PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 31 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Dae Young masuk ke rumah sakit, Ji Woo masuk ruang IGD bertanya apda perawat keberadaan Kang Mi Sook. Saat itu Nyonya Kang melambaikan tangan diatas tempat tidurnya, Ji Woo langsung berlari melihat ibunya. Nyonya Kang dengan santai bercerita terjatuh dan mematahkan beberapa tulang rusuknya.
“Halo, Ibu.... Sudah lama tak bertemu.” Sapa Dae Young, Nyonya Kang tak mengingat Dae Young bertanya siapa pria yang bersama Ji Woo.
“Apa Dia pacarmu?” goda Nyony Kang, Ji Woo mengaku bukan dan mengalihkan dengan bertanya luka ibunya.
“Jangan bohong.... Dia tampan sekali... Apa Kau datang ke sini untuk memperkenalkan dia kepada seorang janda?”ucap Nyonya Kang mengoda.
“Saya akan mendapatkan beberapa hal yang dibutuhkan.” Kata Dae Young seperti tak enak hati memilih untuk pergi. 

Manager rumah jompo menemui Ji Woo sebagai wali Ibu Kang, keduanya akhirnya bertemu di luar ruangn IGD. Ji Woo tak habis pikir karena mereka tak bisa melihat pasien di sana dan membiarkan ini terjadi. Manager mengatakan kalau Nyonya Kang yang mengalami demensia tahap tiga,jadi tidak bisa mengikatnya.
“Kami tidak bisa mengawasinya setiap kali dia ke kamar mandi. Anda harus berterima kasih padaku karena telah merawatnya dan membawanya ke sini.  Kalau bukan karena kami, dia bisa saja mati.” Ucap Manager sombong. Ji Woo tak percaya manager mengatakan itu.
“Memang dia yang menyebabkan ini, jadi seluruh biayanya ditanggung oleh Anda. Biaya sewa pengasuh juga Anda sendiri.” Kata Manager. Dae Young baru datang mendengar pembicaraan keduanya.
“Itu tidak masuk akal. Kecelakaan itu terjadi di panti jompo.” Kata Ji Woo
“Itu memang bisa saja, tapi sebagian besar kesalahannya adalah naik ke tangga. Pintu keluar darurat dan tangga selalu dilarang untuk dilewati. Kau Bacalah sendiri. Dia melanggar aturan dari pusat.” Jelas Manager memberikan berkas ditanganya.
“Kami sampai sekarang menahannya karena itu tugas kami. Kami membiarkannya tanpa  menuntut kompensasi apa pun saat dia menyalakan api di dapur sebelumnya dan itu juga tidak terlalu parah, kami merasa tidak enak bagi walinya. Tapi sekarang tidak lagi.” Tegas Manager
“Aku akan menagih Anda untuk kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran itu. Selain itu Anda juga harus membayar biaya rumah sakitnya.” Tegas Manager.
“Aku juga tidak bisa membiarkan Anda menjaga ibuku.” Kata Ji Woo lalu si manager pun berjalan pergi. 




Dae Young menghampiri Ji Woo kalau udah membeli barang-barang yang dibutuhkan, tapi tetap harus melihat dan mencari kebutuhan lain. Ji Woo melihat isi kantung kalau Dae Young sudah membelinya dengan teliti Dae Young mengingatkan kalau bekerja sebagai perencana asuransi selama bertahun-tahun.
“Aku ini ahli untuk soal ini.” Kata Dae Young bangga.
“Ngomong-ngomong, kenapa beli dua pasang sandal?” tanya Ji Woo binggung
“Satu untuk ibunya  dan satu untuk kau” kata Dae Young, Ji Woo binggung lalu tersadar kalau mengunakan sandal yang berbeda
“Terima kasih.” Ucap Ji Woo lalu menganti sandalnya. Dae Young ingin tahu apa yang dikatakan oleh dokter.
“Ada celah di tulang rusuknya, tapi mereka perlu melihat bagaimana dia harus pulih. Apa itu bisa diAnggap beruntung?” kata Ji Woo khawatir.
“Bukan beruntung. Dia terluka. Apa Selain itu semua tidak apa-apa?” tanya Dae Young
“Seperti yang kau lihat, ibuku menderita demensia. Ini Sudah beberapa tahun. Dia sekarang tinggal di panti jompo.” Kata Ji Woo, Dae Young tak ingin membahasnya mengajak masuk karena Nyonya Kang pasti sudah menunggu. 


Petugas datang memberitahu kalau semua sudah diselesaikan sesuai yang diminta Sun. Seo Yeon melihat tangan Sun yang dibalut perban teringat saat membuat pemadam kebakaran datang. Saat itu Sun terlihat marah menyuruh Seo Yeon masuk kamar dan berpakaian tapi memalah membuatnya terjatuh.
“Aku telah menghilangkan bau asap dan lilin yang disebabkan oleh api. Sisa pembayarannya adalah 100,000 Won” ucap petugas
“Aku sudah menyetor jumlahnya beberapa saat yang lalu.” Kata Sun. Petugas pun mengucapkan Terima kasih lalu keluar rumah. 

“Aku akan membayar semuanya setelah menangkap temanku. Dan biaya perawatan untuk lenganmu juga.” Ucap Seo Yeon. Sun dengan sinis kalau itu pasti harus membayarnya.
“Selain itu, aku akan menggambar batas lagi.” Kata Sun kesal
“Ayolah, mengapa kau menjadi murahan dan mengulangnya sebagai seorang pria?” rengek Seo Yeon
“Seperti yang kau tahu, arti dari garis namaku cukup sedikit.” Tegas Sun lalu berjalan pergi.
“Dia tampaknya benar-benar marah. Aku tidak akan bisa menaikkan biaya untuk melakukan aktivitas.” Kata Seo Yeon. 

Ji Woo masuk ruangan meminta ibunya agar tidak bergerak. Nyonya Kang merasa tak enak hati, karena penyanggah pingganya itu mengganggu. Ji Woo meminta agar Nyonya Kang  Bertahanlah sedikit lagi sampai sepenuhnya pulih.
“Apa aku harus di sini untuk waktu yang lama?” tanya Nyonya Kang
“Anda pulih dengan baik, jadi pasti bisa keluar dalam dua hari.” Ucap Ji Woo menenangkan.
“Lalu... Apa aku bisa kembali ke  tempatku dulu tinggal sebelumnya?” tanya Nyonya Kang
“Tidak, Anda akan tinggal di rumahku mulai sekarang.” Ucap Ji Woo, Nyonya Kang binggung akan tinggal dirumah Ji Woo. 

Seo Yeon menelp pusat bantuan, karena ingin mencari seseorang dan ingin tahu berapa biayanya. Wajahnya terlihat kaget mendengarnya, lau menutup telp. Ia pikir kalau memang benar kalau semua menghasilkan uang jadi harus cari uang untuk menemukan uangnya.
Terdengar suara dari depan pintu, kurir makanan datang dan Seo Yeon menerimanya paket untuk Sun Woo Sun. Sun keluar dari lift, wajahnya tersenyum bahagia lalu membuka pintu merasaka bau sesuatu dan terkejut melihat Seo Yeon sudah ada didapur membuka paketnya.
“Apa yang kau lakukan?” ucap Sun terlihat marah. Seo Yeon melihat Sun pulang menyambut dengan senyuman. 

“Ada paket yang dikirim ke rumahmu. Mereka bilang mie ini setengah matang, jadi ini harus dimasak dengan cepat, Karena mie soba akan kematangan. Melihat bagaimana resep itu, kau pasti memesannya untuk memasak” ucap Seo Yeon dengan penuh rasa bangga.
“ Kau pasti tahu, sulit bagimu untuk memasak dengan lengan itu. Jadi aku melakukannya sebagai permohonan maafku.” Ucap Seo Yeon dengan semangkuk mie diatas meja.
“Aku tidak sebodoh itu. Kenapa kau membuka paketku tanpa izin?” kata Sun marah
“Itu.. aku cuma berusaha membantumu.” Kata Seo Yeon. Sun menegaskan kalau itu adalah pekerjaanya.
“Menerima paket, membuka paket, memeriksa isinya, memasak dan memakan yang sudah dimasak semua adalah kerjaku. Kenapa kau malah melewati batas dan merusak pekerjaanku?” ucap Sun marah. Seo Yeon mengaku tidak tahu.
“Aku minta maaf... Kalau begitu, bagaimana kalau kau cicipi masakanku untuk hari ini.” Kata Seo Yeon, tapi Sun langsung membuangnya ke tempat cuci piring.
“Bagaimana bisa kau? Pikirkanlah tentang aku yang membuatnya untukmu...” kata Seo Yeon ikut menaikan suaranya.
“Kau bilang Membuatkannya untukku? Wahh... Kenapa sepupuku harus terlibat dengan wanita rendahan itu?” ucap Sun berjalan pergi dengan wajah kesal.
Seo Yeon tak bisa terima dianggap Rendahan dan ingin tahu seberapa tinggi kelas Sun, tapi kakinya malah tersandung. Sun akhirnya ikut terjatuh karena Seo Yeon terjatuh kearahnya. Keduanya pun berada dalam posisi bertumpukan dilantai. Sun terlihat gugup melihat Seo Yeon ada diatas tubuhnya.
“Hei, Apa kau tak apa-apa? Apa Kau terluka lagi? Apa Aku membuatmu susah bernapas?” ucap Seo Yeon. Sun langsung mendorong Seo Yeon untuk minggir lalu bergegas pergi.
Seo Yeon melihat sikap Sun berpikir kalau pria itu tak bisa dekat dengan wanita, senyuman liciknya pun terlihat. 


Ji Woo pergi ke supermarket membeli beberapa bahan makanan, popok dewasa. Setelah itu menyusun makanan di kulkas, memasang pengaman pada setiap unjung meja. Ia juga memasang alat agar tak membuat gas menyala. Setelah itu masang CCTV juga agar bisa mematau ibunya dirumah.
“Halo, aku penyewa di lantai dua. Kurasa aku harus cepat pindah karena alasan pribadi.” Ucap Ji Woo menelp pemilik rumah. 

Ji Woo datang ke mengambil layanan perawatan untuk pasien demensia. Pegawai meminta agar Ji Woo isi formulir dulu. Ji Woo bertanya kapan bisa menerima layanan setelah mengisi formulir. Pegawai mengatakan dibutuhkan 15 hari sampai paling lama sebulan. Ji Woo kaget mendengarnya.
“Tapi aku membutuhkannya sekarang.” Ucap Ji Woo
“Hanya mereka yang berusia 65 tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk layanan ini. Tapi hukum berubah menjadi tidak ada batasan usia saat ini. K Itu sebabnya saat ini ada daftar panjang pelamar.” Jelas Pegawai
“Setelah itu Karyawan dari kantor distrik akan berkunjung dan memutuskannya Mereka akan menghitung pendapatan rata-rata dan dukungan keuangan. Kemudian mereka akan menghubungkan pengasuh untuk waktu yang kau butuhkan. Ini proses panjang yang membutuhkan banyak waktu.” Jelas Pegawai.
Ji Woo menganguk mengerti merasa kalau akan pikirkan lalu meninggalkan gedung dengan wajah sedih. 


Teman Ji Woo dirumah sakit kaget tentang Rumah sakit swasta. Ji Woo meminta agar memberitahu kalau ada rumah sakit swasta yang mempekerjakan perawat. Temanya bertanya apakah Ji Woo akhirnya memutuskan untuk merawat ibunya di rumah. Ji Woo membenarkan.
“Kalau kau pindah ke rumah sakit swasta, gajimu akan berkurang banyak, dan mereka biasanya tak memerhatikan tata krama. Apa Kau sanggup untuk itu? Kau 'kan juga sudah bekerja  selama 10 tahun. Itu tidak bisa dibantu.” Jelas temanya.
“Aku tidak bisa bekerja tiga shift sambil merawatnya. Aku tidak punya pilihan selain bekerja siang hari di rumah sakit swasta.” Kata Ji Woo da melihat jam tanganya kalau harus bergegas pulang merawat ibunya.
“Dia sepertinya masih bisa tersenyum hari ini.” Komentar temanya merasa kasihan melihat Ji Woo. 


Ji Woo membawa pulang ibunya dengan taksi, lalu memberitahu kalau  Rumahnya ada di lantai dua jadi harus berhati-hati naik dan turun tangga. Tapi akan segera pindah ke lantai pertama, jadi meminta bertahan untuk sementara waktu  meskipun itu sulit. Nyonya Kang menganguk mengerti. Dae Young datang dengan anjing Ji Woo, tapi ibu Ji Woo terlihat ketakutan.
“Tidak. Anjing itu membuatku takut.... Aku takut anjing..” ucap Nyonya Kang bersembunyi dibalik Ji Woo
“Apa Anda baik-baik saja? Anda tidak perlu bergerak seperti itu. Maaf. Aku lupa Anda takut pada anjing.” Ucap Ji Woo menenangkan ibunya.
“Maaf... Aku akan menjaganya dulu... Jangan khawatir.” Kata Dae Young membawa anjing Ji Woo.
Anjing terus mengonggong ke arah Ji Woo, Ji Woo terlihat sedih melihat anjingnya. Nyonya Kang bertanya siapa pria itu, Ji Woo memberitahu kalau Dae Young adalah tetangganya dan mengajak masuk ke dalam rumah. 


Sun mencoba memakai dasinya, tapi dengan tanganya yang terluka tak bisa mengingkatnya. Seo Yeon datang langsung membantunya dengan tatapan mengoda kalau Sun pasti menyukainya. Sun terlihat gugup berdekatan dengan Seo Yeon langsung mendorongnya agar menjauh.
“Apa yang kau lakukan?” ucap Sun kesal, Seo Yeon mengaku hanya ingin membantu karena tangan Sun terluka.
“Lupakan. Jangan melewati batas.” Kata Sun, Seo Yeon menegaskan agar tidak melewati batas.
“Aku Senang kita saling menolong... Sekarang, tolong aku.” Kata Seo Yeon sengaja membalikan badan meminta  agar menarik resletingnya.
Sun panik melihat tali bra Seo Yeon yang terlihat lalu memilih pergi karena tak bisa menutup risleting. Seo Yeon terlihat senang melihat sikap Sun yang gugup. 

Sun berjalan ke parkiran dan tersadar belum membawa kunci mobil, saat membalikan badan Seo Yeon sudah membawakan kunci ditanganya. Sun ingin mengambilnya, tapi Seo Yeon sengaja mengodanya dengan menjauh dari tangan Sun
“Sedang apa kau? Cepat Berikan.” Ucap Sun marah.
“Kau tidak bisa mengemudi dengan tangan itu. Jadi Biar aku saja.”ucap Seo Yeon lalu masuk ke dalam mobil.
Sun masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Seo Yeon kembali mengodanya dengan mendekatkan wajahnya. Ia mengoda Sun untuk mengencangkan sabuk pengamannya, Sun mulai gugup lalu mendorong wajah Sun dengan map kalau akan melakukannya sendiri.

“Kenapa kau malah seperti ini?” keluh Sun. Seo Yeon mengaku kalau  cuma mau membantu
“Aku tidak butuh bantuan. Apa Kau bosan? Jadi Cari saja temanmu itu.” Kata Sun kesal
“Aku tidak bisa keluar tanpa uang. Semunya pakai uang. “ ucap Seo Yeon
“Jadi apa kau mau aku membayarmu? Apa Semua tentang uang?” kata Sun
“Bukan cuma itu... Tapi Minta maaf.” Kata Seo Yeon, Sun bertanya minta maaf apa.
“Karena kau memanggilku rendahan. Kalau kau tidak meminta maaf, maka aku akan selalu bersikap rendahan.” Kata Seo Yeon. Sun akhirnya memilih untuk keluar dari mobil.
“Kau mau ke mana? Apa Kau tak berangkat kerja?” teriak Seo Yeon. Sun mengatakan akan naik taksi.
“Dasar Anak itu berpikir dia bisa mempermainkanku. Aku tidak akan berhenti  sampai kau meminta maaf.” Kata Seo Yeon. 



Ji Woo pulang melihat rumahnya berantakan, dan ibunya sedang berusaha memasak di dapur. Ia bertanya apa yang dilakukan ibunya, Nyonya Kang merasa kalau sangat aneh sambil terus berusaha menyalakan kompor.
“Aku ingin memasak sesuatu yang Ji Woo sukai, tapi kompornya tidak mau menyala.”ucap Nyonya Kang
“Biar aku saja, Anda lebih baik duduk.” Ucap Ji Woo mengantar ibunya duduk disofa.
Ji Woo menahan amarah membersihkan lantai, lalu bertanya apa yang ingin dimasak ibunya. Tapi Nyonya Kang sudah tak ada di sofa, Ji Woo pun bergegas mencari ibunya. Nyonya Kang sedang berlari keluar dari rumah. 

Nyonya Kang berjalan ke arah jalan melihat ada anak-anak murid baru saja pulang sekolah. Ia langsung mendekati anak kecil yang dianggapnya sebagai Ji Woo. Si anak bertanya siapa bibi, Nyonya Kang memegang wajah si anak menganggapnya sebagai Ji Woo.
“Anda gila. Beraninya Anda menyentuhku?” ucap si anak marah. Ji Woo akhirnya datang memegang ibunya.
“Aku minta maaf, Ibuku mengira kau orang lain.” Kata Ji Woo. Si anak mengaku kalau benci orang seperti nyonya Kang.
Ji Woo berteriak marah ingin mengejak si anak kecil, tapi Nyonya Kang menahanya karena lapar, Ji Woo memarahi ibunya kalau memang lapar tetaplah di rumah, bukan keluar ruma karena takut kalau terluka.
“Ji Woo harusnya sudah pulang sekolah. Kami baru saja pindah ke sini, jadi dia mungkin tersesat.” Ucap Nyonya Kang
“Baiklah... Aku akan mencari Ji Woo, Jadi Anda tunggulah dengan tenang di rumah.” Kata Ji Woo seperti merasa bisa menahan rasa amarahnya


Dae Young makan mie soba dengan ikan, dimulai dengan mencoba kuahnya. Lalu mendengar suara seseorang di meja depan memohon pada pemilik cafe. Seo Yeon dengan aktingnya mengaku Temannya sakit parah jadi ingin melakukan sesuatu untuknya.
“Temanku...” ucap Seo Yeon mencoba mencari akal dan melihat tulisan  “Spesialisasi Kyoto”
“Asalnya dari Kyoto... Anda tahu betapa sulitnya dia saat jatuh sakit ketika Anda sendirian di luar negeri.” Ucap Seo Yeon
“Jadi, Apa  Anda ingin yang setengah matang untuk dibawa pulang?” tanya koki. Seo Yeon menganguk.  Akhirnya Si koki masuk ke dalam dapur.
Seo Yeon tersenyum mengucapkan Terima kasih. Dae Young melihat Seo Yeon berkomentar kalau masih sama saja.

Seo Yeon melihat Dae Young datang mau makan mie soba juga dan bertanya apakah Memangnya rasanya enak, karena kelihatannya ada bau amis. Dae Young lalu mengerutkan dahinya tanda tak setuju dengan perkataan Seo Yeon “Baunya amis”.
“Itu cuma perkiraanmu... Tapi Ini bukan sembarang ikan. Ini menceritakan kisah cinta 20 hari antara ikan dan koki.” Ucap Dae Young, Seo Yeon binggung karena Dae Young menganggap Kisah cinta.
“Bagaimana caramu mengeringkan ikan haring itu sangat penting. Minyak yang menetes saat diolah terlihat seperti air mata yang menumpahkan cinta yang hilang. Kemudian makanannya direndam dalam air beras selama delapan jam untuk melembutkan dan mengurangi baunya.” Jelas Dae Young

“Itu seperti proses penyembuhan dari perpisahan. Daun murbei menghilangkan bau yang tersisa, lalu mereka direbus dengan saus kedelai khusus. Itu menciptakan rasa cinta yang baru ditemukan. Begitulah cara herring ini terlahir kembali dengan cinta koki.” Ungkap Dae Young
“Rasa dari herring yang diawetkan dipasangkan dengan kaldu yang dalam adalah pengangkatan yang sempurna di hari yang panas ini.” Jelas Dae Young dan akhirnya mulai makan mie dengan sangat nikmat. Seo Yeon hanya bisa menatapnya.
“Lihatlah cara makanmu.” Keluh Seo Yeon, Dae Young menawarkan agar Seo Yeon memesan juga. Seo Yeon menolak.
“Aku bingung apakah aku duduk bersamamu atau Ji Woo. Dia dulu suka seperti itu setiap kali kami makan. Kupikir dia ada di sini untuk memutar pergelangan tanganku lagi.” Kata Seo Yeon kesal
“Kau bilang Memutar pergelangan tanganmu?” tanya Dae Young binggung.
“Aku bertemu dengannya baru-baru ini di rumah sakit. Sifat Marah-marahnya masih sama buruknya. Apa mereka tidak mempertimbangkan kepribadian ketika mempekerjakan perawat?” keluh Seo Yeon
“Aku yakin Ji Woo ada alasannya.” Komentar Dae Young, Seo Yeon kesal karena Dae Young berpihak pada kakaknya lagi.
“Tentu saja. Kau selalu terbiasa.” Ejek Seo Yeon. Dae Young mengaku tak begitu. Seo Yeon pun tak peduli.
Pelayan datang memberikan pesanan milik Seo Yeon untuk dibawa pulang. Seo Yeon mengucapkan terimakasih lalu segera pamit pergi. Dae Young pun bertanya-tanya Apa Seo Yeon tidak tahu tentang ibunya. 


Sun mencoba menahan lift yang akan tertutup tapi ternyata ada Seo Yeon didalam lift.  Seo Yeon pun menyapa Sun yang baru pulang lalu memberikan tasnya yaitu makanan yang dibuang sebelumnya, bahkan memasaknya setengah matangg seperti yang dipesan. Sun menganguk menganguk mengerti walaupun terlihat gugup. 

Sun sibuk memasak di dapur dengan tangan yang sakit, Tiba-tiba Seo Yeon datang seperti memberikan pelukan dari belakang karena melihat Sun capek harus memasak dengan tangan terluka begitu jadi akan membantunya.
Sun kembali panik memilih untuk menjauh mengambil minum, tapi Seo Yeon makin mengodanya membuat Sun tak bisa bergerak. Seo Yeon engatakan kalau ingin segelas air dingin karena terasa panas. Sun akhirnya tak tahan meminta Seo Yeon berhenti.
“Aku minta maaf... Aku minta maaf karena meledekmu  wanita rendahan.” Ucap Sun.
“Dasar Kau... Lama sekali... Berhati-hatilah. Sekali lagi kau begitu, aku akan melewati batas lagi... “ tegas Seo Yeon akhirnya berjalan mundur.

Sun tiba-tiba mengendong Seo Yeon seperti memanggul karung beras, lalu menjatuhkan diatas tempat tidur.  Seo Yeon panik melihat Sun sudah ada diatasnya, Sun menegaskan kalau Seo Yeon bukan satu-satunya yang bisa melewati batas, tapi Ia juga bisa melewati batas. Seo Yeon hanya bisa memejamkan mata saat Sun seperti ingin menciumnya.
“Jadi kau berhati-hatilah.” Bisik Sun lalu keluar dari kamar. Seo Yeon tak percaya melihat sikap Sun yang berbeda.
“Ternyata dia bukan anak kecil.” Ucap Seo Yeon ketakutan memilih untuk segera menutup pintu kamarnya. 


Ji Wo membuka forum “Mencari pengasuh di pusat perawatan” tapi hasilnya semua bekerja dengan kontrak dan memilih gaji yang cukup banyak. Saat itu seseorang dari penyedia rumah menelp memberitahu  ada properti yang layak jika Ji Woo ingin melihatnya.
“Itu... Haruskah aku melihatnya sekarang? Bisakah aku melakukan pemeriksaan nanti?” kata Ji Woo tak tega melihat ibunya yang sedang tertidur.
“Seperti yang saya katakan, ini adalah rumah yang layak, jadi ada tiga penyewa yang melihatnya.” Kata ibu pemilik
“Apa Jaraknya tidak jauh dari sini?” tanya Ji Woo karena tak ingin kehilangan kesempatan. Saat pergi Ji Woo ragu akan mengembok pintunya, tapi akhirnya memutuskan tetap mengunci dari luar. 

Ji Woo pergi melihat rumah baru, Si bibi memberitahu penyewa sebelumnya tidak punya anak, jadi semuanya masih terlihat bersih. Ji Woo melihat seluruh ruangan tapi matanya tetep tertuju pada ponselnya. Si pemilik menunjuk kamar mandi, ruang utama. Ji Woo ternyata melihat CCTV ibunya.
“Tidak akan ada yang datang setelah Anda, jadi luangkan waktu Anda.” Kata Si bibi
“Jadi berapa harga sewa tahunan?” tanya Ji Woo tetap memegang ponselnya.
“Anda akan membayar setengah sewa tahunan dan beberapa sewa bulanan. Semua 10,700,000 Won.” Kata Si bibi. Ji Woo kaget mendengarnya.  
“Tuan tanah pemilik apartement ini cukup kaya, jadi sewanya lebih rendah dari harga pasar.” Ucap si bibi.
“Aku harus pergi... Nanti kutelepon Anda lagi.” Kata Ji Woo panik melihat ibunya sudah bangun tidur. 

Dae Young keluar rumah mendengar anjing Ji Woo yang terus mengonggong. Nyonya Kang seperti berusaha membuka pintu rumah memanggil Ji Woo. Dae Young akhirnya mendekati pintu rumah, Ji Woo bergegas masuk rumah dengan membuka kunci gembok.
“Apa yang terjadi?” tanya Dae Young, Ji Woo mengatakan kalau ada tugas yang mendesak.
“Aku tidak bisa membiarkan dia berkeliaran ke mana-mana.” Kata Ji Woo akhirnya berhasil membuka pintu.
Nyonya Kang bertanya kemana Ji Woo,  karena berpikis udah meninggalkan sendirian. Ji Woo langsung memeluk ibunya. Dae Young menatap sedih Ji Woo seperti kasihan.

Ji Woo mengantar ibunya ke rumah sakit, Nyonya Kang bertanya apakah harus menerima perawatan ini ketika tulang rusuknya sudah sembuh. Ji Woo mengatakan kalau Nyonya Kang tetap diam berbaring makan akan membantu cepat pulih lalu menerima telp.
“Ya, aku di rumah sakit. Sekarang? Apa ini mendesak?” ucap Ji Woo tak enak hati meninggalkan ibunya.
“Aku akan di sini untuk perawatanku, jadi Pergilah dan temui temanmu.” Ucap Nyonya Kang.
Ji Woo menganguk setuju, berjanji akan segera kembali dan meminta perawat agar menjaga ibunya. 

Ji Woo bertemu dengan manager rumah jompo memberikan sekerang buah dan meminta maaf.  Ji Woo terlihat binggung dengan Dae Young sebagai saksi manager meminta maaf.
“Kami seharusnya lebih mengatur fasilitas kami dan merawat pasien kami dengan benar. Ini sepenuhnya salah kami. Kami akan membiayai perawatannya untuk Anda. Saya minta maaf dengan tulus.” Ucap Manager. Ji Woo menganguk mengerti.
“Saya akan lanjut membayar semua tagihan rumah sakitnya. Sekali lagi, saya minta maaf.” Ucap si manager akhirnya pergi meninggalkan Ji Woo. 

Ji Woo bertanya pada Dae Young Apa yang terjadi, Dae Young memberitahu kalau Panti asuhan itu menyembunyikan sesuatu.
Flash Back
Dae Young berpura-pura sebagai pengantar air galon ke rumah jompo, lalu melihat tempat ibu Ji Woo terjatuh.  Ia lalu memperhatikan bagian langit-langit dan menemukan sesuatu yang aneh.
“Lampu tangga tidak menyala dan Itu terjadi di malam hari. Dia menuruni tangga dalam keadaan gelap. Tentu saja dia jatuh. Aku mencari tahu. Mereka diperintahkan untuk memperbaiki kabel setelah kebocoran air,. tapi sampai sekarang mereka tidak memperbaikinya.” Jelas Dae Young
“Terima kasih banyak sudah membantu sejauh itu.” Kata Ji Woo dengan senyuman.
Dae Young mengatakan Ada satu lagi lalu memberikan sebuah brosur. Ji Woo melihat brosur “Rumah Sakit Panti Jompo Dallae” tapi merasa kalau tidak bisa meninggalkan ibunya di rumah jompo lagi.  Dae Young mengaku karena tahu betapa menakutkannya dan membuatnya sulit.

“Panti jompo itu tidak baik, tapi tidak semuanya. Tempat ini punya fasilitas yang bagus dan dapat diandalkan. Tempatnya mudah dijangkau, jadi  Anda bisa sering berkunjung. Jadi Lihatlah dan jika ibumu tidak suka,maka kau boleh membawanya pulang.” Jelas Dae Young
Ji Woo melihat brosur dibagian Layanan perawatan harian seperti masih ragu. 



Dae Young akhirnya mengantar Ji Woo dan ibunya ke rumah panti jompo yang baru. Nyonya Kang melihat dari jendela kamarya merasa jauh lebih bagus daripada rumahnya yang dulu. Ji Woo tersenyum mendengarnya. Nyonya Kang mengaku tidak bilang rumah Ji Woo tidak bagus.
“Ji Woo... Apa tidak nyaman bagimu tinggal bersamaku?” kata Nyonya Kang. Ji Woo mengaku suka tinggal bersama Nyonya Kang.
“Aku merasa sedikit tidak nyaman.... Kau mendengkur tidak bagus.” Komentar Nyonya Kang.
“Aku tidak mendengkur.” Kata Ji Woo mengelak malu karena ada Dae Young.
“Aku hanya bercanda.” Kata Nyonya Kang, Ji Woo pun memilih pamit pergi karena akan menandatangani surat-suratnya.

Nyonya Kang tiba-tiba memberikan uang ditangan Dae Young, karena sudah membawanya ke rumah sakit. Dae Young terdiam karena mengingat kenangan dengan Nyonya Kang saat dibusan. Nyonya Kang meminta agar Dae Young mengambilnya untuk membeli camilan.
“Tidak apa.” Kata Dae Young ingin menolak, tapi Nyonya Kang meminta Dae Young agar mengambilnya saja.
“Dan juga...aku tidak akan diam jika kau menyakiti Ji Woo.” Tegas Nyonya Kang
“Aku tahu. Aku belum lupa.” Ucap Dae Young mengingat pesan Ibu Ji Woo saat datang ke Busan. 

Dae Young akhirnya keluar bersama Ji Woo mengaku kalau tahu apa yang dirasakan teman kuliahnya, Tapi menurutnya kalau sebaiknya Nyonya Kang tetap bersama orang yang profesional. Ia yakin Ji Woo juga tahu karena seorang perawat.
“Jangan merasa bersalah.” Ucap Dae Young melihat Ji Woo seperti bersedih.
“Apa Kau tahu nama lain dari rasa bersalah dan tanggung jawab? Itu Beban... Sejujurnya, aku merasa sangat lega. Seakan aku meletakkan beban yang sangat besar. Kau pikir, Aku sangat jahat, 'kan?” ucap Ji Woo lalu berjalan pergi. Dae Young pun mengikuti Ji Woo. 

Ji Woo berjalan dengan Sun di sebuah jalan, Sun bertanya apakah Ji Woo tak keberatan dengan ini, lalu ingin minta maaf karena kebiasaan mabuk, jadi tempat yang dipilih Ji Woo tidak cukup bagus.
“Ayo kita pergi ke restoran mewah. Aku akan mentraktirmu semuanya” kata Sun. Ji Woo tahu kalau Sun akan bersikap seperti itu.
“Tapi kita bukan makan yang mahal namun enak.” Ucap Ji Woo. Sun tahu kalau ini tempat yang terkenal.
“Ya, itu enak sekali. Jadi Ayo masuk ke dalam.” Kata Ji Woo, Sun pun setuju.

Ji Woo masuk ke dalam restoran bersama Sun, melihat Dae Young sedang duduk dengan wanita bersadar di bahunya. Dae Young kaget melihat Sun dengan Ji Woo, saat itu terlihat wajah Seo Yeon bersadar di bahu Dae Young. Ji Woo kaget ternyata Dae Young seperti sangat dekat dengan Seo Yeon.
Bersambung ke episode 6

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar