PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 13 Agustus 2019

Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 6

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Yi Young akan membuang sampah mencoba untuk memastikan tak bertemu dengan Jang Yoon. Tapi saat akan pergi, Jang Yoon keluar dari rumah, Yi Young pun bergegas kabur. Tapi Jang Yoon bisa melihatnya langsung memanggilnya.
Akhirnya Yi Young hanya diam saja di depan tempat sampah. Jang Yoon membuang sampah lalu memberikan tas pada Yi Young lalu bernyanyi "Angin membawa itu kepadaku" Yi Young terlihat binggung apa maksud ucapanya.
“Akan kukembalikan kepadamu, walaupun itu membuatku sedih.” Komentar Jang Yoon lalu beranjak perg. Yi Young melihat isinya ada bra miliknya wajahnya langsung malu. 

Jenny berteriak tak percaya kalau Bra milik temanya, semua pengunjung cafe menatapnya. Yi Young makin malu menyuruh Jenny agar memelankan suaranya. Jenny memastikan kalau Jang Yoon mengembalikan bra temanya. Yi Young membenarkan.
“Ada yang janggal darinya dan Ceritanya panjang. Dan Ada lebih dari beberapa insiden aneh.” Ungkap Yi Young. Jenny tak percaya mendengarnya.
“Aku yakin bramu tertiup angin... Kau mencuci pakaian dengan ceroboh.” Komentar Jenny. Yi Young yakin bukan seperti itu.
“Tentu saja begitu... Kau Jujur saja. Untuk apa dia mencuri bramu? Aku akan mengambilnya jika itu sebaliknya.” Ucap Jenny.
“Aku sangat serius soal ini sekarang” ucap Yi Young marah mengebrak meja. Jenny akhirnya mau menganggap seperti itu.
“Apa kau sudah mendengar rumor tentang Maestro Nam?” tanya Jenny, Yi Young mengaku tak tahu dan ingin tahu rumor apa.
“Kurasa dia tertarik dengan wanita berengsek itu. Maksudku, Eun Joo “ ucap Jenny. Yi Young tak percaya mendengarnya.
“Kau bilang "Tidak mungkin"? tapi itu benar.  Eun Joo berengsek itu lebih dari mampu. Di konser inaugurasi, dia bilang kami akan memainkan beberapa konserto tanpa mengundang musisi lain.” Ucap Jenny.
“Tapi untuk lagu terakhir, Eun Joo akan memainkannya, bukan si Violinis utama.” Kata Jenny yakin. Yi Young tak percaya mendengarnya.
“Astaga, aku mempercayai Maestro Nam. Bagaimanapun juga dia seorang pria.” Ucap Jenny lalu pamit pergi karenaharus pergi les.
“Kau Jangan sedih, Manusia. Begitu aku dibayar, maka aku akan mentraktirmu. Sampai jumpa.” Kata Jenny. Yi Young terdiam mendengarnya. 


Joo Wan sedang tertidur diruangan tedengar suara dari depan ruangan. Sek mengeluh kalau Yi Young tak bisa tapi bersikeras dan Konduktor sedang beristirahat. Yi Young memohon agar bisa membantunya. Sek Jo Won yakin akan mati jika membangunkannya saat dia istirahat.
“Dia benar-benar akan memecatku.. Sebentar saja. Oke? Bukankah satu menit saja tidak masalah?” ucap Yi Young akan menyelonong masuk. Sek Joo Wan langsung mendorong Yi Young sampai terjatuh.  
“Ayolah. Berapa kali harus kukatakan? Tamu tidak bisa masuk tanpa janji temu.” Ucap Sek Joo Wan.
“Kau bilang "Tamu"? Coba lihat ini 48 dolar 35 sen. Ini uang yang aku terima karena sudah bekerja satu setengah hari di sini. Jumlahnya 48 dolar 35 sen. Menurutmu itu tidak banyak, kan? Tapi uang ini sangat berarti bagiku.” Ucap Yi Young.
“Aku tidak bisa memakai uang ini. Itu masih di bank. Apa Kau tahu kenapa? Karena aku mendapatkannya dari orkestra. Ini uang yang kuterima setelah bekerja di tempat kerja yang telah kuimpikan selama 15 tahun.” Ucap Yi Young. Sek Joo Wan hanya diam saja.
“Nona Yang. Kau tidak tahu betapa keras aku berlatih memainkan timpani, bukan? Coba Kau bisa lihat ini? Otot bisepsku? Apa Kau pikir aku memiliki otot biseps ini karena berolahraga?” ucap Yi Young
“Aku selalu memukul timpani dengan tongkat pemukulku. Aku memiliki otot bisesp ini karena otot-ototku robek. Pernahkah otot bisepsmu robek sebelumnya? Aku berlatih... Otot bisepsku yang berharga telah robek. Kenapa kau tidak mengizinkanku menemuinya jika tidak tahu apa-apa?”kelu Yi Young.
“Memangnya kenapa kalau ini orkestra bergengsi? Memangnya kenapa kalau dia genius? Pikirkan siapa yang membuat kegeniusan bersinar. Dia bisa bersinar berkat orang sepertiku. Dia pencari perhatian super yang mengenakan kostum Mozart.” Ejek Yi Young.
Saat itu Joo Wan melonggokan kepalanya, Sek Yang takut memilih untuk kabur. Joo Wan bertanya apa otot bisepnya benar-benar robek dan meminta agar melihatnya. Yi Young kaget melihat Joo Wan dan akhirnya ikut masuk ruangan. 


Joo Wan menawarkan kopi, Yi Young tertunduk memina maaf atas ucapanya dan tidak bermaksud begitu saat bilang Joo Wan pencari perhatian. Joo Wan pikir Tidak perlu minta maaf karena ia memang pencari perhatian.
“Jadi, apa yang ingin kau katakan kepadaku?” ucap Joo Wan. Yi Young mengaku tentang Pekerjaan... Joo Wan binggung.
“Aku tidak peduli apa itu selama aku bisa tinggal di sini. Aku ingin memulai dari bawah dan kembali ke panggung. Aku akan melakukan yang terbaik, jadi, tolong beri aku pekerjaan. Aku akan menerima pekerjaan apa pun itu.” Ucap Yi Young memohon.
“Baiklah... Aku memang membutuhkanmu.” Kata Joo Wan. Yi Young kaget tiba-tiba Joo Wan menyanggupinya.
“Aku butuh asisten. Kau tidak akan bisa bermain atau dibayar banyak. Tapi kau akan belajar dariku, dan akan lebih mudah bagimu untuk mendapatkan kesempatan.” Ucap Joo Wan
“Buatkan kopi untukku setiap latihan dan atur jadwalku. Jawab teleponku dan berikan partiturku. Mengerti?” perintah Joo Wan. Yi Young menganguk mengerti. 


Eun Joo berlatih sendirian lalu tanganya tak sengaja seperti cedera. Wajanya terlihat kesal lalu menerima telp dari seseorang. Ia pun berjalan masuk ke kantor polisi dan melihat Yoo Da sedang mengangkat jari tanganya yang terluka.
“Nona Ha Eun Joo.. Silakan kemari.” Ucap Polisi. Eun Joo mengumpat Yoo Da itu wanita gila.
“Ada apa? Apa Kau takut setelah aku benar-benar menuntutmu?” ucap Yoo Da sinis.
“Diam sebelum aku juga mematahkan jari-jarimu lainnya.” Balas Eun Joo sinis. Yoo Da pikir polisi bisa mendengarnya.
“Aku pemain seruling. Bukankah itu ancaman kematian? Hei. Berlutut saat ini juga dan minta maaf kepadaku sekarang. Sebaiknya kau melakukan itu. Jika tidak bisa menyelesaikan ini, kau akan didakwa.” Ucap Yoo Da
“Bahkan Membayar denda juga akan tercatat atas namamu. Dia sudah punya catatan kriminal. Dia punya dua catatan penyerangan. Dan Ada lagi... Dia seorang pelacur.” Ucap Yoo Da sengaja menyindir.
“Haruskah kuberi tahu dia caramu mendapatkan Guadagnini?” ucap Yoo Da dan saat itu Eun Joo langsung menarik rambut dan mendorongnya. Semua polisi melonggo tak pecaya.
“Aku mendapatkannya dari ayahmu.” Ucap Eun Joo, Yoo Da melonggo tak percaya.
“Aku kasihan dengan ibumu.” Sindir Eun Joo lalu mempersilahkan polisi agar mendakwanya.
“Dasar Wanita gila! Apa dia gila? Hei.. Hentikan dia. Kenapa kamu lakukan ini kepadaku? Tangkap dia!” teriak Yoo Da mengamuk. Polisi pun menahanya agar tak mengejar Eun Joo. 


Nona Yoon masuk ruangan kaget melihat ada seorang wanita dan berpikir salah ruangan lalu keluar dari ruangan sambil meminta maaf. Ia menatap nama "Ruang Konduktor" dan itu memang benar ruangan Joo Wan, akhirnya masuk ruangan.
“Siapa kau?” tanya Nona Yoon binggung. Yi Young memperkenalkan diri sambil menurunkan maskernya.
“Kenapa kau di sini?” tanya Nona Yoon,  Yi Young menjawab dipekerjakan oleh Maestro Nam.
“Kau bilang "Dipekerjakan"? Di mana dia? Dia tidak menjawab teleponku.” Kata Nona Yoon marah
“Entahlah... Dia melarangku meneleponnya.” Ucap Yi Young. Nona Yoon melonggo tak percayanya.
“Nona Hong. Dengarkan aku baik-baik. Aku memesan limosin yang sangat mahal dan restoran untuk hari ini. Apa Kau mengerti?” ucap Nona Yoon meluapkan amarahnya. Yi Young menganguk mengerti.
“Jadi kau Keluar sekarang juga, temukan dia, dandani dia, dan bawa dia ke alamat ini.” Ucap Nona Yoon lallu keluar dari ruangan setelah memberikan kartu nama

Yi Young akhirnya pergi ke laundry membawa pakian lalu menelp Jooo wan agar segera kesana jadi tetap ada disana. Ia pergi keruang tapi tak melihatnya, lalu mencari di ruangan lain Joo Wan juga tak ada. Akhirnya ia pergi ke ruang pertunjukan dan melihat Joo Wan sedang berbaring dibibir panggung.
“Maestro Nam, aku membawakan setelanmu. Kamu harus berganti pakaian dan pergi.” ucap Yi Young
“Kau Berbaringlah.” Kata Joo Wan. Yi Young  binggung tapi akhirnya mengikuti perintah Joo Wan.
“Bagaimana? Apa Kau dengar itu?” ucap Joo Wan. Yi Young binggung bertanya Mendengar apa itu.
“Beethoven.” Ucap Joo Wan. Yi  Young binggung mencoba menutup mata, mendengar lagu "Beethoven"
“Maestro Nam, kau kehabisan... Kau sudah terlambat...” ucap Yi Young kaget saat membuka mata Joo Wan sudah ada didepanya.
“Apa yang dia rencanakan?” gumam Yi Young bingung karena wajah mereka saling berdekatan lalu buru-buru duduk. Keduanya saling menatap dan Yi Young pikir Joo Wan akan menciumnya.
“Yi Young... Selama audisi, aku melihatnya. Aku melihat sesuatu yang berkilau di dalam dirimu. Sekarang, saatnya kamu mengeluarkannya dan memolesnya. Poleslah dengan baik agar tidak ada yang meremehkan atau mengejekmu. Jangan lupa itu” ucap Joo Wan
“Kita akan berada di panggung ini bersama suatu hari nanti. Tapi Sayang sekali.” kata Joo Wan. Yi Young bingung apa maksudnya.
“Itu waktu yang tepat untuk ciuman. Kalau begitu, kita pergi sekarang?” kata Joo Wan mengoda Yi Young.
“Joo Wan. Maksudku, Maestro Nam.. Ini Jasmu. Kau harus berganti pakaian.” Ucap Yi Young 



Yi Young berbicara di telp dengan Jenny dengan bangga kalau Joo Wan itu hanya butuh asisten. Jenny mengaku tidak bisa memahaminya tapi bangga Yi Young meminta pekerjaan kepadanya. Yi Young senang karena tak dipecat dan akan produktif mulai sekarang.
“Tentu. Menjadi produktif itu bagus, tapi semua orang akan membicarakanmu besok.” Ucap Jenny. Yi Young tak percaya akan seperti itu.
“Tentu saja, Bodoh... Yoo Da tidak akan tinggal diam. Berhati-hatilah untuk sementara. Jika tidak, kau bisa menggodanya.” Kata Jenny.
“Astaga, kau sungguh tidak membantu... Kututup teleponnya.” Ucap Yi Young membayar makanan dikasir. 

Saat itu Yi Young melihat Jang Yoon berjalan pulang lalu bertanya-tanya darimana pergi selarut ini, karena sedang tidak berlatih hari ini. Yi Young pun mengikuti Jang Yoon masuk rumah lalu mengintipnya, Jang Yoon terlihat sedang mengangkat jemuran.
Akhirnya Yi Young masuk rumah, mengingat yang dikatakan Soo Young  tak perlu ada yang dipermasalahkan, karena Tidak ada yang aneh soal itu dan hanya kebetulan. Ia memberitahu kalau    sudah bertemu tiga kali secara kebetulan dengan Jang Yoon.
“Itu aneh sekali... Dia memberiku nomor teleponnya, dan dia ikut audisi untuk Shinyoung Philharmonic. Kini, dia bahkan pindah ke rumah tepat di sebelahku.” Ucap Soo Young
“Benarkah kau pikir aku penguntit?”ucap Jang Yoon terakhir kali. Yi Young pikir Malam ini, akan mencari tahu siapa Jang Yoon itu sebenarnya.


Yi Young mendengar ada yang berusaha masuk ke dalam rumahnya, lalu bersembunyi disamping tempat tidurnya. Tapi ponselnya tertinggal, untung ia memiliki alat pencapit lalu mengambil ponselnya. Seorang dengan baju hitam masuk rumah dan saat itu ponsel Yi Young berdering.
“Ada pencuri!” teriak Yi Young, Si pria pun bergegas kabur keluar kamar. Jang Yoon pun keluar rumahnya melihat pria yang keluar dari rumah Yi Young.
“Kau Telepon polisi.” Perintah Jang Yoon lalu mengejar si pencuri.
Si pencuri sempat jatuh tapi bisa berdiri lagi sambil melempar sampah ke arah Jang Yoon. Tapi saat itu ada besi terkena tangan Jang Yoon, tapi sampai akhirnya Jang Yoon bisa menariknya dan akhirnya si pencuri pun terjatuh.
“Apa Kau menangkapnya?” tanya Yi Young datang dengan nafas terengah-engah.
Jang Yoon berhasil membuka masker pencuri, Yi Young kaget melihat wajah Jae Hyung ternyata yang masuk ke dalam rumahnya. Saat itu polisi pun datang langsung membawa Jae Hyung ke dalam mobil.
“Yi Young Nuna , aku tidak bermaksud menyakitimu.... percayalah kepadaku!”teriak Jae Hyung
Yi Young masih tak percaya lalu melihat tangan Jang Yoon yang berdarah. Jang Yoong mengaku baik-baik saja tapi Yi Young tetap ingin melihatnya dan merasa bersalah. 

Yi Young pun akhirnya duduk di kantor polisi dengan Jang Yoon yang sudah diperban. Tatapanya terlihat sedih dan merasa bersalah, lalu Yi Young di perlihatkan ada kamera yang ditempel di dalam lemarinya. Dan Ia baru tahu kalau Jae Hyung menyelinap ke rumahku tiga kali.
“Apa hubunganmu dengannya?” tanya polisi pada Yi Young yang diinterogasi tentang Jang Yoon.  
“Kali pertama adalah karena dia merindukanku dan mengkhawatirkanku. Kali kedua akibat marah karena aku tidak membalas pesannya. Dan  terakhir kali adalah karena dia ingin memberiku CD Johannes Brahms.”
“Dia tetanggaku.” Jawab Yi Young menatap ke arah Jang Yoon dengan tangan yang terluka.
“Entah kapan cinta tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang menyimpang. Apakah cinta sungguh emosi yang murni dan polos?” gumam Yi Young yang sempat menemukan CD yang dijatuhkan oleh Jae Hyung lalu membuangnya ke tempat sampah. 


Pagi hari, Yi Young menjadi assitant Joo Wan hanya mencatat dan melihat Joo Woan dkk berlatih. Saat malam hari Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, Yi Young menitip dulu dari lubang pintu dan hanya melihat botol minum lalu membuka pintunya.
Jang Yoon sudah berdiri didepan rumah. Yi Young bertanya apa yang diingian Jang Yoon sekarang.
“Menurutmu apa? Aku ingin kau membukakannya untukku.” Ucap Jang Yoon memperlihatkan tangan kananya yang cedera. Akhirnya Yi Young membuka kaleng minuman dan akan menutup pintu tapi Jang Yoon menahanya.
“Apa kau sibuk?” tanya Jang Yoon, Yi Young mengeluh kenapa Jang Yoon bertanya.
“Kau harus pergi denganku.” Ucap Jang Yoon. Yi Young heran apakah harus sekarang juga.
“Aku terluka. Aku bahkan tidak bisa makan. Dan aku bahkan tidak bisa mencuci atau mengemudi. Aku pianis, tapi aku bahkan tidak bisa bermain piano... Astaga, aku seperti sudah mati.”keluh Jang Yoon. Yi Young akhirnya menerima kunci mobil dari tangan Jang Yoon. 
Jang Yoon menekan GPS dimobil setelah itu meminta agar Yi Young membangukan setelah sampai. Yi Young mengeluh melihat tingkah Jang Yoon dan melonggo kalau mereka akan pergi ke Provinsi Gangwon. Akhirnya mereka sampai di sebuah gerbang rumah yang tinggi dan menakutkan.
“Tempat siapa ini? Apa kita boleh masuk?” tanya Yi Young masuk rumah dengan wajah ketakutan.
“Ini milik seorang kenalan. Masuklah.” Ucap Jang Yoon masuk lebih dulu ke dalam rumah.
“Kau bisa Duduk dan anggap rumah sendiri. Aku akan menyajikan teh. Jika kamu sangat takut kepadaku, hubungi seseorang yang kau kenal dan beri tahu mereka bahwa kau di sini.” Ucap Jang Yoon
“Aku tidak keberatan... Astaga, ayolah... Aku tidak setakut itu. Tapi Siapa kenalanmu itu?” ucap Yi Young masuk ke dalam ruang tengah. Jang Yoon yang ada dapur tak bisa mendengarnya.
“Siapa pemilik tempat ini?” tanya Yi Young dengan suara lantang, Jang Yoon menjawab kalau itu ayahnya. Yi Young kaget mendengarnya lalu melihat foto yang ada di atas buffet.
“Jangan sentuh itu. Aku tidak mau kamu menodainya.” Sindir Jang Yoon lalu menaruh kembali diatas meja.
“Apa ini fotomu? Lalu Kamu yang mana? Apa Bocah di sebelah kiri?” tanya Yi Young. Jang Yoon menjawab yang sebelah Kanan sambil membuka kain yang menutup teropong.
“Lalu Siapa anak di sebelahmu?” tanya Yi Young. Jang Yoon menjawab kalau itu adiknya.
“Apa Kau punya adik? Apa pekerjaannya?” tanya Yi Young penasaran. Jang Yoon menjawab seorang pianis. Yi Young makin penasaran dan terlihat bersemangat.
“Apa dia masih bermain?” tanya Yi Young. Jang Yoon menjawab tidak karena adiknya meninggal setahun lalu dengan dibunuh. Yi Young terdiam tak percaya mendengarnya. 

Joo Wan duduk di ruang tengah menonton video seseorang yang sedang berlatih piano, lalu pria tersebut malu meminta agar berhenti merekam. Tapi Joo Wan seperti terus merekamnya. Si pria mengaku tidak bisa memainkannya karena terus merekamnya.



Yi Young melihat foto seorang pria lalu teringat kembali saat seseorang mengatakan “Ayo naik kereta gantung besok pagi, Yi Young.” lalu figura di tanganya terjatuh dan pecah. Jang Yoon bergegas masuk rumah setelah dari balkon dengan wajah panik.
“Apakah cinta sungguh emosi yang murni dan polos? Entah kapan cinta tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang menyimpang. Aku tidak tahu apa-apa. Namun, hanya ada satu hal yang kuyakini sekarang. Ingatanku yang hilang mulai kembali.” gumam Yi Young menatap Jang Yoon yang ada didepanya. 

Flash Back
Yi Young menunggu dibandara menanyakan setiap pria yang datang apakah ia Tuan Kim Ian, tapi semua mengelengkan kepala. Ia sampai kelelahan menunggu orang bernama Kim Ian yang yang tak kunjung datang lalu mengumpat kesal.
“Aku membawa banyak tas.” Ucap seorang pria datang dengan kacamata hitam dan makan sosis.
“Apa? Apa kau bicara denganku tadi?” kata Yi Young binggung. Si pria memberitahu kalau membawa banyak tas.
“Apa Kau bisa menanganinya sendiri? Aku tidak akan membantu.” Kata Si pria. Yi Young memastikan kalau Pria itu Kim Ian. Kim Ian membuka kacamata dan memberikan senyuman yang lebar. 

“Adikmu...Siapa yang membunuhnya?” tanya Yi Young penasaran. Jang Yoon menjawab Seseorang yang dicintai adiknya.
“Namanya...Boleh aku tahu nama adikmu?” tanya Yi Young memastikan. Jang Yoon mnejawab Ian... Kim Ian... Yi Young terlihat tak percaya mendengar Ian adalah adik Jang Yoon.
Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar