PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 27 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 4 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Seo Yeon menunggu didepan rumah sambil melihat jam  karena ornag yang ditunggunya lama sekali. Ji Woo keluar rumah binggung karena Seo Yeon itu sudah pergi dari tadi tapi masih ada didepan rumah. Seo Yeon mengaku sedang menunggu sesuatu.
“Gaun itu terlihat bagus untukmu.” Komentar Seo Yeon, Ji Woo tersenyum bahagia mendengarnya.
“Apa Kau senang meminjam baju punyaku? Bagaimana bisa kau tidak punya satu pakaian yang cantik?” keluh Seo Yeon 
“Apa tidak terlalu pendek?” tanya Ji Woo, Seo Yeon mengaku tidak dan melihat seorang yang ditunggunya sudah datang.
“Ini celana ketat yang kau minta dan Warnanya gelap.” Kata Jin Seok dari mobilnya. Seo Yeon mengucapkan terima kasih.
“Hei, aku minta 20 denier, bukan 50 denier. Apa Kau mau aku terus keringat? Carikan yang lebih cocok.” Uacp Seo Yeon sinis.
Ji Woo langsung mendengar kaki adiknya, Seo Yeon pun mengaduh kesakitan. Jin Seok mengaku kalau tak ada waktu lagi karena ada kencan buta di rumah Benigan. Seo Yeon kaget mendengarnya dan langsung mengumpat mara meminta Jin Seok mencarikan lagi celanya.
“Aku pergi... Aku bahkan membiarkan mesinnya menyala.” Ucap Jin Seok tak peduli lalu mengemudikan mobilnya.
“Wahh.... Percuma aku menunggu.” Ucap Seo Yeon kesal akhirnya kembali ke rumah. Ji Woo mengeluh melihat Seo Yeon yang selalu marah-marah.
“Aku Lee Ji Woo, kencan butamu untuk hari ini. Bisakah kita bertemu di Benigan saja?” kata Ji Woo menelp orang yang mengajak kencan buta. 


Ji Woo masuk ke restoran kaget melihat Dae Young memakain seragam dan bertanya apakkah tak ada kencan buta hari ini. Dae Young mengaku ada shift, jadi memilih untuk kerja saja, karena Menonton Piala Dunia 2006 lebih penting baginya.
“Apa Kau sendirian saja? Atau Temanmu sudah datang ke sini?” ucap Dae Young
Saat itu ponsel Ji Woo berdering, Seorang pria melihat Ji Woo dan melambaikan tangan dari tempat duduk.  Ji Woo seperti tak enak hati karena salah menduga, Dae Young mengetahui kalau Ji Woo sedang kencan buta dan sebagai pelayan akan mengantar ke mejanya, bahkan berharap Ji Woo bisa berhasil.
“Ayo kita pesan dulu.” Kata Si pria, Ji Woo merasa tak enak hati mengajak teman kencanya pergi minum bir saja. Teman kencannya pun menganguk setuju dan mereka pun pergi meninggalkan restoran. 


Jin Seok dan Byung Sam turun dari mobil, Jin Seok heran melihat Byung Sam membawa gitarnya dan bertanya apakah bisa memainkannya. Byung Seok menganguk karena pernah masuk band saat sekolah dulu jadi belajar cara bermain saat akan tampil di SMA wanita.
“Apa itu hanya mengarang saja ?” ejek Jin Seok tak percaya.
“Gadis-gadis mencintaiku ketika aku tampil di panggung, tapi aku tidak bisa bicara di depan mereka. Aku bukan seorang gitaris tetapi seorang et cetera... Vokalis dan et cetera...” jelas Byung Sam
“Lalu kenapa kau bawa?” tanya Jin Seok heran. Byung Sam yakin  Para gadis masih suka ketika bermain gita dan akan mulai bicara hari ini Jin Seok tak peduli memilih untuk bergegas masuk. 

Jin Seok bertemu dengan dua orang wanita dan mulai memperkenalkan diri dari jurusan teknik mesin. Byung Sam menyengol Jin Seok agar memperkenalkan diri, Jin Seok pun memperkenalkan Byung Sam sebagai teman satu jurusan. Byung Sam langsung memainkan gitarnya, Dua wanita itu bingung apa yang dilakukan Byung Sam.
“Dia menyapa kalian. Gitar akan menjadi lidahnya untuk hari ini. Dia punya lidah yang terampil, kan?” kata Jin Seok bangga. Kedua wanita itu terlihat binggung.
“Apa asalnya dari dapur? Apa Kalian tidak mencium sesuatu yang terbakar?” ucap Jin Seok, kedua wanita mencoba mencari bau yang dimaksud.
“Hatiku terbakar.” Kata Jin Seok merayu seperti yang ada didalam drama, tapi dua wanita seperti tak suka.
Byung Sam kembali memainkan gitarnya, dan Jin Seok dengan percaya diri menyanyi. Dua wanita hanya bisa mengeluh mendengarnya. Saat itu Dae Young datang mengeluh kalau mereka berdua merusak apa pun. Jin Sek panik menyuruh Dae Young agar peri berkerja saja. Byung Sam yang malu memilih untuk pergi.
“Tolong panggil Beckham kalau kalian butuh sesuatu.” Kata Dae Young, Kedua wanita menganguk mengerti dengan wajah terkesima.
“Apa Kau kenal dia?” tanya si wanita, Jin Seok mengaku Dae Young teman satu jurusan.
“Apa Dia punya pacar?” tanya wanita lainya, Jin Seok binggung lalu mengatakan belum.
“Bukankah dia hebat? Dia benar-benar tipeku.” Komentar Si wanita dan wanita lain juga merasakan hal yang melihat Dae Young itu tampan dan juga lucu. 

“Minuman kami hampir habis. Haruskah kita meminta isi ulang?” kata si wanita. Wanita lain pun menyuruh segera karena bisa melihat Dae Young
“Itu masih ada setengah.” Keluh Jin Seok, Si wanita langsung menghabiskan minuman lalu memanggil Beckham!

“Bisa kami minta isi ulang?” kata Si wanita, Dae Young meminta agar mereka memilih minuman coke, sprite, dan fanta.
“Aku ingin hatimu.” Kata si wanita merayu, Dae Young terlihat binggung.
“Aku sebenarnya penggemar berat Beckham.” Ungkap Si wanita pertama
“Tidak. Semua orang tahu kau suka TVXQ. Apa Kau tahu, panutanku itu Victoria Beckham. Kau mau melakukan apa setelah bekerja?” tanya si wanita kedua.
Dae Young terlihat kebingungan lalu bertanya-tanya kemana Byung Sam pergi, Di sisi lain, Byung Sam ternyata ditarik oleh seseorang menyanyikan lagu selamat ulang tahun karena membawa gitar dan bajunya warna hijau sama dengan pelayan di restoran. 

Pria yang berkencan dengan Ji Woo tak percaya kalau akan pulang ke rumah tanpa minum. Ji Woo mengatakan Besok ada kelas pagi Dan menurutnya pria itu  tidak perlu mengantarnya pulang seperti ini. Si pria mengatakan sudah larut malam, jadi  tidak seharusnya membiarkan Ji Woo pulang sendiri.
“Apa yang akan kau lakukan besok? Apa Mau pergi nonton film? Ada film berjudul "Superstar Mr. Gam".” Ucap Si pria
“Yah, itu... Lebih baik kita berhenti bertemu. Kurasa kita belum cocok.” Kata Ji Woo sengaja menolak pria itu
“Dalam aspek apa? Menurutmu bagaimana?” tanya si pria tak bisa terima begitu saja.
“Itu... Aku lebih suka sepak bola daripada baseball.” Kata Ji Woo, Si pria mengaku suka sepakbola.
“Bukankah terlalu dini untuk memutuskan apakah kita cocok atau tidak? Kita harus terus saling bertemu untuk mencari tahu. Sementara kita melakukannya, bagaimana kalau kita melihat apakah kita cocok” kata Si pria berjalan mendekati Ji Woo, Ji Woo panik apa yang akan dilakukan Si pri.
“Apa Kau ingin main jual mahal padaku? Aku tahu kau memintaku untuk minum karena kau menyukaiku. Jadi Berhenti melakukan pertunjukan.” Kata Si pria yang mencoba mencium Ji Woo.
Tapi saat itu Seo Yeon datang dan langsung mendorong si pria lalu mencium Ji Woo,  Si pria terlihat kaget melihatnya. Seo Yeon mengaku kalau tak boleh menyembunyikan hubungan lagi dan meminta maaf. Ji Woo pun terlihat binggung.
“Aku tahu kau mengambil kencan buta karena aku.” Kata Seo Yeon, akhirnya Si pria pun berjalan pergi dengan wajah kesal
“Apa yang kau lakukan?” kata Ji Woo marah, Seo Yeon pikir kalau adiknya itu mengucapkan terimakasih.
“Brengsek seperti dia tidak akan menempel dengan cara ini.” Kata Seo Yeon, Ji Wo mengeluh dengan ciuman pertamanya ternyata pada Seo Yeon.
“Kau tak harus menghilangkan ciuman pertamamu.” Teriak Ji Woo kesal mengejak Seo Yeon.
“Itu belum seberapa! Ini pertama kalinya juga aku mencium seorang wanita.”kata Seo Yeon. 

Dae Young membuat mie instant, tapi belum dimakan dua temannya sudah datang mengambilnya. Ia mengeluh kalau keduanya harus membuat sendiri kalau memang ingin makan. Jin Seok menyuruh Dae Young diam karena sudah menghancurkan kencan buta mereka
“Kalau bukan karena kau, kami sudah mau makan pasta dengan mereka. Bukan ramyeon ini.” Kata Jin Seok marah
“Kenapa itu salahku? Tapi Itu karena orang tuaku yang menciptakanku menjadi setampan ini. Benarkan?” kata Dae Young bangga.
Dua pria tak bisa menahan amarah langsung menyerbu Dae Young,  Sung Joon masuk melihat ketiganya yang sangat menyedihkan, lalu mengatakan kalau membawa informasi eksklusif untuk ketiganya. Ia memberitahu kalau penguna bernama All-seen yang terkenal dalam hal “ini”.
“Banya yang mengatakan bahwa barangnya bisa dipercaya. Kita tidak perlu khawatir tertipu seperti waktu itu.” Kata Sung Joon.
“Benarkah? Kalau begitu ayo cepat dan lihat.” Kata Byung Sam, semua langsung pindah ke depan komputer.
“Seorang pria dengan pacar memang berbeda. Jadi apa nama penggunanya?” kata Jin Seok. Sung Joon menyebut nama “All-seen.”
“Dia pasti sering melihat nama penggunanya dengan cara itu.” Kata Byung Sam
“Bukan tidak melihat (All-Watched), tapi tidak terlihat (All-seen).” Keluh Sung Joon dan Byung Sam mulai mengetik lalu keluar link di layar komputer “Video debut dari gadis-gadis terpanas” 


Terlihat nama pengirim (All-seen.) dan itu adalah Woo Sun yang mengirimka pesanan CD dengan memberikan bonus tissue karena memesan dua keping CD. Ji Woo masuk kamar bertanya apa yang dilakukan Woo Sun padahal menyuruhnya membuka materi.
“Apa Kau tidak mau belajar?” keluh Ji Woo, Woo Sun meminta agar membiarkan kotak pesanannya dulu.
“Aku menggunakan barang-barang untuk dijual.” Jelas Woo Sun. Ji Woo bertanya Untuk apa menjualnya
“Apa Kau cari uang karena ada perundung yang memalakmu? Siapa yang selalu merundungmu? Aku akan memberinya pelajaran.” Kata Ji Woo penuh semangat.
“Bukan itu... Aku akan menjual ini untuk membeli pemutar CD baru, dengan desain kalung.” Jelas Woo Sun bangga. 

Dae Young membawakan kotak kardus dan memberikan pada teman-teman sambil mengeluh karena mengirimkan ke rumahnya. Jin Seok heran karena Dae Young yang tidak membukanya dulu, lalu memujinya kalau temanya memang setia.
“Aku tidak punya niat untuk menonton itu. Kalian tidak diizinkan menontonnya di rumahku. Jadi Nonton sendiri di rumah masing-masing.” Tegas Dae Youn
“Ayolah. Kita tinggal bersama. Kita tidak punya tempat yang tepat untuk menonton ini.” Rengek Sung Joon.
“Coba Lihat ini. Dia tidak mengecewakan kita. Dia memberi kita hadiah seperti ini.” Kata Byung Sam sebuah tissue.
“Aku bisa menceritakan keahliannya.”kata Byung Sam, Jin Seok yakin kalau All Seen itumembuat kesepakatannya bagus dan bersih.
“Dia pasti lebih tua dari kita.” Kata Jin Seok, Sung Joon yakin orang itu seorang sales.
“ Jika kita tahu di mana dia bekerja, maka aku akan menulis komentar positif tentang dia di situs web mereka. Dia begitu berharga.” Kata Sung Joon bangga. 




Sementara All Seen yang dianggap lebih tua dari Dae Young sedang makan toppoki dengan mulut dan baju belepotan. Ji Woo melihat Woo Sun yang makan sesuatu selalu ada noda saus di bajunya padahal bukan anak-anak, lalu mencoba mencari tissue.
“Tidak apa. Aku akan menumpahkannya lagi.” Kata Woo Sun terus makan dengan banyak noda saus di bajunya. 

Woo Sun sudah mabuk dengan baju yang penuh noda. Ji Woo mengeluh Woo Sun sama seperti sebelumnya saat mabuk, bahkan masih menumpahkan makanan di pakaiannya. Woo Sun mengelak kalau tidak mabuk.
“Kau tahu, aku ini pria yang hebat. Aku pria yang kompeten dengan banyak reputasi. Aku belum memberimu kartu namaku, 'kan?” ucap Woo Sun mencari kartu nama di dompetnya tapi malah menjatuhkan semuanya.
“Aigoo... Biarkan saja... Aku yang memberesnya.” Kata Ji Woo membereskan semua kartu nama yang berserakan.
“Aku memberitahumu ini, tapi setiap kali aku melihatmu dalam keadaan pakaian terkena noda,. aku merasa tidak enak. Saat aku masih kecil, ibuku juga sibuk, jadi bajuku seperti milikmu.” Ungkap Ji Woo lalu mengembalikan kotak kartu nama, tapi tiba-tiba Woo Sun memegang tangan Ji Woo.
“Nuna. Apa Kau tahu...kau itu cinta pertamaku?” ucap Woo Sun, Ji Woo kaget mendengarnya. 


Woo Sun tertidur tanpa baju dan kaget melihata ada seseorang disampinganya. Dae Young melihat Woo Sun bertanya apakah sudah sadar. Woo Sun menanyakan keberadaanya, Dae Young memberitahu sedang ada dirumahnya.
“Kenapa aku di sini? Dan kenapa kau malah bicara informal padaku?” ucap Woo Sun. Dae Young heran karena Woo Sun tak mengingatnya.

Flash back
Dae Young keluar dari restoran, semua pegawai mengaku Perutnya akan meledak berkat diri Dae Young, lalu pegawai wanita menrasa tidak akan diet lagi jadi ingin pergi ke tempat yang lain lagi. Dae Young pun berjanji akan menemui mereka nanti lalu mereka pun berpisah pulang.
“Sebentar, aku tidak bertanya padanya kapan pertemuan kita selanjutnya.” Ucap Dae Young lalu mengeluarkan ponselnya. 


Woo Sun yang mabuk memegang tangan Ji Woo mengakui kalau Ji Woo sebagai cinta pertamanya. Ji Woo mengeluh kalau Woo Sun itu mudah berpindah hati ke gadis yang bernama Mi Seon atau siapa pun. Woo Sun mengelak, tapi Ji Woo tahu kalau Woo Sun beralih lagi pada Jin Joo.
Ji Woo yang kesal menoyor kepala Woo Sun, akhirnya Woo Sun pun jatuh tertidur diatas meja. Ponsel Woo Sun berdering, Ji Woo melihat nama Goo Dae Young, akhirnya mengangkat telp karena berpikir mengenal orang yang menelp.
“Bukankah ini ponselnya Sun Woo Sun?” kata Dae Young binggung karena yang mengangkat suara wanita.
“Ini benar Goo Dae Young... Ini aku, Ji Woo.” Ucap Ji Woo.
“Kenapa kau menjawab teleponnya?” tanya Dae Young, Ji Woo meminta Dae Young agar datang supaya bisa menjelaskan. 

Dae Young akhirnya duduk disamping Woo Sun yang pingsan mengetahui cerita kalau Ji Woo sebagai mantan gurunya. Ji Woo mengaku tidak tahu Woo Sn orang yang memberi Dae Young tawaran pekerjaan menurutnya dunia kecil.
“Dia benar-benar tidak sadar, jadi kita bawa dia pulang.” Kata Dae Young.
“Aku tidak tahu di mana dia tinggal.” Kata Ji Woo, akhirnya Dae Young mencoba membangukan Woo Sun.
“Kau sedang apa di sini?” ucap Woo Sun akhirnya bangun melihat Dae Youn duduk disampingnya.
“Aku memanggilnya karena dia temanku. Kudengar kalian sekarang bekerja bersama.” Jelas Ji Woo
“Apa Kalian berdua berteman?” kata Woo Sun, Ji Woo membenarkan. Woo Sun pun berusaha tetap sadar akan menuangkan minuman untuk Dae Young tapi malah menumpahkan.
“Ada apa dengan semua noda itu? Apa dia Picasso?” ejek Dae Young. Woo Sun tertawa mendengarnya.
“Bisakah aku memanggilmu dengan namamu mulai sekarang? Dae Young Hyung.” Kata Woo Sun memberikan makanan untuk Dae Young.
“Dia agak canggung.” Komentar Dae Young, Ji Woo tahu kalau Woo Sun seperti itu saat masih muda.
“Kalau begini, dia akan menumpahkan semuanya di sini.” Kata Ji Woo mengajak mereka pergi saja. 


Keduanya memapah Woo Sun yang mabuk, Woo Sun berbicara “3,000 Won untuk jajangmyeon. Nomor teleponnya 359-8282. 3,000 Won untuk jajangmyeon, sama untuk jjamppong,. 50 sen untuk semangkuk nasi, 3,000 Won untuk udon, 3,500 Won untuk ulmyeon, 4,000 Won untuk gan-jjajang.”
“Apa dia membaca menu?” tanya Dae Young binggung, Ji Woo menjelaskn kalau Ini kebiasaan minum yang aneh.
“Ini Bukan saat kau tahu cerita di baliknya, Ini kebiasaan yang lucu tapi juga menyedihkan. Kedua orang tuanya bekerja, jadi dia selalu makan makanan yang diantar saat masih sekolah. Dia juga biasa menghafal menu tempat pizza.” Jelas Ji Woo
“Pizza! Yellow Hat Pizza. Nomornya 388-9292. 10,000 Won untuk pizza kentang, 10,000 Won untuk pizza kombinasi,. 9,000 Won untuk pizza Hawaii, dan 1,000 Won tambahan untuk keju. Bisa aku beli dua paket saus bawang putih lagi? Kedengarannya lezat.” Ucap Woo Sun. 


Dae Young memberitahu kalau itu sebabnya Woo Sun ada di rumahnya,  Woo Sun mengeluh kalau seharusnya tidak perlu membuka bajunya. Dae Young pikir mana mungkin tidak membukanya ketika menumpahkan semuanya pada bajunya.
“Lagipula Spreiku akan kotor. Aku cuci bersih dan menggantungnya sampai kering.” Kata Dae Young menunjuk ke gantungan baju.
“Aku pergi dulu.” Kata Woo Sun langsung memakan bajunya terburu-buru.
“Kau bisa menunggu sampai kering...Aku bisa pinjamkan kemeja untukmu.” Kata Dae Young
“Tidak apa. Ini akan kering saat aku pulang nanti. Dan juga, kau melewati batas dengan berbicara informal padaku.” Keluh Woo Sun
“Kemarin, kau bilang akan memanggilku dengan nama depanku. Bahkan Kau memberiku makan, jadi Tidak ada batasan di antara kita.” Kata Dae Young
“Apa yang akan dipikirkan oleh anggota timku?” keluh Sun Woo

“Dalam suasana formal, aku akan memanggilmu ketua Tim,  Dan juga, ini kamarku, jadi aku akan bertanya apa kau mau sup pereda mabuk.” Kata Dae Young
“Aku di sini cuma tamu, jadi itu akan melintasi batas.” Tegas Woo Sun
“Kau sudah melewati bata dengan tidur di sini. Batasan sangat penting bagimu. Apa Itu sebabnya namamu berarti "batasan pertama"?” ucap Dae Young
“Sun Woo itu nama keluargaku.Jangan kau lupakan itu.” Tegas Sun lalu berjalan pergi. Dae Young melihat Sun itu memang cukup menggemaskan.



Sun akhirnya berjalan pulang dengan wajah malu menegaskan tidak akan pernah minum lagi, lalu melihat ada mobil pemadam kebakaran, lalu berkomentar kalau Mereka seharusnya lebih berhati-hati. Sementara di rumah Sun banyak petugas lalu Seo Yeon tertunduk  meminta maaf.
“Apa yang sedang terjadi?” tanya Sun binggung karena ternyata rumahnya yang didatangi petugas.
“Api kecil muncul di kamar mandi dan alarm berbunyi. Itu secara otomatis memanggil kami di stasiun, dan kami dikirim. Tapi Tidak ada yang perlu dicemaskan. Istri Anda mungkin sedang syok,  jadi tolong jangan...” kata petugas.
“Aku bukan istrinya!” tegas Seo Yeon dengan nada tinggi,  si petugas akhirnya memilih pamit pergi, dan Seo Yeon kembali meminta maaf. 

Sun masuk ke dalam kamar mandi yang masih penuh dengan busa sabun dilantai dan juga lilin. Seo Yeon meminta maaf menceritakan kalau Mandi meredakan ketegangan dan menenangkan hati jadi punya lilin aroma dan itu akan menghilangkan stres.
“Siapa yang tahu bahwa handuk akan terbakar?” ucap Seo Yeon.
“Cukup.... Kau ke kamarmu dan berpakaianlah.” Kata Sun marah tapi saat membalikan badan tubuhnya malah terpeleset busa sabun.
“Astaga. Apa Kau tidak apa-apa? Kau pasti tergelincir karena busanya. Kenapa tidak lihat-lihat dulu?” ucap Seo Yeon
“Kalau begini, kau malah akan membuatku stres!” ucap Sun marah 

Dae Young mengucapkan terima kasih telah mendaftar pada asuransinya dan memberikan hadiah.  Teman Ji Woo melihat hadiah itu memang dibutukanya.
“Anda pernah mencarinya ditasmu waktu itu, tapi Anda tidak bisa menemukannya.”kata Dae Young
“Astaga. Ternyata kau memperhatikannya.” Ungkap teman Ji Woo, saat itu Ji Woo baru datang ingin menemui keduanya.
“Ji Woo butuh seorang pria yang juga penuh perhatian dan manis.” Ucap s wanita.
“Eonni... Jangan bicara omong kosong di depannya.” Kata Ji Woo panik, temanya mengaku tidak banyak bicara.
“Aku memanggilmu untuk makan siang bersamanya karena jam kerjamu sudah selesai.” Kata teman Dae Young lalu pamit pergi.
Ji Woo bertanya Apa Sun sudah pergi dari rumahnya. Dae Young menganguk dan mengira kalau Sun yang merasa malu,melihat bagaimana  tidak mau makan sup pereda mabuk. Ji Woo melihat Sun yang sangat lucu karena bisa begitu canggung.
“Aku lapar. Apa Kau mau makan? Kau mau makan apa? Aku akan traktir karena kau sudah memperkenalkan klien.” Ucap Dae Young, Ji Woo tersenyum bahagia mendengarnya.
“Pikirkan tempat yang bagus saat aku pergi dan berganti pakaian.  Ini Tidak akan lama.” Kata Ji Woo. 



Ji Woo sudah berganti pakaian lalu melihat Dae Young sedang berbicara serius. Dae Young mengatakan kalau tidak bisa sekarang dan ada rencana makan siang dan mengaku bukan dengan klien.
“Apa mendesak? Kalau ini mendesak, kita bisa melakukannya nanti.” kata Ji Woo, Dae Young pun akhirnya menganguk mengerti dan pamit pergi.
“Terima kasih. Aku pergi dulu.” Kata Dae Young, Ji Woo pun tak bisa berkata apa-apa. 

Dae Young berjalan keluar dari rumah sakit mengeluh karena harus sekarang. Seo Yeon mengaku kelaparan tapi bingung mau makan sama siapa dan baru saja kembali ke Korea dalam 12 tahun, jadi hidup sendirian tanpa keluarga.
“Apa sangat sulit bergabung denganku untuk makan?” kata Seo Yeon merayu
“Baiklah. Aku akan bergabung denganmu. Kita ketemuan di mana?” kata Dae Young lalu menutup telpnya.
“Aish. Aku merasa seperti berselingkuh dengan dua saudara perempuan.” Ucap Dae Young kebingungan. 

Akhirnya keduanya duduk disebuah restoran, Seo Yeon mengajak Dae Young untuk foto bersama, wajahnya terlihat bahagia Kamera ponsel sangat bagus belakangan ini jadi bisa menggunakan filter. Dae Young berkomentar kalau Seo Yeon sama sekali belum berubah.
“Kudengar kau setuju bekerja di CQ Food. Katakan pada manajer timmu kalau aku orang yang membujukmu. Aku memintamu bertemu untuk memberitahu itu.”ucap Seo Yeon
“Bukankah pekerjaanmu sudah selesai setelah aku menerima tawaran itu?” kata Dae Young curiga
“Itu...tinjauan yang baik tidak akan melukai statusku sebagai pencari tenaga kerja.” Ucap Seo Yeon gugup. Dae Young mengartikan kalau itu suap, Seo Yeon mengangguk.
“Kenapa kau tidak makan?” tanya Dae Young melihat daging Seo Yeon diberikan padanya.
“Aku tidak berselera. Apa Kau tahu banyak restoran? Apa ada tempat yang membuat kimchi sujebi enak? Rekomendasikanlah tempat. Aku selalu mau makan itu sejak di Amerika tapi tidak ada restoran yang membuat seperti itu.” Ucap Seo Yeon
“Kau bilang Itu? Itu... Yah, itu tidak akan mudah dicari.” Ucap Dae Young, Seo Yeon pikir Ada banyak restoran sujebi jadi Kenapa tidak bisa.
“Itu benar, tapi kau mencari makanan yang biasa ibumu buatkan untukmu dan Ji Woo. Itu satu-satunya yang kau nikmati.”kata Dae Young, Seo Yeon tak ingin membahasnya menyuruh Dae Young makan saja. 

Ji Woo makan sendirian dikantin, temanya heran karena Ji Woo yang makan dikantin karena berpikir pergi bersama Dae Young. Ji Woo menceritakan kalau Dae Young sepertinya ada urusan sebentar.  Temanya pun mengerti kalau wajah Ji Woo yang makan dengan wajah cemberut. Ji Woo mengelak.
“Jangan berbohong Dan kau tetap bersikeras mengaku tidak menyukainya.” Kata temanya.
“Sudah kubilang tidak.” Tegas Ji Woo lalu melihat ponselnya yang berbunyi. Temanya melihat Ji Woo yang membaca pesan.
 “Ini bukan SMS, tapi Ini alarm yang berbunyi kalau ada postingan baru di blognya.” Kata Ji Woo dengan senyuman sumringah.
“Kau tidak menyukainya, tapi Apa kau mengatur alarm untuk postingan barunya?” goda teman Ji Woo
“Aku mengaturnya hanya untuk mempelajari informasi tentang restoran yang bagus.”kata Ji Woo penasaran ingin tahu kemana Dae Young pergi.
Ji Woo melihat foto mangkuk kosong, lalu dibawah ada foto Seo Yeon dengan caption “Aku menikmati makanan ini berkatmu. Jangan lupakan janji kita.” Wajah Ji Woo langsung berubah sedih. Temanya bertanya ada apa, Ji Woo menutupi dan bergegas pamit pergi lebih dulu. 

Ji Woo menahan rasa sedihnya menunggu didepan lift, lalu tak sengaja melihat Seo Yeon ada didalam lift. Ketika ingin, ada pasien masuk dengan tempat tidur, akhirnya tak bisa membuatnya keluar dari lift. Seo Yeon mengingat ucapan Dae Young “Tapi kau mencari makanan yang dulu ibumu masak untukmu dan Ji Woo.”
“Apa yang membawamu datang ke rumah sakit?” tanya Seo Yeon, Ji Woo tetap diam.
“Oh iya. Ini rumah sakit kampus tempat kau lulus. Apa Kau bekerja di sini? Kau pasti mengikuti ujian kembali untuk pelatihanmu sepanjang waktu,tapi kurasa kau berhasil.” Kata Seo Yeon. Ji Woo tetap tak menjawab sampai akhirnya akan keluar dari lift bersama pasien.
“Oh ya. Bagaimana kabar ibumu? Titip salam dariku untuknya.” Kata Seo  Yeon, Ji Woo langsung mendorong Seo Yeon dengan penuh amarah dengan menahan lift agar tak bergerak.
“Kalau kau bicara tentang ibuku sekali lagi, maka aku tidak akan lari tapi kau akan mampus, mengerti?” ucap Ji Woo memperingati, Seo Yeon terlihat gugup.
“Kita sudah tak saling mengenal lagi. Kalau kau tidak mau, pindahlah ke rumah sakit lain.” Ucap Ji Woo marah
Saat itu terdengar dari interkom petugas menanyakan apakah ada masalah.  Ji Woo mengaku tak sengaja menekan tombol lalu meminta maaf. Setelah pintu lift terbuka, Ji Woo keluar dari lift. Seo Yeon mengeluh Ji Woo yang belum berubah juga, selalu marah-marah.



Dae Young memanggil Ji Woo dari depan rumah, Ji Woo dengan wajah cemberut keluar dari ruangan. Dae Young bertanya kemana Ji Woo akan pergi dan mengajak untuk makan bersama kalau ada waktu malam ini karena berutang budi pada Ji Woo.
“Ini akhir pekan dan Akhir pekan untuk kencan.”  Ucap Ji Woo sinis,
“Apa? Apa Kau mau berkencan?” kata Dae Young, Ji Woo mengatakan bukan dia tapi Dae Young.
“Apa pacarmu tidak mengeluh? Uruslah dia dulu.” Kata Ji Woo sinis lalu berjalan pergi. Dae Young terlihat binggung. 

Nyonya Lee menatap wajahnya di cermin, Ji Woo menyapa ibunya datang ke rumah sakit, lalu bertanya kenapa menatap cermin.  Nyonya Lee mengaku merasa semakin tua dari hari ke hari jadi khawatir mungkin akan tergoda untuk penampilan lamanya saat mengunjungi sekolah Ji Woo.
“Apa yang Anda bicarakan? Anda masih terlihat cantik.” Kata Ji Woo, ibunya tak percaya mendengarnya.
“Ngomong-ngomong, pemilik tempat kue beras memintaku untuk menikah lagi belum lama ini. Dia bilang kenal seseorang.” Kata ibu Ji Woo
“Kau bilang Menikah lagi?” ucap Ji Woo kaget, Ibu Ji Woo mengaku baik-baik saja,
“tapi aku khawatir Ji Woo  mungkin diejek karena tidak punya ayah.” Ucap Ibu Ji Woo khawatir.
“Lupakan. Diejek bukanlah masalah besar.” ucap Ji Woo marah, Ibu Ji Woo tak percaya Ji Woo bisa mengatakan itu
“Jangan bicara dengan mudahnya karena dia bukan anakmu. Aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya karena itu adalah takdir kami, tapi siapa yang tahu jika aku sudah punya orang lain dalam takdirku?” kata Nyonya Lee
“Hentikan. Dia hanya akan membawa sial... Kau bilang Demi putri Anda? Hentikan saja! Kami tidak harus menghadapinya cuma karena Anda belum menikah lagi! Kami tidak akan membuat punggungku ertusuk dan hatiku hancur berantakan.” Teriak Ji Woo marah, Nyonya Lee terdiam dengan wajah binggung, akhirnya Ji Woo memilih keluar dari ruangan untuk meredakan emosinya.
“Lee Ji Woo, aku memang orang yang tak tahu terima kasih.” Ucap Ji Woo kesal pada dirinya sendiri. 


Dae Young memakai bajunya, lalu teringat ucapan sinis Ji Woo “Apa pacarmu tidak mengeluh? Uruslah dia dulu.” Lalu menatap cincin yang masih dipakainya seperti mengetahui alasan Ji Woo marah.
Ketika keluar dari rumah melihat Ji Woo yang berlari dengan wajah panik, bahkan mengunakan sandal yang berbeda. Ji Woo menyebrang jalan dan hampir tertabrak saat itu Dae Young datang menarik Ji Woo sambil memarahinya karena berbahaya.
“Kau...” ucap Dae Young, Ji Woo seperti tak bisa menahan rasa sedihnya akhirnya menangis ditengah jalan. Dae Young pun tak bisa berkata-kata.
Bersambung ke episode 5

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar