PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 28 Agustus 2019

Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 13

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Yi Young bermain timpani sambil berjinjit teringat yang dikatakan pada Jang Yoon sebelumnya.
Flash Back
Tapi sepertinya aku menyukaimu... Aku menyukaimu.” Akui Yi Young malu-malu
“Itu tidak akan berujung baik.” Kata Jang Yoon, Yi Young binggung apa maksud ucapanya itu.
“Kau dan aku... Kita tidak bisa menjalin hubungan apa pun.” Kata Jang Yoon, Yi Young tak mengerti apa maksudnya "Tidak bisa" dan ingin tahu alasanya.
“Saat Ian meninggal, di jasadnya, salah satu lukanya tidak berasal dari kecelakaan. Luka tusukan oleh orang lain. Mungkin kaulah yang menikam Ian.” Kata Jang Yoon. Yi Young pikir kalau Jang Yoon itu sedang bicara omong kosong.
“Aku ragu kau ingat itu, tapi gadis yang dicintai adikku adalah kau.” Ucap Jang Yoon. Yi Young terdiam mendengarnya. 


“Bisakah kau mengulangi itu lagi? Aku tidak bisa.. Aku tidak mengerti apa pun yang baru saja kau katakan. Jadi, maksudmu aku yang membunuh Kim Ian? Ulangi ucapanmu barusan. Katakan semua yang kau ketahui. Jangan melewatkan apa pun. Benarkah aku pacarnya Ian?” ucap Yi Young penasaran.
“Setahuku begitu.” Kata Jang Yoon dingin, Yi Young ingin tahu bagaimana Jang Yoon bisa mengetahuinya.
“Aku saja tidak tahu kapan menjadi pacarnya.” Ucap Yi Young binggung
“Karena Ian berulang kali memberitahuku bahwa dia mencintai seseorang.” Kata Jang Yoon. Yi Young bingung kenapa Jang Yoon tahu itu dirinya.

“Sangat jelas jika kau melihat foto-fotomu yang dia ambil. Sulit menggambarkannya dengan kata-kata, tapi jika kau ingin melihatnya, akan kutunjukkan.” Ucap Jang Yoon.
“Apa Beberapa foto adalah bukti aku dan Ian pernah berkencan? Kau bilang foto seperti itu ada di mana-mana. Tentu. Seperti katamu, anggaplah aku berkencan dengan Ian.” Ucap Yi Young menahan tangisnya.
“Kalau begitu, Apa aku membunuh pacarku? Apa Aku menikamnya dengan pisau?  Ayolah. Kenapa kau melakukan ini padaku? Jika kau tidak menyukaiku, katakan saja. "Aku tidak bisa melihatmu. Aku tidak bisa mengencanimu." Hanya itu yang perlu kau katakan.” Ucap Yi Young marah
“Kami menemukan tasmu di mobil dari kecelakaan itu. Hari itu, kau bersama dengannya.” Kata Jang Yoon. Yi Young tak percaya mendengarnya.
“Ada luka tikaman pada jasad Ian. Dan pisau berlumuran darah ditemukan di tempat kamu pingsan.”ucap Jang Yoon.
“Apa maksudmu... Jika itu benar, kenapa mereka tidak menyelidikinya dengan baik? Kenapa tidak ada yang memberitahuku soal ini?” kata Yi Young tak percaya dengan ucapan Jang Yoon.
“Karena kejadian itu ditutupi sebagai tabrak lari. Apa Kau tahu? Itu menjadi kasus tabrak lari. Aku menemukan pisau itu sendiri di tempat kau ditemukan. Hari itu saat kita pergi ke lokasi kecelakaan, apa kau ingat yang kau katakan kepadaku?” ucap Jang Yoon. 



Flash Back
Yi Young mengingat kalau Jang Yoon mengatakan pacar Ian itu masih hidup dan bisa menanyakannya apa yang terjadi hari itu. Jang Yoon menatap Yi Young karena yang dicintai Ian adalah wanita yang ada didepanya.
“Aku mendatangimu karena menginginkan jawaban. Aku ingin mendengar apa yang terjadi hari itu darimu.” Akui Jang Yoon.
Yi Young akhirnya jatuh dan lelah setelah melampaiskan amarahnya, lalu berbaring dilantai sambil menangis. 

Jang Yoon berlari menaiki tanggan dan terengah-engah sampai ke lantai atas, mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
“Itu berarti kau tahu siapa aku dari awal. Kau tahu siapa aku saat kau mendekatiku. Benar kan? Kamu mendatangiku, mengira aku membunuh adikmu. Kau pikir aku pembunuh. Benarkan?” ucap Yi  Young marah
“Aku hanya... Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi hari itu. Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa memberitahumu.” Akui Jang Yoon.
“Begini, aku tidak ingat apa pun. Aku yakin kau sudah tahu itu.” Ucap Yi Young
Jang Yoon mengatur nafasnya mengingat kembali kejadian saat bersama dengan Yi Young. Di mulai Yi Young yang mengaku menyukainya bahkan memikirkan itu semalam. Lalu Ia yang membantu Yi Young saat akan terjatuh.
“Aku sudah memikirkannya bahkan setelah bangun pagi ini. Aku menyukaimu.” Ucap Yi Young dengan senyuman bahagia.
Yi Young pun terakhi kali berani meminta izin untuk menciumnya dan mereka pun berciuman. Mereka akhirnya pergi kencan dengan pergi ke toko buku dan pagi harinya Yi Young tak percaya dengan ucapan Jang Yoon kalau dituduh sebagai pembunuh adiknya.
“Kau tahu siapa aku saat kau mendekatiku. Benarkan? Kau mendatangiku, mengira aku membunuh adikmu. Kau pikir aku pembunuh. Benarkan?” ucap Yi Young.
Jang Yoon mencoba untuk tetap tenang dengan semua yang terjadi. 



Yi Young mencari tahu tentang Kim Ian dan melihat berita di internet "'Pianis Pemula Kim Ian Meninggal dalam Kecelakaan Mobil'"
“Aku menatap wajahnya semalaman, tapi aku tidak punya kenangan atau emosi. Apa aku sungguh mencintai pria ini? Benarkah aku...” ucap Yi Young menatap foto Ian karena tak mengingat kenangan apapun. 

Joo Wan masuk rungan mengeluh kalau Di luar amat panas, lalu menyapa Yi Young yang terlihat tegang dan langsung menutup laptopnya.  Joo wan bertanya Ada apa dengan wajah Yi Young, apakkah merasa kurang sehat. Yi Young mengaku tidak bisa tidur nyenyak semalam.
“Hari ini kita berlatih lagu terakhir, kan? Aku akan membagikan partiturnya.” Ucap Yi Young gugup lalu keluar dari ruangan. 

Joo Wan merasa ada yang aneh dengan Yi Young akhirnya membuka laptop diatas meja dan akhirnya melihat foto Ian, wajah Joo Wan pun terlihat tegang ternyata Yi Young mencari tahu tentang Ian.
Saat latihan dimulai, mata Jang Yoon menatap Yi Young yang duduk dengan wajah tertunduk. Joo Wan merasakan permainan anggotnya yang aneh dan beberapa pemain pun juga terlihat binggung. Akhirnya Joo Wan meminta agar berhenti dan bertanya “Ada apa? Apa masalahnya?”
“Kurasa lagu kita tercampur dengan musik lain.” Kata Han Suk. Yi Young mulai tersadar
“Maaf. Kurasa aku salah memasukkan partitur untuk biola... Maafkan aku.” Kata Yi Young memohon maaf.
“Kenapa kau membuat kesalahan seperti itu? Ada yang memeriksa partitur kalian sebelum latihan? Jika salah satu dari kalian tahu, ini bisa dicegah.” Ucap Joo Wan ikut marah
“Maaf. Ini salahku.” Kata Han Suk, tapi Yi Young mengaku kalau ini salahnya dan langsung membungkuk meminta maaf.
“Mari istirahat. Tolong kembalikan partiturmu. Kami akan memberimu versi revisinya.” Ucap Joo Wan. Yi Young pun kembali meminta maaf, Jenny merasa kasihan dengan Yi Young membantu mengambil partitur untuk diganti. 


Yi Young membaringkan kepala diatas meja, Jenny memberikan minum untk temanya melihat Yi Young “ tampak kacau sejak pagi dan menimbulkan kekacauan bahkan wajahnya yang lesu jadi ingin tahu Apa yang terjadi dan berpikir kalau Habis bertengkar dengan pacarnya.
“Tidak, bukan begitu.” Ucap Yi Young. Jenny langsung menduga  si Bedebah itu berselingkuh. Yi Young menegaskan bukan itu.
“Lalu apa?” tanya Jenny penasaran. Yi Young mengaku hanyasangat frustrasi dan meminta maaf karena akan memberitahunya semuanya nanti lalu teringat sesuatu.
“Jenny... Apa kau tahu seperti apa hubunganku dengan Kim Ian?” tanya Yi Young. Jenny heran Yi Young Mendadak sekali menanyakan hal itu.
“Apa aku pernah bilang kalau kami berpacaran?” tanya Yi Young. Jenny mengaku tidak
“Apa Kau mengencaninya tanpa memberitahuku?” ucap Jenny.  Yi Young mengaku bukan seperti itu lalu pamit pergi dan mengucapkan terimakasih
“Hei... Ada apa dengannya belakangan ini?” ucap Jenny bingung. Yi Young bergegas keluar dari ruangan. 


Yi Young berjalan mengingat yang dikatakan Jang Yoon sebelumnya “Kami menemukan tasmu di mobil dari kecelakaan itu. Hari itu, kau bersama dengannya.”
“Jika perkataannya benar, aku tidak naik taksi saat kecelakaan itu terjadi tahun lalu.” Gumam Yi Young  dan mengingat kembali yang dikatakan Jang Yoon.
“Ada luka tikaman pada jasad Ian. Dan pisau berlumuran darah ditemukan di tempat kau pingsan.” Kata Jang Yoon.
“Apa pisau yang dia temukan adalah milikku? Benarkah aku membunuh Kim Ian dengan pisau itu? Tapi Untuk apa? Jika aku membunuh seseorang... Jika aku benar-benar menikam Ian...” ucap Yi Young panik
Saat itu Yi Young melihat Jang Yoon diujung lorong, dan langsung berbalik arah menghindarinya. Jang Yoon memanggil dan mengerjanya sampai keluar gedung meminta agar bicara sebentar. Yi Young menarik tanganya, memohon agar meninggalkan sendiri.

“Aku tidak mau bicara dengan siapa pun sekarang.” Ucap Yi Young. Jang Yoon tetap memaksa mereka harus mau bicara karena ini penting.
“Aku tidak tahu apa-apa. Sudah kubilang aku tidak ingat!” tegas Yi Young.
“Ada orang yang mati. Tulang di tubuhnya hancur, dan organ-organnya hancur.” Ucap Jang Yoon.
“Hentikan!” teriak Yi Young menutup telinganya, seperti sangat frutasi, kertas partiturnya pun terjatuh. Jang Yoon pun bisa menahan diri mengerti dengan keadaan Yi Young.
“Baiklah, Yi Young. Dengar... Aku juga tidak suka begini. Setahun lalu, Ian tewas dan kau selamat. Mereka yang selamat memiliki rasa tanggung jawab. Itu berlaku untuk kita berdua.” Jelas Jang Yoon.
“Aku tahu kau tidak mau, tapi paksakan dirimu untuk ingat. Hanya kamu yang bisa ingat, jadi, kumohon... Kumohon.” Pinta Jang Yoon.
“Lalu bagaimana denganku? Bagaimana jika aku memang membunuhnya? Bagaimana aku bisa hidup? Kau tidak peduli denganku. Kau akan baik-baik saja jika aku menghilang. Karena semua momen kita bersama adalah kebohongan.” Ucap Yi Young marah sambil menangis.
“Karena aku wanita mengerikan yang mungkin membunuh adikmu. Entah apa yang kamu pikirkan setiap kali melihatku. Aku pasti sangat mengerikan dan hina. Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal sebelum aku mulai menyukaimu? Dengan begitu, rasanya tidak akan sesakit ini. Maaf, tapi aku butuh waktu.” Ungkap Yi Young lalu melangkah pergi. 



Joo Wan berjalan melihat Yi Young menangis seperti tak menyadari ada dirinya, lalu tak sengaja melihat Jang Yoon sedang membereskan kertas di lantai. Ia pun mendekati Jang Yoon, bertanyaApa yang terjadi, karena melihat Yi Young menangis.
“Kenapa kau membuatnya menangis? Aku jadi kesal.” Ungkap Joo Wan ikut membantu mengambi kertas yang terjatuh.
“Apa Kau selalu penasaran dengan kehidupan pribadi anggotamu?” sindir Jang Yoon.
“Dia asistenku. Jadi Wajar aku memedulikannya. Dan Ini membuatku marah. Terlebih lagi, karena aku menyukainya.” Akui Joo Wan. Jang Yoon langsung menatap sinis.
“Bisakah kau bawakan ini ke ruanganku?” ucap Joo Wan berdiri memberikan kertas yang ada ditangan. Jang Yoon pun mengambilnyanya dengan tatapan dingin. Joo Wan pun mengucapakan Terima kasih sebelumnya.


Joo Wan melihat Yi Young duduk di panggung, lalu mendengar mengeluh karena Yi Young bukan di tempat teduh. Yi Young langsung berdiri meminta maaf karena aku merusak latihannya dan berjanji tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi.
“Tentu, kau tidak boleh melakukan, karena Hari konser tinggal sebentar lagi.” Kata Joo Wan. Yi Young pun meminta maaf.
“Baik, aku tahu kau menyesal. Jika ada waktu luang malam ini, mau bekerja paruh waktu?” ucap Joo Wan. Yi Young bingung  tiba-tiba Joo Wan menyarankan Pekerjaan paruh waktu
“Aku harus pergi ke suatu tempat.Tapi aku tidak berani ke sana sendirian.” Kata Joo Wan.

Jang Yoon baru keluar gedung, melihat Joo Wan membuka pintu untuk Yi Young lalu pergi meninggalkan gedung latihan. Eun Joo masuk ruangan Joo Wan dan tak melihat ada diruangan akhirnya mencoba menelp tapi ponselnya sedang tak aktif.
“Di mana kau? Aku tidak suka bermain petak umpet. Berhentilah membuatku memohon perhatian. Dan jangan tinggalkan aku sendirian. Aku pun tidak tahu bisa senekat apa.” Tulis Eun Joo mengirim pesan pada Joo Wan. 

Sementara Joo Wan mengajak Yi Young pergi ke "Restoran Mi" lalu Joo Wan menyapa seorang nenek yang sedang memasak didapur.  Si nenek langsung mengumpat Joo Wan itu  bedebah tidak berguna. Yi Young binggung karena tiba-tiba si nenek mengumpat.
“Apa Kau di sini untuk mendoakan kesembuhan nenek setelah mendengar nenek akan mati? Keluar dari sini. Nenek bilang, keluar.” Teriak si nenek sambil memukul Jang Yoon dengan baskom, tapi Joo Wan masih saja tersenyum.
“Astaga, berhentilah bersikap seolah-olah tidak senang melihatku. Nenek pandai mempermainkan hatiku.” Ejek Joo Wan.
“Astaga, dasar berandal tidak tahu terima kasih... Pergi dari sini, Berandal. Keluar dari sini.” Ucap si nenek mendorong Joo Wan keluar dari restoran, Yi Young masih bingung akhirnya terdorong keluar.
“Nenek sedang bekerja... Jadi, pulanglah dan tunggu nenek di sana jika kau mau.” Ucap si nenek lalu menutu pintu restoranya. Joo Wan masih saja tersenyum melihat sikap neneknya.
“Siapa dia?” tanya Yi Young dengan wajah binggung. Jang Yoon menjawab kalau itu adalah pilarnya yaitu sang nenek. 


Mereka pun pergi ke rumah nenek duduk diteras, Yi Young mengaku tidak tahu ini kampung halaman Joo Wan dan ingin tahu  Sampai usia berapa tinggal dirumah neneknya. Joo Wan menjawab tinggal di sini sampai 16 tahun lalu ke Seoul saat berusia 17 tahun.
“Aku sangat ingin masuk sekolah seni di SMA, jadi, saat itulah aku mulai tinggal sendiri. Nenekku bekerja setiap hari agar dia bisa mengirimiku uang. Begitulah aku bisa bertahan hidup.” Cerita Joo Wan.
“Kurasa dia memang pilarmu.” Komentar Yi Young dan saat itu nenek masuk sambil mengeluh kalau cuaca yang panas sekali. Yi Young langsung berdiri menyapa nenek. 

“Aku tidak sempat memperkenalkan diri tadi. Aku asisten Maestro Nam. Namaku Hong Yi Young.” ucap Yi Young. Nenek Joo Wan tak mengertir ucapan Yi Young.
"Asisten"?” kata Nenek Joo Wan, Yi Young menjelaskan  Pekerjaannya adalah membantun Joo Wan seperti sekretarisnya.
“Jadi, kau hanya anak buahnya... Kau tidak perlu menggunakan kata yang sulit... Hei.. Apa yang kau lakukan, Berandal? Ikuti nenek! Setidaknya kita harus menyiapkan makan malam untuk tamu kita.” Keluh Nenek. Joo Wan tersenyum akhirnya masuk dengan sang nenek.
Nenek menyuruh Yi Young menunggu saja, Joo Wan pun memeluk neneknya sambil masuk ke dalam rumah. Sang nenek mengeluh kalau akan Joo Wan akan membunuhnya karena Punggungnya bisa patah.


Nyonya Seo memberikan hadiah untuk Nyonya Yoon diatas meja, Nyonya Yoon merasa tak enak hati dan tidak perlu membelikannya untuknya. Nyonya Seo mengaku tak masalah  karena menganggap saja hadiah karena menemui Pimpinan Jang untuknya. Nona Yoon pun mengucapkan Terima kasih.
“Pimpinan Jang sepertinya menyukaimu. Aku tidak pernah mendengarnya memuji siapa pun sebelumnya.” Ucap Nyonya Seo. Nona Yoon pikir Pasti dia hanya berbasa-basi.
“Mungkin karena kau bekerja dengan baik.” Kata Nyonya Seo. Nona Yoon pikir mereka semua tahu betapa murah hatinya diri Nyonya Seo saat berurusan dengan investor.
“Aku tidak akan menyangkal itu. Aku akan merekomendasikanmu ke dewan direksi begitu kita mendapatkan sumbangan itu. Aku butuh seseorang di pihakku Dan aku terganggu dengan bagaimana Kang Myeong Suk terus mengganggu yayasan.” Ungkap Nyonya Seo.
“Aku akan menjadwalkan pertemuan secepatnya.”kata Nona Yoon sambil menuangkan minum.
“Cukup soal itu... Aku menyadari kau membuat kesalahan saat aku tidak ada.” Kata Nyonya Seo. Nona  Yoon bingung  Kesalahan apa yang dilakukanya.
“Apa kamu tetap diam meski sudah tahu?” ucap Nyonya Seo memperlihatkan foto Eun Jo diatas meja. Nona Yoon kaget melihatnya.
“Benarkah kau tidak tahu?” ucap Nyonya Seo tak percaya. Nona Yoon mengaku tak tahu.
“Apa kau punya masalah denganku karena aku memilih Presdir Ko saat rapat dewan terakhir?” kata Nyonya Seo. Nona Yoon mengaku bukan seperti itu.
“Ini sangat menjengkelkan, Malah aku yang kesal. Aku mulai meragukan kesetiaanmu kepadaku. Aku tahu kami sudah dikenal sebagai pasangan palsu, tapi ini salah.” Ucap Nyonya Seo
“Maafkan aku. Seharusnya aku lebih berhati-hati.” Kata Nona Yoon kebingungan.
“Kenapa kau membiarkan ini terjadi? Seharusnya kau menanganinya sebelum aku tahu. Pertama, singkirkan gadis muda itu. Aku sangat malu sampai tidak bisa tidur di malam hari.” Ucap Nyonya Seo keluar dari ruangan. Nona Yoon hanya bisa diam saja. 




Eun Joo masuk ruang latihan bertanya pada anak muridnya apakah  sering berlatih dan Sudah sejauh apa mereka berlatih dan mengajak untuk mulai dengan bagian kedua. Si anak memberitahu  Eun Joo kalau meminta instruktur baru mulai pekan ini.
“Apa maksudmu? Tidak ada yang memberitahuku.” Ucap Eun Joo kaget dan binggung.
“Ibuku sudah bicara dengan Profesor Kang di telepon.” Ucap Sianak. Eun Jo tak bisa terima akhirnya bisa mengerti.
“Aku tidak mengerti kenapa ibumu tiba-tiba berubah pikiran. Tapi setidaknya dia harus memberitahuku alasannya. Ini sangat tidak sopan. Aku sudah mengajarmu selama tiga tahun.” Ungkap  Eun Joo marah.
“Ada rumor yang beredar di antara para ibu di sekolah.” Cerita si anak. Eun Joo ingin tahu rumor apa itu.
“Mereka pikir kau tidur dengan pria kaya untuk membeli Guadagnini. Ibuku bilang kau menjijikkan.” Ucap si anak polos. Eun Joo akhirnya keluar dengan wajah kesal
“Choi Seo Joo, wanita gila itu. Aku tidak akan membiarkan wanita berengsek itu memengaruhiku.” Ucap Eun Joo marah dan siap membalas dendam pada Yoo Da. 


Yi Young makan sambil menatap Joo Wan makan dengan lahap sampai habis lalu mengaku Kenyang sekali dan merasa jauh lebih baik, dengan senyuman bahagia. Yi Young berkomentar kalau tidak pernah melihat Joo Wan makan begitu lahap.
“Ini yang biasa kumakan saat masih kecil. Lidahku sangat kuno dan Nenek masih pandai memasak.” Ucap Joo Wan memuji neneknya.
“Hentikan omong kosong itu, Berandal... Hei, jika sudah selesai makan, kau harus mencuci piring dan menaruhnya terbalik. Pastikan kau menaruh mangkuknya terbalik.” Ucap Nenek keluar rumah sambil membawa alas tidur. 

Yi Young langsung berdiri ingin membantu nenek, nenek mengaku tak perlu karena merasa masih sangat kuat. Yi Young tetap memaksa untuk membawakan alas tidur  lalu bertanya Di mana harus meletakkan saat masuk ruangan. Nenek menyuruh untuk menaruh dilantai saja.
“Hanya ini selimut ekstra yang kumiliki.” Ucap si nenek, Yi Young mengerti lalu terlihat kaget maksud ucapan nenek.
“Kenapa kamu sangat terkejut? Apa Kau akan pergi tanpa bermalam di sini?” kata sang nenek. Yi Young bingung menjelaskan.
“Berandal itu... Dia belum pernah membawa siapa pun ke sini.” Kata Nenek. Yi Young melonggo seperti seolah-olah tak mendengar apapun lalu memastikan pada nenek.
“Apa kau tuli? Sejak masih kecil pun, dia tidak pernah mengajak teman. Dia terlalu menghormati harga dirinya. Astaga, kurasa akhirnya dia sudah dewasa.” Ungkap nenek dan mencari kelambu. 



Yi Young keluar rumah, Joo Wan bertanya dimana neneknya.  Yi Yong memberitahu kalau nenek Joo Wan sudah mematikan semua lampu dan tidur. Joo Wan sudah tahu kalau Neneknya selalu tidur pukul 20.00dan bangun pagi-pagi sekali.
“Ada apa? Apa karena kita tidak akan kembali ke Seoul? Aku tidak mengira kita akan bermalam di sini. Bukankah kau ada latihan besok?” ucap Yi Young binggung.
“Latihannya dibatalkan karena seminar. Kau harus memeriksa pesan teksmu. Nona Yang sudah mengirim pesan ke semua orang.” Ucap Joo Wan.
“Omong-omong, kenapa kau tiba-tiba memilih untuk ke sini?” tanya Yi Young bingung.
“Karena kau... Kau menangis.” Kata Joo Wan. Yi Young bingung kalau itu karena dirinya.
“Jangan terlalu terkejut. Nenekku mengirimiku pesan.” Ucap Joo Wa memperlihatkan pesan di ponselnya.
Neneknya mengirimkan pesan “Kau sudah mati? Aku sakit, Berandal.” Yi Young tersenyum berpikir kalau nenek Joo Wan ternyata mahir memainkan ponsel cerdas.
“Dia lebih baik dariku. Mengatakan dia sakit adalah caranya bertanya kenapa aku tidak datang. Aku sudah mengabaikan pesannya. Sepertinya aku tidak bisa ke sini setelah musim panas lalu. Sudah setahun bagiku juga.” Cerita Joo Wan.
“Tapi kenapa tadi kau menangis? Sepertinya kau dan Yoon bertengkar. Apa itu pertengkaran kekasih?” ucap Joo Wan penasaran.
Yi Young teringat yang dikatakan Jang Yoon “Kumohon. Aku tahu kau tidak mau, tapi paksakan dirimu untuk ingat. Hanya kamu yang bisa ingat, jadi, kumohon.”
“Kuharap begitu... Terjadi sesuatu yang menyakitkan.” Akui Yi Young. Joo Wan ingin tahu Apa yang terjadi. Yi Young kebingungan untuk menjelaskan.
“Jika tidak mau memberitahuku, tidak perlu mengatakanya.  Aku senang kita ke sini malam ini. Jangan memikirkan apa pun dan kembali. Kau dan aku butuh hari seperti ini.” Kata Joo Wan keduanya pun menatap langit bersama.
Eun Joo minum di rumah Joo Wan akhirnya menerima pesan balasanya.  “Kukira kamu mengebomku dengan pesanmu. Benarkah? 32 pesan? Aku di Chuncheon sekarang. Aku tidak bisa menemuimu hari ini.”
Jang Yoon pulang ke rumah tak melihat lampu yang menyala dikamar Yi Young, lalu teringat kalau Yi Young diajak pergi oleh Joo Wan. Yi Young sudah berbaring dikamar dan melihat Jang Yoon menelpnya tapi tak diangkat. 

Joo Wan tidur diluar sambil menepuk nyamuk yang mengerubunginya, Yi Young akhirnya keluar kamar. Joo Wan bertanya kenapa Yi Young belum tidur. Yi Young mengaku bisa mendengar Joo wan yang  menangkap nyamuk di luar rumah.
“Tempat ini banyak nyamuk. Obat nyamuk bakarnya tidak berfungsi sama sekali.” keluh Joo Wan.
“Lagu apa itu?” tanya Yi Young melihat Joo Wan memakai earphon. Joo Wan menjawab itu Lagu Debussy.
“Tidur di bawah bulan membuatku sangat emosional.” Ucap Joo Wan lalu memberikan satu earphonenya pada Yi Young
“Sudah lama aku tidak mendengar ini.” Ucap Yi Young, Joo Wan mengaku sama sambil menatap Yi Young dengan senyuman. 


Di rumah, Eun Joo tertidur di sofa setelah minum wine.  Jang Yoon pun duduk lemas dikamarnya sambil melihat pisau yang masih disimpanya sebagai bukti terjadi pembunuhan. Yi Young tertidur dikamar seperti bermimpi buruk.
Dalam mimpinya, Yi Young dikejar oleh seseorang lalu jatuh berguling dan melihat orang dengan tangan bekas luka yang mengejarnya. Yi Young pun terbangun dan melihat sekeliling ruangan lalu tersadar kalau ada dirumah Nenek Joo Wan.
Bersambung ke "Episode 14"

Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar