PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 08 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 31

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Di papan sebuah danau [DILARANG BERENANG - PERATURAN KEAMANAN - 1. JANGAN BERENANG SAAT MABUK] Dua orang Penyelam dari pemadam kebakaran sedang beristirahat sambil makan Jajangmyeon.
“Tidak penting dalamnya air. Kau akan cenderung lapar.”
Seung Hui mengemudikan mobilnya terlihat sangat marah, berbicara di telp kalau  Apartemen itu mahal jadi tak bisa biarkan dilelang. Ia menegaskanbisa dapatkan uang.
“Harga diri tak bisa dijaga saat sangat membutuhkan uang.” 

Di dalam bar sedang banyak pegunjung dengan seorang pria yang mengibarkan bendera sambil menyanyi. Dong Baek membereskan meja dan membawakan menu lainya.
“Sekalipun dunia kiamat besok, aku harus menjual babi tumis.” Gumam Dong Baek. Yong Sik pun membantu dengan memakai celemek.
“Sial, kenapa mereka menang hari ini? Hei, hentikan! Bisakah kau ambil bendera itu darinya? Apa kepala sekolah sudah gila? Kenapa beri bendera sekolah pada klub bola?” keluh Yong Sik kesal 

“Satu-satunya cara mengusir kepedihan kemarin mungkin dengan kepedihan hari ini.”
Pil Goo berjalan sendirian sambil bermain games, Jong Ryul mengikutinya menyuruh agar masuk ke dalam mobil. Pil Goo menolaknya sambil mengeluh karena terus mengikutinya. Jong Ryul mengaku kalau ia bukan orang yang suka memohon.
“Anak-anak seusiamu harusnya menggila dan sangat ingin berfoto denganku.” Komentar Jong Ryul bangga
“Kau mungkin bukan ayah mereka.” Kata Pil Goo santai. Jong Ryul mengaku semua sudah berat baginya tanpa Pil Goo.
“Bisa tolong ringankan bebanku? Aku membelikanmu Dinos Blade Triple Note.” Teriak Jong Ryul. Pil Goo mengeluh kesal akhirnya naik ke dalam mobil. 

Pil Goo akhirnya membuka mainan yang diberikan sang ayah, lalu memperingatkan Jangan kira ia akan baik dengan gasing. Ia menegaskan kalau Gasing adalah gasing, Jong Ryul adalah Jong Ryul jadi bisa pisahkan keduanya. Jong Ryul menganguk mengerti.
“ Aku ingin katakan sesuatu kepadamu. Bisa fokus sebentar?” ucap Jong Ryul melihat Pil Goo asik bermain.
“Katakan saja... Main gasing tak perlu telinga.” Kata Pil Goo tetap bermain gangsing.
“Pil-gu, ayo tinggal bersamaku. Aku tak pandai berbasa-basi, dan kau anak delapan tahun pertamaku. Aku langsung saja. Tinggallah dengan ayah.” Kata Jong Ryul. Pil Goo terdiam melihat ayahnya.
“Kau bisa beri aku kesempatan untuk mengenal sisi baikmu, 'kan? Kau sudah tinggal dengan ibumu, jadi, jika kau beri aku kesempatan, kau mungkin akan menyukaiku, dan kau mungkin juga akan suka perempuan yang buang air sambil berbaring.” Ungkap Jong Ryul
Pil Goo hanya menatap ayahnya, lalu mengeluarkan semua dari tasnya. Jong Ryul bingung ada apa dengan anaknya itu.
“Kenapa tiba-tiba dibongkar?” tanya Jong Ryul. Pil Goo mengaku juga tak ingin ranselnya lalu bergegas membawa bukunya dan meninggalkan semua pemberiaan Jong Ryul. Jong Ryul langsung mengejar anaknya.
“Ibuku adalah ibuku, dan gasing adalah gasing. Apa Aku tak bisa bersamanya? Aku takkan menukarnya untuk ratusan atau ribuan gasing. Aku paling membencimu di dunia ini.” Ucap Pil Goo sambil menangis. Jong Ryul melongo tak percaya. 


Akhirnya Yong Sik dan Dong Baek mengunci pintu bar. Keduanya berjalan pulang bersama, Yong Sik mengeluh kalau mereka berkumpul hari ini. Dong Baek Tapi di hari seperti ini.. Yong Sik pikir Lebih baik sibuk. Dong Baek pikir  Hari ini penjualan terbaik bulan ini.
“Rasanya seperti novel One Lucky Day. Tuan Kim menarik becak, dan Dongbaek menjual babi tumis. Hidup ini sangat murah.” Kata Dong Bae k sambil tersenyum
“Hei, Dongbaek.. Aku akan segera menemukan ibumu. Jangan khawatirkan apa pun.” Kata Yong Sik menyakinkan Dong Baek
“Yong-sik, setelah menemukan ibuku, katakan aku takkan memaafkannya. Dia membuatku... Dia meninggalkanku di panti asuhan, membuatku membeli gimbap 1.000 won untuk piknik sekolah, membesarkan Pil-gu sendirian, dan pulih dari melahirkan sendirian.” Kata Dong Baek marah
“Apa Kini dia berkata akan mati sendirian? Bukankah dia kurang ajar?” keluh Dong Baek. Yong Sik menenangkan dengan memegang tangan Dong Baek.
“Uang asuransi itu tak cukup untuk minta maaf, minta dia cepat datang dan tinggal bersamaku. Katakan padanya untuk tinggal saja di sisiku. Katakan padanya jika menemukannya.” Jelas Dong Baek. Yong Sik menganguk mengerti. 


[Episode 31-32.. ANTARA MENYERANG DAN BERTAHAN (BERSAMA ORANG YANG MENGINJAK AKSELERATOR)
Pil Goo mencoba tidur dikamar tapi matanya masih terus terbuka. Di ruang tengah Dong Baek sedang mengemas baju dalam koper sambil bergumam “Putraku membuang ranselnya di suatu tempat. Ibuku tak ada. Aku melamun, tapi tanganku terus bergerak.”
“Kau tangguh sekali. Kau mengelola bisnis dan mulai berkemas juga.” Ucap Dong Baek pada dirinya sendiri.
Sementara didalam mobil Yong Sik sedan mendengarka siaran pertandingan terlihat sangat bahagia, pemainya membuat Gol
“Kita bisa hidup... karena kita bergerak hampir otomatis.”
Saat itu Pil Goo keluar kamar terlihat sangat lesu. Dong Baek berpikir anaknyTerlalu semangat hingga sulit tidur. Ia pun memastikan anaknya  takkan melupakan dirinya karena di Tiongkok menyenangkan. 
Pil Goo bertanya apakah Dong Baek  melupakannya saat sangat menyukai Tuan Hwang. Dong Baek hanya menatap sang anak.
“Aku pusing... Aku tak bisa tidur karena sakit kepala.” Keluh Pil Goo sambil membaringkan kepalanya diatas meja.
Yong Sik seperti sedang menunggu di dalam mobil, membaca pesan dari Dong Baek dengan wajah bahagia. Dong Baek menuliskan “Aku tak bisa pergi malam ini.” Yong Sik ingin membalas tapi Dong Baek sudah mengirimkan pesan yang lainnya.
“Pil-gu mendadak seperti bayi.” Yong Sik ingin membalas kalau akan menunggu, Dong Baek kembali mengirimkan pesan lebih dulu.
“Kau Pulang saja, Yong-sik. Ibumu pasti khawatir juga.” Tulis Dong Baek. Yong Sik terlihat kecewa tapi menenangkan diri kalau tak masalah. 


“Kau tak akan tahu hingga menjadi ibu. Bahwa ibumu menghabiskan setiap malam dengan khawatir.”
Nyonya Kwak sibuk memasukan jus ke dalam lemari es sambil mengeluh anaknya tidak minum jus pir dan bunga lonceng cina. Ia pikir kalau tak seberat itu untuk meminumnya
“Kenapa dia selalu membuatku memohon? Anakmu selalu membuatmu kewalahan. Dia selalu menang dan aku selalu kalah. Astaga, itu rendah” keluh Nyonya Kwak
“Kenapa Ibu tak pernah tidur?”
Nyonya Jo terlihat dibawa kerumah sakit tak sadarkan diri. Dokter bertanya pada perawat apakah baru dibawa kemari. Ia pikir harus cepat cari keluarganya karena Luar bisa dia bertahan dengan angka seperti ini. Ia yakin ibu ini pasti sangat bertekad untu hidup.
“Kenapa dia tak bisa sakit? Dia selalu cemas dan khawatir.”

Jessica terlihat sangat frustasi hanya berbaring dikamarnya dengan penuh botol soju. Ibunya datang menyuruh sang anak bangun, karean Ayahnya akan membunuh Jessica jika tahu. Jessica mengaku tak takut. Ibunya kaget sang anak yang  tak takut padanya
“Aku tak takut apa pun saat ini.” ucap Jesisca. Ibunya pun bertanya Apa tepatnya saat ini
“Apa hidupmu tiba-tiba berakhir?” kata Ibunya. Jessica kesal menyuruh ibunya keluar saja. Ibunya terus menarik anaknya untuk bangun.
“Hei... Lihat aku... Beri tahu lebih banyak soal yang kau katakan kemarin.” Ucap Ibu Jessica.
Sebelumnya  Jessica mengaku “Aku menabraknya dengan mobil.” Akhirnya Ia mengaku tak tahu dan tak ingat. Ibunya ingin tahu alasan mobil Jessica  diperbaiki dan sudah melihat semua di tempat parkir jadi tak percaya anaknya yang tak tahu.
“Sang-mi, kenapa tak memberitahuku? Kau bohong soal Hawaii, lalu mengambil lemak pahamu untuk ditaruh di dada, tapi kau akhirnya memberitahuku. Kenapa tak mengatakan apa pun?” ucap Ibu Jessica.
“Ibu... Aku harus apa?” kata Jessica frustasi. Ibu Jessica yakin kalau terjadi  Hari itu. Jessica hanya diam saja. 


Flash Back
Ibu Jessica bertanya pada anaknya dimana keberdaanya,  Jessica penuh amarah  menegaskan akan membunuh mereka semua lalu mengikuti motor Hyang Mi. Di pematang sawah pun, Jessica langsung menyalakan klakson melajukan mobil dengan cepat.
Ia mengingat yang dikatakan Hyang Mi sebelumnya “Rahasia ini tak akan bocor jika orang gila ini diam.  Ini harga yang harus dibayar Jessica untuk ketenarannya. Kau harus berusaha keras untuk menutup mulutku.”
“Hanya dia yang harus pergi, Itu sebab aku berusaha menyingkirkannya.” ucap Jessica  terus menyalakan klaksonya.

Akhirnya motor Hyang Mi terjatuh dan Hyang Mi pun masuk ke sawah. Mobil Jessica pun menabrak tiang, Jessica panik seperti baru saja menyadari yang dilakukanya lalu mencoba membuka ponselnya, tapi tanganya gemetar tak bisa membuka ponselnya. 

Jong Ryul sedang berbicara di telp seperti melaporkan ada wartawan yang mengikutinya dengan Blitz kameranya mati jadi meminta agar memeriksanya.  Ia lalu melihat nama Sang Mi mencoba menelpnya, tapi mengabaikanya dan kembali bicara dengan agencynya.
“Hyang-mi. Apa Kau sudah mati?” tanya Tuan No memastikan. Hyang Mi melhat dari kaca spion kesal karena ada orang yang melihatnya.
“Gyu-tae Oppa ... Sial. Bisa kau tangkap berengsek itu? Tapi Pertama, bisa kau bantu aku?” ucap Hyang Mi mengulurkan tanganya.
“Kau belum mati.” Komentar Tuan No, Hyang Mi kesal karena Tuan No seperti mengingikanya mati. Tuan  No mengaku bukan seperti itu.
“Cepat Ulurkan tanganmu!” kata Hyang Mi. Tuan No pun mengulurkan tangan untuk membantu. Hyang Mi menyuruh agar menariknya.
Tuan No akan menariknya, tapi melihat Jessica berjalan mendekat langsung melepasan tangan Hyang Mi. Hyang Mi pun terjatuh kembali ke sawah yang kering.  Tuan No memanggil kalau Jessica yang baru menabrak orang dan berpikir sedang mabuk.
Jessica seperti ketakutan memilih untuk kabur, Tuan No memperingati Jessica tak boleh masuk mobil yang baru saja tabrakan. Ia pun memberitahu Jika pergi sebelum perusahaan asuransi tiba, maka akan kehilangan banyak uang...
“Hei, Nyonya! Hei, Kau! Ini tabrak lari!” teriak Hyang Mi kesal. Tuan No kaget melihat Hyang Mi seperti hantu sudah ada didekatnya dengan rambut berantakan.
“Ikat rambutmu, bisa? Kau menakutiku.” Keluh Tuan No kesal melihat Hyang Mi yang terluka dan kotor. 


Jong Ryul akhirnya mengangkat telp Jessia terlihat malas karena menanyakan keberadaanya. Ia pikir Jessica tak perlu peduli lalu kaget kalau baru saja menabrak dan bertanya lagi untuk memastkan. Jessica mengeluh kalau Jong Ryul tak mendengarnya.
“Aku menabrak orang! Aku menabrak orang dengan mobilmu!” ucap Jessica.
 Hyang Mi bertanya apakah melihat nomor pelatnya. Tuan No mengaku mabuk. Hyang Mi mengeluh Tuan No memang sungguh tak berguna dan hanya bisa makan kacang lalu mengeluh tubuhnya yang sakit. Tuan No malah bertanya apakah Hyang Mi sungguh ditabrak mobil itu
“Jika tidak, aku akan bilang begitu.”keluh Hyang Mi. Tuan No menyuruh Hyang Mi sadar.
“Pemalsuan kecelakaan mengacaukan hukum lalu lintas!” tegas Tuan No. Hyang Mi mengaku A jatuh untuk menghindari mobil yang ingin menabraknya.
“Lalu kenapa kau memakai itu? Kenapa?” tanya Tuan No melihat Hyang Mi memakai helm. Hyang Mi menjawab Harus mengantar pesanan.
“Kau tak bisa mengantar pesanan seperti ini!” kata Tuan No. Hyang Mi pikir Cumi-cumi tumis dan babi enak saat dicampur.
“Dia mungkin menebak sengaja dicampur.” Tegas Hyang Mi seolah tak peduli dan tetap ingin pergi.
“Bukan pesanannya yang penting. Aku mencemaskan kondisimu, Bodoh! Kau penuh darah dan keringat. Orang yang mendapat makanan itu juga akan terkejut.” Jelas Tuan No
“Ini pesan antar pertamaku. Aku tak boleh sebabkan masalah di percobaan pertama. Aku juga harus membayar Dongbaek. Apa Kau tahu, Aku harus membayar utang?” ucap Hyang Mi
“Aku juga akan bayar kau.” Kata Tuan No. Hyang Mi menegaskan kalau  mulai besok akan menjadi orang berbeda.
“Lupakan dirimu yang baru. Seluruh lututmu tergores! Tak masuk akal bagimu mengantar pesanan sekarang... Hei, kumohon!” ucap Tuan No. Hyang Mi tak peduli ingin menyalakan motornya.
 “Lihat ini. Bahkan benda ini bisa diset ulang. Rongsokan ini masih bisa menyala. Kenapa aku tidak? Jika berusaha keras, aku bisa. Selalu ada kesempatan lain. Ada kesempatan untukku juga.” Kata Hyang Mi lalu berjalan pergi.
“Kata orang, kau akan mati jika tiba-tiba dewasa. Dia mungkin akan jadi orang baik.” Kata Tuan No yang saat itu tanpa sadar darah Hyang Mi mengenai tanganya saat menolongnya.


Jong Ryul kembali ke tempat kejadian, mencari sesuatu lalu berteriak marah dimana Jessica menabrak orang itu. Ia pun ingin tahu siapa yang dtabraknya dan berpikir kalau Ini bohong, Jessica malah berkomentar Jong Ryul sampai dalam sepuluh menit.
“Kau ke Ongsan lagi.” Keluh Jessica marah. Jong Ryul ingin tahu Kenapa Jessica tiba-tiba ada di sini...
“Aku ingin membunuhnya. Choi Hyang-mi akan membongkar semuanya, jadi, aku mau membunuhnya.” Ucap Jessica. Jong Ryul melonggo mendengarnya.
“Kenapa menemuinya? Kenapa kau bertemu dengannya?” keluh Jong Ryul kesal.
“Jong Ryul, aku Jessica.” Tegas Jessica. Jong Ryul mengeluh kenapa dan Apa hubungannya dengan ini?
“Aku Jessica, Nyonya Kang Jong Ryul. Pencari perhatian yang tak punya harga diri selain angkuh.” Kata Jessica.
“Apa kau mabuk?” komentar Jong Ryul melihat tingkah istrinya. Jessica mengaku sempat khawatir, tapi kini yakin bertindak benar.
“Aku benar membunuhnya.” Ungkap Jessica marah. Jong Ryul pikir Jessica hanya pura-pura
“Katakan kau hanya berusaha menakutiku.” Kata Jong Ryul. Tapi Jessica malah menyuruh Jong Ryul  Cari mayatnya.
“Sang-mi, beri tahu yang terjadi!”teriak Jong Ryul frustasi. Jessica menegaskan Choi Hyang-mi, Dongbaek, bahkan Jong Ryul
“Kubunuh semua yang merendahkanku, jadi, jangan memancingku. Bom busuk sepertiku lebih berbahaya.” Ucap Jessica.
“Hei.. Jangan pergi seperti ini... Sang-mi... Hei!” teriak Jong Ryul melihat Jessica melaju pergi dengan mobilnya.
Sementara Hyang Mi masih mengirimkan pesanan ditengah hujan deras dan masuk ke dalam sebuah rumah. Ayah Heung Sik melihat Hyang Mi masuk rumah terlihat senyuman sebagai pembunuh berdarah dingin. 



Di lapangan sekolah
Pil Go mengeluh kalau Perutnya sakit dan tak tahu kenapa rasanya sakit sekali. Dng Baek bertanya apakah Pil Goosudah ke toilet dan sudah buang air besar. Ia heran karean Pertama punggung sakit dan kini perut sakit sambil mengusap punggung anaknya.
“Apa Kau takut pergi ke tempat yang jauh dari rumah?” tanya Dong Baek
“Apa Kau akan tinggal di rumah? Kau takkan pergi, 'kan?” tanya Pil Goo seperti ketakutan. Dong Baek bingung akan pergi kemana .
“Ini hanya empat malam. Aku akan datang dari bandara ke Ongsan. Bar Ibu, rumah kita. Paham.” Tegas Pil Goo
“Apa Kau merasa takkan melihatku lagi?” tanya Dong Baek menenangkan anaknya.
Sementara Nyonya Park sibuk memasukan barang untuk anaknya, dengan banyak makanan lalu melihat kearah Pil Goo dan Dong Baek. Sementara Pil Goo mengaku kalau perutnya masih saja sakit. 

Di depan bagasi bus, Yeong Sub mmbantu memasukan koper. Yong Sik membahas Di masa lalu, saat Jang Bo-ram memutuskan Yeong Suk, Ia tak mengejeknya. Yeong Sub kesal Yong Sik yang tiba-tiba membahasnya.  Yong Sik kembali membahas Saat Yeong Sub mabuk dan buang air di matras giok bahkan tak memberi tahu saudarimu.
“Lalu kenapa? Apa maumu?” tanya Yeong Sub. Yong Sik memperingatan agar mengawasi Pil Goo baik-baik.

“Beruntung sekali Pil-gu... Apa Dia punya berapa pengawal?” keluh Yeong Sub. 

Yong Sik tiba-tiba dikagetkan dengan Pil Go yang menyolek pinggangnya. Ia pun tersenyum melihat anak Hyang Mi, lalu membahas kenapa punggugnya sakit. Ia pun membuat lelucon kalau Mungkin sayap Pil Goo akan keluar. Pil Goo hanya menatap Yong Sik lalu dengan jarinya menyuruh agar mendekat. 

Nyonya Park memberitahu Don Baek Ini gangguan kecemasan perpisahan. Dong Baek heran Kenapa Pil-gu mengalaminya. Nyonya Park menceritakan Saat ia menjemput Jun-gi dari rumah neneknya setelah sebulan, Jung Gi pun juga begitu.
“Mungkin dia cemas aku akan mengirimnya lagi. Jadi Dia ikuti aku ke mana pun aku pergi dan mengeluh setiap bagian tubuhnya sakit. Ternyata itu kecemasan perpisahan. Itu bisa menjadi depresi.” ucap Nyonya Park
Dong Baek melihat anaknya sedang berbicara dengan Yong Sik. Pil Goo membisikan sesuatu dan Yong Sik hanya bisa melonggo seperti sangat kaget. Pil Goo pun mengeluh kalau Yong Sik seperti sulit untuk memahaminya. 

Yong Sik akhirnya berjalan bersama Dong Baek lalu menyarankan untuk menyewa pekerja paruh waktu sementara, karena itu Akan lebih mudah untuk Dong Baek dan ia akan lebih tenang. Dong Baek yakin kalau  Hyang-mi akan segera kembali.
“Aku merasa dia akan segera kembali.” tegas Dong Baek yakn. Yong Sk terlihat bingung.
“Maka, aku akan datang di jam makan siang.” Kata Yong Sik. Dong Baek pikir akan menutup bar hari ini. Yong Sik kaget mendengarnya.
“Mungkin ada hubungannya dengan mengantar Pil-gu, tapi kurasa aku sakit.” Kata Dong Baek. Yong Sik langsung memeriksa keningnya.
“Astaga. Kau panas sekali... Biar kubawa kau ke dokter dahulu.” Kata Yong Sik gugup.
“Lebih baik aku tidur saja. Pil-gu tak ada di rumah, jadi, aku akan pakai kesempatan ini untuk tidur tenang.” Kata Dong Baek lalu berjalan pergi.
“Dongbaek telah menjadi seperti petinju yang tetap tegak setelah beberapa hantaman.” Gumam Yong Sik lalu mengejar Dong Baek sambil mengengam tanganya.
“Nanti aku akan mampir ke rumah.” Kata Yong Sik. Dong Baek bertanya apakah itu rumahnya.
“Pil-gu tak ada... Aku tak menganggap ini kesempatan.”ucap Yong Si. Dong Baek mengerti seperti berpikir berlebihan.
“Aku bukan orang jahat.” Tegas Yong Sik. Dong Baek mengeluh kalau Yong Sik tak perlu membahasnya.
“Jadi, berapa nomor sandimu? Aku akan mengantar bubur dan obat selagi kau tidur. Aku bukan orang jahat.” Ucap Yong Sik
“Dua, lima, delapan, nol.” Bisik Dong Baek dengan mengoda. Yong Sik hanya bisa menghela nafas lalu berjalan pergi. Dong Baek bertanya kemana Yong Sik akan pergi.
“Siapa yang pasang nomor sandi dua, lima, delapan, nol? Aku sungguh harus cepat tangkap Pengusil.” Keluh Yong Sik kesal.


Di sebuah ruangan, Tuan Byun terlihat ketakutan memegang laptopnya lalu meminta Yong Sik mengatakan yang sebenarnya, Bagaimana  Yong Sik kenal dia. Yong Sik mengaku Waktu masih menjadi sopir taksi, saat menangkap perampok sembarang dan bertemu dengan orang ini.
“Apa dia korbannya? Astaga. Itu sungguh kebetulan.” Kata Tuan Byun. Yong Sik mengaku Bukan seperti itu juga.

Flash Back
Yong Sik sedang mengemudikan mobilnya lalu memberitahu pelangganya kalau menyaksikan sesuatu jadi meminta maaf sebelumnya. Si pria langsung membantu dengan menunjuk arahnya.  Yong Sik pun mengeluh kemana itu karena si pria hanya menunjuk “disana... disana” 

Papan nama terlihat “PROFESOR KRIMINOLOGI” Sang prof melihat video pelaku lalu memberitahu ciri-ciri fisiknya, Tingginya 170 hingga 175 cm, Berperawakan sedang. Yong Sik pikir mengaku sudah tahu sambil terus mencatat pada ponselnya.
“Dia tak berjalan dengan postur tegak. Torsonya sedikit condong ke depan.” Kata si pria. Yong Sik mengaku tahu itu juga.
“Kau tak pernah tahu itu... Katakan kau tidak tahu.” Kata Tuan Byun menyenggol Yong Sik. Yong Sik akhirnya menyadari ucapanya seperti tak baik.
“Kriminal yang tak memeriksa wilayahnya walau sekali? Artinya dia kenal gang itu dan letak kamera dipasang. Tak ada yang berjalan begini kecuali lehernya kaku.” Ucap Prof
“Dia benar soal sudut aneh. Dia tahu letak kameranya.” Kata Tuan Byun memastikan dengan memiringkan wajahnya.
“Senjatanya pasti muat di kantongnya.” Kata Prof. Yong Sik pikir Kawat untuk pasang bingkai
“Secara tak sadar, kita menaruh yang penting di sisi yang lebih akrab. Dia mungkin ambidekstrus.” Kata Prof
“Aku paham kau bukan orang sembarangan.” Komentar Yong Sik. Prof  bertanya siapa tepatnya ini
“Kau tahu, ada pencuri di lingkungan ini.” kata Yong Sik gugup. Prof pikir Ongsan dan kawat bingkai foto jadi Ini pasti dia.
“Apa? Siapa maksudmu? Jangan bicara seakan tahu semuanya.” Kata Yong Sik panik.
“Yong-sik, tetap tenang dan jangan usil.” Kata Prof memperingatkan. Yong Sik hanya bisa terdiam. 


Keduanya keluar bersama, Tuan Byun mengingatkan mereka bukan detektif swasta jadi Apa bijak menyelidikinya sendiri. Yong Sik mengingatkan  Setelah melaporkannya, mereka akan minta agar bicara dengan Prof itu juga.
“Lagi pula, aku tak bisa percaya mereka sejak kita diminta memeriksa sepatu 260 mm.” Keluh Yong Sik kesal
“Tetap saja, lingkup kasus ini sudah di luar kendali.” Ucap Tuan Byun.  Yong Sik mengeluh kesal mendengarnya.
“Ibu Dongbaek tertangkap kamera. Dia adalah Penyintas tunggal. Pengusil legendaris. Cinta ibu yang kalahkan monster. Apa Kau pikir mereka yang di atas akan membiarkan ini?” komentar Yong Sik kesal
“Mereka mendatangi Dongbaek seperti hiena. Hidupmu berakhir saat orang menggali kehidupan pribadimu.” Tegas Yong Sik
“Bisakah kau... Bisakah kau sungguh menangkapnya?” tanya Tuan Byun seperti tak yain
“Siapa yang menangkap direktur akademi? Siapa Yang dapat rekaman kamera? Siapa Yang buat kita bisa bertemu Kim Bok-jun?Apa Kau meragukanku?” ucap Yong Sik
“Peramal itu memberitahuku untuk hati-hati dengan orang gila.” Kata Tuan Byun gugup.
“Apa Kau pikir aku tak bisa menangkapnya?” tanya Yong Sik. Tua Byun yakin Yong Sik pasti bisa. Yong Sik pun meminta Tuan Byun agar bergabung denganya.
“Baiklah. Kupertaruhkan sisa karierku kepadamu. Aku dipromosikan atau dipecat. Kini semua tergantung kepadamu!” kata Tuan Byun yakin. 


Dongbaek tertidur pulas dikamarnya, sementara terdengar suara yang berusaha menekan password rumahnya. Ternyata Yong Sik dengan memeriksa kunci rumah agar tak di bobol pengusil.
Yong Sik memasangkan penghangat ditubuh Dong Baek bahkan memasangkan selimut agar tetap hangat. Dong Baek masih saja tidur, Yong Sik membuatkan bubur dan menaruhnya diatas meja.
“Dong Baek.... aku pergi sekarang. Apa Kau tidur?” Ucap Yong Sik mengintip melihat Dong Baek yang masih saja tertidur. Dong Baek seperti masih saja tidur.
Yong Sik akhirnya mendekat dengan memeriksa kening Dong Baek, lalu menatap lama. Dong Baek merubah posisi tidurnya. Yong Sik akhirnya mencoba berbaring disampinganya. Dong Baek langsung mengubah posisi kembali ke arah Yong Sik.
“Dongbaek, aku tahu kau pura-pura tidur.” Goda Yong Sik dengan mata tertutup lalu memberikan kecupan di keningnya. Dong Baek  tersenyum bisa merasakan ciuman Yong Sik.
Keduanya berbaring dengan tangan Yong Sik yang memeluk Dong Baek.
Bersambung ke episode 32

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar