemput Dongbaek nanti.
“Ibu, kau pergi ke mana belakangan ini?” tanya Dong Baek penasaran. 


Dong Baek keluar ruangan dokter sambil mengingat pesan dokter “Tolong pastikan dia datang tiga kali sepekan.” Yong Sik memanggil Dong Baek bertanya darimana saja. Dong Baek masih mengingat ucapan dokter “Bukan untuk itu kau kemari? Kata ibumu kau tahu.”
“Ada masalah apa? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba tampak bimbang?” tanya Yong Sik. Dong Baek tak membahasnya mengajak Yong Sik untuk segera pergi. 

Dong Baek masuk restoran melihat ibunya, lalu bertanya apakah K hari ini buat kimchi. Ia berkomentar ibunya  masak sup tulang sapi, kini membuat kimchi dan terlihat Sibuk sekali. Nyonya Jung tak mengubrisnya malah mengeluh masih ada ikan teri di lemari es
“Cepat Keluarkan. Akan kutumis dan kutaruh kembali.” kata Nyonya Jung masih tetap sibuk membuat kimchi.
“Kenapa kau sibuk sekali? Apa Kau kehabisan waktu? Apa Kau merasa harus lakukan sesuatu untukku?” ucap Dong Baek menyindir. Nyonya Jung terdiam.
“Ibu... Apa Kau sudah makan? Mari makan daging perut babi” kata Dong Baek. 

Di sebuah restoran
Nyonya Jung mengeluh anaknya membawanya jauh-jauh kemari untuk makan dan ingin tahu ada apa sebenarnya, apakah  Karena Dong Baek  ingin bicara. Don Baek hanya diam saja. Nyonya Jung akhirnya membiarkan Dong Baek Tanya saja yang ingin diketahuinya.
“Kuberi tahu soal Seong-hui, wanita yang dahulu datang...” ucap Nyonya Jung
“Aku tak penasaran. Kubilang aku tak tertarik dengan kehidupanmu dahulu.” Kata Dong Baek. Nyonya Jung tak percaya mendengarnya.
“Permisi. Bisa bawakan garpu?” ucap Dong Baek meminta pelayan, pelayan pun datang memberikanya.
Dong Baek langsung memberikan garpu pada ibunya lalu meminta pelayan kalau pesan soda. Ia pun meminta ibunya agar Jangan terlalu banyak makan nasi dan Pastikan makan banyak daging bahkan bertanya apakah Mau pesan iga sapi juga. Ibu Dong Baek hanya diam saja.
“Ibu, ke mana pun kau pergi, pastikan makan enak. Orang akan suka jika kau banyak makan. Makanlah.” Kata Dong Baek terlihat santai. 

Flash Back
Nyonya Jung mengajak makan Dong Baek sebelum diantar ke panti asuhan  meminta garpu lalu memberikan ketangan Dong Baek setelah itu memesan soda. Ia memberikan daging pada Dong Baek sambil berpesan  Jangan terlalu banyak makan nasi dan Pastikan makan banyak daging.
“Apa Mau pesan iga sapi juga?” tanya Nyonya Jung pada Dong Baek lalu memberikan pesan.
“Ke mana pun kau pergi, pastikan makan enak. Orang suka jika kau banyak makan. Lalu, aku juga ingin minta tolong.” Kata Nyonya Jung. 

Dong Baek dengan santai meminta ibunya makan saja karena Nyonya Jung yang  minta  makan banyak agar orang menyukainya. Nyonya Jung dengan mata berkaca-kaca tak percaya Dong Baek  bisa ingat semua itu. Dong Baek pikir mana bisa melupakan hal itu.
“Daging perut yang kita makan hari itu, menu yang kau pesan hari itu, dan yang kau katakan saat memesan soda dan memberiku garpu. Aku bahkan ingat baumu hari itu. Aku mengingat setiap hal. Akhirnya kau mengerti berapa kali aku pikirkan hari itu?” ucap Dong Baek.
“Aku lebih muda dari Pil-gu. Lalu aku memikirkan hari aku ditinggalkan berulang kali. Namun, aku tak percaya aku masih tak bisa membencim walau kau terlambat kembali.” akui Dong Baek.
“Ibu... Kenapa sebenarnya kau kembali? Aku setidaknya akan kasihan padamu jika kau mengaku sakit.” Kata Dong Baek 
Flash Back
Dokter Jung bertanya apakah Dong Baek akan diperiksa hari ini. Dong Baek terlihat binggung.  Dokter Jung pikir kalau itu tujuan Dong Baek datang karena ibunya mengatakan anaknya pasti mengetahuinya.
“Putriku tak akan membiarkanku mati. Dia sudah menawarkan satu ginjalnya. Aku yakin dia bahkan tak perlu periksa. Dia putriku, jadi, pasti cocok, 'kan? Benar, 'kan?” ucap Nyonya Jung yakin dengan senyuman sumringah.
Apa Kau kembali untuk meminta ginjalku? Aku tak percaya kau menginginkannya meski tak pernah membesarkanku. Namun lagi-lagi, aku tak terkejut. Tak semua orang begitu tebal muka untuk tinggalkan anaknya.” Ucap Dong Baek
“Namun, kau masih bisa memutuskan berubah menjadi orang baik. Hal yang kau katakan membekas padaku selama 27 tahun. Namun, sekarang kukembalikan.” Kata Dong Baek
“Kenapa kau ingat semua itu?” kata Nyonya Jung tak percaya  sambil menangis.
Dong Baek masih mengingat saat ibunya meninggalkan depan panti  “Lalu... aku juga ingin minta tolong. Jika ada yang bertanya nama ibumu, katakan saja kau tak tahu. Ya? Anggap ini membantuku.”
“Ibu, aku ingin minta untuk terakhir kali.  Jika ada yang tanya nama putrimu, pastikan beri tahu mereka kau tak tahu. Tolong lakukan itu untukku.” Ucap Dong Baek lalu melangkah pergi.
Nyonya Jung mengingat saat meninggalkan panti asuhan menangis disamping taksi dan masuk taksi. Dong Baek melakukan hal yang sama tapi tak menangis seperti hatinya bisa tenang setelah membalas dendam pada ibunya. 

Yong Sik baru datang melihat Dong Baek mengeluh Dari mana saja, bahkan tak menjawab telepon. Dong Baek langsung berlari kepeluka Yong Sik dan langsung menangis. Yong Sik bingung bertanya ada apa dan apa yang terjadi pada Dong Baek.
“Aku benci ibuku. Aku sangat benci ibuku. Apa Kau sungguh berpikir ibuku datang untuk meminta itu padaku? Ibu macam apa dia? Dia sangat menyebalkan.” Ungkap Dong Baek terus menangis.
“Ada apa? Apa ibumu meminta sesuatu? Apa Itu membuatmu kesal?” tanya Yong Sik bingung.
“Tidak, bukan itu. Ibuku terus menatapku. Kenapa dia menatap orang yang pergi? Ibuku.. Ibuku terus menatapku. Aku menunggunya kembali selama 27 tahun. Bagaimana jika... ibuku juga sama? Bagaimana jika dia juga menungguku?” ucap Dong Baek lalu kembali menangis dipelukan Yong Sik. 

Epilog
Di restoran
Seorang ibu mengendong bayinya yang terus menangis, Nyonya Kwak yang hamil mengumpat kesal pada bibi diluar mengusirnyaagar pergi saja sambil mengancam.  Setelah itu masuk ke dalam restoran memberikan daging babi pada ibu yang mengendong anak.
“Aku masak ini untuk sendiri... Tapi kita bisa berbagi Jika kau ingin menyusuinya, maka kau harus makan kaki babi.” Ucap Nyonya Kwak menyuapi si ibu.
“Ini Lebih baik saat masih kecil. Jadi kacau saat mereka mulai berjalan dan berlari.” Komentar Nyonya Kwak melihat anak yang masih kecil digendong si ibu.
“Namun, bukankah itu lebih baik?” komentar si ibu. Nyonya Kwak mengejek kalau bisa menunggu dan akan melihatnya nanti.
“Apa Dia anak pertamamu?” tanya Nyonya Kwak. Si ibu membenarkan dan bertanya Nyonya Kwak hamil yang keberapa.
“Ini bayi ketigaku.” Kata Nyonya Kwak. Si ibu tak percaya Nyonya Kwak  mengelola restoran dengan dua anak dan sedang hamil
“Tunggu saja. Seorang Ibu bisa melakukan apa saja. Lalu Siapa namanya?” tanya Nyonya Kwak
“Dongbaek. Namanya Dongbaek.” Kata si ibu dengan bangga. Nyonya Kwak pun tersenyum saat itu kaki Dong Baek sudah menendang ke arah perut Nyonya Kwak, seperti sudah mengodanya.
Ternyata Dong Baek dan Yong Sik sudah saling bertemu saat masih kecilm bahkan Yong Sik di dalam kandungan ibunya.
Bersambung ke episode 29

 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar