PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 14 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 34

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Di dalam bus, Jun Gi bertanya Pil Goo akan memihak siapa Pil Goo menjawab benci keduanya. Jung Gi memastikan kalau Pil Goo juga membenci Tuan Hwang. Pil Goo membenarkan, Jung Gi ingin tahu alasanya.
“Hei, anggap saja kau duduk dengan Hong Jae-min di bus. Aku duduk dengan Yang Jeong-wu. Tapi Jeong-wu selalu mengupil. Sekalipun aku ingin tetap duduk denganmu, bagaimana aku bisa jika kau punya sahabat baru? Apa Kau paham?” ucap Pil Goo
“Itu tak adil untukku. Tak ada yang lebih pusing dariku di antara anak delapan tahun sekelasku.” Keluh Pil Goo. Jun Gi pun hanya bisa diam saja.
Bus dengan spanduk bertuliskan [SEKOLAH DASAR ONGSAN PELATIHAN TIM BISBOL] akhirnya sampai juga disekolah. Para ibu menjemput anaknya, Jun Gi pun berlari pada ibunya. Pil Goo memanggil ibunya, tapi ternyata Dong Baek tak menjemput.
“Pil Goo.. Kemari.. Ibumu agak sibuk sekarang. Makanlah di rumahku. Dia akan datang menjemputmu.” Ucap Nyonya Park.
“Kenapa dia sibuk?” tanya Pil Goo.Nyonya Park tak menjawab malah mencari dimana tasnya Pil Goo
“Aku yang utama. Kenapa dia sibuk?” keluh Pil Goo terlihat sangat marah. 


Di depan restoran, KEPITING RENDAM JUN-GI. Dua bibi Jung dan Kim sedang membersihkan sawi untuk kimchi. Nyonya Kwak datang ingin tahu keadaan Dong Baek., apakah sudah membuka bar dan sudah makan. Bibi Jung mengeluh kalau Dong Baek itu  tak akan kelaparan.
“Dia bukan orang asing.” Kata Nyonya Kwak. Bibi Jung mengeluh kalau Dong Baek orang asing.
“Khususnya kau dan dia. Entah kau keluarga atau musuhnya. Kenapa kau mengkhawatirkannya? Biarkan saja dia. Terserah apa maunya. Jangan terlalu cemas.” Kata Bibi Kim
“Kalian berdua sangat kejam. Jika kalian tetangganya selama enam tahun, dia lebih keluargadaripada kerabat yang jarang ditemui. Kenapa kau katakan kita harus membiarkannya?” komentar Nyonya Kwak.
“ Apa yang akan kau lakukan? Entah hindari atau rangkul dia. Pilih posisimu. Kau sayang atau benci dia, apa yang akan kau lakukan?” komentar Nyonya Jung
“Kau sudah menyukainya, dan kini dia di hubungan benci tapi cinta. Dia tak tahan lagi.” Ejek Nyonya Kim
“Baiklah, kau orang suci soal urusan orang lain. Tunggu dan lihat saja sampai Geum-mi dan Jang-jong menikah. Apa Kau mau mereka menikahi seseorang yang sudah punya anak? Bahkan Buddha akan merasa itu berat. “ keluh Nyonya Kwak.
“Kenapa kau berharap aku pura-pura tak apa-apa? Apa aku meminta terlalu banyak? Setidaknya dia seharusnya tanpa anak delapan tahun. Setidaknya dia bisa tanpa beban.” Kata Nyonya Kwak.
Dua bibi mengeluh agar Nyonya Kwak berhenti, saat itu pintu restoran terbuka. Pil Goo keluar dengan menarik kopernya. Nyonya Park panik mencoba menahan Pil Goo. Nyonya Kwak melonggo kaget ternyata ada Pil Goo dalam restoran.
“Pil Goo..  Pikirkanlah. Bukan hanya kau anak delapan tahun di sini. Aku sungguh tak membicarakanmu. Aku hanya bicarakan anak delapan tahun lain di keluarga lain.” Ucap Nyonya Kwak mengejar Pil Goo
“Apa aku beban ibuku? Apa aku menjadi beban?”tanya Pil Go marah. Nyonya Kwak hanya bisa terdiam.
Akhirnya Pil Goo sampai di rumah mencoba masuk rumah tapi ternyata password rumahnya diganti. Ia pun berteriak memanggil ibunya, tapi tak ada sahutan. Pil Goo terus berteriak memanggilibunya sambil mengedor pintu sambil menangis. 



Dong Baek baru saja keluar dari kantor polisi ingin menanyakan tentang ibunya. Yong Sik menemaninya terlhat gugup memberitahu kalau hampir menemukannya. Dong Baek inin tahu Apa dia pergi ke rumah sakit. Yong Sik membenarkan.
“Aku terus melihat catatan rumah sakitnya.” Kata Yong Sik. Dong Baek pun meminta agar cepat membawa ibunay  saat datang ke rumah sakit
“Hei, Dongbaek... Sebaiknya kau datang ke polsek dan beri kami kejutan.” Ucap Yong Sik
“Aku mencari di internet dan mendengar cuci darah sangat menyakitkan. Dia sangat membengkak karena sakit. Namun, aku kasar padanya dan menyalahkannya karena gemuk setelah meninggalkanku.” Ucap Dong Baek sedih.
“Dongbaek... Jika kau harus memberinya ginjalmu, maukah kau melakukannya?” tanya Yong Sik gugup
“Tak ada yang bisa komentar apa pun sekalipun aku menolak.” Ucap Dong Baek dan saat itu Nyonya Park menelp.


Dong Baek berlari pulang ke rumah dengan Yong Sik memanggil anaknya dan terlihat Pil Goo hanya duduk didepan pintu. Dong Baek mengeluh akalu anaknya itu membuatnya ketakutan, Yong Sik pun mencoba membuka pintu rumah dengan sandi baru.
“Pil-gu, kenapa kau duduk di sini?” tanya Dong Baek. Pil Goo bertanya pada ibunya ganti nomor sandinya. Dong Baek terlihat bingung.
“Kenapa dia tahu?” tanya Pil Goo. Yong Sik mencoba menjelaskan. Pil Goo bertanya apakah ibunya  akan menikahi pria ini. Dong Baek terlihat bingung.
“Lebih aneh Ibu, aku, dan dia hidup bersama daripada hanya kita berdua. Ini menyebalkan, membuat kepalaku lebih sakit, dan memalukan!” teriak Pil Goo marah. 
“Hei... Kemari. Kau! Kau tak boleh... Kau tak boleh bicara begitu.” Ucap Dong Baek marah. Yong Sik menenangkan Pil Goo dan mencoba membuat Dongbaek agar bisa tenang.
“Tak boleh bicara seenakmu kepada orang dewasa. Kau mengecewakanku jika seperti itu” kata Dong Baek
“Kau tak sekecewa aku. Saat kau tak datang menjemputku dan mengganti nomor sandi rumah kita, rasanya seperti Bumi hancur.” Teriak Pil Goo mendorong Yong Sik dan menangis didepan ibunya. 

Nyonya Hong mengemudikan mobilnya. Tuan No memberitahu Jika dipenjara, maka Nyonya Hong bisa miliki kebun pir di Nonsan. Karean itu Satu-satunya yang bisa diberikan yaitu rumah atau kebun itu. Nyonya Hong mengeluh kenapa Tuan No harus dipenjara.
“Kau tak membunuh Hyang-mi.” Kata Nyonya Hong, Tuan No kaget kalau Nyonya Hong sungguh percaya padanya.
“Bukannya aku memercayaimu. Aku percaya pada diri sendiri. Kurasa aku melihat dia hari itu.” Ucap Nyonya Hong. Tuan No kaget mendengarnay.
“Katamu kau melihatnya di jalan yang mengarah ke pemancingan. Aku melihatnya di pemancingan. Jadi, itu berarti dia tidak mati di jalan.” Ucap Nyonya Hong. 

Nyonya Hong turun dari mobil. Tuan No panik karena merasa tak perlu memberitahu mereka kalau melihat Hyang Mi juga. Nyonya Hong tetap ingin memberi tahu detektif. Tuan No bertanya apakah  percaya mereka, karena mereka sibuk melindungi diri sendiri.
“Karena itu, mereka berusaha menjebloskanmu.” Ucap Nyonya Hong menyindir.
“Apa  Mantan istri No Gyu-tae perlu beri tahu dia melihat Hyang-mi pada hari kematiannya? Apa Kau percaya orang kampung itu? Dia tak tahu perbuatannya.” Kata Tuan No marah
“Kurasa orang udik yang bodoh lebih baik daripada detektif cerdik. Karena itu aku menikahimu. Walau kau menusukku dari belakang.”sindir Nyonya Hong berjalan masuk ke kantor polisi. Tuan No hanya bisa mengumpat kesal. 

Di kantor polisi, semua sedan makan jajangmyun. Tuan Byun yang pertama kali melihat Nyonya Hong kaget dan langsung berdiri diikuti oleh semunya.  Nyonya Hong mengatakan yang dikatakan oleh kepolisan Ongsan "Yong-sik mengalahkan Investigasi Wilayah."
“Jangan buat aku menyesal memihakmu.” Ucap Nyonya Hong. Yong Sik melongongo bingung.
“Di malam tanggal 24, aku lihat Choi Hyang-mi.” Akui Nyonya Hong. Nyonya Kwak terlihat penuh semangat medengarnya langsung memasukan buah ke dalam mulutnya. 

Flash Back
Nyonya Hong ternyata melihat Hyang Mi di seberang pintu rumah saat datang mengantar pesanan. Ia mengaku tak bisa lepas mengawasinya dan heran karena Hyang Mi mengantar pesanan dan merasa sudah terlalu lapar.
“Jika itu Dongbaek, aku pasti memesan sup pangsit. Aku masih bernafsu makan besar sebelum perceraianku. Berat badanku jelas takkan turun.” Ungkap Nyonya Hong
Akhirnya Nyonya Hong memilih tidur dan terbangun mendengar suara motor dinyalahkan lalu suara mobil truk. Ia membuka jendela rumah dan heran karena truk itu membawa motor, bahkan Lampunya juga mati.

Saat makan bersama suaminya, Tuan No memberitahu Hyang Mi sudah pergi. Nyonya Hong pun kaget sampai menjatuhkan sushi ke dalam kecap asinnya.
“Lalu kudengar dia menghilang, jadi, kupikir itu juga aneh.”
***
“Jika truk itu membawa motornya.. Artinya Hyang-mi dalam keadaan tak bisa mengendarainya. Apa kau melihat pengemudinya Atau mungkin pelat nomornya?” tanya Yong Sik
“Saat itu cukup gelap, dan anehnya, truk itu tak menyalakan lampu depannya.” Kata Nyonya Hong 

“Jika lampunya dimatikan, maka itu tersangkanya. Baiklah, permainan akan berakhir setelah kita menemukan truknya.” Kata Yong Sik
“Kenapa aku melihat truk itu?” ucap Nyonya Jo. Semua hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Truk yang mencuri motor Dongbaek. Aku lihat hari itu.” Kata Nyonya Jo.
***
Flash Back
Nyonya Jo meesan taksi agar menjemputnya Di depan Camellia. Sekarang. Dong Baek heran ibunya yang memanggil taksi saat larut malam. Nonya Jo menyuruh Dong baek agar membawa anaknya pulang karena Lebih baik dia tidur di sini lagi.
Di dalam taksi, Nyonya Jo terlihat menahan rasa sakit lalu melihat truk yang berhenti disampingnya. Ia pun melihat stiker CAMELLIA dan yain kalau motor itu milik Dong Baek.  Ia pun berpikir Hyang-mi bahkan menjual motor mereka.
“Haruskah kukejar truk itu?” tanya supir taksi. Nyonya Jo menolak agar membawa ke rumah sakit dahulu.
Setelah itu, Dong Baek mengeluh Hyang Mi itu mematikan ponselnya lalu berpikir sudah memutuskan hubungan karena 30 juta won. Nyonya Jo yakin Hyang Mi takkan datang lagi. Dong Baek terlihat bingung. Nyonya Joo pikir Dong Baek Jangan tunggu, karena Hyang Mi yang takkan datang.

“Kukira dia menjual motor dan kabur” akui Nyonya Jo. Yong Sik pun bertanya apaka Nyonya Jo kebetulan ingat nomor pelat taksi yang dinaiki hari itu.
“Kau bercanda? Siapa yang ingat pelat taksi? Saat itu, perutku sakit.” Keluh Nyonya Jo.
“Kamera dasbor taksi akan merekam truk itu.” Ucap Yong Sik. Tuan No akhirnay menyusulkan periksa taksi di Ongsan karena Pamanny sopir taksi.
“Bicara dengan Jong-ryeol... Aku melihatnya di jalan.” Kata Nyonya Jo. Semua melonggo lagi mendengarnya.

“Aku baru dapat hadiah besar.” Gumam Yong Sik mendongkan kepalanya dan terlihat sangat bahagia. 


Flash Back
Jong Ryul mencari sesuatu di pingir jalan mengeluh kesal karena tak ada yang Mi jadi apa yang ditabrak oleh istrinya tadi. Ia pun mengumpat kesal sendiri dijalan, Nyonya Jo pun sedang menaiki taksi pun bisa melihatnya dengan mobil sportnya.
“Mobilnya diparkir di jalan, dan dia berteriak seperti orang gila.” Ucap Nyonya Jo yakin.
Tuan No seperti seorang kepala tim investigasi langsung membagi tugas  Yong-sik bisa mulai dengan memeriksa kamera dasbor Jong Ryul, lalu memberitahu istrinya  kalau ingin bersiap menuntut negara. Ia akan mentuntut negara karena menodai kejujurannya dan langsung disela oleh Yong Sik.
“Ini kesimpulanku. Para tersangka yang melihat Hyang-mi malam itu sebenarnya bukan tersangka.” Ucap Yong Sik menulis nama TERSANGKA, SAKSI, GYU-TAE, JESSICA, JONG-RYEOL, JA-YEONG, NYONYA JO
“Kurasa mereka saksi Aku baru dapat lima kartu beruntung. Lalu setelah mengatur kartu-kartu ini, lalu aku tahu pasti Pengusil akan tertangkap.” Ucap Yong Sik
“Hei..  Buku petunjuk itu tak berguna. Kau bela kami, dan kau akan naik pangkat.” Kata Tuan Byun pada Oh Joon. Oh Joon langsung menutup buku “PETUNJUK UJIAN POLISI”  lalu bergegas pergi.


Di rumah
Dong Baek dan anaknya hanya diam dimeja makan, seperti sedang tak nafsu makan. Dong Baek mengingat pesan dari si pengusil [ KAU HARUS DATANG, DIA MATI KARENAMU SEMUA YANG DEKAT DENGANMU AKAN MATI]
Sementara Pil Goo mengingat yang dikatakan Nyonya Kwak “ Setidaknya dia seharusnya tanpa anak delapan tahun. Setidaknya dia bisa tanpa beban.” Wajahnya seperti sangat sedih. Dong Baek akhirnya mulai berbicara pada anaknya. 

“Pil-gu, mulai sekarang kau tak boleh berkeliaran sendirian. Kau harus turuti kata-kataku, oke?” ucap Dong Baek memperingatkan
“Di mana Nenek?” tanya Pil Goo. Don Baek terlihat bingung dan menjawab kalau nenek Pil Goo akan kembali.
“Bagaimana dengan Hyang-mi? Apa mereka pergi agar kau tenang?” tanya Pil Goo. Dong Baek terlihat makin bingung.
“Apa kau nyaman saat aku pergi ke Tiongkok?” tanya Pil Goo. Dong Baek mengeluh agar anaknya  Berhenti bicara omong koson dan makan makanannya.
“Kita takkan tinggal bersama saat aku dewasa dan menikah, 'kan? Bukankah biasanya begitu?” kata Pil Goo
“Kenapa? Apa Kau cemas aku memintamu tinggal denganku?” tanya Dong Baek.
“Orang tua akan ditinggal saat menikah. Kebanyakan temanku tak tinggal dengan nenek. Aku tahu saat tak diterima. Aku takkan memintamu tinggal denganku setelah menikah.” Ucap Pil Goo
“Apa kau seperti ini karena kupukul waktu itu? Setidaknya kau bisa tenang karena kau yang dipukul.” Kata Dong Baek
“Aku tak bisa tidur. Apa Kau pikir anak-anak selalu tidur nyenyak?” keluh Pil Goo 


Tuan No sedang dihipnotis agar bisa kembali ke masa lalu. Di ruangan kontrol Yong Sik dan Tuan Byun menungu dengan gugup. Yong Sik bergumam kalau ternyata tak semua kartu beruntung.
“Biarkan saja dia... Dia hanya ingin membantu sebagai satu dari lima kartu keberuntungan. Yang dapat nilai buruk itu yang selalu minta keberuntungan sehari sebelum ujian.” Ucap Tuan No. Yong Sik masih terus mengeluh
“Apa yang kau lihat?”tanya si pria. Tuan No menjawab Hyang-mi membuat hati dengan lengan di atas kepalanya.
“Aku sangat marah.” Ucap Tuan No. Sementara Tuan Byun di ruangan masih berpikir mereka mungkin dapat sesuatu dari ini.
“Pengemudi yang menabraknya keluar dari mobil. Dia perempuan.” Kata Tuan No  Tuan Byun panik mendengar Perempuan
“Astaga, itu mungkin hanya Jessica.” Komentar Yong Sik sudah tahu. Tuan No pun meminta agar memberitahu nomor pelat mobilnya.
“Empat... Delapan.... delapan...Lima” ucap Tuan No terbata-bata. Yong Sik mengeluh mendengarnya, sementara Tuan Byun merasa  nomor itu terdengar akrab.
“Astaga, kau bicara omong kosong!” teriak Yong Sik akhirnya masuk ruangan interogasi dan akhirnya Tuan No langsung membuka matanya. 


“Nomor pelat Jong-ryeol di rekaman kamera pengawas adalah 4904. Tapi kenapa kau bilang "4885"? Kau pasti bercanda” teriak Yong Sik marah keluar dari kantor polisi.
“Hei! Membuat kesalahan adalah bagian dari penyelidikan!” komentar Tuan Byun membela Tuan No yang tertunduk.
“Jujur saja dan katakan kau tak tahu! Kenapa kau mengarang?”  Sejak awal aku tak suka sikapnya!” teriak Yong Sik kesal.
“Aku terus meyakinkan diriku, bahkan aku dihipnotis!” ungkap Tuan No. Yong Sik kesal hanya bisa menginjak kakinya sendiri dijalan.
“Lalu ada kartu keberuntungan yang tak membuatku nyaman.”

Jong Ryul datang ke kantor polisi Ongsan dan langsung memberikan SD Cardnya. Yong Sik dengan suara lirik mengucapkan  Terima kasih untuk kerja samanya. Jong Ryul bertanya apakah Yong Sik sungguh bisa menangkap Pengusil dengan itu
“Tuan Kang, apa kau pernah menangkap perampok bank dengan kotak bekal?” tanya Yong Sik.
“Bukan itu pertanyaanku.” Komentar Jong Ryul. Yong Sik bertanya lagi apakah Jon Ryul Pernah mengikat pembunuh dengan selotip?
“Bukan itu pertanyaanku.” Komentar Jong Ryul. Yong Sik pikir Pengusil hanya bisa berulah karena belum bertemu dengannya.
“Yong-sik, kau bisa katakan itu setelah kau sungguh menangkapnya. Tak ada gunanya kita mengobrol panjang.” Keluh Jong Ryul
“Namun, asal kau tahu saja, Dongbaek...” kata Yong Sik yang langsung disela Jong Ryul kalau  tak tanya itu.
“Aku tak perlu kau memberi tahu kabarnya. Aku bisa temui dia sendiri. Apa Kau pikir kita dekat? Aku dekat dengan Dongbaek.” Ucap Jon Ryul
“Logika macam apa itu? Baiklah. Silakan saja. Coba saja semuanya. Namun, apa pun yang kau lakukan, hubungan kami akan selalu kuat.” Tegas Yong Sik
“Terserah. Kau bisa katakan itu setelah menikah. Silakan hadapi semua yang menghalangimu. Lalu kau bisa katakan itu kepadaku.” ejek Jong Ryul
“Astaga, kau terus membahas semua penghalang itu. Apa itu membuatmu lega? Aku tak perhitungkan semua. Aku hidup sesuai keinginanku. Jadi, kebanyakan penghalang tak bisa menghalangi.” Komentar Yong Sik lalu mengucapkan terimakasih lagi dan segera masuk ke dalam kantor polisi. 




Dua teman Pil Goo berjalan meminta agar meminjamnya dan  berjanji takkan merebutnya. Pil Goo hanya diams aja. Temanya terus mengku  hanya tanya apa boleh meminjamnya. Jung Gi pikir temanya sama saja ingin merebut dari Pil Gooo dengan menyebutkan kakaknya.
“Aku bisa bicarakan dia semauku.” Kata teman Pil Goo. Jun Gi mengelu agar Berhenti bersikap egois.
“Hei, kakakku kelas enam. Dia hampir sabuk hitam.” Kata anak. Pil Goo akhirnya menatap dua temanya.
“Kalian belum pernah sakit kepala, 'kan?”tanya Pil Goo. Si anak mengaku  hanya pernah beringus. Pil Goo akhirnya memberikan games yang diberikan oleh Jong Ryul. 

Keduanya akhirnya bermain tanpa Pil Goo, salah satu heran dengan Pil Goo tiba-tiba bisa kaya dan sudah punya tiga konsol gim. Temanya mengaku tak peduli apa Pil Gooo kaya karena menurutnya ia utetap lebih kuat dari Pil Goo dan Kakaknya kelas enam bahkan hampir sabuk hitam.
“Lalu bagaimana denganku? Menurutmu berapa usiaku?” uca Nyonya Jo tiba-tiba datang. Keduanya terlihat bingung.
“Kau mungkin punya kakak kelas enam. Tapi Pil-gu punya nenek berusia 57 tahun. Kau boleh pinjam hari ini saja. Bersenang-senanglah hari ini dan kembalikan besok. Sebaiknya kau lakukan itu, oke?” ucap Nyonya Jo.  Keduanya terliha bingung.
“Pil-gu punya nenek berusia 57 tahun. Aku selalu ada untuknya dan selalu mengawasinya.” Tegas Nyonya Jo. Saat itu Pil Goo dan Jun Gi berlari mengejar keduanya. Nyonya Jo akan bergegas pergi.
“Hei, kembalikan itu... Dia sakit kepala dan tak berpikir benar.” Ucap Jun Gi
“Nyonya, tunggu.. Dia baru merebutnya dariku.” Kata Teman Pil Goo. Pil Goo heran siapa wanita itu.
“Nenek Pil-gu berusia 57 tahun.” Ucap Teman Pil Goo. Nyonya Jo seperti sudah tak bisa bersembunyi akhirnya menyapa Pil Goo. Pil Goo kaget meliha neneknya. 


Dong Baek baru pulang lalu mengeluh melihat Jong Ryul kembali datang ke barnya. Jong Ryul sambil menghela nafas menanyakan keadaan Dong Baek karena pasti ketakutan. Dong Baek balik bertanya apakah Jong Ryul cemas kalau ia mungkin mati.
“Aku tak percaya penakut sepertimu malah menghadapi pembunuh. Kau pasti terguncang. Aku takkan minta kau tinggal denganku. Pastikan saja kau tak mati. Pastikan saja kau tetap hidup. Kau harus Hidup dan sehat.” Tegas Jong Ryul 

Di dalam bar
Jong Ryul mengaku Saat melihat Don baek  lagi setelah delapan tahun, jadi lebih terganggu pelindung tangan yang dipakai daripada gelang germanium yang dipakai. Ia tahu Dong Baek bekerja dan merawat Pil-gu sendiri membuatnya gila.
“Selain itu, kenapa... Kenapa kau harus...” ucap Jong Ryul tak bisa berkata-kata.
“Kenapa aku harus bertemu pembunuh?” ucap Dong Baek. Jong Ryul tak bisa percaya Dong Baek harus hidup seperti ini
“Hidupmu seperti semacam tantangan.” Komentar Jong Ryul. Dong Baek tak ingin berbasa-basi ingin tahu Apa sebenarnya yang ingin dikatakan
“Kuminta untuk terakhir kali... Mari pergi ke Seoul. Aku tahu uang bukan segalanya dalam hidup. Namun, uang membuat hidupmu jauh lebih nyaman. Berhenti hidup miskin dan berbahaya.” Ucap Jong Ryul
“Kenapa kau tak bisa hidup nyaman, stabil, dan makmur? Apa Tak bisa kulakukan itu untukmu?” tanya Jong Ryul memohon
“Jong-Ryul, saat kita masih bersama, aku tak pernah mencemaskan sewa. Tapi aku merasa tak nyaman. Aku sama sekali tak nyaman. Aku selalu gugup, terintimidasi, dan berhati-hati. Itu yang kurasakan.” Akui Dong Baek
“Tapi belakangan ini, aku nyaman. Aku tak pernah sebangga ini pada diriku. Jadi, bisakah tolong biarkan aku? Tak bisakah biarkan kami sendiri?” kata Dong Baek
“Maka maaf mengatakan ini, kau tak memberiku pilihan selain menjadi orang jahat.” Ungkap Jong Ryul. Dong Baek terlihat bingung.
“Biarkan aku membawa Pil-gu. Aku tak tahan setiap hari memikirkan putraku dibesarkan di bar yang didatangi pembunuh.” Ucap Jong Ryul 



Nyonya Jo mengajak makan cucunya lalu mengaku berniat pergi setelah melihat keadaan Pil Goo dari kejauhan. Pil Goo bertanya kenapa neneknya  tak pulang. Nyonya Joo balik bertanya apakah Pil Goo merindukannya. Pil Goo memberitahu kalau ibunya menunggu Nyonya Jo.
“Sungguh?!!” ucap Nyonya Jo tak percaya. Pil Goo memberitahu kalau ibunya itu menyukai Nyonya Jo.
“Apa dia mengatakannya?” tanya Nyonya Jo. Pil Goo mengaku bisa tahu tentang hal itu. Nyonya Jo menyimpulkan Dong Baek tak pernah mengatakannya.
“Aku tahu dia selalu marah padamu, tapi dia tak pernah sungguh-sungguh. Saat dia sungguh marah, alis, lubang hidung, dan suaranya sangat berbeda. Setelah kau pergi, dia terus menghela napas saat makan Lalu tiap kali pengantar paket mengetuk pintu, dia bangkit dan melihat keluar.” Cerita Pil Goo
“Tampaknya kau sangat mengenalnya.” Komentar Nyonya Joo. Pil Goo yakin lebih kenal ibunya daripada siapa pun.
“Kau dan Tuan Hwang tak sebanding denganku. Jadi, cepatlah kembali ke rumah. Saat Ibu menangis, dia tak berhenti.” Kata Pil Goo
“Kenapa dia menangis?” tanya Nyonya Jo heran. Pil Goo mengaku akan tinggal dengan ayahnya. Nyonya Jo kaget mendengarnya. 



Nyonya Kwak bertemu dengan Pil Goo berpikir kalau masih marah karena menyebutnya beban. Pil Goo memberikan banyak makanan untuk Nyonya Kwak dan semua itu untuknya. Nyonya Kwak bingung kenapa memberikan itu padanya dan berpikir agar bisa lebih tinggi lagi.
“Ibuku adalah orang baik... Ibuku baik... Dia sangat baik.” Ucap Pil Goo dengan mata berkaca-kaca lalu keluar dari restoran.
“Kau dan ibumu membuatku kesulitan.” Ungkap Nyonya Kwak sambil menghela nafas. 

Jun Gi menangis tersedu-sedu, Pil Goo meminta agar Jun Gi berjanji dengan ibunya agar memastikan tak jahat pada ibunya dan  tak merundung lalu memberikan gamenya. Jun Gi mengeluh  tak butuh game konsolnya itu karena tak ada guna kalau Pil Goo pergi
“Kau harus berkunjung ke Seoul.” Ucap Pil Goo tak bisa menahan tangisnya.
“Kapan? Tanggal berapa?” tanya Jun Gi sepert sudah tak sabar. 

Yong Sik dkk melihat rekaman dari black box mobil Jong Ryul dan akhirnay menemukan mobil truk tepat Malam tanggal 24 pukul 23.58. Ia pun melihat  Nomor pelatnya adalah 6033. Tuan Byun mencari informasi dan kaget kalau itu kendaraan curian.
“Tapi pemilik yang melaporkan hilang adalah Park Heung-sik.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik tersenyum bahagia karena bisa menemukanya. 

Sementara Heung Sik duduk dimeja makan, beberapa polisi mengeledah rumahnya. Polisi mengaku Sekalipun itu laporan palsu jadi harus pertimbangkan keadaannya. Heung Sik mengerti.  Polisi memberitahu sudah mendeteksi DNA dari mayat.
“Kami mungkin harus memeriksa DNA setiap orang di negara ini. Jadi, kami sungguh menghargai kerja samamu.” Jelas polisi
“Apa Kau menyetujui tes DNA?” tanya petugas forensik. Heung Sik bertanya apakah juga boleh menolak. 

Tuan Byun melihat Yong Sik sedang berbicara di telp,lalu mengeluh menatap marah lagi. Yong Sik meminta tolong membantunya, setelah itu langsung mengambil sesuatu di tempat penyimpanan. Tuan Byun panik melihat Yong Sik membawa pistol
“ Kau mau ke mana membawa pistol itu?” tanya Tuan Byun bingung. Yong Sik mengaku akan ke tempat Heung-sik.
“Bisakah kau pikirkan strategi sebelumnya? Apa yang akan kau katakan kepadanya? Aa Kau akan menembaknya karena truk itu ternyata miliknya?” tanay Tuan Byun kesal
“Strategiku adalah selalu menyerang cepat. Lalu semua orang di Ongsan memihakku.” Kata Yong Sik
“Astaga, kenapa kau sangat percaya diri?” keluh Tuan Byun lalu melihat Pil Goo lewat didepan kantor polisi dengan wajah lesu. 


Di bar
Dong Baek terlihat marah pada Jong Ryul yang terpikir mengambil Pil-gu darinya, Ia menegaskan Jong Ryul tak berhak dan merasa Jong Ryul itu bersikap seperti itu karena dirinya kaya.  Jong Ryul mengeluh kalau Dong Baek berpikir mereka masih di tahun '80-an.
“Aku tak berhak melakukannya dan  juga punya kesadaran. Aku takkan merebutnya, tapi Biarkan saja aku membantunya. Pembunuh datang ke barmu. Tak bisakah kau percayakan dia kepadaku? Hal yang penting adalah dia aman.”Jelas Jong Ryul.
Dong Baek duduk kembali teringat dengan pesan si pelaku [KAU HARUS DATANG, DIA MATI KARENAMU SEMUA YANG DEKAT DENGANMU AKAN MATI]
“Kau pikir siapa yang pedulikan Pil-gu sebesar dirimu? Itu aku.” Tegas Jong Ryul menyakinkan.
Saat itu Pil Goo pulang, Dong Baek mencoba untuk tak terjadi masala lau menyuruh Jong Ryul harus pergi dan jangan kembali lagi. Ia lalu bertanya tentang sekolah pada sangat anak dan menyuruh mencuci tangan setelah itu aakan membuat kari untuknya.
“Aku tak ingin kari... Aku ingin tinggal dengan Ayah mulai sekarang.” Ucap Pil Goo. Dong Baek kaget begitu juga Jong Ryul.
“Aku sudah memutuskan.” Kata Pil Goo. Dong Baek terlihat benar-benar tak pecaya mendengarnya. 


[EPILOG]
Yong Sik mengejar Pil Goo dan langsung memeluknya saat lewat didepan kantor polisi. Pil Goo langsung melepaskan tanganya, Yong Sik heran Pil Goo begitu saja dan berpikir tak ingin bertemu dengannya. Pil Goo langsung bertanya apa yang disukai dari ibunya.
“Apa? Pertanyaan macam apa itu?” komentar Yong Sik bingung.
“Kenapa kau suka orang yang tamak?” ucap Pil Goo. Yong Sik bingung Pil Goo bicara seperti itu dan menegaskan kalau ibunya tidak tamak.
“Dia punya anak... Kini dia bahkan punya ibu. Namun kini, dia ingin suami. Sementara aku hanya punya dia. Kurasa aku lebih bahagia saat usiaku tujuh tahun.” Ungkap Pil Goo
“Apa karena aku belum datang ke Ongsan saat itu?” tanya Yong Sik. Pil Goo hanya menjawab dengan helaan nafas lalu berjalan pergi.
Bersambung ke episode 35

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar