PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 26 Juni 2018

Sinopsis Are You Human Too Episode 12

PS : All images credit and content copyright : KBS
So Bong sudah mengunakan baju olahraganya dan siap-siap berlari, tapi kakinya tersandung lalu terjatuh sambil berteriak memanggil “Ibu”. Shin duduk diatas tebing mengejek kalau So Bong itu tak punya ibu. So Bong kaget melihat Shin sudah duduk didekatnya.
“Hei. Kenapa kau duduk di sana?” tanya So Bong heran.
“Aku tadi memandang langit malam,  dan sekarang matahari terbit. Itu kaki yang ada batang bajanya... Kau harus berhenti berlari..” Ucap Shin
“Hei. Lariku ini lebih cepat daripada kebanyakan pria”kata So Bong dan kembali berlari.
Shin mengikuti So Bong yang ikut berlari. So Bong menyuruh Shin pergi saja dan jangan menganggu.  Shin mengaku kalau ingin berlari juga, keduanya pun saling kejar-kejaran.  Akhirnya ketika sudah berlari jauh So Bong mulai kelelahan.
“Kalau capek, berhenti saja... Karena aku tak bisa capek.” Ucap Shin. So Bong tak peduli dan terus berlari tapi akhirnya jatuh lemas. Shin langsung memegang tangan So Bong.
“Tekanan darah, 139/96... Denyut nadi, 136. Kau harus Ambil napas dalam-dalam.” Kata Shin. So Bong menarik tangan dengan wajah kesal dan berusaha berdiri tapi kakinya seperti lemah.
Shin berjongkok menyuruh So Bong naik ke pundaknya saja.  So Bong menolaknya, Shin pikir tak masalah karena ia sebagai kacung So Bong sekarang. So Bong seperti terkesima dengan kebaikan Shin tapi suasana romantis berubah jadi sikap kasar.
“Kau hanya pergi Turuti saja apa kataku dan Jangan bertingkah” ucap So Bong menendang Shin sampai terjatuh. 



Saat itu Tuan Nam dan Ye Na melihat keduanya. So Bong dan Shin langsung memberikan hormat. Ye Ne heran karena tak melihat mereka keluar dari rumah berdua, tapi sekarang malah sedang berduaan lagi.
“Kondisi Direktur Nam tadi melemah jadi aku mengajaknya olahraga lari.” Ucap So Bong. Ye Na binggung melihatnya.
“Tapi dia tidak berkeringat.” Tanya Ye Na heran melihat Shin.
“Apa Kau belum pergi juga dari sini? Haruskah aku menciumnya lagi?” kata Shin. So Bong langsung menutup mulutnya. Ye Na pun tak percaya mendengarnya.
“Beraninya kau? Jika kau tidak menurutiku, maka akan kupecat dia!” kata Tuan Nam mengancam. 

Akhirnya semua masuk ke dalam ruangan, Tuan Nam memberitahu kalau Ye Na menyetujui semua persyaratan darinya jadi mereka bisa melangsungkan pernikahan sederhana dengan anggota keluarga saja. Shin mencoba mengelak tapi Tuan Nam seperti tak peduli.
“Ye Na, telepon ibumu di Boston dan suruh ibumu datang. Walau kalian tak dekat, dia harus tetap melihatmu menikah.” Kata Tuan Nam, Ye Na menganguk mengerti. Shin menahan amarah memilih untuk pamit keluar ruangan.
“Apa kau tidak peduli jika dia terluka? Pengawalmu, yang namanya  tidak ingin kukatakan.” Ucap Tuan Nam mengancam,
“Kenapa? Kalau Kakek memecatnya, apa menurutmu, aku akan tetap menikah?” kata Shin menatang
“Berarti memecatnya takkan  cukup membuatmu sadar, Jadi aku harus bertindak sejauh apa? Keluarganya, Masa depannya. Hidupnya. Apa yang harus kuhancurkan dari dia agar kau mau menurutiku” kata Tuan  Nam makin mengancam,
“Lantas apa yang harus kuhancurkan dari Kakek agar Kakek menurutiku?” balas Shin
Semua kaget mendengarnya termasuk So Bong,  Tuan Nam tak bisa menahan amarah ingin memukul cucunya, tapi Shin bisa menahan tangan kakeknya dengan berkata kalau tidak boleh membahayakan manusia. saja.So Bong panik melihatnya mengajak Shin agar segera pergi saja.
“Kami mohon maaf, Pak Ketua.” Kata So Bong membungkuk lalu memanggil Shin kaleng untuk pergi.
“Jung Woo!... Jung Woo... Dengarkan Ayah. Cuma kau yang Ayah punya. Jika kau pergi, maka tak ada seorangpun yang Ayah punya!” ucap Tuan Nam tiba-tiba kembali penyakitnya kambuh.
Ye Na dan yang lainya terlihat binggung karena Tuan Nam memanggil nama Jung Woo. Tuan Nam mengatakan agar jangan wanita ini menunjuk ke arah So Bong. Tuan Nam mengatakan kalau Jangan Oh Ro Ra. Shin mengetahui kalau  itu nama ibunya
“Kakek kenapa? Kenapa Kakek menganggap wanita itu ibunya Shin Oppa?” ucap Ye Na binggung melihat sikap Tuan Nam
“Oh Ro Ra! Jangan dia! Jangan wanita ini!” teriak Tuan Nam, saat itu Ho Yeon masuk ruangan panik melihat ayahnya kembali kambuh. Saat itu Tuan Seo akan masuk ruangan mendengar teriakan panik dengan senyuman bahagia. 

Tuan Seo berjalan keluar dari rumah dengan senyuman, saat itu Tuan Ji baru saja datang terlihat kaget karena Tuan Seo datang, lalu berpikir kalau akan menjemput Ye Na. Tuan Seo membenarkan tapi pelayan mengatakan kalau Ye Na ada di kamar Ketua Nam
“Aku mana bisa menyuruhnya  keluar di depan Ketua Nam. Kalau begitu lain kali saja kujemput dia.” Kata Tuan Seo santai lalu berjalan pergi. 

Tuan Nam sudah berbaring dikamar dengan Ho Yeon duduk didekatnya. Tuan Ji merasa kalau Tuan Seo mungkin mendengar semuanya. Ho Yeon juga merasa seperti itu karena Para pekerja rumah ini saja segan mendekati kamar Ayahnya.
“Jika Seo langsung pergi dari sini dengan memakai alasan... Lalu Pengawalnya si Shin juga melihatnya. Bagaimana ini?” kata Ho Yeon khawatir
“Aku bisa memastikan dia tidak  akan menyebar rumor. Tapi...” kata Tuan Ji menatap Ye Na yang ada didekatnya, begitu juga Ho Yeon.
“Jangan lihat aku seperti itu... Aku tidak suka dianggap seperti mata-mata.” Tegas Ye Na
“Kau memang mata-mata, Kau tetap saja anaknya si Seo dan Pasti kau akan memberitahunya.”sindir Ho Yeon.
Ye Na menegaskan kalau dirinya  tak seperti itu. Tuan Ji pikir kalau Tuan Seo tahu maka pernikahan ini takkan pernah terjadi. Ye Na menegaskan kalau akan mencari tahu apakah ayahnya memang mendengarnya. Tuan JI pun memuji kalau Ye Na mau membantu.
“Apa Seorang anak  memata-matai ayahnya sendiri? Aku tidak percaya itu. Saat dia keluar dari sini, game berakhir.”sindir Ho Yeon
“Anda bilang aku mirip ayahku, 'kan?” keluh Ye Na. Ho Yeon pikir itu benar.
“Aku harus memiliki apa yang aku inginkan sama seperti ayahku. Aku akan melawan siapapun yang menghalangi jalanku walau itu ayahku sendiri. Oppa percaya padaku, 'kan?”ucap Ye Na meminta Shin membelanya. 


So Bong berada di depan rumah terlihat gelisah, membaca pesan dari Tuan Seo “Ada yang harus kupastikan...Telepon aku kalau ada waktu.” Ia berpikir kalau bertanya tentang demensia, saat itu Ye Na keluar dari rumah.
“Biarkan saja koperku disini... Karena aku akan kembali.” tegas Ye Na pada So Bong
“Aku nanti pulang ke rumah habis dari kantor. Jadi Percayalah padaku, dan tunggu saja.” Kata Ye Na pada Tuan Ji dan Shin. 

Ye Na duduk di dalam mobil merasa kalau Shin itu belum pernah bersikap seperti itu sebelumnya.
Flash Back
Ye Na mengingat saat melihat Shin yang berjongkok menyuruh So Bong untuk naik di punggungnya. Lalu So Bong memanggil Shin “Kaleng” untuk pergi. Ia merasa kalau sangat mustahil terjadi pada Shin, seperti ingin mencari tahu apa yang terjadi lalu meminta agar sopir lebih cepat mengemudi. 

So Bong melihat pesan Tuan Seo “Ketua sakit demensia, 'kan?” lalu bertanya pada Tuan Ji apa yang harus dikatakan pada Tuan Seo kalau melihat kejadian dalam ruangan. Tuan Ji pikir mereka perlu mencari tahu sejauh apa yang Tuan Seo ketahui.
“Jangan angkat telepon darinya sebelum Manajer Tim Seo Ye Na menghubungi kita.” Kata Tuan Ji
“Kau bilang Manajer Tim Seo? Apa Dia akan mencaritahu tentang ayahnya sendiri? Keluarga yang berantakan sekali.” Ucap So Bong seperti tak yakin.
“Aku akan berada di kamar Ketua. Jika identitas Shin terbongkar, maka tamatlah sudah. Jadi tetaplah bersamanya, dan  pastikan jangan sampai ketahuan.” Kata Tuan Ji. So Bong menganguk mengerti. 

Shin tiba-tiba langsung mendekati So Bong, So Bong heran dengan yang dilakukan si Robot Kaleng. Shin mengulang kalau Tuan Ji yang meminta agar mereka selalu terus bersama. So Bong mendorong menyuruh Shin agar sedikit menjauh.
“Kau tahu tentang demensia, kan?” ucap So Bong. Shin membenarkan.
“Tapi kenapa kau tak memberitahuku? Kakekmu itu sakit. Lalukenapa dia jahat  sekali padaku? Dia bilang Keluargaku, masa depanku, hidupku. Mana yang harus dia hancurkan agar kau menuruti dia? Saat itu Jantungku langsung berhenti setelah dengar itu.” Kata So Bong tak percaya mendengarnya.
“Tapi kau tadi sudah seperti pria sejati. Kau mengatakan "Apa yang harus kuhancurkan dari Kakek agar Kakek mendengarkanku?" Dan ketika kau menghentikannya  seperti ini, maka kau gagah sekali... Kau bisa jadi membuat kebanyakan wanita pingsan.” Ucap So Bong
Shin senang mendengarnya dan kembali mendekat, So Bong mengeluh kalau pujianya itu bukan meminta agar Shin terus menempel padanya. Shin pun kembali memberikan jarak. So Bong pun mengajak Shin pergi, saat itu Shin mencoba agar terus berjalan lebih dekat walaupun So Bong terus melotot padanya. 


 Direktur lain yakin kalau Tuan Nam pasti sakit demensia dan ingin tahu apa yang dikatakan Dokter Lee. Direktu Park mengatakan kalausudah bertanya tentang kesehatan Ketua tapi Dokter Lee tidak menjawab. Direktu Seo sudah mengenal Dokter Lee selama 20 tahun, tapi sangat ketat.
“Kita harus cari cara lain.” Kata Direktur Seo. Direktur Park pikir mereka harus berhati-hati.
“Tanpa bukti nyata, maka kita rugi sendiri. Yang kita butuhkan adalah seseorang yang bisa mencarikan kita buktinya.” Kata Sek Park. Tuan Nam hanya diam saja memikirkan caranya. 

Chang Jo mengeluh karena Direktur Nam bertanggung jawab  atas test drive tapi malah Nona Yeo yang mengundurkan diri. Nona Yeo menegaskan kalau Tim mereka tidak bubar karena Shin menurutnya Shin yang menghentikan kecelakaan dan tak membuat tambah parah.
“Tapi dia ditunjuk kembali sekarang.” Kata Nona Yeo
“Ini perusahaannya, jadi dia pasti akan datang lagi.” Komentar Chang Jo
“Berhentilah bicara hal bodoh. Lagipula, aku juga ingin beristirahat. Jadi Aku mau beres-beres barangku dulu. Nanti kita makan bersama, Jadi siapa nanti kira-kira manajer tim yang baru.” Kata Nona Yeo.
Tiba-tiba Hwang Ji Yong berteriak kaget melihat isi komputer,  karena Ada seseorang yang memperbarui tombol kill switch mobil mereka. Semua langsung berkumpul didepan komputer.  Mereka berpikir kalau Ji Yong yang melakukan ini. Ji Yong mengaku kalau bukan dan bertanya-tanya siapa yang melakukanya.
“Padahal tidak ada orang di negara ini  yang lebih jago dari aku. Apa kita diretas lagi? Berapa nomor tim keamanan kita?” kata Ji Yong menatap komputer.
“Hei... Bilang saja aku yang melakukan ini. Lebih baik jika salah satu dari kita menjadi manajer tim yang baru.” Kata Chang Jo. Ji Yong tak peduli menatap penasaran dengan yang ada di komputer.
“Aku akan mencari tahu ulah siapa ini, karena Aku jadi kesal karenanya.” Ucap Ji Yong. Sek Park masuk ruangan menyapa semua tim mobil tanpa pengemudi.


Chang Jo menemui Tuan Seo di atap gedung bersama Sek Park. Tuan Seo meminta Chang Jo agar Jangan gugup karena hanya ingin tahu bagaimana  keadaan tim mobil otonom. Ia mengaku sangat sedih Manajer Tim Yeo mengundurkan diri Jadi yang lain harus kerja ekstra keras.
“Untuk mencegah masalah serupa, aku telah mengupgrade kill switch-nya.” Jelas Chang Jo
“Apa Kau sendiri yang melakukannya? Wah.. Hebat sekali.” Puji Tuan Seo
“Kami juga akan meningkatkan sistem pencegahan peretasan.” Kata Chang Jo menyakinkan. 

Di ruangan
Ye Na mencari ayahnya tapi tak terlihat dalam ruangan. Sek ayahnya memberitahu kalau Ayahnya sedang keluar karena ingin bertemu seseorang lalu menawarkan minuman. Ye Na menolak dan akan datang lagi nanti.
Saat itu Ye Na melihat dilayar komputer ayahnya, lalu teringat kembali saat melihat obat yang jatuh dibawa oleh Ho Yeon lalu bertanya obat apa dan siapa yang sakit. Ia melihat kalau itu obat yang sama dicari oleh ayahnya.
“Ayah...Dia rupanya sudah tahu.” Ucap Ye Na tak percaya melihat layar komputer. 

So Bong membahas kalau Tuan Nam yang tadi memanggil  Shin "Jung Woo" lalu bertanya siapa itu. Shin langsung menganti layar TV dengan komputer, yaitu Nam Jung Woo adalah Anak tunggal Ketua Nam yaitu Ayahnya Nam Shin dan suami Ibunya, lalu meninggal pada tahun 1997.
“Apa Dia salah mengira cucunya itu anaknya yang sudah meninggal? Ternyata keluarga seperti ini punya kisah sedih juga.” Komentar So Bong sedih, saat itu In Tae menelp So Bong
“Apa? Kenapa ayahku datang ke sini?!!” kata So Bong kaget.
“Katamu kau mau datang kesini, tapi kau tidak datang juga. Dia bilang perlu memastikan apa kau memang ada di sana. Kau tahu sendiri amarahnya.” Ucap In Tae panik
“Aku akan kesana sekarang, jadi jangan sampai dia kesini duluan.” Kata So Bong bergegas pergi.

So Bong keluar lebih dulu mengambil kunci mobil, Shin membuak pintu So Bong menyuruh Shin pergi saja. Shin merasa kalau ini mobilnya. So Bong mengeluh Shin itu pelit tak mau meminjamkanya. Shin mengatakan kalau akan menyetir mobil karena mereka harus tetap bersama.
“Apa Kau ingin berhenti lagi? Jalan saja kalau baru lampu kuning!” ucap So Bong marah
“Berhenti pelan di lampu kuning itu juga aturan.” Balas Shin sebagai robot penurut.
“Dasar aturanmu itu... Aku juga punya aturan, Jika kau tidak menurutiku, aku  akan menjualmu. Haruskah aku menjual lenganmu duluan? Atau kakimu?” kata So Bong mara
“Toko barang rongsokan mana mau beli atau menjual CNT.” Ejek Shin. So Bong menyuruh Shin agar jalan saja. Saat itu Reporter Jo menelp temanya.
“Sayang! Semalam, apa kau aman sampai rumah? Aku tidak bisa tidur karena  penasaran apa itu pelecehan seksual yang terdepan Apa pula maksudmu "sebongkah logam" “ ucap Reporter Jo
“Aku tidak terbuat dari logam, tapi CNT...” kata Shin dan langsung ditutup mulutnya oleh So Bong.
So Bong memberitahu kalau sedang ada di jalan pada temanya dan langsung menutup telpnya. Ia mengeluh kalau Shi itu Jangan memotong pembicaraannya tapi lebih baik Potong jalan mobil lain saja. Shin mengaku kalau itu aturan yang Tak boleh memotong jalan orang. So Bong menahan amarahnya. 



In Tae menahan Tuan Park agar tak pergi. Tuan Park merasa hanya ingin memastikan apakah ada disana. In Tae tetap menahanya karena sebentar lagi So Bong akan datang meminta Robocop agar membantunya.
“Aku ini tidak suka mencampuri urusan keluarga orang lain. Karena aku ini keren.” Ucap Robocop, saat itu So Bong datang dengan Shin yang membuka pintu mobil.
“Apa Kalian berganti peran ? Bukankah dia bosmu?” ucap Tuan Park binggung.
“Terima kasih, Direktur Nam.” Kata So Bong membungkuk memberikan hormat pada Shin dengan bangga kalau Bosnya itu pria yang hebat lalu mengajak ayahnya masuk dan meminta Shin untuk menunggu di luar saja. 

Tuan Park ingin tahu Apa sebenarnya yang terjadi. So Bong mengaku kalau memang benar berkerja di tempat Shin jadi meminta ayahnya agar berhenti meragukan tanpa alasan serta tetap tenang.  Ayahnya yakin kalau anaknya mengetahui Kartu As milik Shin.
“Kenapa malah bosmu yang menyetir dan membuka pintu mobil untukmu?” kata Tuan Park heran
“Tak ada kartu apapun dan Ini memang keahlianku. Mereka itu sangat  menginginkanku  sekarang. Jadi Percaya saja... Putri Ayah memang sehebat itu.” Kata So Bong menyakinkan
“Kau tidak pernah membuat Ayah percaya sebelumnya. Kau selalu berbohong. Jadi mana bisa Ayah mempercayaimu?” keluh Tuan Park 

Saat itu In Tae dan Robocop datang bersama dengan Shin, So Bong panik melihat Shin karena takut nanti bosnya terluka. In Tae melihat kulit Shin merasa kalau bos So Bong itu tidak pernah bergulat.
“Tapi kata dia, dia mencium So Bong Noona. Tanpa izin Noona! Dia langsung menciumnya!” kata In Tae marah. Tuan Park terlihat marah. So Bong mencoba menenangkan ayahnya kalau mengelak tak melakukanya.
“Apa sebenarnya yang terjadi? Benarkah itu?” tanya ayahnya.
“Tapi memang benar aku menciummu, Kang So Bong” ucap Shin santai
Tuan Park sangat marah ingin menyerang Shin, tapi Shin bisa menghindar. So Bong pun panik. In Tae dan Robocop ingin melawan dengan mudah Shin bisa mendorong keduanya dengan cepat. Tuan Park pun mencoba melawan Shin kembali tapi Shin bisa mengangkat dengan mudah
So Bong dan yang lainya hanya bisa melonggo melihat Tuan Park melayang diudara. Shin dengan cepat berpindah tempat dan menangkap Tuan Park dalam pelukanya. Saat itu Reporter Jo dengan cepat mengambil foto mengunakan kameranya.
“Aku tidak boleh membahayakan manusia.” kata Shin, semua bisa menghela nafas lega.  
So Bong panik meminta Repoter Jo agar tak melakukanya. Reporter Jo mengaku bukan dirinya, tapi karena nalurinya saja dan ingin tahu apa yang terjadi. So Bong memilih untuk segera pamit pergi pada ayahnya,  Shin pun menjatuhkan Tuan Park lalu mengikuti So Bong. 


So Bong akhirnya pergi ke taman sambil mengomel karena Shin yang bercerita tentang ciuman itu. Shin dengan polos kalau keduanya bertanya jadi harus menjawab. Ia memegang tangan So Bong kalau ada Lonjakan tekanan darah dan denyut nadi.
“Kau bergairah lagi,  Kang So Bong.. Kali ini apa alasannya?” kata Shin penasaran.
“Jangan pegang tanganku seenaknya! Dan jangan sembarangan!” ucap So Bong marah
“Jangan bilang karena aku, 'kan? Apa Karena bibirku terasa seperti bibir manusia?” ucap Shin. So Bong mengelak
“Awas kalau kau bahas ciuman sekali lagi.” Ucap So Bong marah
“Ketika manusia kontak fisik, ada peningkatan hormon endorphin, dopamine, dan hormon lainnya. Yang menghasilkan peningkatan  ketertarikan pada orang lain.  Apa kau sekarang lebih tertarik padaku? Apa kau menyukaiku sekarang?” kata Shin.
So Bong tiba-tiba mencium Shin dengan beberapa orang melihatnya. Ia menegaska kalau Shin harus bisa mengerti, kalau tidak ada perasaan untuk Shin karena Shin cuma logam dan plastik dan hanyalah benda di mataku. Jadi meminta agar Jangan bertingkah seperti manusia di depannya lagi. Ia langsung menyuruh Shin untuk membawa mobil. Shin menganguk mengerti lalu berjalan pergi
“Wah... Barusan aku melakukan apa? Aku pasti sudah gila.” Keluh So Bong kesal sendiri dengan sikapnya. Reporter Jo menatap dari kejauhan melihat keduanya terlihat binggung. 


Shin sedang menerima pengobatan, Nyonya Oh ingin tahu apakah Tuan Seo tahu tentang demensia. Tuan Ji membenarkan walaupun i belum pasti juga. David pikir kalau Tuan Seo tahu maka.... Nyonya Oh menyela kalau itu tak akan terjadi menurutnya Tuan Seo bahkan tidak bisa menghadapinya.
“Dr. Oh. Aku tidak ingin  mengkhawatirkanmu tapi pada hari kecelakaan Shin, ada seorang pria berpistol mengikutinya. Pria misterius itu pun muncul kemudian harinya, makanya aku ke Korea... Mungkin saja tidak aman di sini.” Jelas David
“Bagaimana kalau si Direktur Eksekutif Seo yang menyuruh orang itu?” kata Dokter Cha.
“Kumohon... Semoga perangkat ultrasonik  itu bisa membangunkan Shin.” Kata Nyonya Oh menatap anaknya. 


Sang Guk kembali ke Korea berada di bandara, lalu menyalakan ponselnya pesan dari Sek Park terus masuk dengan nada penuh amarah.
“Kenapa kau tidak angkat teleponmu? Dimana kau? Direktur Eksekutif Seo mencarimu. Kenapa aku tidak bisa menghubungimu? Hubungi aku kalau kau sudah baca pesanku.”
Sang Guk pun melangkah pergi seperti tak mengubris pesan dari Sek Park. 

Tuan Seo duduk diatas tempat tidurnya mengingat yang dikatakan cucunya “Apa yang harus kuhancurkan dari Kakek agar kau mau dengar kataku?” Ia measa tak percaya kalau cucunya itu bisa bersikap seperti tadi.
Ho Yeon datang membawa anaknya yang bernama Hee Dong memberitahu kalau anaknya ingin menengok kakeknya yang sakit lalu menyuruh agar menyapa ayahnya. Hee Dong dengan wajah ketakutan menyapa kakeknya.
“Kenapa kau membawanya ke sini larut malam? Pulangkan dia ke ayahnya lagi.” Ucap Tuan Nam sinis
“Apa Shin hanya darah daging Ayah? Hee Dong juga cucu Ayah.” Kata Ho Yeon marah
“Aku mengerti, jadi berhentilah... Aku lelah.” Ucap Tuan Nam menarik selimutnya akan kembali tidur. 

Ho Yeon dengan wajah sedih membawa anaknya ke kamar, lalu menatap anaknya karena terlihat sangat takut pada kakaknya. Ia bertanya apakah anaknya ingat yang dipesankan. Hee Dong mengingat kalau Jangan beritahu dirinya sakit pada kakeknya.
“Benar... Kakek sangat membenci orang lemah jadi jangan katakan padanya tentang kondisi jantungmu. Kau mengerti, Nak?” kata Ho Yeon lalu melihat ponselnya dan mengajak anaknya untuk jalan-jalan.

Saat itu So Bong dan Shin kembali kerumah berpapasan dengan Ho Yeon dan Hee Dong yang keluar dari rumah. Di sebuah restoran, Tuan Seo sudah menunggu lalu menyapa Hee Dong yang baru pertama ditemunya. Hee Dong dengan sopan menyapa Tuan Seo tanpa rasa takut.
“Kenapa kau ingin menemuiku? Apa yang harus kita diskusikan?” ucap Ho Yeon sinis
“Soal masa depan anak ini.” Kata Tuan Shin menunjuk pada Hee Dong. 

Tuan Nam duduk ditaman melihat So Bong dan Shin baru saja turun dari mobil lalu menyuruh cucunya untuk duduk. Ia lalu meminta maaf pada So Bong tentang tadi, karena seharusnya tidak mengancam hidupnya dan merasa kalau sikapnya sudah kelewatan.
“Itu karena aku tua dan sakit jadi maklumilah.” Kata Tuan Nam. So Bong merasa tak masalah.
“Ke depannya tolong terus jaga cucuku, Shin... Jika nanti aku tidak bisa mengenalimu, maka suruh aku duduk di sini. Karena Kakek melihatmu tumbuh besar dari sini jadi Kakek yakin aku langsung mengenalimu.” Ucap Tuan Nam. 

Ho Yeon mengaku pada Tuan Seo kalau ayahnya itu tidak sakit dan tidak tahu apa yang didengar menurutnya Tuan Seo keliru. Tuan Seo bercerita saat Ye Na itu seumuran Hee Yeon bisa makan semua es krim di seluruh dunia seperti sengaja mengancam.
“Dasar tidak tahu malu... Hee Dong, ayo pergi. “ kata Ho Yeon akan pergi
“Jika Shin menggantikan Ketua, itu tak menguntungkan bagi kita berdua, 'kan? Dia pun tak mau memperhatikan anak yang sakit.” Kata Tuan Seo
“Apa Kau mengancamku sekarang?” ucap Ho Yeon marah
“Seorang ibu harus memilih keputusan yang tepat bagi anaknya yang sakit agar  anaknya berumur panjang... AC dan es krim.” Kata Tuan Seo lalu mengoda Hee Dong yang pasti kedinginan. Hee Dong terlihat ketakutan.
“Hee Dong... Mintalah ibumu untuk membuat keputusan yang tepat. Karena Ahjussi ini bukan orang yang sabar.” Ucap Tuan Seo. Hee Dong terlihat ketakutan dan memeluk ibunya.
“Yah.... Memang ayahku menderita demensia. Apa kau puas?” ucap Ho Yeon marah. Tuan Seo tersenyum bahagia. 


Tuan Nam memegang tangan Shin merasa mengasihani dirinya yang terkena demensia. Saat itu Shin mengedipkan matanya, So Bong kaget melihatnya dan Shin pun tahu kalau kakeknya itu tidak menderita demensia. Tuan Nam hanya terdiam mendengarnya.
Bersambung ke episode 13

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

3 komentar:

  1. semangat mba nulis sinopsis....,selalu ditunggu...,... Dramanya lagi seru seru...
    Fighting mba dee

    BalasHapus
  2. Terima kasih, semangat trs mba 😃

    BalasHapus