PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 13 Agustus 2019

Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 5

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

[Satu tahun yang lalu]
Bibi Yi Young tertidur di ruang rawat, Soo Young juga ikut tertidur dan tersadar melihat sepupunya tak ada diranjang. Ia membangungkan ibunya memberitahu kalau Yi Young menghilang. Ibunya terbangun tapi masih setengah sadar
“Ibu! Yi Young menghilang.” Ucap Soo Young panik bergegas keluar, Ibunya pun tersadar dan bergegas mencari.
Sementara Yi Young berjalan dengan infus ditengah hujan yang turun dengan deras, wajahnya terlihat sangat frustasi dan mendengar suara seseorang “Ayo naik kereta gantung  besok pagi, Yi Young.” Tubuhnya pun langsung jatuh lemas.
“Tidak... Aku tidak melakukannya... Aku tidak membunuh... Aku tidak membunuh... Bukan aku... Apa yang harus kulakukan?” ucap Yi Young sambil menangis.
“Apa kau ingat aku?” tanya Jang Yoon datang dengan payung hitamnya. Yi Young hanya diam saja menatap Jang Yoon.
“Haruskah aku mengganti pertanyaanku? Apa kau ingat siapa yang kau bunuh?” kata Jang Yoon dengan mata penuh amarah. Yi Young langsung tak sadarkan diri ditengah hujan. 


Yi Young sudah tertidur di ruang rawat, Soo Young memastikan keadaan sepupunya tertidur pulas lalu menemui Jang Yoon yang menunggu di luar rumah sakit. Soo Young mengaku bisa bernapas lagi karena Soo Young terdengar baik-baik saja di telepon tadi pagi.
“Aku sangat ketakutan saat melihatnya datang dalam keadaan pingsan. Dia pasti membuatmu terkejut. Dia hanya jogging di pagi hari. Kau pasti sangat takut. Maafkan aku.” Ucap Soo Young
“Tidak apa-apa... Dia bilang tidak mau, tapi aku menyeretnya ke Gunung Nam. Maaf soal ini.” Kata Jang Yoon juga merasa bersalah.
“Apa Kau pikir dia akan pergi denganmu jika tidak mau? Aku yakin ada alasannya. Jadi, Apa kalian berdua anggota Shinyoung Philharmonic? Apa yang kau mainkan?” tanya Soo Young
“Piano... Aku bermain piano.” Kata Jang Yoon, Soo Young menganguk mengerti.
“Tunggu, bukankah kau yang pernah membantu Yi Young? Apa kau Ingat hari hujan saat dia pingsan?” ucap Soo Young menatap wajah Jang Yoon.
“Aku tidak akan bilang membantunya. Mungkin karena rute kami sejalan atau semacamnya, jadi, sesekali kami bertemu.” Kata Jang Yoon. Soo Young mengerti
“Pantas sepupuku yang tidak tahu apa-apa bersikap berlebihan... Astaga, bukan apa-apa. Dia bilang terus bertemu dengan pria akhir-akhir ini. Dia khawatir apakah pria itu penguntit.” Cerita Soo Young
Jang Yoon tak percaya dianggap "Penguntit" Soo Young meminta Jang Yoon jangan tersinggung karena sepupunya itu memang unik dan mengkhawatirkan hal yang tidak berguna sejak kecil Tapi melihat Jang Yoon  secara langsung membuatnya lega.
“Lalu Siapa namamu?” tanya Soo Young. Jang Yoon menyebut namanya saat itu terdengar suara ponsel.
“Kau bisa menjawabnya. Jika kau sibuk, silakan pergi.” ucap Soo Young. Jang Yoon pun pamit pergi dan meminta maaf.
"Jang Yoon"? Namanya terdengar tidak asing.” Komentar Soo Young setelah Jang Yoon pergi. 



Jang Yoon pulang menerima note yang tertempal dirumahnya “ Barang-barangmu cukup rapi. Penala piano datang.  Kartu nama ada di piano.” Akhirnya Jang Yoon duduk didepan piano lalu melihat kartu nama dan langsung memainkanya.
Saat memainkan piano teringat ketika mengatakan “Ayo naik kereta gantung besok pagi, Yi Young.” lalu Yi Young terlihat panik dan bertanya siapa sebenarnya Jang Yoon. Lalu Jang Yoon mengaku “Entahlah. Siapa aku?”
Jang Yoon terus memainkan pianonya, teringat kembali saat Yi Young ketakutan sambil menangis meminta agar jangan mendekat. Jang Yoon malah menatap sinsi mengeluh Yi Young yang menangis dan menegaskan  bisa tahu hanya jika Yi Young memberitahunya.
“Entahlah... Aku tidak ingat apa pun... Tolong ampuni aku. Kumohon. Tolong ampuni aku.” Ucap Yi Young ketakutan dan langsung pingsan. Jang Yoon juga mengingat kejadian 1 tahun lalu
“Haruskah aku mengganti pertanyaanku? Apa kamu ingat siapa yang kamu bunuh?” ucap Jang Yoon dan akhirnya Yi Young kembali tak sadarkan diri. 

Di ruang spa
“Sebelum festival musik, aku pikir konser inaugurasi untuk Maestro Nam akan menyenangkan. Aku datang untuk meminta masukan darimu. Banyak penggemar dia yang memintanya. Dan kita bisa lebih memerhatikan festival musik itu. Bagaimana menurutmu?” tanya Nona Yoon.
“Kedengarannya bagus. Jangan mengkhawatirkan asosiasi pendukung. Lanjutkan saja sesuai keinginanmu.” Kata Nyonya.
“Terima kasih, Bu. Aku akan mengabarimu setelah kami memutuskan lagunya.” Ucap Nona Yoon.
“Jangan berusaha berhemat. Jangan membuatnya terlihat norak. Kita juga harus menjaga reputasi yayasan kita. Lalu Bagaimana keadaan Nam Ju Wan? Bisakah kau mengendalikannya?” tanya Nyonya
“Aku harus bekerja lebih keras.” Ucap Nona Yoon. Nyonya meminta agar Nona Yoon harus menjaga keseimbangan yang baik untuknya.
“Jika pria muda seperti dia terlalu menonjol, orang-orang cenderung mengkritiknya. Maksudku adalah audisi yang baru-baru ini dia adakan. Dia bersikeras mengadakannya. Kudengar orang yang dipecat melompat dari jembatan di Sungai Han.” Ucap Nyonya
“Untungnya, tidak ada luka serius. Kami berencana memberinya uang untuk menghiburnya.” Kata Nona Yoon.
“Pastikan kau membungkamnya agar para wartawan tidak tahu.” Ucap Nyonya. Nona Yoon yakin Ini tidak akan menjadi heboh.
“Apa Kau tidak tahu betapa cemburunya orang-orang di industri ini? Kita harus menyelamatkan wajahnya jika kita ingin memanfaatkannya untuk waktu yang lama.” Kata Nyonya
Akhirnya Nona Yoon keluar ruangan sambil ngedumel sendiri “Untuk apa dia membawa konduktor itu? Apa “Memanfaatkannya”? lalu mengumpat Nyonya itu memang rubah yang tua.  Ia lalu menelp seseorang mengajak bertemu karena sedang murung jadi butuh minum.
Joo Wan sedang melihat kertas not baloknya, Eun Joo masuk ke dalam ruangan. Joo Won berpikir kalau Nona Yoon yang datang sambil mengejek Eun Joo selalu tahu keberadaanya. Eun Joo mengaku  hanya melihat monitor CCTV keamanan.
“Jika masuk ke tempat seperti itu, orang tidak akan menyukaimu.” Ucap Joo Won
“Karena itulah seharusnya kau tidak mematikan ponselmu.” Komentar Eun Joo. Joo Wan mengaku merasa sesak dan Eun Joo mengajak untuk mencari udara segar.



Keduanya duduk di pinggir sungai Han sambil meminum bir, Joo Wan mengaku tidak tahu Eun Joo ingin datang ke tempat seperti ini. Eun Joo malah bertanya memangnya kenapa, apakah tempat ini tidak cocok untuknya, lalu mengaku  Terkadang datang ke sini saat bosan berlatih.
“Apa kau tahu ada pelangi di sini? Jika beruntung, kamu akan melihatnya. Tapi aku belum melihatnya tahun ini.” Ucap Eun Joo, Joo Wan hanya bisa tersenyum.
“Aku punya pertanyaan.” Kata Eun Joo, Joo Wan mengejak Eun Joo itu  selalu penuh pertanyaan dan ingin tahu apa pertanyaany.
“Ini tentang Jang Yoon... Kau memilihnya, kan?” ucap Eun Joo, Joo Wan malah balik bertanya kenapa Eun Joo tiba-tiba bertanya.
“Bagaimana kau membawanya? Dia tidak mempelajari musik atau berpengalaman. Dia bahkan tidak mengikuti audisi.” Ucap Eun Joo. Joo Wan pikir Eun Joo tahu semuanya dan mencoba mengingat saat pertama kali mendengar Jang Yoon menangis.
“Kurasa aku mendengar dia bermain piano dalam perjalanan menuju audisi. Dia tidak memiliki teknik yang istimewa, tapi aku tertarik kepadanya. Dia menyentuh emosiku. Lalu Kenapa bertanya soal itu?” ucap Joo Wan.
“Cara dia bermain piano terdengar terlalu mirip dengan orang lain yang dahulu kukenal. Kau juga merasakannya, kan? Aku penasaran apakah itu alasanmu memilihnya.” Kata Eun Joo
“Jangan membayangkan banyak hal. Ada banyak orang dengan gaya yang sama. Cukup dengan novelmu dan bangun. Jadwalku padat. Tapi aku tidak yakin kau tahu itu.” Ucap Joo Wan lalu berdiri dari tempat duduknya. 



Malam hari, Jang Yoon menelp Yi Young tapi tak diangkat dan terlihat Yi Young masih tertidur. Ia pun mematikan ponsel masih dengan nama "Insomnia" di ponselnya. Ia lalu menonton video wawancara Soo Young dirumahnya.
“Dalam wawancara sebelumnya, kau bilang kau menjadi tertarik dengan afasia pada anak-anak karena sepupumu. Bisakah kau menceritakannya kepada kami?” ucap MC
“Aku punya adik sepupu perempuan yang sudah seperti adik sendiri. Pada usia lima tahun, dia kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan mobil, dan kami tinggal bersama sejak itu. Karena trauma, dia tidak bisa bicara selama satu atau dua tahun. “ ucap Soo Young
“Itu kali pertama aku menyadari penyakit itu. Dan insiden itu memotivasiku untuk memilih jurusanku.” Jelas Soo Young
“Kapan kau paling kesulitan?” tanya MC. Soo Young memikirkan paling kesulitan
“Saat afasianya kambuh sekali lagi. Tahun lalu, dia mengalami kecelakaan besar lagi. Itu juga kecelakaan mobil. Dia tidak bisa bicara selama sebulan. Dia masih mengalami efek susulan, jadi, dia tidak ingat kejadian itu.” Ucap Soo Young
“Dia menderita insomnia dan mimpi buruk. Sebagai seorang dokter, aku sangat sedih.” Ungkap Soo Young. Jang Yoon mengulang-gulang hasil wawancara seperti sangat ingin mengetahui tentang Yi Young dengan tatapan dingin.

Yi Young terbangun memegang kepalanya yang terasa sakit, Soo Young masuk dengan wajah kesal melihat Yi Young akhirnya sadar. Yi Yong kaget melihat Soo Young dan ada dirumah sakit. Akhirnya Yi Young makan dengan lahap di kantin rumah sakit.
“Apa kau pengemis? Di mana sopan santunmu?” keluh Soo Young memukul kepala Yi Young lalu memberikan pil sakit kepala untuk dua hari.
“Memangnya aku anjing? Jangan menggangguku saat makan.” Keluh Yi Young terus makan dengan lahap.
“Apa kegiatanmu sekarang? Kau tidak pernah joging.” Ejek Soo Young. Yi Young menegaskan kalau dirinya itu diseret.
“Jika tidak mau pergi, seharusnya kamu tolak, dasar Bodoh. Lalu Apa hubunganmu dengan Jang Yoon?” tanya Soo Young
“Jangan konyol... Tidak ada hubungan apapun” ucap Yi Young. Soo Young tak percaya karena mereka itu pergi joging bersama.
“Kau bersikap berlebihan tentang dia sebagai penguntit. Bisakah kau sadar? Berhentilah bersikap lemah.” Pinta Soo Young.
Yi Young menganguk mengerti meminta Soo Young Jangan khawatir. Soo Young memberitahu kalau Yi Young meninggalkan ponselnya di kamar rumah sakit, karena Ponselnya terus berdering, jadi menjawabnya.
Ia memberitahu kalau  Latihan Yi Young hari ini akan dimulai satu jam lebih awal. Yi Young melonggo mendengarnya lalu mengomel karena Soo Young tidak memberitahunya lebih awal. Soo Young mengeluh Yi Young berani membentaknya padahal ia yang menghidupkannya kembali.
Yi Young bergegas pergi, Soo young kembali berteriak agar membereskan bekas makananya tapi Yi Young  tak peduli dan langsung pergi. 


Yi Young berlari akan masuk gedung lalu tersadar hanya memakai sandal, saat akan menaiki tangan Jang Yoon sedang minum memanggilnya. Yi Young panik. Jang Yoon bertanya Apa Yi Young datang dari rumah sakit? Bagaimana keadaannya.
“Entahlah... Jangan bicara denganku.” Kata Yi Young ketus. Jang Yoon ingin tahu alasanya.
“Jangan mengatakan apa pun kepadaku. Aku tidak bisa mendengarmu.” Ucap Yi Young lalu bergegas pergi. 

Di ruang latihan sudah dibagikan lembaran kertas yang baru, Jenny terlihat gugup karena Yi Young belum juga datang. Jenny akhirnya masuk ruang latihan meminta maaf karena datang terlambat, lalu panik melihat timpani miliknya akan dipindahkan.
“Ini milikku... Aku harus menggunakannya hari ini.” Ucap Yi Young panik, temanya hanya menatap dengan dingin.
“Hari ini? Hanya satu set timpani yang dipesan untuk hari ini.” Kata Si pria dan Yi Young baru sadar kalau lagunya sudah diubah wajahnya hanya bisa melonggo bingung. Jang Yoon masuk pun hanya bisa terdiam.
“Selamat pagi, Semuanya... Aku berdandan untuk kalian. Bagaimana penampilanku?” ucap Joo Wan masuk dengan dandanan layaknya Louis. Semua memuji kalau Joo Wan tampan.
“Apa Kalian sudah menerima partitur ?” tanya Joo Wan. Semua menjawab sudah. Yi Young masih saja kebingungan. Joo Wan pun mengajak Yi Young untuk bicara. Saat itu Sek Joo Wan memanggil dari luar ruangan.

Yi Young kaget kalau lagunya diubah menjadi "Scheherazade" Sek Joo Wan mengaku baru tahu setelah datang bekerja hari ini dan Ada orang lain yang menjawab, jadi, semua disampaikan kepadanya. Yi Young pikir ada kesalahpahaman.
“Bukankah konduktor sudah memberitahumu? Ini bayaranmu selama satu setengah hari terakhir. Uangnya akan ditransfer pada tanggal 25.Lalu Kau bisa mengosongkan lokermu di penghujung hari.”ucap Sek Joo Wan. Yi Young pun tak bisa berkata apa-apa. 

Yi Young pergi ke loker mengambil kertas note dan juga ada foto Joo Wan yang masih disimpan lalu menaruh dalam tas. Ia juga mengambil pemukul timpani yang disimpanya,wajahnya terlihat sangat sedih.
“Usiaku 27 tahun... Aku tidak punya pekerjaan ataupun pacar. Aku tidak punya tujuan apa pun. Ini usia yang sangat menggelisahkan.” Gumam Yi Young
Di malam hari Yi Young hanya bisa melamun, Jang Yoon menelp sesuai janjinya tapi Yi Young tak mengangkatnya. Sampai akhirnya Yi Young hanya bisa menangis sendiri.
“Yang kuinginkan selama 27 tahun terakhir hanyalah diakui oleh seseorang. Aku hanya ingin menerima pujian dari orang yang kuharap mengakuiku. Hanya itu yang kuinginkan.” Gumam Yi Young 

Yi Young mengajar anak-anak bermain drum,  saat menaiki bus menerima pesan dari Jenny “Aku tahu kau terpukul, tapi jangan lupa makan. Makanlah daging babi dan bersemangatlah.” Ia berkomentar temanya itu memang manis.
Saat itu pesan masuk dari Jae Hyung, Yi Young mengeluh mau apa lagi mantan pacarnya itu.
“Nuna Yi Young, akhirnya aku bisa tampil hari ini. Ini kali pertamaku dibayar untuk sebuah penampilan. Apa kau akan hadir? Aku ingin kau melihatku tampil. Aku ingin menerima pujian darimu. “
“Aku akan menunggumu. Kuharap kau datang. Aku akan menunggu sampai kau datang. Mari makan daging panggang saat aku dibayar untuk penampilan ini. Aku yang traktir. Aku janji.” 

Jae Hyung terlihat menari didepan restoran yang baru saja buka, tarianya terlihat sangat bagus dengan anggota lainya. Yi Young melihat dari restoran yang ada diseberang jalan.
“Aku ingin tahu seperti apa penampilan para pemuda ini. Ini Norak, jelek, dan tidak penting. Saat melalui masa muda yang tidak penting, kau akan merasa gelisah dan plinplan.” Gumam Yi Young
“Impianmu begitu jauh, dan uang benar-benar di luar jangkauan. Kau tidak sekadar menjalani hidup. Kau harus bertahan dengannya.” Gumam Yi Young. Saat itu Eun Joo menelp Yi Young
“Tapi bagaimanapun juga, tidak semua orang melalui masa muda yang sama. Anak yang beruntung.” Gumam Yi Young melihat nama Eun Joo lalu mengangkat dan bertanya apa yang dinginkanya.
“Kurasa kau belum mati.” Ejek Eun Joo. Yi Young pikir Eun Joo pasti kecewa karena ia tidak mati
“Aku di klub jazz. Sampai jumpa di sini.” Ucap Eun Joo lalu menutup telpnya.
“Astaga, apa-apaan... Dia sulit dipercaya. Apa Kau pikir aku akan ke sana hanya karena memintaku datang? Dia menganggapku apa?” ucap Yi Young kesal menikmatia Jae Hyung yang sedang menari. 


Yi Young akhirnya sudah berdiri didepan Bar Jazz lalu berpikir harus sopan dan mendengar apa yang ingin Eun Joo katakan saja. Eun Joo melihat Yi Young masuk langsung melambaikan tangan dan memesan dua tequila. Yi Young mengeluh memperingatakan Eun Joo lebih dulu.
“Jangan menyuruhku datang dan pergi. Itu sangat menyinggungku,  lalu Apa yang ingin kau katakan?” tanya Yi Young seperti tak ingin berlama-lama.
“Apa kau akan berhenti?” tanya Eun Joo, Yi Young tak mengerti maksudnya. Eun Joo menjelaskan maksudanya Shinyoung Philharmonic.
“Maestro Nam ingin memainkan lagu lain. Apa yang bisa kulakukan? Pada dasarnya dia menyuruhku pergi.” kata Yi Young pasrah
“Lalu kenapa?Apa Kau akan pergi hanya karena dia menyuruhmu? Apa hanya Itu saja? Orang yang mengasihani diri sendiri selalu mudah menyerah.” Ucap Eun Joo menyindir. Yi Young melirik sinis.
“Apa Kau pikir, kau menyedihkan.” Ejek Eun Joo. Yi Young tak terima dengan ucapan Eun Joo. Eun Joo langsung memberikan sebuah kartu nama. Yi Young bertanya Apa itu.
“Coba Lihatlah... Mereka butuh pemain timpani untuk merekam lagu film. Aku membawakannya untukmu. Kupikir aku harus menebusnya karena tidur dengan Jae Hyung... Bukankah begitu?” ucap Eun Joo
“Kenapa kau tiba-tiba bersikap baik? Sejak kapan kamu memperdulikanku?” kata Yi Young heran.
“Kurasa aku harus memperdulikanmu mulai sekarang. Dahulu kita berteman. Meski kamu mungkin sudah melupakan itu.” Ucap Eun Joo
Saat itu seorang  meminta untuk mendengar suara biola lalu ada yang mengenali Eun Joo dan memanggilnya. Eun Joo akhirnya membuka biola dan langsung naik keatas panggung memainkan dengan iringan piano. Yi Young melihatnya dengan tatapan sedih akhirnya memesan minuman. 


“Apa kamu kemari untuk melampiaskan kemarahanmu?” ucap Jang Yoon tiba-tiba datang.
“Bisakah kau mengurus urusanmu sendiri?” keluh Yi Young, saat itu Jang Yoon langsung mengambil minuman dari tangan Yi Young.
“Aku mengkhawatirkanmu.” Kata Jang Yoon. Yi Young pikir  tidak pernah meminta untuk mengkhawatirkannya sambil berharap ada sisa digelasnya.
“Aku akan membayarnya. Sekarang kau pengangguran.” Sindir Jang Yoon. Yi Young tak terima mendengarnya.
“Ya, aku pengangguran... Kau benar. Aku dipecat hanya dalam satu hari. Apa kamu senang soal itu? Kau sungguh tidak punya sopan santun.” Ucap Yi Young lalu menaruh uang diatas meja dan pergi. 

Jang Yoon mengejarnya, Yi Young memperingatkan agar Jang Yoon Jangan mengikutinya karena itu menyebalkan. Jang Yoon ingin tahu Kenapa Yi Young tidak menjawab teleponku semalam. Yi Young kembali memperingati Jang Yoon agar jangan mengikutinya.
“Apa Kau tidak akan bicara denganku lagi?” ucap Jang Yoon. Yi Young pikir tak ada alasan untuk bicara. Jang Yoon langsung menghalangi jalanya.
“Astaga... Kenapa kau terus melakukan ini kepadaku? Kenapa kau selalu menggangguku seperti ini? Apa kau membuntuti aku Atau kau sungguh tertarik kepadaku?” ucap Yi Young marah
“Sudah kubilang aku sangat tertarik kepadamu. Bukankah kita perlu membicarakan sesuatu?” kata Jang Yoon.
“Bisakah kau berhenti mengikutiku?” keluh Yi Young. Jang Yoon mengingat Yi Young menangis, berteriak, dan pingsan di Gunung Nam kemarin.
“Bagaimana bisa aku diam saja setelah menyaksikan semua itu?” ucap Jang Yoon.
“Entahlah. Aku tidak ingat apa pun. Berhenti mengikutiku. Jika kau melakukannya, maka aku akan melaporkanmu ke polisi.” Tegas Yi Young lalu menghentikan taksi.
“Apa masalahnya? Kenapa dia terus mengikutiku? Apa yang ingin dia katakan kepadaku? Tapi Bagaimana dia bisa tahu di mana aku berada?!!!” ucap Yi Young tersadar lalu menatap Jang Yoon dengan curiga.
“Bagaimana dia tahu aku di sini?!! Ahh.. Tidak mungkin. Apa pria itu sungguh mengikutiku? Tidak, aku yakin itu tidak benar. Dia bukan penguntit. Kenapa dia mengikutiku? Tapi kenapa aku kabur darinya?” ucap Yi Young terus menatap Jang Yoon yang hanya terdiam dan terlihat mencurigakan. 



Yi Young mencari keyword Jang Yoon, tapi tak ada info apapun di internet. Ia pun bertanya-tanya siapa Jang Yoon sebenarnya akhirnya menemukan informasi dari profile anggota orkesta "Instruktur Jang Yoon yang terbaik, Pianis Jang Yoon"
“Pria ini seperti hantu... Tidak ada apa-apa tentang dia.” Komentar Yi Young terus berusaha mencari informasi "Jang Yoon"
“Apa ini? Dia juga tidak punya media sosial? Aku mengerti. Aku bisa maklum jika dia tidak memilikinya.” Ucap Yi Young lalu mendengar suara piano dari lantai atas.
“Astaga. Yang benar saja... Apa dia tidak tahu pukul berapa ini?” keluh Yi Young berusaha untuk tak mengubrisnya.
Saat itu Yi Young melihat ada jejak sepatu di lantai, lalu berpikir Jang Yoon yang masuk dan melihat ada tetesan darah. Ia pun mulai berpkir ada orang yang masuk rumahnya. 

Jang Yoon membuka pintu dengan senyuman menyambut Yi Young yang datang. Yi Young mengeluh mendengarnya karena berpikir kalau Jang Yoon akna tahu kalau akan datang. Jang Yoon mengak kalau sengaja bermain piano agar Yi Young datang.
“Bagaimana? Lagu Schubert. Aku hanya bermain alih-alih memberi kue beras karena pindah kemari.” Ucap Jang Yoon.
“Dasar Kurang ajar sekali. Apa Kau tahu sekarang pukul berapa? Bukankah bermain piano di malam hari dianggap tidak sopan?” ucap Yi Young marah
“Kurasa begitu. Apa Kau pikir aku tidak tahu etika umum?” kata Jang Yoon dan Yi Young melihat tangan Jang Yoon diplester.
“Aku terluka saat membersihkan kamar mandi.” Akui Jang Yoon. Yi Young pikir Jang Yoon mencoba memasuki rumahnya lewat beranda
“Bisa-bisanya dia sangat tidak tahu malu.. Wah... Tidak mungkin. CobaLihat sepatu itu. Ukurannya pas...Haruskah aku mengangkat telapak sepatunya?” gumam Yi Young melihat sepatu yang dipakai Jang Yoon.
“Apa kamu mau masuk? Apa kamu mu masuk ke rumahku? Aku bisa menyanyikan lagu secara langsung, bahkanTelepon malam.” Ucap Jang Yoon mengoda.
“Apa katamu? Aku sedang tidak ingin bercanda.” Kata Yi Young kesal dan beranjak pergi.
“Benarkah kau pikir aku penguntit?” ucap Jang Yoon. Yi Young kaget bertanya Siapa yang memberitahunya.
“Dokter itu memberitahuku. Jadi, kau bilang kepadanya mengira pria yang kau temui mungkin seorang penguntit. Jangan khawatir. Aku bukan penguntit.” Ucap Jang Yoon. Yi Young hanya bisa diam saja.
Bersambung ke episode 6

Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar