PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 26 Juni 2018

Sinopsis Are You Human Too Episode 11

PS : All images credit and content copyright : KBS
Shin mencium So Bong yang bersembunyi di balik pintu, So Bong kaget tiba-tiba dicium oleh majikanya. Semua orang yang ada di ruangan hanya bisa melonggo kaget begitu juga Ye Na. So Bong mendorong Shin agar menjauh, terlihat sangat marah.
“Kalian semua pasti sudah tahu maksud tindakanku tadi, 'kan?” ucap Shin lalu menarik So Bong pergi dari restoran. 

So Bong berteriak meminta agar Shin melepaskan tanganya. Shin melepaskan tanganya lalu menegaskan kalau takkan meminta maaf karena Internet menyarankan tidak boleh  minta maaf  pada wanita sehabis menciumnya. So Bong terlihat binggung.
“Tapi, terima kasih. Berkat bantuanmu, aku berhasil menolak pernikahan itu.” Kata Shin santai
“Kau bilang, Berkat bantuanku? Kapan aku bilang akan membantumu dengan bibirku? Kalau kau manusia, ini bisa dianggap kekerasan seksual!” teriak So Bong marah
“Berarti ada untungnya aku bukan manusia.”ucap Shin lalu memegang wajah So Bong
“Suhu badanmu naik dua derajat. Pori-pori kulitmu membesar dan produksi sebummu  mulai meningkat. Produksi kolagen yang berkurang.” Jelas Shin. So Bong tak mengerti maksudnya.
“Kenapa suhu tubuhmu naik? Padahal aku tidak punya emosi dan kau mungkin tidak  merasakan ciuman itu. Apa jangan-jangan, kau bergairah?” goda Shin.
So Bong terlihat kesal mendengarnya,  Shin pikir kalau Wanita Korea rata-rata ciuman pertamanya  berlangsung pada usia 18 lalu menduga kalau tadi adalahciuman pertamanya.  So Bong makin marah mendengarnya karen Shin itu tak perlu tahu tentang pengalaman ciumannya, lalu mengumpat kalau Shin itu Cabul dan bergegas pergi. 


Shin terlihat binggung, lalu menerima telp dari Tuan Ji. Tuan Jin mengeluh Shin yang diluar dugaan padahal menolak pernikahan,  bukannya mencium seseorang. Shin mengatakan kalau sengaja menolak Ye Na dengan  cara menciumnya.
“Sekarang Ikuti saja si Kang So Bong dulu. Dia pasti panik jadi tenangkan dia, dan  antar dia pulang.” Perintah Tuan Ji. Shin pun bergegas mengikuti perginya So Bong. Tuan Ji melihat dari kejauhan. 

Tuan Ji kembali ke ruangan lmeminta maaf ddan memberitahu kalau Shins  sudah pergi. Ye Na merasa yakin kalau Shin itu tidak sungguh-sungguh dan sangat mustahil menyukai wanita seperti  So Bong.
“Bukan karena dia menyukainya.  Dia itu cuma tidak menyukaimu.” Kata Ho Yeon mengejek
“Dia itu bertingkah...Ini tidak serius.” Ucap Tuan Nam menyakinkan.
“Tapi sepenglihatanku, dia tampaknya serius. Jika memang dia menyukai wanita itu, maka kita harus menunda pernikahan ini untuk sementara waktu. Akan kuanggap perjanjian ini  tidak pernah terjadi.” Tegas Tuan Seo lalu mengajak Ye Na pergi.
“Tadi memang tak terduga sekali. Aku juga duluan, Ayah.” Kata Ho Yeon ikut pergi setelah Ye Na dan ayahnya pergi. 

Tuan Nam ingin tahu keberadaan Shin, karena merasa kalau bisa kabur begitu saja setelah  buat masalah. Tuan Ji hanya bisa memohon maaf,  Tuan Nam mengajak Tuan Ji makan saja dulu karena merasa sangat lapa. Tuan Ji hanya diam saja dan kembali meminta maaf,sambil tertunduk.
“Lagipula ini bukan pertama kalinya, dia memanfaatkan wanita untuk memberontak jadi Angkat kepalamu.” Perintah Tuan Nam. Tuan Ji pun mengangkat kepalanya.
“Young Hoon... Selama ini, pasti berat menghadapi perlakuanku padamu, 'kan? Padahal Shin yang selalu buat masalah tapi aku selalu memarahi dan  memukulmu.” Ucap Tuan Nam setelah meminta Tuan Ji mendekat. Tuan Ji merasa kalau tak masalah.
“Karena aku tahu Anda begitu agar si Shin bisa sadar.” Kata Tuan Ji. Tuan Nam hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“Mana mungkin kau tak apa? Berhentilah menatap orang tua ini dan Pergilah makanlah di tempat lain sebelum nafsu makanmu hilang.” Kata Tuan Nam mengeluarkan uang dari dompetnya.
“Itu terlalu banyak, Pak.” Kata Tuan Ji dengan nada menolak.
“Tidak bisakah aku memberimu sebanyak ini? Jadi Terimalah. Tanganku mulai capek.” Kata Tuan Nam. Tuan Ji hanya bisa menatapnya.


Flash Back
Tuan Nam memberikan amlpop berisi uang. Tuan Ji melihat kalau uang itu  terlalu banyak untuk biaya kuliah. Tuan Nam menyuruh Tuan Ji agar keluar dari panti asuhan jadi meminta agar menerima saja uang darinya. Tuan Ji menolaknya.
“Jika aku menerima ini, nanti  aku mulai ketergantungan.” Kata Tuan Ji.
“Kalau begitu keluar dari sana, dan pindahlah ke rumahku.” Ucap Tuan Nam
“Apa Anda menyuruhku pindah dan mengajar Shin?” tanya Tuan Ji
“Tidak, aku menyuruhmu menjadi bayangan Shin.  Semua yang kau kerjakan  akan menjadi miliknya. Semua kesalahan dia akan menjadi kesalahanmu. Aku ini menyuruhmu untuk menjalani  kehidupan yang tidak adil. Tapi sebagai imbalannya, kau akan  menikmati kemewahan sama seperti Shin. Aku bisa menjanjikan hal itu.” Ucap Tuan Nam
Tuan Ji hanya bisa terdiam, Tuan Nam meminta maaf labih dulu kalau ingin membeli hidupnya dengan uang belaka. Tuan Ji mengaku orang yang  ebih realistis.
“Ketidakadilan yang akan kualami  sebagai bayangan Shin tidak ada apa-apanya dibandingkan  dengan ketidakadilan yang mungkin kuhadapi karena  menjadi yatim piatu.” Kata Tuan Ji
“Terima kasih. Akan kupastikan kau tidak menyesalinya.” Ucap Tuan Nam
“Tidak, Pak... Terima kasih sudah bernegosiasi dengan masa depanku yang tidak berguna.” Kata Tuan Ji 


Tuan Ji keluar dari ruangan melihat Cek 1 juta won ada ditanganya, lalu menerima telp dari Dokter Cha dan sedikit menjauh.  Dokter cha mengatakan perlu membahas pengobatan  Direktur Nam jadi meminta agar datang ke tempat  persembunyian mereka sekarang.
 So Bong berjalan dengan wajah kesal, lalu melihat lampu untuk menyebrang hanya tinggal 3 detik tapi tiba-tiba membalik melambat. Shin melihat dari kejauhan, So Bong menatap sinis lalu menyuruh diam saja dan tak mengikutinya. Shin pun hanya menatap So Bong yang bergegas menyeberang lalu menaiki bus. 

So Bong duduk di bus mengingat saat Shin menciumnya lalu berteriak mengumpat kesak “Dasar robot bodoh” karena berani mencium bibirnya. Beberapa penumpang melihat So Bong berteriak dengan tatapan heran.  Akhirnya So Bong menelp Reporter Jo di dalam bus.
“Reporter Jo... Aku tadi menerima pelecehan seksual tingkat terdepan.” Cerita So Bong. Reporter Jo binggung apa itu maksudnya"Tingkat terdepan"
“Pelecehan seksual itu semuanya primitif. Jadi Terdepan darimananya? Siapa? Brengsek mana yang berani-beraninya menyentuh sayangku?” kata Reporter Jo
“Bukan brengsek, tapi sebongkah logam... Ahh... Sudahlah. Lagipula dia bukan manusia, jadi aku tidak bisa melaporkannya.”ucap So Bong, Reporter Jo terlihat binggung lagi saat mengatakan Logam
“Apa Dia bukan manusia? Kau bercanda atau apa? Kau dimana?” tanya Reporter Jo
“Entahlah. Aku tadi asal naik bis.” Kata So Bong dan pamit untuk menutup telp karena akan turun dari bus. 

So Bong turun di halte dan kaget melihat Shin sudah ada didepanya. Lalu bertanya kenapa bisa ada di helte tersebut, lalu menduga kalau sengaja mengikutinya. Shin dengan santai menjawab itu dari GPS dan sudah mengatakan sebelumnya bisa menemukan So Bong di mana saja.
“Siapa yang menyuruhmu mengikutiku? Siapa yang menyuruhmu melacak lokasiku...” teriak So Bong lalu terdengar suara perut yang lapar.
“Ada Makanan panas terdekat, Daging babi. Jarak lima menit. Kedua. Spaghetti pizza.12 menit. Dan Itu makanan paling populer di  kalangan mahasiswi. LaluKetiga. Burger daging sapi kualitas terbaik. 25 menit....Keempat...” ucap Shin memperlihatkan layar didepanya dengan menu makanan.
 “Kemampuanmu itu aneh sekali... Tapi bagaimanapun... Itu bukan makanan yang ingin kumakan.” Kata So Bong sinis
“Warung tenda pertama, warung tenda kedua, warung tenda ketiga, dan warung tenda keempat. Aku mencocokkannya dengan  anggaran uang dan seleramu. Yang pertama yang paling direkomendasikan. Ratingnya 4,3 bintang. "Telur gulung kejunya sangat enak." Kata Shin mencoba bersikap baik.
“Apa Kau pikir aku bakal tergiur dengan telur gulung?” teriak So Bong marah lalu bergegas pergi. 


So Bong makan dengan lahap telur gulung isi sosis dan juga soju, wajahnya terihat bahagia karena rasanya sangat enak.  Shin hanya duduk melihat dari luar jendela, tapi So Bong tak mengubrisnya. Bibi pemilik pun mendekati So Bong.
“Daritadi, dia cuma melihatmu. Apa Kau tidak mengenalnya?” ucap Bibi. So Bong mengaku tak mengenalnya. Shin tetap menunggu di depan restoran walaupun So Bong mengabaikanya. 

Tuan So menelp SoBong ingin tahu ada apa sebenarnya hubungan keduanya dan apa yang terjadi tadi. So Bong mengaku kalau hubungan dengan Shin itu tak seperti itu, tapi Direktur Nam itu benar-benar memanfaatkannya. Tuan Seo meminta agar So Bong menunggu sebentar.
Ia masuk ke dalam kamar anaknya dan langsung menarik selimut, Ye Na terlihat kesal  dengan sikap Ayahnya yang tidak punya sopan santun dan hanya ingin tidur saja.
“Kang So Bong.. Aku minta maaf tapi bisakah kau mengatakannya sekali lagi? Putriku lagi mendengarkan jadi katakan bagaimana perasaan Shin.” Kata Tuan Seo
“Direktur Nam itu benar-benar memanfaatkanku. Aku merasa tak enak karena mengatakan ini tapi sepertinya pernikahan putri Anda takkan terjadi, Karena kurasa Direktur Nam tidak menginginkannya.” Ucap So Bong dengan melirik Shin yang masih menunggu di luar.
“Terima kasih, Kang So Bong sudah mengatakan yang sebenarnya.” Kata Tuan Seo lalu menutup telpnya. 

Ye Na seperti tak peduli meminta ayahnya keluar dari kamar kalau sudah selesai bicara,  Tuan Seo mengeluh dengan sikap anaknya, dan berbohong kalau sengaja mencari nomor telepon So Bong dan bergegas menelpnya demi sang anak.
“Bisa-bisanya kau mau nikah dengan orang  yang sembarangan mencium siapa pun karena dia tidak menyukaimu?” kata Tuan Seo marah
“Lagipula bibirnya akan menjadi milikku. Jadi aku tidak keberatan meminjamkan bibirnya sebentar ke siapapun. Lebih baik begitu di depanku daripada melakukannya di belakangku seperti orang lain.” Ucap Ye Na. Tuan Seo merasa tak tak habis pikir dengan sikap anaknya.
“Baiklah. Aku akan mempertimbangkannya lagi besok. Aku mau tidur, jadi jangan bangunkan aku.” Ucap Ye Na ketus
“Baiklah... Besok kita bahas lagi.” Kata Tuan Seo. 

So Bong mengeluh dengan Sikap Tuan Seo yang konyol karena Sekarang, membuat dirinya berbohong pada putrinya. Ia merasa kalau sekarang menjadi drama tanpa henti lalu berteriak meminta membawa Satu botol soju lagi.
“Hei.. Nona.. Apa Kau bakal terus mengabaikan pemuda itu? Dia daritadi hanya berdiri disitu berjam-jam. Apa Kau tak kasihan sama dia? Aku tidak tahu dia salah ap tapi sesama manusia tak boleh begitu.” Ucap Bibi membawakan Soju
“Ahjumma tahu apa? Dia itu bukan manusia.” Kata So Bong sinis
“Bukan manusia apanya, tapi Sikapmu ini yang bukan manusia.” Ucap Si Bibi lalu melihat Shin yang sudah pergi karena diluar turun hujan dan berharap agar Shin untuk pulang saja. 

So Bong akan keluar dari restoran dan melihat hujan yang belum reda, lalu memilih untuk berlari sambil menutup kepalanya. Tapi seseorang datang membawakan payung. Shin memberikan payung agar So Bong tak kehujanan.
“Kau mengira aku sudah pergi, 'kan?” ucap Shin dengan senyumanya.  So Bong tak peduli Shin itu pergi atau tidak lalu berjalan pergi
“Aku cukup berguna, 'kan?” kata Shin bangga mengikuti So Bong dan mencegahnya pergi. So Bong kesal dengan sikap Shin.
“Kau pasti marah padaku. Jadi manfaatkanlah aku sesukamu sampai kau tak marah lagi. Aku kuat, cerdas, dan gigih jadi Sebutkan saja apapun. Karena kau membantuku, maka aku akan membantumu juga.” Ucap Shin
“Aku tidak butuh bantuanmu...” ucap So Bong mengambil payung dan pergi. Shin pun hanya diam membiarkan tubuhnya basah dengan hujan.
“Hei, Lapisan Kaleng... Mulai sekarang, aku bicara  santai padamu. Jadi Pegang payung itu.” Ucap So Bong.
Shin tersenyum mengambil payung dari tangan So Bong tanpa memayunginya. So Bong mengeluh menyuruh Shin juga memakai payung karena nanti akan mengira dirinya jahat. Shin pun mengikuti perintah So Bong dengan jarak yang lebih dekat.
“Mulai hari ini, kau jadi robot kacungku. Kau tadi bilang aku boleh memanfaatkanmu dan akan membantuku. Di depan orang lain, kau itu direktur utama. Tapi di depanku, kau robot kacungku. Aku akan menyuruh-nyuruhmu. Apa kau Tak suka?” ucap So Bong sinis
“Tidak, aku suka.. Mulai sekarang, aku robot kacungmu.” Kata Shin
“Ini cuma rahasia antara  manusia dan robot, Jadi Awas kalau kau beritahu  Manajer Tim Ji. Dan Sekarang Carikan taksi.” Perintah So Bong.
Sebuah taksi datang di pinggir jalan,So Bong melonggo binggung. Shin memberitahu kalau sudah menelepon taksi dengan program yang ada diotaknya. So Bong memuji Shin yang memang berguna juga dan mengajak segera pergi dengan memanggilnya Robot Kacung.



Nyonya Oh mengartikan Shin dan So Bong sedang bersama sekarang. Tuan Ji membenarkan dan merasa bersyukur mereka  berhasil melewati situasi ini. David seperti tak percaya kalau Shin mencium wanita. Nyonya Oh pikir Shin mungkin menyimpulkan itu pilihan terbaik.
“Baik atau buruk, dia belajar  bagaimana tindakan manusia.” Kata Nyonya Oh
“Kita tidak memikirkan sampai masalah pernikahan. Jadi apa yang harus kita lakukan?” ucap David
“Direktur Eksekutif Seo juga  menentangnya, jadi kita harus meyakinkan anaknya.” Kata Nyonya Oh
“Tapi Hanya Shin yang bisa membujuk Manajer Tim Seo Ye Na.” Kata Tuan Ji
David merasa gelisah karena Shin belum siuman sekarang. Dokter Seo berkata kalau Shin pasti bisa siuman dan Ada cara untuk membangkitkan kesadarannya. Ia memperlihatkan mesin ultrasound khusus.
“Jika kita menstimulasi otak dengan  gelombang ultrasound, dia bisa bangun.” Jelas Dokter Cha
“Apa sudah pernah ada studi kasus  seperti ini sebelumnya?” tanya Tuan Ji
“Tahun 2016, seorang pria  berusia 25 tahun terbangun dengan menggunakan mesin ini di AS. Dia mampu mengekspresikan perasaannya dengan gerakan, Bahkan dia pun menyapa orang.” Jelas Dokter Cha
“Apakah ada bukti kalau itu hasil dari ultrasound?” Dia bisa saja siuman secara alami.” Ucap David.
“Tentu saja, itu cuma kemungkinan semata. Orang yang mengujinya pun berhati-hati.” Jelas Dokter Cha
Nyonya Oh pikir kalau mereka harus mencobanya. David merasa kalau pilihan Nyonya Oh sedikit memaksakan diri. Nyonya Oh mengaku sebagai ibu yang meninggalkan Shin dan membuat alasan yang menakutkan kalau kakek Shin akan mencelakai anaknya.
“Aku malah membuat anak lain karena merindukannya. Selama 20 tahun anak ini tidak bersama ibunya, tapi aku punya anak itu  yang menghiburku dan bisa melupakan anak ini. Aku merasa malu dan bersalah.” Kata Nyonya Oh menatap anaknya.
“Aku merasa bersalah... Kau boleh marah pada Ibu jadi bangunlah, Shin. Sekarang Ibu akan hidup hanya untukmu dan hanya memperhatikanmu saja. Apapun caranya, berapa pun kemungkinan  Keberhasilannya, Ibu mohon, Shin.” Kata Nyonya Oh berharap anaknya kembali sadar. 

Shin turun dari mobil dan langsung membuka pintu taksi agar So Bong bisa turun. Saat itu Ye Na sudah ada didepan rumah menyapa Shin yang baru pulang, Shin sinis melihat Ye Na yang sudah ada di rumahnya. Ye Na mengaku kalau datang bukan ingin bertemu dengan Shin.
“Aku mau ketemu dia karena ingin dekat dengannya.” Ucap Ye Na dengan merangkul lengan So Bong.
“Dan Bawalah koperku, Oppa... Aku mau sapa Kakek dulu... Unni, sampai nanti.” kata Ye Na berjalan pergi masuk ke dalam rumah. 

So Bong tak percaya melihat Ye Na itu seperti baja, menurutnya  Kaleng dan Baja adalah pasangan yang sempurna. Shin menegaskan kalau ia bukan terbuat dari kaleng,  tapi CNT.... So Bong menyela kalau tak peduli dengan hal itu.
“Dia bawa koper, berarti ini bahaya. Bagaimana kalau kau ketahuan?” ucap So Bong khawatir lalu menyuruh Shin si Kacung membawa koper. Shin pun menuruti perintah So Bong sebagai kacungnya. 

Ye Na menemui Tuan Nam kalau  sudah  menandatangani perjanjian  pranikah dan membatalkannya. Ho Yeon ikut duduk bersama ayahnya seperti tak percaya. Ye Na mengaku sudah meninggalkan mobil, perhiasan, pakaian dan semua barang yang ayahnya belikan untuknya.
“Jika ayahku terus menentang,  maka aku takkan menjadi anaknya.”tegas Ye Na.
“Dasar Gila.... Ayah. Bukankah Ayah bersyukur dia bukan anakmu?.. Ini Gara-gara Shin mencium wanita itu, kau jadi gila..”sindir Ho Yeon
“Ye Na. Kalau aku orang yang  lemah dan tak punya kuasa, apa kau akan tetap menikah dengan Shin?” tanya Tuan Nam
“Lagipula, aku 'kan bukannya mau menikahi Kakek.” Kata Ye Na. Ho Yeon tak percaya mendengar jawaban Ye Na merasa Otak Ye Na itu memang rusak.
“Sekarang Akan kupecat wanita itu.” Ucap Tuan Nam. Ye Na merasa tak masalah.
“Begitu kami menikah, aku akan menjadikannya pengawalku.” Kata Ye Na. Ho Yeon yang mendengarnya merasa kalau merinding.
“Hei... Semua ini tidak ada gunanya... Kau itu persis mirip ayahmu.” Ejek Ho Yeon. Ye Na terdiam mendengarnya. 


So Bong akhirnya menelp Tuan Seo memberitahu tentang Ye Na. Tuan Seo kaget mendengarnya. So Bong menceritakan Ye Na membawa kopernya dan  pergi menemui ketua Nam. Tuan Seo mengatakan akan datang jadi meminta So Bong kalau tidak ada yang terjadi dengan Shin.
“Kang So Bong...Terima kasih sudah menelepon.” Ucap Tuan Nam
“Dia harusnya menjemputnya pulang sekarang.” Keluh So Bong

Ye Na masuk ke dalam kamar lalu berkomentar kalau ruangan itu cukup sempit buat dua orang. So Bong binggung mendengarnya lalu bertanya apakah Ye Na akan tidur dikamarnya.
“Apa kau Tidak mau? Kalau begitu aku ke kamar Shin Oppa saja.” Ucap Ye Na. So Bong menahanya agar Ye Na tak pergi.
“Kau Tidurlah di sini saja dan Aku bisa tidur di lantai. Tapi jangan membongkar kopermu atau apapun, tapi Kenapa pula kau harus tidur  di kamar sempit ini?” ucap So Bong heran. Ye Na seperti tak peduli langsung membuka kopernya. 


Shin membuka kamarnya melihat Tuan Ji datang ke kamarnya, senyuman sangat lebar melihat teman baiknya itu datang. Tuan Ji membahas kalau tadi pasti melihat Ye Na yang datang ke rumah.  Shin mengeleng.
“Dia menginap di kamar So Bong, jadi waspadalah malam ini.” Pesan Tuan Ji
“Aku akan membuat dia pergi dari rumah ini besok.”kata Shin lalu Tuan Ji pun pergi meninggalkanya.
Tuan Ji terlihat gelisah dalam kamarnya, karena masalah makin semeraut. Shin datang memperlihatkan bir ditanganya,  menurutnya Bir dingin di penghujung hari  yang melelahkan dan setelah menonton iklan. Tuan Ji bisa tersenyum lalu menyuruh Shin masuk kamarnya.
“Kang So Bong tidak marah lagi.” Cerita Shin bangga. Tuan Ji mengucap syukur.
“Tapi masih sulit memahami emosi  manusia yang tak kentara. Mulai sekarang aku akan melakukan apapun perintahmu. Jadi teruslah bantu aku.” Kata Shin.
Tuan Ji menatap Shin mengingat kembali yang diucapan Nyonya Oh “Ada tombol kill switch.Dia belum tahu soal itu. Karena jika Shin yang asli siuman, maka Shin palsu harus menghilang.”
“Maafkan aku.” Ucap Tuan Ji. Shin binggung untuk apa meminta maaf.
“Karena sudah membuatmu datang ke sini, lalu sudah membuatmu pura-pura  menjadi Shin, karena marah padamu, dan lainnya.” Kata Tuan Ji. Shin merasa tak masalah dengan hal itu.
“Itu 'kan karena kau peduli sama si manusia Nam Shin.” Kata Shin. Tuan Ji mengaku tak yakin kalau itu tentang peduli.
“Aku saja kadang bingung sendiri... Apa aku menyukai Shin atau aku menyukai apa yang dia miliki? Aku juga penasaran apa aku marah karena hal-hal yang bisa kunikmati saat aku bersama Shin.” Akui Tuan Ji. Shin hanya bisa menatap Tuan Ji seperti tak percaya.
“Apa Kau mau pegang tanganku? Aku ingin memastikan bagaimana  perasaanku sebenarnya.” Kata Tuan Ji
“Tidak ada gunanya. Karena Konflik dan perang batin tak  bisa dinilai oleh pendeteksi kebohongan.” Kata Shin
“Konflik dan perang batin... Berarti begitulah perasaanku.” Ucap Tuan Ji terlihat sedih
“Tapi aku mengenali emosi  di wajahmu sekarang. Kesedihan dan kesengsaraan.” Ucap Shin
“Jangan terlalu mudah mempercayai manusia.” Pesan Tuan Ji. Shin bertanya apakah termasuk Tuan Ji  juga atau pun Ibu dan David juga. 
Shin berjalan sendirian di malam hari, mengingat kembali yang dikatakan Tuan Ji “Jangan terlalu mudah mempercayai manusia.”
“Kalau aku tidak boleh mempercayai manusia, lalu siapa yang harus kupercayai?” kata Shin merasa bimbang. 
Bersambung ke Episode 12


 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar