PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 05 Juli 2018

Sinopsis Are You Human Too Episode 13

PS : All images credit and content copyright : KBS

Tuan Nam menonton berita Shin yang membuat kegaduhan di bandara dengan memukul seorang pengawal wanita.
“Shin, kau rupanya tidak berencana kembali kesini, kan?” gumam Tuan Nam lalu teringat kembali yang dikatakan oleh Shin sebelum pergi.
“Nantikan saja. Karena mulai sekarang, hal menarik akan terjadi.” Ucap Shin sebelum meninggalkan rumah
“Apa ini hal menarik yang kau maksud? Jika demikian, aku juga akan main-main denganmu.” Gumam Tuan Nam setelah mengetahui rencana Shin. 

Saat keluar dari ruangan, Tuan Nam mulai berpura-pura mencari Jung Woo. Ho Yeon binggung karena ayahnya mencari kakaknya yang sudah meninggal. Tuan Nam berteriak histeris memanggil namanya, Ho Yeon pun bergegas membawa ayahnya ke dalam mobil. Tuan Nam dalam mobil tersenyum karena merasa kalau suasananya terasa seru.

Tuan Nam kembali berakting mencari luka di tangan Shin seolah-olah mencari sosok Jung Woo. Saat di ruanganya, bersama dengan Ye Na dan juga So Bong berpura-pura kembali mencari sosok Jung Woo. Saat itu juga Tuan Seo mengetahui ada sesuatu yang janggal.
“Karena aku sudah membodohimu, aku juga ingin memainkan lelucon yang lebih besar. Siapakah yang benar-benar ada di pihakku? Siapakah yang akan mengkhianatiku? Aku ingin mengetesnya.” Gumam Tuan Nam
Ho Yeon demi menutupi keadaan anaknya mengaku kalau Ayahnnya memang menderita demensia.  Tuan Nam dengan memegang tangan Shin mengaku kalau terkena sakit demensia, Shin dengan pendeteksi kebohongan tahu kalau Tuan Nam tidak demensia. So Bong pun hanya bisa melonggo mengetahuinya. 

Tuan Nam kaget karena Shin yang bisa mengetahuinya, So Bong terlihat mulai panik. Shin mengaku kalau ia merasakan ada yang aneh menurutnya Kakeknya adalah orang yang tidak percaya pada hal yang mustahil. Jadi ia pikir Orang seperti kakeknya itu  mana mungkin akan menyerah begitu saja karena demensia.
“Berarti aku sudah berlebihan, ya? Orang yang percaya aku demensia pasti bertanya-tanya. Memikirkan apa tindakan mereka saat tahu aku demensia malah makin seru. Jadi Sampai saat itu, jangan bilang-bilang pada orang lain.” Pesan Tuan Nam
“Aku tidak perlu mengancammu juga, 'kan?” kata Tuan Nam pada cucunya.
“Jangan khawatir, saya akan merahasiakannya.” Ucap Shin. Tuan Nam menunjuk ke arah So Bong untuk merahasiakan juga.
“Jangan khawatir tentang aku.” Ucap So Bong dengan cepat, Tuan Shin menuju kalau bukan So Bong yang dimaksud. Ternyata Tuan Ji sudah berdiri di dekat mereka. 


Tuan Ji akhirnya mengantar Tuan Nam sampai ke kamarnya. Tuan Nam mengaku keliru tentang Shin menurutnya Semakin tua, maka tidak bisa membantu,  tapi  malah melemah. Tuan Ji hanya terdiam.Tuan Nam pikir kalau Tuan Ji sedih karena membodohinya juga.
“Ini karena aku sudah tua. Aku ingin melihat bagaimana pemikiran kalian semua. Akibat tindakan gilaku... Aku malah paling senang karena tahu tentangmu. Kau rupanya berbeda dari Jong Gil. Kenapa kau tidak berencana mengkhianatiku, sama seperti orang itu?” ucap Tuan Nam, Tuan Ji tetap saja diam.
“Young Hoon... Kau bisa coba memanggilku "Kakek"?” kata Tuan Nam, Tuan Ji terlihat kaget.
“Aku hanya Bercanda. Aku lelah... Jadi kau boleh keluar.” Ucap Tuan Nam mulai berbaring. Tuan Ji pun mengucapkan  Selamat beristirahat.
“Kapanpun kau siap, hubungilah aku. Karena aku sekarang punya dua cucu.” Kata Tuan Nam sebelum Tuan Ji keluar dari kamarnya. 


So Bong tak percaya kalau Tuan Nam bisa berbohong seperti itu dan memperingatkan agar Shin jangan sampai identitasmu ketahuan oleh kakeknya karena Tuan Nam itu orang yang menakutkan sekali. Shin mengaku kalau tidak takut pada orang.
“Bukan manusianya yang menakutkan, tapi tindakan manusia. Kalau mereka menghancurkan atau melelehkanmu, bagaimana?” kata So Bong. Shin hanya terdiam.
“Ini Dari Direktur Eksekutif Seo. Bagaimana ini? Kalau dia tanya tentang demensia, aku harus jawab apa?” ucap So Bong panik melihat nama didalam ponselnya.
“Angkat saja. Atur ke pengeras suara, dan jawab saja sesuai perintahku.” Ucap Tuan Ji tiba-tiba masuk ruangan.
So Bong akhirnya mengikuti perintah Tuan Ji,  dengan mengaku kalau baru mau meneleponnya. Tuan Seo memastikan kalau So Bong kalau ada di ruangan Ketua dan ingin tahu apakah melihat kondisi Ketua Nam. Tuan Ji memberikan kode.
“Ya. Dia sepertinya agak aneh. Dia menyuruhku jangan mengungkapkannya, makanya aku tidak bisa menelepon Anda.” Jelas So Bong. Tuan Ji mengerti dengan senyuman bahagia.
“Apa kebetulan, ada seorang pengacara mampir untuk membicarakan wasiat?” tanya Tuan Seo. So bong menjawab tak ada sesuai perintah Tuan Ji.
“Kau harus mencari tahu apa rencana Direktur Nam dan Manajer Tim Ji terhadap Ketua.” Perintah Tuan Seo. So Bong mengerti.
“Dan Juga...Ye Na ada di sana juga, 'kan?” kata Tuan Seo memastikan. So Bong membenarkan dan berpikir kalau Ye Na  sudah memberitahu.
“Kang So Bong, jangan sampai ada yang tahu kalau aku tahu kondisi ketua. Termasuk Ye Na.” Tegas Tuan Seo lalu menutup telpnya. 



So Bong heran dengan sikap Tuan Seo  karena tidak mempercayai putrinya seperti hubungan Ayah dan anak saling menipu. Ia rasa kalau Tuan Seo akan pingsan kalau mengetahui kebenaran bahwa Tuan Nam tidak demensia.
“Pura-puralah seolah Ketua menderita demensia sampai Direktur Eksekutif Seo terpancing umpan. Dan Pura-puralah seolah kita tidak tahu tentang demensia, kita harus menganggap Tuan Nam memang menderita demensia.” Jelas Tuan Ji
“Ini namanya jaring kebohongan.” Komentar So Bong
“Aku tidak perlu memegang tangan siapa pun karena aku cuma perlu mengedipkan mata.” Ucap Shin. 

Ye Na menuangkan air minum mengingat kembali layar komputer ayahnya mencari keyword, [Kapsul Aricept] dan mengartikan kalau Ayahnya sudah tahu. Saat itu Tuan Seo masuk menarik tangan Ye Na agar tak menumpahkan air yang sudah penuh. Ye Na pun terlihat gugup.
“Apa yang kau lamunkan?” tanya Tuan Seo, Ye Na mengaku hanya kecapekan.
Tuan Ji mengingat saat berbicara dengan So Bong “Ye Na ada di sana juga, 'kan?” So Bong membenarkan berpikir kalau Ye Ha sudah memberitahukanya.
“Apa ada yang ingin kaukatakan sama Ayah?” tanya Tuan Nam sengaja memancing.
“Lalu Ayah sendiri? Apa Ada yang ingin Ayah katakan sama aku?” tanya Ye Na
“Ayah...ingin kau berkencan dengan orang lain. Akau akan carikan pria yang baik buat kau.” Ucap Tuan Seo.
“Kalau aku, aku ingin Ayah bisa senang karena sudah sebagai ayahku dan akan menjadi ayah mertua Shin. Dan kelak saat aku punya anak, Ayah bisa senang sebagai seorang kakek. Kita semua bisa hidup bahagia bersama.” Ucap Ye Na. Tuan Seo sedikit terkejut kalau Ye Na ingin dirinya menjadi Seorang kakek?
“Ayah tidak pernah membayangkan hidup seperti itu.” Kata Tuan Seo. 

So Bong terbangun dengan bunyi alarm teringat kembali ucap Tuan Ji “Berpura-puralah seolah Ketua sakit demensia sampai Direktur Eksekutif Seo terpancing umpan.”
“Kalau begini terus, bisa-bisa aku yang ketahuan sama Direktur Eksekutif Seo.” Keluh So Bong.
Tiba-tiba Shin masuk kamar merasa kalau sudah waktunya olahraga, jadi menyuruh bangun. So Bong marah menyuruh Shin pergi dengan melempar bantal, tapi Shin bisa membalasnya dengan mengenai wajah So Bong. S Bong mengumpat kalau Shin akan mati ditanganya.
“Aku tidak bisa mati. Dan juga, kalau berat badan naik, sudah aturannya olahraga... Kang So Bong-ssi, berat badanmu naik 830 gram sejak minggu lalu. Jadi Cepat pakai baju olahragamu.” Ucap Shin bisa melihat tubuh So Bong
“Beraninya kau men-scan-ku!!! Aku lagi malas, jadi kau saja yang olahraga.” Ucap So Bong kesal
“Kau malas? Kalau malas, apa aku saja yang memakaikan bajumu? Jangan bilang kau malu. Karena aku robot. Jadi kau jangan khawatir.” Ucap Shin mengambil pakaian yang digantung. So Bong panik dan bergegas kalau akan melakukan sendiri.
“Cepatlah. Karena olahraga tepat waktu itu suatu aturan.” Kata Shin keluar dari kamar. So Bong mengeluh kalau Shin memang aneh. 


Keduanya berlari mengelilingi rumah, So Bong meminta berhenti karen sudah capek hari ini. Shin menghitung kalau baru 17 menit 43 detik, dan hanya membakar 78 kalori. So Bong menekankan kalau dirinya manusia jadi bisa mati dan Banyak olahraga juga bisa membunuhya.
“Aku tak bisa napas. Kalau seperti ini, aku bisa mati.” Keluh So Bong
“Benar juga. Berarti aku harus kasih napas buatan.” Kata Shin sudah siap memberikan nafas buatan, So Bong langsung mendorongnya.
“Kau pikir aku tak bisa napas sungguhan? Apa pendeteksi kebohonganmu itu lagi rusak?” kata So Bong marah
“Aku cuma bercanda sama sepertimu. Kau tertipu, 'kan?” ejek Shin
So Bong menegaskan kalau memang benar-benar lelah,  dan mengeluh mengoda majikannya. Shin langsung berjongkok menyuruh naik saja karena lelah jadi boleh tak olahraga. So Bong mengeluh Shin yang terus menawarkan punggunnya jadi lebih baik minggir saja.
“Tak mau. Bukannya kau tak ada perasaan padaku? Jadi kenapa kau tidak bisa menaiki sebongkah besi, batu, atau plastik?” kata Shin
“Baiklah. Gendong aku kalau begitu.” Kata So Bong langsung naik ke punggung Shin. 


Shin bisa mengetahui kalau So Bong Semalam tidur selama 5 jam 33 menit dan Tidur nyenyaknya cuma 1 jam 54 menit jadi itu artinya dibawah rata-rata untuk seusianya. So Bong mengejek kalau Shin itu seorang dokter tidur.
“Kenapa kau mengomeliku tentang tidurku juga?” keluh So Bong
“Kenapa kau tidak bisa tidur? Apa karena Direktur Eksekutif Seo?” tanya Shin

“Hanya saja situasinya semakin rumit. Merahasiakan identitasmu dari Direktur Eksekutif Seo saja sudah sulit tapi kita juga harus pura-pura kalau Ketua memang demensia, Ini merepotkan sekali.” Ucap So Bong
“Aku 1.000 kali lebih kuat dari manusia dengan kecerdasan yang tak tertandingi dan jaringan yang dapat menyelidiki apapun.” Kata Shin bangga.
“Kenapa kau malah mendadak pamer? Kau itu cuma kaleng.” Ejek So Bong
“Maksudku pokoknya kau tenang saja. Karena aku ada di sisimu.” Ucap Shin
So Bong seperti merasakan dadanya berdegup kencang, lalu meminta Shin agar menurunkan karena ingin berlari. Shin terlihat binggung. So Bong memperingatkan agar Shin jangan membalapnya karena Robot kacung harus di belakang majikannya.

Saat itu Sang Guk melihat dari kejauhan seperti tak percaya kalau Shin masih baik-baik saja.
Flash back
Sang Guk melihat Shin yang dibawa oleh ambulance, beberapa orang yang melihat di tempat kejadian merasa kalau Shin  mungkin tidak akan selamat karena luka dibagian kepalanya. Pria lain pn merasa kalau Sudah terlambat dengan melihat darah yang ada di jalan sedikit mustahil kalau akan baik-baik saja. 

So Bong terlihat kelelahan, Shin mencoba menghitung Tekanan darah 138/74 dan denyut nadi135 jadi  Sebentar lagi akan normal kembali. So Bong panik meminta agar Shin bisa lebih waspada karena tahu kalau ada yang tahu bahwa dirinya robot.
“Robot?” ucap Hee Dong. So Bong kaget melihat Hee Dong ada didekat mereka
“Katamu robot ini boleh buatku saja. Mulai sekarang, robot ini buatku.” Kata Hee Dong memperlihatkan robot ditanganya. Saat itu Ho Yeon datang menemui anaknya.
“Jika kau main dengan hal-hal seperti ini, kau nanti berubah seperti Shin Hyung. Kakek barusan bangun. Ayo sapa dia.” Ajak Ho Yeon menarik tangan Hee Dong
“Kakek itu menakutkan.” Ucap He Dong menolak. Ho Yeon tetap memaksa kalau ini demi kebaikan anaknya 

Shin melihat dari kejauhan dengan alat scannya kalau He Dong melakukan penanaman alat pacu jantung. So Bong bisa bernafas lega karena berpikir akan ketahuan dan bertanya siapa anak kecil itu.  Shin memberitahu namanya Noh Hee Dong dan umur tujuh tahun.
“Dia teman kita.. Sama sepertimu, dia itu cyborg.” Ucap Shin. So Bong terlihat kaget.
“Apa Dia juga punya pin logam?” ucap So Bong binggung. 



Ho Yeon datang menemui ayahnya di kamarnya, He Dong memegang segelas jus dengan wajah tertunduk ketakutan. Ho Yeon menyuruh cucunya agar segera memberikan pada kakeknya. He Dong berjalan perlahan tapi karena ketakutan akhirnya menjatuhkan jusnya lalu kambur.
Ho Yeon menyakinkan ayahnya kalau He Dong itu tidak penakut dan anak yang tangguh, bahkan persis mirip Ayahnya jadi meminta agar bisa bersikap baik pada anaknya. Tuan Nam menyuruh Ho Yeon agar menemani anaknya saja.
“Apa gunanya? Ayahku yang sakitlah yang lebih penting.” Kata Ho Yeon, tapi Tuan Nam hanya menatap sinis.
“Pantas saja Hee Dong ketakutan.” Keluh Ho Yeon memanggil Hee Dong lalu bertemu dengan Shin yang menanyakan Hee Dong.
“Kenapa kau mencari dia? Apa Kau akan melaporkan dia karena mencuri action figure-mu?” ucap Ho Yeon sinis dan terus mencari Hee Dong agar meminta maaf dengan kakek. 


So Bong akhirnya menemui Hee Dong yang terlihat kesakitan dan banyak mengeluarkan keringat. Dengan wajah panik So Bong pun menanyakan keadaanya, Ho Yeon akhirnya datang melihat anaknya lalu menyuruh mereka akan pergi karena akan menemani anaknya.
“Ibu, dadaku...” ucap Hee Dong. So Bong akan menelp 119.
“Jangan telepon... Kalau Kakek tahu aku sakit...” ucap He Dong dan tiba-tiba langsung jatuh. Ho Yeon pun panik.
Shin langsung mencari sesuatu dalam baju He Dong. Ho Yeon terilhat marah ingin tahu apa yang dilakukan Shin. Akhirnya Shin menemukan ponsel, Ho Yeon langsung mengambilnya dan ingin memanggil 119. Tapi Shin langsung membuang ponsel ke taman.
“Hei! Apa Kau gila?” teriak Ho Yeon. Saat itu Hee Dong tiba-tiba kembali sadar.
“Apa Kau bisa bernafas?” ucap Ho Yeon memastikan anaknya lebih dulu.
“Ada implan alat pacu jantung di jantungnya, 'kan? Bagaimana kalau gangguan irama jantung dia kambuh lagi dan implan-nya tak berfungsi?” ucap Shin. Ho Yeon kaget karena Shin mengetahuinya.
“Jika kau tidak ingin jantungnya berhenti, jangan letakkan ponsel di dekatnya.” Kata Shin lalu memberikan robot pada Hee Dong.
“Hee Dong, naiklah ke punggung Ibu.” Ucap Ho Yeon. So Bong pun membantu Hee Dong.
“Wahh... Hampir saja... Berkat kau, dia selamat.” Puji So Bong pada Shin. 


Shin datang menemui Hee Dong di kamarnya dan bertanya kenapa  tidak ingin menelepon 119 tadi. Hee Dong menceritakan Kalau Kakek tahu dirinya sakit, nanti membenci dirinya Karena lemah itu hal buruk. Shin menegaskan  kalau lemah itu tidaklah buruk.
“Membenci orang yang lemahlah, itu hal buruk. Sakit bukanlah dosa, jadi janganlah disembunyikan lagi. Apa Kau mengerti?” ucap Shin. Hee Dong mengaku kalau takut lalu melihat ponsel ibunya.
“Ahjussi itu pasti mau menakut-nakuti ibuku lagi.” Kata Hee Dong.
“Biar Hyung marahi dia... Tapi ini rahasia kita saja, oke. “ ucap Shin. Hee Dong pun menganguk mengerti.
Ho Yeon masuk dengan sinis lalu ingin tahu apa yang dilakukan untuk anaknya. Shin hanya diam saja, Ho Yeon memperingatkan Shin agar jangan beritahu Ayah tentang Hee Dong. Shin mengaku tak akan melakukan karena menepati janji  itu suatu aturan.
“Kau bilang "Aturan"? Kau mengatakan hal itu ?” ucap Ho Yeon marah lalu menyuruh Shin agar keluar saja. Shin hanya diam saja dan Ho Yeon pun bergegas masuk ke dalam kamarnya.
“Anak itu bagaimana? Apa Dia baik baik saja?” tanya So Bong datang menemui Shin.
“Ya. Tapi jangan beri tahu siapa pun soal penyakitnya. Aku sudah berjanji soalnya.” Ucap Shin.
“Jadi Gara-gara itu, kau baru kembali kesini?” tanya So Bong. Shin mengaku kalau sisanya rahasia. So Bong mengeluh lalu berjalan mengikuti Shin. 



Saat itu Ho Yeon membaca pesan Tuan Seo “Aku butuh bukti Ketua sakit demensia. Aku menunggu, Oke” Hee Dong menatap ibunya yang terlihat binggung meminta agar jangan turuti Ahjussi itu Karena nanti ada seseorang yang akan memarahi ibunya.
“Diamlah, Hee Dong... Kakekmu bisa saja tahu tentang penyakitmu karena kau tidak menurut sama Ibu!” ucap Ho Yeon lalu menelp Profesor Lee karena butuh rekam medis Ayah.

Esok harinya
Ho Yeon datang menemui Tuan Seo dan dua anak buahnya, tanpa sengaja menjatuhkan pulpen saat memberikan sebuah rekam medis. Sek Park memastikan kalau surat itu memang benar. Akhirnya mereka pun datang pada rapat bersama-sama.
“Katanya ada rumor tentang Ketua Nam di pasar saham. Apa Kalian pernah dengar soal itu?” ucap Direktur. Direktur Cha pun penasaran ingin tahu rumor apa sengaja memancing.
“Dengar-dengar, dia sakit parah.” Kata Direktur. Ye Na mendengarnya langsung mengeluh ucapan dua direktur.
“Itu pasti salah informasi.” Kata Ye Na membela kakek dari Shin.
“Ini rekam medisnya... Disini tertulis dia menderita demensia.” Ucap Tuan Seo. Ye Na terlihat marah dengan ayahnya.
“Dia pasti merahasiakannya demi perusahaan. Tapi kau tidak bisa merahasiakannya selamanya. Aku ingin menyarankan pertemuan pemegang saham mengenai pengunduran dirinya nanti. Apa kalian semua setuju?” ucap Direktur.
“Sulit dipercaya... dia sakit demensia.” Kata Direktur, saat itu Shin masuk ke dalam ruang rapat.
“Dia memang menderita demensia.” Ucap Shin, semua terlihat kaget begitu juga Ye Na.
“Kau itu direktur utama yang menunggu untuk ditunjuk kembali. Tapi kenapa kau kemari ke rapat manajemen?” sindir Tuan Seo
“Aku tidak bisa melewatkan pembahasan tentang demensia kakekku. Dia memang menderita demensia dan itu tempat dudukku. Memang apa yang kalian harapkan?” kata Shin menunjuk tempat duduk kakeknya.
“Kau pasti bingung... Penyakit Ketua memengaruhi perusahaan...” kata Direktur.
Saat itu Shin memperlihatkan pulpen ditanganya. Tuan Seo kaget karena pulpen itu sempat di pegang oleh Ho Yeon. Shin melihat tatapan Tuan Seo, dengan mengejek Apa ada sesuatu di pulpen yang tidak boleh didengar,  lalu sengaja memutar rekaman.
“Kita harus mengadakan rapat pemegang saham dan menyingkirkan Nam Gun Ho. Mari kita libatkan media juga.” Tuan Seo menatap Ho Yeon seperti merasa di khinati.
“Paksa mereka untuk menulis artikel pedas. Dia sudah cukup lama di perusahaan ini. Dia harusnya sadar kapan harus mundur. Dia seharusnya tak boleh seserakah itu. Dia menjijikkan dan memuakkan.” 



FlashBack
Shin mengaku kalau tadi lihat Direktur Eksekutif Seo menelepon lalu berpikir apabila Kakeknya tahu apakah beliau akan baik-baik saja. Ho Yeon terlihat marah, Shin memperlihatkan sebuah pulpen agar melakaukan sesuai perkataannya dan Demi Hee Dong.
“Memang apa salahnya mengadakan rapat?” ucap Direktur membela diri. Direktur lain pun menyetujuinya.
“Apa kau tidak pernah melihat perusahaan gagal karena pemiliknya menderita demensia? Kita perlu membuat rencana darurat untuk meminimalkan kerugian.” Ucap Direktur lain.
“Dia tidak menderita demensia.” Ucap Shin, semua terlihat kaget mendengarnya.  Ye Na pun tak percaya. Shin akhirnya memanggil Tuan Ji .
Tuan Ji masuk ke ruangan bersama dengan Prof Lee, Tuan Seo terlihatkaget. Prof Lee mengaku pasti ada kesalahan karena ada rekam medis orang lain yang dinamai nama Ketua dan meminta maaf.  Semua anak buah Tuan Seo terlihat Shocik
“Aku dr. Lee Sung Ho, dokternya Ketua Nam... Inilah rekam medisnya yang asli. Anda bisa memeriksanya. Jika ada yang ingin diverifikasi lagi, Anda boleh ikut ke rumah sakit bersamaku.” Ucap Prof Lee. Dua direktur terlihat tak percaya.

“Anda sekalian pasti sudah paham bagaimana situasinya, jadi sisanya akan kuserahkan dengan dia... Masuklah...” kata Shin.
Tuan Nam akhirnya masuk, semua langsung berdiri. Semua makin kaget dan hanya bisa tertunduk. Shin seperti bisa bersahabat dengan Tuan Nam. 
Flash Back
Tuan Nam binggung dengan saran Shin yang meminta agar memanfaatkanlah Ho Yeon untuk membalas  Seo Jong Gil.  Shin memberitahu kalau sudah menjelaskan pada Ho Yeon yang harus dilakukan. Tuan Ji mengaku juga  sudah menghubungi dr. Lee.
“Tapi tolong maafkanlah Bibi Ho Yun dan Kakek juga perlu memerhatikan Hee Dong.” Kata Shin. 

Tuan Nam akhirnya menepuk pundak cucunya dengan bahagia, dan Shin pun keluar dari ruangan menemui So Bong dengan bangga kalau sudah memarahi Direktur Eksekutif Seo. So Bong mengaku sudah dengar dari luar.
“Apa kau membalas dia karena aku?” tanya So Bong. Shin mengaku Karena alasan itu, dan alasan lain juga.
“Waktu aku bilang "Apa yang harus ku hancurkan?" Aku keren, 'kan? Sekarang juga keren, 'kan?” ucap Shin bangga.
“Tidak, dua-duanya tidak keren.” Kata So Bong. Shin memegang tangan So Bong.
“Bohong. Dua-duanya memang keren.” Ucap Shin. So Bong tetap menyangkal. 


Tuan Ji menerima pesan dari So Bong “Jam robotnya ada dimana? Baterainya mau habis.” Lalu membalas pesan “Di dalam mobil. Kuncinya ada di kantor.”
Tuan Nam sengaja kembali memutar rekaman suara “Kita harus mengadakan rapat pemegang saham dan menyingkirkan Nam Gun Ho. Mari kita libatkan media juga. Paksa mereka membuat artikel jahat. Dia sudah cukup lama di perusahaan ini. Dia harus tahu kapan waktunya harus mundur. Dia seharusnya tak usah serakus itu. Dia itu menjijikkan dan memuakkan.”
Tuan Seo tertunduk kebingungan, Sek Park menuliskan pesan “Suara Anda menghilang dalam rekaman itu.” Tuan Nam berkomentar kalau  mereka pasti sudah  berharap tinggi tapi nyatanya dirinya yang tidak demensia dengan nada menyindir meminta maaf.
“Tidak, Pak Ketua.... Ini semua salahku... Tolong hukum aku karena tidak mengajari orang-orangku.” Kata Tuan Seo membungkuk meminta maaf. Kedua anak buahnya terlihat binggung.
“Kau bilang Rapat pemegang saham? Walaupun Ketua sedang sakit, bisa-bisanya kau bertindak seperti ini? Kau dipecat sekarang!” kata Tuan seo memarahi Tuan Kim
“Benar! Ini semua salahnya Pak Kim Dia menyarankan memberi tahu media untuk menyebarkan berita itu.” Kata Tuan Cha. Tuan Kim terlihat binggung tiba-tiba disalahkan, Tuan Nam hanya bisa tersenyum. 


So Bong memberikan battery baru pada Kacungnya,  Shin bertanya Jika orang tahu dirinya robot, apa mereka sungguh akan menghancurkan atau melelehkannya. So Bong terlihat binggung. Shin mengaku melihat wajah Direktur Eksekutif Seo saat menyadari kalau dibodohi.
“Kau juga pernah bilang bukan manusianya yang menakutkan, tapi tindakan manusialah yang menakutkan. Jika Kakek dan Direktur Eksekutif Seo tahu kalau aku bukan Nam Shin yang sebenarnya, mereka tidak akan membiarkanku, 'kan?” ucap Shin
“Aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu. Aku memang 1.000 kali lebih lemah darimu dan kecerdasanku tidak sebanding denganmu. Aku juga tidak digital, dan tidak kompeten. Tapi entah bagaimanapun itu, aku akan melindungimu karena aku pengawalmu.” Ucap So Bong dan ingin menganti battery
Tapi saat itu Ye Na datang dan menjatuhkan battery ditangan So Bong,  So Bong terlihat panik sementara Shin hanya bisa diam. Ye Na meminta agar menjelaskan alasan karena tidak memberitahuku soal demensia Kakek dan ingin mempermainkan dirinya dan ayahnya.  Shin hanya memandang ke arah So Bong
“Kenapa kau memandangnya? Jangan bilang dia juga tahu semuanya.” Kata Ye Na marah, So Bong akan mengambil battery tapi Ye Na lebih dulu  menariknya.
“Hei... Katakan padaku. Kau sudah tahu semuanya, 'kan? Kalian mempermainkanku, 'kan?” ucap Ye Na. So Bong meminta agar melepaskan tanganya lebih dulu. Ye Na tak peduli meminta agar mengatakan.

“Biar aku antar Direktur Nam pulang dulu.” Ucap So Bong panik melihat Shin mulai melemah.
“Oppa, katakan padaku... Kenapa kau sangat baik dengannya?” teriak Ye Na tapi saat itu Shin langsung tertunduk karena battery habis. Ia pun langsung kebingungan dan melihat ada tempat battery di tangan Shin. Saat itu Tuan Ji pun datang melihat Ye Na yang sudah mengetahuinya.
Bersambung ke episode 14



PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar