PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 25 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 3 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Kakak Sepupu Woo Sun meminta tolong untuk mengawasi Seo Yeon sampai kembali ke Korea dalam waktu 2 minggu, lalu mengubah kalau akan datang dalam 10 hari,sementara Seo Yeon sibuk melihat sekeliling rumah dan melihat salah satu kamar yang rapih.
“Aku ambil kamar itu... Jendelanya besar, dan itu ukuran yang bagus. Enak melihat pemandangan sungai, tapi tamannya tidak terlalu buruk.” Ucap Seo Yeon keluar dari kamar.
“Hei... Memangnya kau mau beli rumah?” keluh Woo Sun kesal
“Aku nginap sini, jadi apa salahnya untuk milih-milih kamar.” Kata Seo Yeon santai
“Kau Pakailah kamar mandi di sana. Aku menyetujui ini agar sepupuku bisa menangkapmu, jadi jangan melewati batas.” Tegas Woo Sun, Seo Yeon binggung batas seperti apa.
“Aku menyimpan privasiku yang berarti aku benci tentang berbagi kamar. Jadi jangan melewati batas ini. Jangan ganggu aku atau hidupku.” Tegas Woo Sun memperingati.
“Tentu tidak. Jangan khawatir.. Aku mungkin mengganggu, tapi aku tidak kurang ajar.” Komentar Seo Yeon masuk ke kamar.
“Tapi, kau terdengar kurang ajar.” Keluh Woo Sun kesal. 



Dae Young tertidur ke kamarnya, mengingat kembali yang dikatakan Woo Sun “ Aku ingin merekrut orang yang membuat blog bernama, Let's Eat.” Seperti  Dae Young sedang galau akhirnya mencari key word tentang Pencipta Makanan. 

Woo Sun keluar dari kamar mengeluh saat melihat semua menu di meja makan, Ia kembali memperingatkan Seo Yeon aklau untuk tidak melanggar batas. Seo Yeon heran karena  tidak boleh ke dapur, padahal setidaknya harus memasak sarapan karena tinggal bersama. 
“Aku biasanya melewatkan sarapan,jadi jangan lakukan ini lagi.” Tegas Sun Woo lalu berjalan pergi, Seo Yeon menahan Woo Sun sebelum pergi.
“Karena aku sudah melalui banyak masalah, bisakah kau makan sarapanku? Duduklah.” Kata Seo Yeon memohon, Woo Sun terdiam melihatnya.
“Apa Aku boleh pinjam uang?  Agar bisa menangkap temanku, setidaknya aku butuh uang untuk transportasi dan hal-hal lain. Kau pastu Tahulah, aku benar-benar tak punya uang” kata Seo Yeon, Woo Sun hanya menatap sinis.
“Ini namanya kau melewati batas. Aku cuma menyetujui kau tinggal di sini. Dan aku tidak bisa membantumu dalam situasi apa pun.” Tegas Woo Sun lalu mendengar ponselnya berdering
“Goo Dae Young, aku baru saja mau kutelepon Anda. Apa? Hari ini? Bagus juga. Bagaimana kalau kita bertemu di kantorku?” ucap Woo Sun di telp.
Seo Yeon mendengar nama Goo Dae Young karena mengenalinya. Woo Sun pun bergegas pergi karena akan bertemu Dae Young, lalu menelp staffnya memberitahu Goo Dae Young akan datang hari ini, jadi meminta agar menyiapkan semua.
“Proyek baru kita hanya bisa maju kalau dia membahasnya.” Jelas Woo Sun lalu keluar dari rumah
Seo Yeon ingin tahu dengan uang yang ingin dipinjamnya, tapi Woo Sun seperti tak peduli. Ia mengeluh kalau Susah berbicara dengan Woo Sun, akhirnya menatap meja makan yang tak penuh tapi tak ada yang memakan, Seo Yeon pun memilih untuk selfie dengan semua menu sarapan. 


Dae Young masuk lobby perusahaan hanya bisa melonggo karena sanga besar, Receptionist memberitahu kalau Woo Sun sedang turun sekarang. Dae Young menganguk dan masih saja melonggo, sampai akhirnya Woo Sun memanggilnya kalau sudah menunggu dan mengajak masuk untuk naik lift.
“Aku cemas ini terlalu kasar bagiku, Anda datang ke perusahaan sebagai orang yang akan bekerja sama denganku.” Ucap Woo Sun gugup sambil menunggu lift. Dae Young mengaku tak masalah.
“Kurasa ini akan lebih membantu Anda untuk mengecek suasana perusahaan dan calon rekan kerja Anda nantinya.” Kata Woo Sun, Dae Young menganguk mengerti. Sun Woo pun mengajak Dae Young masuk ke lift lebih dulu.

Dua orang pegawai sedang membahas Klien yang bekerja sama mempunyai laporan keuangan yang memburuk, jadi apakah mereka masih tahan bekerja dengannya. Dae Young mendengarnya dan terlihat makin gugup, Pegawai perempuan mengaku sudah melaporkan proyek ini ke manajemen, tetapi sepertinya gagal.
“Anak-anak baru sudah menghubungi mitra lain. Dan Kudengar magang kita sudah bekerja di Google.” Ucap Pegawai wanita.
“Ya, ternyata dia juniorku di kampus.” Kata pegawai pria. Pegawai wanita seperti tak percaya bertanyaa apakah di HBS.
Dae Young terus mendengar dua pekerja yang mengunakan bahasa inggris dengan membahas tahun kelulusan tahun 2013 dan mengenal Profesor Yong karena satu sekolah dengan mereka. Woo Sun menyadarkan lamunan  Dae Young mengajak untuk keluar dari lift. 

Di ruangan sedang diadakan rapat membahas punya sistem sertifikasi yang serupa,.tapi itu lebih ketat....  Woo Sun masuk ke ruangan menyuruh rekan timnya untuk menyapa Dae Young, semua pun menyapa Dae Young dengan ramah. Dae Young seperti masih terasa gugup.
“Baguslah Anda datang di waktu yang tepat. Tentang proyek yang sedang kami kerjakan,. haruskah kami fokus ke Kosher atau Halal?” tanya Salah satu pegawai.
“Tentu Kosher. Orang semakin sensitif tentang GMO di seluruh dunia.” Komentar pegawai yang ada disebelahnya.
“Tidak, kita fokus ke Halal. Apa Kau tak tahu makanan HALAL sedang trend di kalangan hipsters belakangan ini? Daripada Kosher dengan  sistem yang ketat dan rumit,kita harus fokus ke Halal untuk menyajikan lebih banyak bahan makanan. Menurut Anda bagaimana?” tanya Pegawai, Dae Young kebingungan.
“Tetaplah pada esensi. Proyek layanan pengiriman makanan setengah matang yang diproduksi secara nasional adalah langkah pertama yang kita ambil sebagai penggerak pertama. Kita harus memahami keinginan dan kebutuhan pencipta tren terlebih dahulu sebelum mendapatkan sertifikasi. Bukan begitu, Goo Dae Young ?” kata Woo Sun, Dae Young menganguk mengerti saja.
“Teruskan rapat kalian... Ayo pergi ke kantorku.” Kata Woo Sun, Dae Young pun mengikutinya walaupun seperti kurang nyaman. 


Keduanya sudah duduk di dalam ruangan, Woo Sun memberitahu kalau ingin Dae Young menjadi konsultan untuk mengembangkan produk baru serta sebagai pencipta, lalu bertanya apakah Dae Young sudah membaca kontrak yang telah dikirimkan, dengan memberikan berkas yang sama agar Dae Young bisa  memberikan tanda tangan.
 “Kurasa aku belum bisa memenuhi kriteriamu.” Ucap Dae Young, Woo Sun kaget dengan jawaban Dae Young
“Berarti Anda seorang sales. Mendiskusikan penurunan biayaadalah suatu keharusan dalam proses kontrak. Jadi Beri tahu saja berapa yang Anda mau. Kita bisa menyesuaikannya dengan kondisi Anda.” Kata Woo Sun,
“Tidak, kurasa ini bukan urusanku. Aku lebih cocok menjadi seorang sales. Sekarang Aku ada janji dengan klienku... Jadi permisi.” Ucap Dae Young lalu bergegas pergi.
Woo Sun masih bingung apakah ada yang salah dengan dirinya sampai Dae Young menolak tawarannya. 

Dae Young berjalan pulang dengan wajah sendu, melonggarkan sedikit  dasinya, lalu menatap restoran “Pyongyang Naengmyeon” Akhirnya semangkuk mie dingin yang sangat enak dilihat. Dae Young mulai mencoba kuah dari Naenmyeon, wajahnya terlihat bahagia lalu mulai makan mie dengan lahap.
Dae Young menikmati makan sendiri, makan mie dengan kimchi. Ia juga makan dengan daging babi yang sangat nikmat. Ia juga mencoba Makan Pyongyang naengmyeon bersama cuka, lalu menghabiskan semua mie dalam mangkuk.
Seperti biasa, setelah Dae Young makan dan menurutnya sangat enak maka akan mengambil foto mangkuk kosong setelah makan. Wajahnya terlihat sangat bahagia dan merasa kelau hanya harus menikmati semua yang dilakukan.

Seo Yeon menelp telpnya bertanya apakah masih berkomunikasi dengan Jung Yeon Ah dari kampus mereka. Ia lalu membenarkan rumor yang beredar kalau mereka rekan bisnis di AS, tapi Jung Yeon Ah bawa kabur uangnya.
“Apa Kau masih kenal teman sekelas kita yang masih berkomunikasi?” ucap Seo Yeon, Temanya mengaku Tidak ada, akhirnya Seo Yeon pun tak bisa berkata-kata hanya bisa mengucapkan terimakasih.
“Aku tidak punya uang untuk keluar dan mencarinya. Aku tidak bisa menangkapnya seperti ini.” Keluh Seo Yeon lalu panik mendengar bunyi pintu terbuka.
“Kenapa dia baru kembali sepagi ini?” kata Seo Yeon dan kaget karena ternyata seorang bibi yang masuk rumah, si bibi pun kaget melihat ada wanita di rumah Woo Sun.
Seo Yeon bertanya Siapa bibi itu. Si bibi mengaku pembantu rumah Sun Woo dan bertanya balik. Seo Yeon mengaku sebagai pembantu baru di rumah Sun Wo dan meminta agar si bibi tidak harus datang sekarang.
“Aku belum mendengar semua ini.” Kata Bibi mengeluarkan ponselnya, Seo Yeon langsung menahanya.
“Dia bilang tidak nyaman memberitahu Anda secara langsung, jadi dia memintaku untuk menyampaikan pesan itu.” Kata Seo Yeon memberikan alasan.
“Harusnya dia bilang untuk tidak datang hari ini. Dia membuatku datang tanpa harapan.” Keluh Si bibi kesal keluar dari rumah merasakan cuacanya tidak membantu.
“Pemiliknya memang cukup kasar... Selamat tinggal.” Kata Seo Yeon lalu mencoba mencari penyedot debunya. 


Seo Yeon akhirnya menyedot debu dan bersih-bersih, lalu mulai berpikir karena Woo Sun akan menggaji pembantu, jadi bisa dibayar untuk membersihkan rumahnya. Ia pun memastikan kalau sikapnya tidak melewati batas, lalu tak sengaja menjatuhkan berkas dilantai.
Ia melihat foto Dae Young dan mengingat Woo Sun berbicara dengan Dae Young untuk bertemu hari ini dikantornya.
“Jadi Dia benar-benar temanku, Goo Dae Young.” Ucap Seo Yeon melihat profile Dae Young berumur 34 tahun, lalu teringat dengan kenangan bersama Dae Young. 

Flash Back
Dae Young membalikan badan setelah mendengar seseorang memanggil namanya. Ji  Woo dan Seo Yeon berjalan mendekatinya. Dae Young bertanya apakah mereka baru menonton film Harry Potter. Seo Yeon mengeluh kalau Filmnya itu sama membosankan dengan bukunya.
“Apa Kau pulang dari kerja sambilan?” ucap Ji Ho,  Dae Young membenarkan lalu memberikan sesuatu pada Ji Woo.
“Saat kau datang waktu itu, kau makan tiga keranjang roti. Katanya tak apa aku mengambilnya, jadi aku membawa sangat banyak.” Kata Dae Young
“Aigoo, aku tidak tahu kau membawanya, Untuk menonton Piala Dunia 2006 di Jerman kau kerja paruh waktu untuk dapat uang, 'kan?” ucap Ji Woo dengan senyuman bahagia.  Dae Young membenarkan
“Kau pasti sangat suka sepak bola. Berarti kau punya klub sepak bola.” Kata Seo Yeon. Dae Young terlihat binggung. 


Keduanya akhirnya berjalan pergi dan Ji Woo panik karena melihat kakek pemilik rumah sedang ada didepan rumah dan langsung bersembunyi. Dae Young pikir akan menghalau pemilik rumah selagi mereka bersembunyi lalu bergegas masuk.
“Aigoo.. Kakek... Kulihat Anda keluar cari udara segar. Apa cuacanya bagus? Wah...Awannya terlihat aneh “ kata Dae Young
“Apa kau bilang? Aku tidak bisa mendengarmu.” Teriak kakek, Ji Woo melihat dari balik dinding
“Coba Lihat! Ada bunga yang sudah mekar.”kata Dae Young, Kakek terus mengaku tidak bisa mendengarnya.
“Apa ini? Kurasa tidak akan berhasil. Jadi Itu sebabnya aku selalu siapkan sesuatu saat sedang keluar rumah.” Kata Seo Yeon mengeluarkan dari tasnya.
Ji Woo binggung dan akhirnya Seo Yeon melempar kaleng bekas ke arah jalan lain, Si kakek langsung bisa mendengar dengan jelas dan langsung berlari mengambilnya. Dae Young hanya bisa melonggo binggung, sementara Ji Woo dan Seo Yeon berhasil masuk ke dalam rumah. 


Dae Young dkk sedang menonton drama di TV, Dua temanya memuji pemeran wanita yang sangat cantik, sementara Dae Young terus menatap bola yang ada ditanganya. Sung Joo masih ingat ketika rumah kebanjiran, Dae Young meraih bola itu  yang pertama.
“Apa Kau menjalin hubungan dengan itu?” ejek Sung Joo.
“Apa Kalian mau bergabung dengan klub sepakbola?” tanya Dae Young, semuanya terlihat binggung.
“Memangnya ada di kampus kita?” ucap Sung Joo. Dae Young pikir mereka bisa membuatnya.
“Membuat klub macam itu tak semudah membalikkan tangan. Hentikan omong kosong itu dan kita minum alkohol.” Komentar Byung Sam mengejek.
“Apa Kau tahu minum dengan cara terbalik membuatmu lebih cepat mabuk?” kata Jin Seok, Byung Sam mengeluh kalau itu Mustahil.
“Aku tak bercanda! Kita binatang yang bisa berjalan tegak. Bayangkan tarikan gravitasi yang harus dirasakan tubuh. Jadi ketika kita terbalik, tulang, otot, dan organ kitahilang ketegangan karena gaya gravitasi yang berubah. Darah lebih mudah memancar, dan sebab itu, alkohol menyebar ke seluruh tubuh lebih cepat.” Jelas Jin Seok penuh semangat.
“Menjadi jurusan teknik membuatmu berbohong saat terdengar ilmiah.” Komentar Sung Joo
“ Tunggu Sebentar... Secara teoritis, dia ada benarnya.” Kata Dae Young dengan wajah serius. 


Seo Yeon sedang asyik menonton acara komedi, Ji Woo mengeluh adiknya agar tak tertawa terus tapi membereskan kamar mereka karena ada remah yang menempel bahkan helaian rambut dimana-mana. Seo Yeon seperti tak yakinkalau Semua itu rambutnya.
“Panjang dan keriting, jadi tentu saja.” Kata Ji Woo, Seo Yeon pikir rambut Ji Woo juga panjang dengan gaya nada seperti komedian.
“Hei. Jangan bertingkah” teriak Ji Woo kesal. Seo Yeon  mengeluh karena sedang mencoba menonton TV.
Saat itu terdengar suara Nenek pemilik rumah mengetahui Ji Woo yang sudah pulang jadi meminta agar membuka pintu karena Tagihan air bulan lalu cukup tinggi, jadi datang untuk memeriksa sesuatu. Ji Woo panik mencoba menyebunyikan adiknya.
“Kau kelur saja” ucap Ji Woo mendorong adiknya ke balkon, Ji Woo pikir mana bisa keluar dari sana. Ji Woo tetap mendoorong adiknya agar pergi. Nenek terus meminta agar Ji Woo segera membukakan pintu.
“Aku sedang ganti baju... Tunggulah sebentar!” teriak Ji Woo sengaja mengulur waktu dan terus menyuruh Seo Yeon untuk segera keluar dari balkon. 


Ji Woo akhirnya membuka pintu, Nenek ingin tahu apakah Ji Woo bersama seseorang karena tadi dengar suara aneh. Ji Woo mengaku itu pasti suara televisi. Si Nenek merasakan ada yang aneh dan tak yakin kalau Ji Woo tinggal sendiri. Ji Woo menyakinkan kalau hanya tinggal sendirian.
Si nenek memeriksa ke dalam kamar mandi, lalu berjalan ke arah jemuran dan melihat pakaian dalam seperti tak sesuai dengan Ji Woo. Ji Woo mengaku kalau suka mengunakan pakaian dalam yang kebesaran. Nenek mengeluh karena tagihan air begitu tinggi yang menurutnya aneh sekali lalu membuka pintu balkon, Ji Woo panik karena Seo Yeon bisa ketahuan. 

Di kamar Dae Young semua membalikan badan sambil minum soju,  mereka pikir kalau mulai mabuk. Jin Seok senang karena yang dikatakan memang benar. Saat itu Seo Yeon berjalan merangkak seperti hantu dari jendela, Dae Young menjerit ketakutan dan semua pun tersadar lalu langsung jatuh beriringan.
Byung Sam pun sampai terkena bagian selangkangan, Jin Seok bergegas mengambil celana jinsnya. Dae Young kaget melihat Seo Yeon datang dan kenapa harus datang dari jendela. Seo Yeon dengan nafas terengah-engah memberitahu Pemilik rumah datang.
Saat itu Nenek datang dengan Ji Woo, semua langsung berdiri seperti tak terjadi apapun. Si nenek dengan tatapan curiga mendekati Seo Yeon, lalu menyuruhnya minggir, ternyata Nenek mengambil semua botol kosong yang disimpang Dae Young.
“Kenapa tidak bilang kalau ada botol kosong? Kau bisa Bawakan saja padaku, jangan membuangnya.” Ucap Nenek
“Ya. Jadi ada apa kemari?” tanya Dae Young, Nenek mengatakan Tagihan air bulan lalu cukup tinggi.
“Apa Kau membiarkan semua temanmu mandi di sini?” tanya Nenek curiga, Nenek mengaku tidak
“Memangnya mereka sedang ingin mandi? Dan juga, aku pindah bulan lalu, jadi aku tidak akan berkontribusi.” Kata Dae Young
“Ah... Benar. Kita akan bahas ini kalau ada tagihan datang lagi. Kalau terlalu banyak, maka kau harus membayarnya, mengerti?” tegas Nenek. Dae Young menganguk mengerti. Mereka pun mengucapkan Selamat malam pada nenek yang membawa botol kosong. 


Seo Yeon menceritakan saat Pemilik datang, bersembunyi di balkon tapi tidak bisa terus berada di luar jadi sengaja berjalan ke tempat Dae Young,  Jin Seok dengan bangga menyuruh Byung Sam untuk melihatnya dan memperlajari saat merayu para wanita.
Aku senang kau tidak terluka. Saat aku masuk ke sini, memperhatikanmu. Kau seperti sosok simbol integral.” Ucap Jin Seok, Seo Yeon binggung apa maksud simbol itu.
“Simbol integral... Kau panjang dan melengkung seperti bentuk simbolnya.” Kata Jin Seok membentuk layaknya huruf S. Seo Yeon tersenyum mendengarnya.
“Oh, integral... Yah, kau seperti banteng.... Kau mirip banteng. Beraninya kau membicarakan lekuk tubuh wanita?” kata Seo Yeon sinis berjalan pergi. Jin Seok langsung meminta maaf.
“Hei... Kenapa kau selalu tutup mulut? Apa Kau bisu?” ejek Seo Yeon, Ji Woo mencoba menghentikan sikap adiknya.
“Maaf. Apa Kau baik-baik saja?” kata Ji Woo dengan gerakan tanganya, Dae Young binggung apakah Ji Woo berbicara dengan bahasa isyarat.
“Ya. Aku mempelajarinya saat menjadi sukarela. Aku tahu karena dia tidak pernah bicara.” Jelas Ji Woo bangga.
“Kalau dia menyinggungmu, maka aku minta maaf. “ kata Ji Woo masih berbicara dengan Byung Sam.
“Dia bisa mendengar dan berbicara. Tapi Dia itu cuma malu di depan perempuan” kata Dae Young, Ji Woo dan Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Kalian jurusan teknik sama saja... Para Lebah, bodoh, dan banteng... Kau seperti acar... Kau tidak sebanding dengan waktu itu.” Komentar Seo Yeon sinis lalu berjalan pergi.
“Aku sudah penasaran.. Apa dia saudaramu karena kalian seumuran?” tanya Sung Joon penasaran.
Dae Young mengingat ucapan Seo Yeon mengaku kalau ia turunan ayah dan Ji Woo itu turunan ibu, jadi Orang tua mereka menikah lagi. Akhirnya dae Young mengaku kalau keduanya kembar tak identik. Ji Seok binggung karena Tapi ulang tahun mereka berbeda.
“Kami baru saja merayakan ulang tahun Seo Yeon baru-baru ini.” Kata Ji Seok
“Itu... Ultahnya berdasarkan kalender lunar sementara Seo Yeon tidak. Mereka mau hari ulang tahun yang berbeda... Hei. Apa Kau berlatih untuk menjadi hakim? Ada apa dengan 20 pertanyaan? Lebih baik kalian membersihkan saja.” Ucap Dae Young mencoba mengubah pembahasan. Semua pun membereskan meja, sementara Ji Woo terlihat bahagia karena dibela oleh Dae Young. 



Dosen selesai memberikan penjelasan pada anak muridnya, Dae Young akhirnya berteriak meminta perhatian, memberitahu kalau Ada klub bola basket dan baseball di kampus mereka tapi tidak ada klub sepakbola. Jin Seok berpikir apakah olahraga itu melakukan diskriminasi terhadap sepak bola.
“Apa mereka lupa tentang Piala Dunia 2002?” ucap Jin Seok menyadarkan semua temanya.
“Dalam hal itu, aku berencana untuk membuat klub sepakbola.Ada yang ingin bergabung?” tanya Dae Young
“Apa ada anggota perempuan?” tanya anggota lainya, Dae Young menjawab Tidak ada. Semua langsung tak peduli.
“Sekarang, aku tahu kenapa tidak ada klub sepakbola di kampus ini.” Keluh Jin Seok.  Semua binggung ingin tahu alasanya.
“Apa Kau tidak tahu? Ada anggota perempuan di dua klub lainnya..” Jelas Jin Seok.
“Prioritas pertama kita adalah membuat satu perempuan saja bergabung” ungkap Byung Sam seperti ingin menghilankan rasa gugupnya.
“Siapa sebenarnya? Tidak banyak mahasiswi di jurusan kita untuk bergabung.” Keluh Dae Young
“Tidak harus dari jurusan kita... Ini klub, bukan proyek grup.” Jelas Sung Joo
“Benar, jika mereka berasal dari jurusan lain, mahasiswa teknik akan mengurus sisanya.” Kata Byung sam
“Aku tidak kenal siapa pun dari jurusan lain.” Ucap Dae Young, Sung Joo mengaku ada seorang gadis. 


Ji Woo sedang mengisi mesin kopi kaget Dae Young meminta bergabung dengan Klub sepak bola dan menyuruhbermain sepak bola. Dae Young mengaku kalau tidak meminta untuk bermain tapi Jika suka sepak bola, maka boleh datang menonton kami bermain.
“Kami tidak punya tenaga medis di tim kami, dan kau juga jurusan keperawatan, jadi akan bagus jika kau ada di situ dan mengobati kami kalau terluka.” Ucap Dae Young terlihat gugup dan akhirnya memilih untuk jujur saja.
“Aku ingin membuat klub sepakbola di jurusan kami, tapi sangat sulit mencari anggota. Akan lebih baik jika ada satu anggota perempuan. Jadi Itu sebabnya aku minta padamu. Kalau mengganggumu, maka tak usah.” Kata Dae Young merasa tak enak hati.
“Tidak apa. Aku akan melakukannya.” Ucap Ji Woo, Dae Young tak percaya kalau Ji Woo mau melakukanya.
“Akan bagus kalau aku memberi mereka pertolongan pertama.” Kata Ji Woo, Dae Young pun membalas dengan membantu Ji Woo memasukan bubuk kopi.

“Woah. "Dalam hidup, ada saat-saat kau membutuhkan kopi." Ucap Dae Young dengan nada suara berbeda. Ji Woo terlihat binggung.
“Aku sedang meniru Ahn Sung Ki... "Tembak aku dulu sebelum kau pergi." Kata Dae Young
“Kalau ada pistol, aku mau saja.” Ejek Ji Woo meminta Dae Young untuk melakukan lagi. 



Seo Yeon sedang menonton X-Man, Ji Woo datang langsung menganti channel TV, karena harus menonton pertandingan sepak bola ini. Seo Yeon heran Seo Yeon yang tiba-tiba ingin menonton Sepak bola padahal sedang menonton X-man itu.
“Kalau menurutmu tidak adil, bayarlah biaya semua ini” kata Ji Woo, Seo Yeon mengeluh Ji Woo itu pelit.
“Kau belum pernah nonton sepak bola, jadi apa masalahnya?” tanya Seo Yeon
“Aku bergabung dengan klub sepakbola.” Ucap Ji Woo, Seo Yeon binggung karena Ji Woo yang tidak suka sepak bola.
“Aku menyukainya.” Kata Ji Woo mengelek, Seo Yeon tahu kalau kakaknya itu pembohong.
“Selama Piala Dunia 2002, kau kesal kalau dramanya tidak tayang karena piala dunia itu. Apa Kau bahkan tahu berapa banyak pemain dalam satu tim?” tanya Seo Yeon.
Ji Woo binggung dan melihat nomor di baju pemain bola, lalu menjawab ada 50. Seo Yeon mengeluh dengan jawaban Ji Woo, karena yang dilihat itu nomor punggung seragamnya sambil mengejek kakaknya yang tidak tahu pemain sepaka bola tapi mengaku suka sepak bola.
“Memangnya mereka memberimu sesuatu ketika kau akan bergabung?” tanya Seo Yeon, Ji Woo mengaku Bukan itu.
“Dae Young bilang membutuhkan tenaga medis di timnya.” Ucap Ji Woo, Seo Yeon tak percaya mendengarnya Dae Young. 



Ji Woo datang ke kampus dengan wajah bahagia membawa kotak P3K,  teringat pesan yang dikirimkan Dae Young “Aku bisa membuat klub berkatmu. Pastikan besok kau datang ke latihan pertandingan pertama kita.”
Saat itu melintas mobil Jin Seok, Ji Woo yakin kalau Dae Young pasti bersama temanya. Tapi saat Ji Seok membuka pintu, Seo Yeon turun dari mobil mengeluh kalau tidak akan masuk dalam mobil jika bukan karena tumitnya.
“Apa? Kenapa kau keluar dari mobil itu?” tanya Ji Woo binggung.
“Wahh... Tenaga medis dan maskot kita semuanya ada di sini.” Ucap Dae Young, Ji Woo terlihat kaget mengetahui Seo Yeon menjadi maskot.
“Ya, hari ini aku jadi anggota.” Kata Seo Yeon, Ji Woo hanya bisa melonggo. 

Flash Back
Ji Seok bersama Byung Sam merayu Seo Yeon, menurut Ji Seok  jika kecantikan seperti Seo Yeon menjadi maskot klub mereka jadi semua bisa berlari seperti Ahn Jung Hwan.
“Kau mau berlari seperti dia atau tidak, itu bukan urusanku. Tak ada gunanya bagiku.” Kata Seo Yeon
“Aku akan menulis semua laporanmu.” Ucap Ji Seok merayu
“Aku yang terbaik di jurusan ini. Aku mendapat beasiswa penuh. Bisakah kau menulis lebih baik dariku?”kata Seo Yeon, Jin Seok mengelengkan kepala.
“Kalau begitu aku akan mengantarmu ke kampus setiap hari.” Kata Jin Seok.
“Apa Dengan bangkai kapal itu? Aku ada banyak yang ingin mengantarkanku ke kampus dengan mobil mewah.” Kata Seo Yeon bangga.
“Kalau begitu aku akan menjalankan semua tugasmu.” Teriak Ji Seok , Seo Yeon langsung bertanya berapa lama.
“Selama-lamanya. Selama yang kau mau.” Ucap Ji Seok, Seo Yeon tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau mau menjadi pembantuku selamanya? Jadi Kapan pertandingan pertamamu?” ucap Seo Yeon. 

Seo Yeon pun dengan bangga kalau itu sebabnya datang, Ji Woo binggung karena Seo yeon itu dari kampus lain jadi bisakah mereka tetap bergabung. Dae Young baru tahu kalau mereka tak satu kampus, Ji Woo mengataka kalau Kampusnya bersebelahan dengan mereka.
“Apa? Berarti aku tak bisa gabung?” tanya Seo Yeon, Jin Seok mengajak mereka agar bisa berkumpul bersama.

“Apa Kau tidak tahu mereka semua bergabung setelah melihat fotonya? Tanpa dia, mereka mungkin tak mau bertanding.” Ucap Jin Seok melihat anggota lainya yang sudah berkumpul dilapangan.
“Tidak ada peraturan yang melarang orang dari kampus lain untuk bergabung.” Kata Byung Sam
“Benar.  Dan Juga, ada hal seperti lingkaran serikat pekerja.” Ucap Sung Joon
“Maka tak ada alasan lagi untuk tidak bisa bergabung.” Kata Dae Young
Jin Seok pun akhirnya berlari memberitahu kalau Seo Yeon bisa bergabung, Seo Yeon lansung menyuruh Jin Seok mengambil tasnya. JiN Seok bergegas mengambil dari dalam mobil, Sung Joon mengeluh kalau Jin Seok itu sudah jadi pelayannya.
“Aku sedang melihat gambaran besar.Aku akhirnya akan membawanya setelah kubawakan tasnya.Aku akan mengemudi untuknya setelah mengendarai mobil mungil ini. Seperti itulah kelanjutannya.” Kata Jin Seok bangga.
Seo Yeon berteriak menyuruh Jin Seok bergegas, Jin Seok berlari memberikanya, semua temanya mengeluh melihat Jin Seok yang terlalu menyedihkan.


Semua akhirnya bermain bola dilapangan, Jin Woo sibuk berteriak memberikan semangat di pinggir lapangan, sementara Seo Yeon sibuk melakukan selfie. Tapi mereka seperti kurang kompak sebagai tim, lalu tak sengaja Dae Young jatuh tersungkur karena kena tendangan. Ji Woo panik melihat Dae Young langsung berlari menghampiri.
“Bagaimana kalau kau terkilir? Kau tak bisa begini. Ini curang namanya.” Teriak Ji Woo marah, Dae Young mengaku baik-baik saja dan bukan curang namanya. 
Sung Joo memanggilnya, Dae Young pun kembali bermain ke tengah lapangan. Bola mengarah pada Jin Seok, tapi saat itu Seo Yeon memanggil agar mengambilkan minum, semua hanya bisa melonggo melihat Jin Seok malah berlari ke arah Seo Yeon. Mereka pun akhirnya kebobolan dan kalah dari tim lawan.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar