PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 28 Juli 2018

Sinopsis What's Wrong with Secretary.Kim Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Park kaget melihat yang datang Young Joon, lalu bertanya kenapa datang ke rumahnya. Young Joon malah balik bertanya “Menurutmu ada apa?” Tuan Park makin binggung, Young Joon ingin tahu apa yang terjadi dengan Kim Mi So.
“Apa yang seorang Young Joon lakukan di malam seperti ini? Apa yang kau bicarakan?” ucap Tuan Park, Young Joon menatap dengan wajah serius. 

Flash Back
Mi So memberikan  jadwal kegiata untuk minggu depan, Young Joon melihatnya lalu mengajak untuk pergi makan malam nanti, Mi So menganguk setuju, lalu merasakan ponselnya bergetar lalu mengangkatnya ternyata telp dari Nyonya Choi.
“Ya, kalau begitu aku akan menjumpaimu nanti... Baiklah.” Ucap Mi So pada Nyonya Choi.
“Apa maksudmu, menjumpai ibuku?” kata Young Joon mendengar Mi So yang bertemu dengan ibunya.
“Dia ingin makan malam bersama” kata Mi So dengan senyuman.
“Baiklah kalau begitu, beliau suka makanan Jepang, jadi kita pergi ke Hotel Illusion Jepang... “ jelas Young Joon, Mi So mengaku bukan seperti itu.
“Beliau ingin makan malam berdua saja denganku, tanpamu.” Kata Mi So, Young Joon kaget kalau hanya mereka berdua.
“Kurasa beliau ingin merundingkan mengenai pertemuan keluarga besok denganku.” Kata Mi So
“Jika beliau berkata sesuatu yang kurang berkenan atau membuatmu kurang nyaman, langsung beritahu aku. Aku tak akan mengizinkan beliau menjadi mertua yang mengganggu.” Tegas Young Joon.
“Itu tidak mungkin terjadi, tapi aku akan mengingatnya.” Kata Mi So dengan senyuman manisnya. 


Mi So dan Nyonya Choi akhirnya makan bersama, Nyonya Choi mengaku Senang sekali bisa makan malam berdua saja. Mi So juga mengaku senang. Nyonya Choi mengaku kalau selalu iri pada teman yang punya anak perempuan disaat punya 2 anak putra.
“Tapi sekarang aku punya menantu perempuan. Jadi aku bisa pergi belanja bersamamu Dan makan makanan enak seperti ini. Aku ingin kita bisa jalin hubungan ibu dan anak.” Kata Nyonya Choi dengan senyuman bahagia.
“Ya, aku juga merasakan hal yang sama.” Ungkap Mi So, Nyonya Choi tak percaya mendengarnya.
“Karena kita sama-sama cantik, pasti siapapun akan mengira kalau kita ibu dan anak kemanapun kita pergi. Dan itu karena aku merawat diri dengan baik, beberapa orang mungkin akan mengira kita kakak-adik, ya kan?” kata Nyonya Choi percaya diri.
“Ya, orang lain bisa keliru karenamu, Ny. Choi.” Kata Mi So seperti berusaha untuk ramah.
“Jangan menyebutku Ny. Choi lagi, kau harus memanggilku "Ibu" mulai sekarang.” Kata Nyonya Choi, Mi So pun mencoba memanggil “Ibu” 


Keduanya pun sampai di sebuah toko, Nyonya Choi mengatakan ingin membelikanbaju untuk pertemuan besok dan alasan meminta bertemu. Mi So menganguk mengerti, Nyonya Choi  menyuruh agar Mi So memilih pakaian yang sudah ada digantung. Mi So berjalan melihat semua baju yang terlihat bagus.
“Ada apa? Apa tak ada yang kau sukai?” kata Nyonya Choi melihat wajah Mi So
“Bukan, Itu karena semuanya tampak bagus.” Kata Mi So, Nyonya Choi akhirnya langsung membeli semua pakaian yang digantung.  Mi So panik merasa kalau itu tak perlu.
“Mulai sekarang kau akan bertemu dengan banyak orang juga, Jadi kau butuh setidaknya pakaian sebanyak ini.” Ucap Nyonya Choi. 

Nyonya Choi terlihat sepatu di depannya lalu meminta agar Mi So memilih beberapa sepatu juga, dan ingin tahu dari beberapa pasangan sepatu mana yang sesuai kesukaannya. Mi So tak ingin membuat kesalahan lagi, menunjuk ke salah satu sepatu berwarna putih.
“Ohh Jadi kau Yang itu? Kami akan beli semuanya, termasuk yang sepatu ini.” Kata Nyonya Choi, Mi So kaget karena Nyonya Choi malah membeli semua sepatu.
“Tidak, kurasa aku cukup yang ini saja.” Kata Mi So, Nyonya Choi pikir kalau lebih banyak lebih baik.
“Oh ya, Apa kau sudahpunya tas, Mi So?” tanya Nyonya Choi, Mi So mengaku sudahpunya banyak tas.
“Astaga... Jadi kau suka koleksi tas juga rupanya. Aku juga punya kegemaran yang sama. Apa kau ingin belanja sebentar mumpung kita disini? Kami ingin beli semua tas terbaru yang ada disini.” Ucap Nyonya Choi kembali meminta di pelayan toko, Mi So kebingungan menjelaskanya. 

Mi So melihat semua tas belanja yan memenuhi rumahnya, merasa seperti Paris Hilton-nya Jangchung-dong. Lalu Young Joon menelp,  bertanya apakah menikmati kencan dengan ibunya. Mi So mengaku sangat menikmatinya.
“Kenapa beliau ingin bertemu denganmu?” tanya Young Joon, Mi So mengatakan kalau Nyonya Choi ingin membelikan baju untuk dikenakan besok.
“Jadi begitu. Aku yang seharusnya membelikanmu, tapi lupa.. Jadi, apa kau sudah pilih pakaian bagus untukmu?” kata Young Joon, Mi So mengaku sudah dengan melihat semua barang belanja yang banyak.
“Aku yakin kau cukup lelah menyesuaikan diri dengan mertuamu, Jadi, istirahatlah. Sampai jumpa besok.” Ucap Young Joon.
“Baiklah, mimpi indah, Bos.” Kata Mi So dengan wajah berusaha untuk bahagia. 

Young Joon menunggu didepan rumah, lalu terpana saat melihat Mi So datang dengan gaunya. Mi So tersenyum melihat Young Joon sudah menunggunya. Young Joon mengaku Setiap hari Mi Soselalu cantik, tapi hari ini lebih cantik.
“Kau juga sangat tampan, Bos.” Ucap Mi So dengan senyuman
“Apa ayah mertua dan kakak ipar datang terpisah?” tanya Young Joon.
“Ya, mereka akan segera tiba.” Kata Mi So lalu menarik nafas panjang menutup rasa gugupnya.
“Apa kau gugup?” tanya Young Joon melihat Mi So terlihat sedikit gemetar.
“Tentu saja, kau sudah bertemu dengan ayahku. Beliau sedikit nyeleneh, Jadi aku khawatir kalau beliau akan melakukan kekonyolan. Aku harap kami bisa menjaga suasana yang baik.” Ucap Mi So
“Jangan khawatir, ini adalah pernikahan yang di inginkan oleh alam semesta, Jadi, suasananya sudah pasti akan baik. Dan juga, aku akan selalu berada disisimu.” Kata Young Joon menyakinkan lalu mengandeng tangan Mi So. 


Tuan Kim bersama Pil Nam hanya bisa melonggo melihat rumah keluarga Young Joon yang sangat besar. Tuan Kim ingin tahu berapa banyak jendela yang mereka punya, karena menurutnya sangat luar biasa. Saat itu petugas datang memberitahu akan mengantarnya masuk ke dalam rumah. Keduanya menganguk mengerti.
“Hei, ada apa dengan suasana ini?” ucap Tuan Kim seperti tak nyaman
“Benar, kalangan orang kaya sungguh beda.” Kata Pil Nam, lalu petugas meminta agar mengikutinya. 

Keduanya akhirnya berjalan melewati taman, Tuan Kim tak percaya kalau rumah besar hanya tinggal untuk satu keluarga saja, Pil Nam mengatakan bukan satu keluarga, karena Young Joon sudah tinggal sendiri dirumahnya.
“Apa? Apa Mi So akan baik-baik saja? Bagaimana kalau mereka menyulitkan Mi So karena dia dari keluarga miskin?” ucap Tuan Kim khawatir.
“Kudengar mereka sangat menyayangi Mi So, tapi...” kata Pil Nam. Tuan Kim pun merasakan sedikit gugup.
“Aku senang bisa membawamu. Setidaknya sungguh melegakan aku punya putri dokter. Kau seharusnya kemari memakai jas putihmu. Jadi kau akan membuat kesan yang kuat pada penampilanmu.” Kata Tuan Kim,
“Hei.. Ayolah, Ayah. Aku tak bisa berharap lebih hebat disaat mereka saja sudah kaya raya.” Komentar Pil Nam, Tuan Kim pun menganguk mengerti. 

Young Joon dan Mi So datang menyapa keduanya, Pil Nam pun menyapa Young Joon dengan panggilan Pria Cheobol lalu mengubah panggilanya jadi adik ipar. Tuan Kim pun menanyakan kabar menantunya, Young Joon mengaku baik.
“Apa kau gugup, ayah?” tanya Young Joon, Tuan Kim menyangkal kalau gugup.
“Aku ini Kim Young Man! Aku adalah pria dengan hati baja yang tak bisa gugup. Bahkan di hadapan beribu-ribu orang!” kata Tuan Kim berbangga hati.
“Kau bilang Beribu-ribu? Bukankah...penonton terbanyak yang pernah tonton konsermu saat festival Doraji sebanyak 100 orang?” ejek Mi So,
“Jangan gugup, Nak. Semangat rocker!” kata Tuan Kim menutupi rasa gugupnya. Young Joon pun ikut bersemangat rocker!

Tuan Lee dan Nyonya Choi menyapa keluarga Kim, Young Joon pun memperkenalkan eduanya adalah ayah dan ibunya. Tuan Kim pun memperkenalkan diri sebagai ayah Mi So dan Pil Nam mengaku sebagai kakak tertua Mi So.
“Ya, seorang psikiater.” Kata Tuan Kim membanggakan Pil Nam, keduanya pun menganguk mengerti.
“Kami mengundang kalian kerumah karena  ingin memberi sambutan hangat. Tapi maaf kalau ini mungkin saja sudah lancang.” Kata Tuan Lee
“Tidak, terima kasih sudah mengundang kami kemari.” Ucap Tuan Kim, Tuan Lee pun mengajak mereka segera masuk. 

Menu makan segera di bawakan pelayan, layaknya berada dalam restoran beberapa menu diberikan dengan porsi kecil-kecil tapi memilih banyak menu. Tuan Kim sampai kebingungan dengan piring dan mangku yang terus berganti sampai akhirnya dua potong steak ditaruh diatasmeja.
“Kami sengaja menyiapkan steik dengan kematangan medium, apa tak apa?” ucap Nyonya Choi
“Ya, seorang rocker harus merawat tubuhnya, Karena punya tubuh ramping bagus dipandang. Jadi, ukuran daging medium adalah yang sempurna. Tak perlu ukuran yang besar.” Kata Tuan Kim melihat ukuran daging yang kecil
“Ayah, maksudnya bukan ukuran, tapi tingkat kematangan. Medium artinya dipanggang setengah matang.” Bisik Pil Nam, Tuan Kim baru mengetahunya.
“Maafkan aku, aku tak sering makan steik. Aku biasanya memanggang iga babi di panggangan arang.” Kata Tuan Kim
“Bagaimana kalau kita sesekali makan iga babi panggang dan minum soju?” ucap Tuan Lee, Tuan Kim pun menyetujuinya.
“Bagaimana kalau kita merundingkan pernikahannya sekarang? Apa kalian sudah punya tanggalnya?” tanya Nyonya Choi
“Bagiku tanggal berapa saja tak masalah.” Kata Tuan Lee
“Kalian tak perlu khawatir mengenai persiapan hadiah pernikahannya. Kami berencana menyiapkan hadiah pernikahan untuknya juga. Dia sangat berharga bagi kami, jadi kami ingin lakukan itu untuknya.” Ucap Nyonya Choi menatap Mi So
“Kami akan siapkan yang terbaik dari yang terbaik mulai dari perabotan dan perlengkapan rumah sampai perhiasan. Kau tak punya mobil, kan?” kata Nyonya Choi, Mi So mulai panik mendengarnya.
“Mobil model yang sama dengan Young Joon sepertinya sudah cukup. Akan lebih baik kalau dia bisa tinggal berdekatan dengan rumah keluarganya. Ada rumah kosong di dekat kediaman Young joon. Bagaimana kalau kalian pindah ke rumah itu?” ucap  Nyonya Choi
“Aku...tak bisa menikah dengan cara seperti itu.” Kata Mi So, Semua kaget mendenagrnya.
“Aku mengerti dengan baik betapa kalian menyayangiku. Aku sangat bersyukur. Tapi, aku tak bisa terima perlakuan yang terlalu istimewa dan semua hadiah itu.” Kata Mi So, Nyonya Choi terlihat sedih
“Ini Sama seperti tuntutan yang berlebihan, pemberian yang berlebihan juga bisa membuat tak nyaman.  Jadi Soal itu biar aku saja yang akan menanganinya.” Jelas Young Joon menenangkan ibunya.
“Aku sudah berbuat salah. Aku terlalu berlebihan melampiaskan rasa sayangku padanya. Maafkan aku. Inilah alasan kenapa aku menyukainya. Dia begitu bertekad. Kau sudah membesarkan putri dengan baik.” Komentar Nyonya Choi
“Terima kasih atas sanjungannya.” Kata Tuan Kim, Tuan Lee mengajak mereka kembali makan lagi. Suasana pun kembali santai dengan memulai makan. 



Young Joon memuji Mi So yang sudah berkerja bagus hari ini. Mi So pikir Tak masalah walaupun khawatir kalau terlalu lancang. disaat ibu Young Joon  ingin tunjukkan kasih sayangnya. Young Joon pikir Mi So Jangan khawatir dan juga alasan cukup bisa diterima.
“Aku suka pada pendirianmu. Aku suka dengan betapa besar pengertianmu.” Kata Young Joon senang.
“Sekarang setelah tanggal pernikahan sudah ditentukan, .pernikahan kita terasa nyata.” Kata Mi So
“Benar. Aku akan jadi milik seseorang... Dan kau akan punya...satu pria terbaik sepertiku sebagai suamimu. Kau pasti sangat senang.” Kata Young Joon kembali narsis.
“Benar, terasa seperti mimpi.” Ucap Mi So tak bisa menutupi rasa bahagianya.
“Wanita menikah.” Goda Young Joon, Mi So pun memanggil Young Joon “Pria menikah.”
“Kau lupa menaruh kata "keren". Aku akan jadi pria menikah yang keren. Pria menikah keren yang selalu menjaga badan kekarnya sebagaimana dia menjaga keseksiannya. Setuju?” ucap Young Joon bangga, Mi So pun mengangguk setuju seperti sudah memaklumi sifat Young Joon yang narsis. 


Young Joon melingkar tanggal 26 agustus untuk Hari Pernikahan. Esok harinya, Young Joon mengajak Mi So pergi ke sebuah tempat. Mi So bertanya mereka mau kemana. Young Joon hanya menunjuk kesana lalu menarik Mi So pergi.
“Aku akan membeli set peralatan makan yang belum kita beli terakhir kali. Ayo Cepat.” Kata Young Joon, Seorang pelayan menyapa keduanya.
“Aku ingin beli set peralatan makan. Set peralatan makan yang populer pada kalangan pengantin baru.” Kata Young Joon, Pelayan pun meminta menungg.
“Kami akan segera menikah... Sebulan lagi...” ucap Young Joon bangga, Mi So mengeluh kalau Tak perlu mengatakan secara rincian.
“Aku ingin katakan itu pada semua orang.. Oh, ya. Aku juga ingin beli set wajan dan semuanya..” Kata Young Joon bangga

“Aku tidak tahu kalau kau tertarik pada perlengkapan dapur.” Komentar Mi So
“Aku jadi tertarik setelah memikirkan kehidupan rumah tangga kita. Dan Aku yang akan masak. Jadi, kau jangan coba-coba memasak.” Kata Young Joon pindah ke rak panci, Mi So hanya bisa tersenyum.
“Yang mana panci yang bagus? Pertama, panci keramik dan kedua, panci tahan karat.” Kata Young Joon.
“Pilihan yang pertama.” Ucap Mi So, Young Joon mengikutinya kalau akan memilih panci keramik.
“Pilihan pertama adalah item bisnis yang di intruksikan sendiri oleh Wakil Ketua terakhir kali. Kalau begitu, tolong lakukan seperti itu.” Ucap Mi So.
Young Joon terdiam karena ternyata Mi So sedang berbicara di telp, Mi So akhirnya menutup ponselnya. Young Joon mengeluh dengan yang dilakukan Mi So sekarang. Mi So mengatakan kalau menerima beberapa data dari tim bisnis beberapa waktu lalu jadi harus segera memberi respon.
“Tolong fokus... Memilih panci lebih penting dibanding pemilihan rencana bisnis.” Kata Young Joon terlihat kesal.
“Maafkan aku. Aku akan fokus memilih perlengkapan dapur mulai sekarang.” Kata Mi So, Young Joon meminta Mi So agar tetap fokus. 



Mi So datang menemui Young Joon yang memanggil ke ruangan,  Young Joon mengaku dilema mana yang harus dipiilih agar tak menyesal. Mi So pikir kalau mengenai M dan A terkait JH Bio. Young Joon mengatakan kalau bukan itu
“Bukan, aku sudah membuat putusan terkait masalah itu setelah membaca semua data dan arus pasar. Aku memutuskan untuk tak bekerja sama dengan mereka.” Jelas Young Joon.
“Kalau begitu, ini masalah apa?” tanya Mi So binggung. Young Joon mengatakan kalau sedang memilih gaun pernikahan Mi So, Mi So terlihat kaget.
“Tn. Jang mengirimiku beberapa pilihan gaun. Dia mengirimiku 5 pilihan, dan semuanya cantik, jadi aku dilema. Aku sudah dapatkan 2 pilihan. Jadi Yang mana yang paling kau sukai?” kata Young Joon memperlihatkan foto pilihanya.

“Gaunnya mirip... Keduanya sama-sama jenis gaun *bell line...(Tipe gaun mengembang yang mirip lonceng)” kata Mi So
“Tapi nuansanya yang berbeda. Keceriaan gaun ini mengingatkanmu pada natal. Sementara yang ini, kesederhanaan gaunnya mengingatkanmu lonceng tradisional di Bosin Pavilion... Sepertinya yang ini lebih cocok untukmu.” Kata Young Joon
“Baiklah, aku suka yang mana saja.” Kata Mi So tak ingin banyak memilih
“Aku juga akan beri pendapat pada tatanan rambutmu. Bagaimana kalau yang ini? Kau punya leher yang indah, jadi tatanan rambut seperti ini cocok untukmu.” Kata Young Joon memberikan gambaranya.
Mi So hanya bisa menganguk setuju saja,  Young Joon pikir kalau Mi So pasti senang sekali. Young Joon dengan bangga mengatakan kalau Ia adalah pria paling diminati yang akan segera terjual dan tak akan ada stok-nya lagi.
“Aku membantumu dengan hati-hati mengenai persiapan pernikahannya.” Kata Young Joon.
“Benar, aku senang sekali.”kata Mi So lalu pamit karena harus segera ikut rapat.


Tuan Jang menyapa Young Joon yang sudah lama tak bertemu lalu menanyakan kabarnya. Young Joon mengaku baik. Tuan jang merasa kalau Young Joon. selalu saja tampan setiapkali melihatnya, lalu bertanya dimana tunangan Young Joon.
“Dia akan segera tiba... Aku langsung datang kemari setelah urusanku kelar.” Kata Young Joon, Tuan Jang menganguk mengerti.
“Kalau begitu duduklah disana sampai tunanganmu datang. Aku akan ambil tuksedo dan gaunnya yang sudah kau pilih sebelumnya.” Kata Tuan Jang, Young Joon pun akhirnya duduk menunggu.
“Pakaiannya pasti indah dan keren.” Kata Young Joon lalu menerima telp dari Mi So
“Apa kau sedang dalam perjalanan? Dimana kau?” tanya Young Joon penuh semangat.
“Aku baru saja dapat daftar tamu untuk acara yayasan saat ingin pergi kesana. Sepertinya aku harus ikut rapatnya” ucap Mi So, Young Joon terlihat kaget.
“Mereka baru bisa lanjut lakukan persiapan setelah daftarnya terkonfirmasi. Aku akan kesana seusai rapat.” Kata Mi So.
“Baiklah, aku harap kau bisa datang secepat mungkin.” Ucap Young Joon menutupi rasa kecewanya. 

Sek Seol masuk dengan terburu-buru dan wajahnya panik. Tuan Park mengaku kalau sudah menanti dan ingin tahu hari ini melakukan masalah apa. Sek Seol mengatakan kalau mengenai hadiah ulang tahun Presiden korporasi DM, jadi ingin mengiriminya coklat dengan kualitas tinggi.
“Tapi tim sekretaris mereka berkata belum menerima hadiahnya dan setelah aku periksa...Ternyata aku kirim ke Nn. Choi Seo Jin bukan Presiden.” Ucap Sek Seol
“Kau bilang Choi Seo Jin? Bukan mantan istriku Choi Seo Jin, kan?” kata Tuan Park kaget
“Maafkan aku. Aku salah kirim karena nama mereka berdekatan dalam daftar kontak.” Ucap Sek Seol
“Bagaimana kau bisa salah disitu? Apa yang akan dipikirkannya kalau dapat kiriman coklat dari mantan suaminya? Dia akan mengira aku masih mengganggunya.” Kata Tuan Park kesal.
“Aku tak yakin harus berkata ini...” kata Sek Seol. Tuan Park yang kesal menyuruh Sek Seol tak perlu mengatakan saja.
“Tetap saja, aku akan katakan. Bukankah kau masih punya perasaan pada mantan istrimu? Setidaknya ini bisa menghantarkan perasaanmu padanya.” Kata Sek Seol
“Kalau hubungan kami bisa berhasil melalui coklat, saat ini kami tak mungkin cerai, jadi Keluarlah.” Ucap Tuan Park kesal, Sek Seol menganguk mengerti sambil meminta maaf keluar dari ruangan. 

Young Joon memakai jasnya, dengan mengangkat tanganya bangga dan sinar keluar dari tubuhnya.
“Apa kau Pernah lihat calon pengantin pria se-seksi seperti ini? Selamat sudah membuatku terjual. Kau bisa kehilanganku kalau terlambat sedikit saja, mengerti?” ucap Young Joon ternyata berbicara sendiri didepan cermin lalu bertanya-tanya karena Mi So yang belum datang.
“Kau sempurna sekali memakai tuksedo itu. Kalau bisa, aku ingin membuatmu memakai semua pakaian yang ada disini. Sejak kau kecil, kau punya tubuh yang dapat memuaskan para perancang pakaian..” Ucap Tuan Jang melihat Young Joon. Young Joon pun mengucapkan terimakasih.
“Tunanganmu datangnya lama sekali, dia pasti sangat sibuk.” Kata Tuan Jang
“Sesuatu yang mendesak terjadi, tapi dia akan segera datang.” Kata Young Joon, Tuan Jang pun menyuruh Young Joon untuk lanjut menunggu. 


Mi So berlari untuk sampai ke tempat fitting baju, lalu melihat Young Joon sudah menunggu diluar. Ia merasa tak enak  hati karena sudah membuatnya menunggu lama. Young Joon mengatakan kalau Mereka masih ingin menunggu.
“Tapi aku tak bisa menahan mereka menunggu lebih lama lagi karena tak enak.” Kata Young Joon.
“Maafkan aku, aku harus mengirim undangannya hari ini.” Jelas Mi So
“Apa kau harus kerjakan sendiri?” keluh Young Joon menahan amarah
“Itu adalah acara yang dilangsungkan dibawah pengawasanmu. Banyak para politikus yang akan hadir. Jika aku tahu akan memakan waktu selama ini, maka Aku seharusnya menunda hari fitting pakaian.” Kata Mi So
Young Joon seperti masih cemberut, Mi So bertanya apakah Young Joon lapar, Young Joon mengaku tak selera makan. Mi So mengajak kalau minum kopi dengan mata merayu. 


Young Joon akhirnya duduk di cafe berkomentar kalau Setidaknya aromanya harum. Mi So senang mendengarnya karena berpikir tempat ini bisa memuaskan selera Young Joon.  Young Joon tiba-tiba merasa kalau pernah ketempat ini sebelumnya.
“Apa kau kemari bersamaku?” ucap Mi So, Young Joon terlihat berusaha mengingat kalau keduanya pernah datang ke cafe.

Flash Back
Saat itu Mi So sedang kencan buta dengan Tuan Park di cafe yang sama. Tuna Park mencoba kalau kopinya lezat karena sudah riset dimana-mana sampai temukan tempatnya sekarang.
“Ah, disini tempat aku lakukan kencan buta sebelumnya.” Ucap Mi So senang karena mengingatnya.
“Kau bilang Kencan buta? Pantas saja tempat ini seperti tak asing. Kenapa kau harus pilih tempat yang suram ini, dimana kau lakukan kencan buta dengan pria lain?” kata Young Joon marah
“Aku lupa. Saat itu begitu ramai, jadi aku tak ingat. Yang kuingat hanyalah rasa dari kopi ini.” Ucap Mi So
“Terima kasih sudah membawaku kemari. Aku jadi mengingat kembali kenangan yang mencengangkan berkat kau.” Kata Young Joon.
“Apa maksudnya kenangan mencengangkan?” tanya Mi So binggug
“Kupikir kau cuma mengikatkan dasiku saja.” Ucap Young Joon sinis. 


Flash Back
Mi So melihat dasi Tuan Park yang tak rapih langsung merapihkanya, lalu meminta maaf karena sudah jadi kebiasaan. Saat itu Young Joon datang melihat Mi So langsung berteriak marah.
“Anu, itu... aku tak punya maksud apa-apa waktu itu. Tanganku bereaksi sendiri setiapkali melihat dasi yang tak rapih. Itu sudah jadi kebiasaan kerja.”jelas Mi So
“Apa? Kebiasaan kerja? Apa kau barusan bilang perbuatanmu yang membuat hatiku berdebar-debar adalah kebiasaan?”ucap Young Joo kesal
“Bukan itu maksudku... Itu cuma ungkapan idiomatis.” Jelas Mi So seperti serba salah.
“Baiklah, aku mengerti. Tanganmu secara otomatis merapikan dasi kapanpun kau lihat dasi tak rapih meski bukan dasiku. Aku orang bodoh yang sudah berdebar-debar karena itu.” Kata Young Joon menyindir.
Mi So tak enak hati mendengarnya, Young Joon merasa ingin segera keluar dari cafe,  dan pergi ke suatu tempat untuk berbagi kenangan sendiri bukan kenangan Mi So bersama teman kencan butanya.  Mi So pikir itu bagus mereka harus cari tempat untuk berbagi kenangan. Young Joo merasa kalau cafenya sangat menyesakkan.


Seorang kurir pizza datang membawakan satu pan pizza ditaman, Young Joon dengan sinis bertanya Apa ini tips yang didapat Mi So dari kencan butanya juga, Apa pria itu bilang menyenangkan makan pizza diluar seperti ini. Mi So mengaku bukan menurutnya ini tempat mereka saling berbagi kenangan Dan ini pizza kesukaan Young Joon juga.
“Aku memilih tempat ini sambil memikirkanmu.” Kata Mi So, Young Joon pun bisa sedikit tersenyum mendengarnya.
“Kalau begitu aku akan makan pizzanya sebagai bentuk apresiasi.”kata Young Joon mulai memaka pizzanya, lalu lewat dua pria melonggarkan dasinya karena kepanasan.
“Dasi mereka tak rapih, Bukankah seharusnya kau merapikannya? Kau adalah mesin merapikan dasi.” Ejek Young Joon.
“Sudah cukup... Aku bisa saja ikut protes kalau mau.” Kata Mi So  melirik sinis. Young Joon terlihat binggung.
“Kau kenal wanita itu, kan?” ucap Mi So melirik poster Oh Jin Ah yang jadi model minuman Soju. Young Joon mengaku sangat mengenalnya.

“Apa kau ingat saat aku berlarian seperti orang gila untuk membelikannya bunga saat hari ulang tahunnya?” kata Mi So sinis
“Kenapa kau membahas itu? Kau tahu kalau kami tak punya hubungan apapun. Untuk menjaga citraku... “ ucap Young Joon yang langsung disel oleh Mi So.
“Aku tahu. Itulah kenapa aku hanya bisa diam saja. Aku tahu tak ada hubungan apa-apa diantara kalian dan itu sudah masa lalu.  Jadi Ini Tidak benar menyalahkan pasangan atas apa yang terjadi sebelum berkencan.” Kata Mi So, Young Joon ingin menyela tapi Mi So menerima telp.

Mi So berbicara dengan Se Ra di telp, Se Ra mengajak untuk pergi minum soju bareng kalau tak keberatan. Mi So mengatakan tidak sedang ingin minum soju hari ini. Young Joon tersenyum mendengarnya. Mi So mengatakan kalau akan minum bir lalu menutup telpnya.
“Apa kau akan minum disaat keadaan seperti ini?” ucap Young Joon tak percaya
“Karena keadaan ini yang membuatku ingin minum. Jadi Baiklah..  Mesin perapi dasi selesai bekerja hari ini. Pulanglah dengan hati-hati, Tn. cemburu buta.” Kata Mi So sinis lalu berjalan pergi. 


Young Joon masih tak bisa berpikir “Ada apa dengan Kim Mi So” karena mengesampingkan persiapan nikah dan membawanya ke cafe itu dan ingin tahu alasanya. Tuan Park yang mendengar cerita Tuan Park, Mi So mengesampingkan persiapan nikah karena sibuk.
“Dia membawamu ke kafe itu tanpa banyak mikir, Jadi jangan terlalu sensitif.” Ucap Tuan Park yang mengantuk lalu melihat tatapan Young Joon sinis.
“Maksudku, dia bukannya kesana bersama mantan pacar. Itu cuma kencan buta, sama sekali tak berarti.” Kata Tuan Park yakin
“Itu bukan sekedar kencan buta biasa. Sudah kubilang, dia merapikan dasi keparat itu dengan mesra. “ ucap Young Joon marah
“Benar... Aku bisa lihat alasan kau marah. Dari luar dia tampak sangat pemikir dan hati-hati. Tapi ternyata dia tak pemikir. Aku lebih baik menyebutnya Nn. Kim tak pemikir, oke?” kata Tuan Park
“Beraninya kau menjelek-jelekkan dia didepanku? Dia adalah wanita paling perhatian di dunia ini.” Ucap Young Joon dengan nada tinggi.
“Dia selalu saja marah dengan apapun yang kulakukan. Kalau begitu kau ingin aku bagaimana? Kalau kau seperti ini, lebih baik kau pulang saja kerumahmu dan bicara pada tembok.” Ucap Tuan Park, Young Joon langsung berdiri,
“Apa kau benar-benar akan bicara pada tembok dirumahmu?” kata Tuan Park, Young Joon melirik sinis
“Kalau begitu, Apa kau ingin aku berlama-lama disini?” ucap Tuan Park, Young Joon akhirnya memilih untuk pergi.
“Selamat tinggal. Jangan menoleh dan pulang saja. Kirimkan salamku pada tembok.” Ucap Tuan Park yang lelah lalu membaringkan tubuhnya di sofa. 

Saat itu terdengar bunyi bel rumah, Tuan Park pikir kalau Young Joon lupa membawa sesuatu lagi, tapi saat membuka pintu ternyata mantan istrinya yang datang. Ia dengan gugup bertanya kenapa Nyonya Choi datang.  Nyonya Choi mengatakan kalau ingin mengatakan sesuatu.
“Aku... menerima coklat yang kau kirimkan padaku.” Ucap Nyonya Choi, Tuan Park mengetahuinya.
“Terima kasih.. Kau ternyata...masih ingat.” Kata Nyonya Choi, Tuan Park terlihat binggung.
“Tentu saja aku ingat... Coklat itu... Aku memakannya pertama kali saat kita pergi ke Perancis bersama-sama. Setelah kau melamarku, Kau berkata akan memberiku sesuatu yang manis. Lalu kau membawa coklat itu didepan menara Eiffel.” Ucap Nyonya Choi
“Ya, aku tahu. Aku memberimu coklat itu di depan menara Eiffel.” Kata Tuan Park
“Tapi kenapa? Kenapa kau mengirimiku coklat yang kita makan hari itu?”tanya Nyonya Choi, Tuan Park terlihat binggung.
“Karena aku ingin kembali ke waktu itu.” Kata Tuan Park, Nyonya Choi kaget mendengarnya.
“Kau tahu, waktu itu kita sangat bahagia, kita... Kita begitu saling mencintai... Aku sangat merindukan waktu itu... Aku masih sangat mencintaimu.” Ucap Tuan Park mengungkapkan perasaanya.
Keduanya akhirnya saling menatap, Nyonya Choi tiba-tiba langsung mendorong Tuan Park dan menciumnya, keduanya seperti melampiaskan perasaan cinta yang tertunda. Saat itu Young Joon datang merasa kalau harus minum bir lebih dulu lalu kaget melihat temanya sedang berciuman dengan mantan istrinya.
“Sebaiknya aku pulang saja.” Kata Young Joon, Nyonya Choi yang malu langsung mendorong Tuan Park agar menjauh.
“Kau pergi saja” kata Tuan Park, Young Joon malah menyapa Nyonya Choi lebih dulu karena sudah lama tak bertemu.
“Yoo Shik... Karena kau juga berbuat kesalahan yang sama dimasa lalu, Mari kita berdamai soal ini” bisik Young Joon mengoda, Tuan Park menyuruh Young Joon segera pergi saja.
“Dan membuatnya impas.” Kata Young Joon, Tuan Park kembali memintaa agar Young Joon segera pergi. Young Joon akhirnya pamit pergi.
“Young Joon terkadang suka jahil.” Kata Tuan Park, Nyonya Choi seperti sudah tak tahan menarik Tuan Park dan kembali menciumnya, Tuan Park menjerit karena badanya terkena duri yang ada di dinding.
Mereka berciuman sampai Nyonya Choi berbaring di sofa, dengan tangan yang membuka kancing baju Tuan Park. Tapi tangan Tuan Park kesusahan untuk membuka tali baju mantan suaminya. Nyonya Choi menyuruh Tuan Park membuka bajunya saja dengan wajah kesal. Tuan Park membuka tapi bukan terlihat badan sixpack, tapi kaos dalam putih. Nyonya Choi tak bisa menatapnya karena malu. 

Satu domba dipanggang diatas meja sambil diputar-putar, Se Ra merasa Sate domba ini mengingatkannya pada diri sendiri karena Mereka berputar tanpa henti dan merasa hampir gila. Mi So duduk didepanya ingin tahu apakah terjadi sesuatu.
“Kenapa kau mendadak ingin minum?” tanya Mi So yang melihat Ji Ah juag seperti tak bersemangat.
“Pahlawanku dan aku bertengkar.” Ucap Se Ra, Mi So ingin tahu alasan mereka bertengkar.
“Pahlawanku dan aku pergi ke restoran tumis babis pedas. Tapi masalahnya, Itu adalah tempat yang pernah aku dan mantan kekasihku kungjungi cuma sekali saja, sekali saat bulan biru. Kau  pasti tahu, aku bahkan tak memikirkan soal itu. Aku membawanya kesana karena disana makanannya enak, Tapi kau tahu apa yang terjadi? Aku bertemu dengan mantanku disana. “ ucap Se Ra. Keduanya pun terkejut.
“Tapi si keparat itu... dia pikir kita tinggal di Hollywood atau apa, Dia langsung mendatangiku, dan berlagak sok akrab. Jadi aku tak punya pilihan selain memberitahunya kalau dia mantan kekasihku. Kemudian pahlwanku jadi marah padaku. Dia tak bisa pahami maksudku mengajaknya ke tempat dimana aku dan mantanku pernah kesana.” Kata Se Ra keasl
“Kenapa dia jadi marah? Padaal itu sudah masa lalu.” Ucap Mi So ikut kesal. Se Ra juga berpikiran yang sama.
“Aku mengerti kenapa dia marah. Aku tahu kalau itu sudah masa lalu, Tapi jika kekasihmu terluka, berarti yang kau lakukan salah.” Kata Ji Ah
Mi So terlihat ikut kesal medengarnya, Se Ra binggung melihat Mi So terlihat ikut galau juga, dan bertanya Apa persiapan pernikahannya membuatnya banyak pikiran. Mi So mengatakan bukan apa-apa seperti tak ingin cerita. Saat itu pesan guobaorou datang, Ji Ah langsung sedih melihatnya.
“Ji Ah, kenapa kau murung akhir-akhir ini? Apa terjadi sesuatu?” tanya Se Ra khawatir.  Ji Ah mengaku tidak terjadi apa-apa seperti tak ingin cerita masalahnya. 

Ji Ah menunggu di atap rumahnya, Tuan Ko akhirnya keluar rumah bertanya kenapa datang dimalam hari.  Ji Ah memberikan makanan yang dibawanya, Tuan Ko binggung lalu melihat isinya guobaorou, lalu wajahnya merasa tak enak hati.
“Aku bukan memberimu itu agar kau menyukaiku. Aku cuma kepikiran padamu saat melihat guobaorou. Dan... Aku datang karena ingin mengatakan hal terakhir.” Ucap Ji Ah.
“Mencintai wanita bisa kau lakukan setelah semua tujuanmu tercapai, Tapi kuharap kau tak menghambat dirimu untuk mencintai dirimu sendiri.” Kata Ji Ah, Tuan Ko binggung mendengarnya.

“Berhenti memakai kaos kampus Kori terus dan Belilah baju yang bagus. Berhenti makan gimbap sepanjang waktu dan mulai jaga kesehatan. Kau harus makan makanan yang layak. Aku harap kau tak korbankan hidupmu sekarang untuk masa depanmu.” Saran Ji Ah.
“Pokoknya, Aku ingin melihatmu menikmati hidup seperti orang lain seusiamu... Mencintai dirimu... Jangan lupakan saranku, oke? Kalau tidak, aku bisa terus mengkhawatirkanmu.” Kata Ji Ah, Tuan Ko hanya terdiam menatap Ji Ah.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar