PS : All images credit and content copyright : KBS
So Bong
mendekat Shin mengaku kalau agak memalukan tapi sungguh ingin berterima kasih.
Ia mengucapan Terima kasih sudah menyelamatkan dirinya dan ayahnya. Shin hanya
terdiam. So Bong merasa tak bisa memikirkan apa yang terjadi pada yahnya kalau
ia mati.
“Aku
ingin membalas kebaikan Anda. Aku ingin melayani Anda dari dekat. Terimalah aku
sebagai pengawal Anda, Direktur Nam.” Ucap So Bong
“Tak usah
cari muka, berdirilah.” Sindir Ye Na melihat sikap So Bong
“Aku
tidak perlu digaji.. Tolong terimalah aku.” Kata So Bong langsung berlutut.
Tuan Ji meminta agar So Bong tak bersikap seperti itu.
“Bukankah
Anda sudah janji mengembalikan pekerjaannya padanya? Anda memanfaatkan Kang So
Bong soal perkara taktik kamera tersembunyi. Kemudian kau pura-pura bodoh dan
memecatnya.” Teriak Reporter Jo.
Tuan Nam
yang mendengarnya ingin tahu apa maksudnya
"Taktik" Tuan Seo
mengelengkan kepala tak mengerti. Reporter Jo terus berteriak kalau seharusnya minta
maaf saat dan berjanji akan mempekerjakannya lagi. Wartawan langsung menanyakan
maksud “Taktik kamera tersembunyi”
“Jadi
maksudnya Kang So Bong itu korban? Mohon komentar Anda, Direktur Nam... Bisa
Anda jelaskan ini?” kata Wartawan. So
Bong kembali bicara.
“Aku
tidak peduli dengan masa lalu Entah dia mempekerjakanku untuk melakukannya atau
tidak..., akulah yang menerima uang itu dan melakukannya. Tapi dia menerimaku
apa adanya..., jadi aku kemari dengan hati yang tulus pula. Dimana pun dan
kapanpun itu, aku akan melindungi Anda. Kumohon... terimalah aku, Direktur Nam.”
Ucap So Bong sambil berlutut mohon.
Shin
memeluk So Bong yang menangis sambil berlutut. So Bong pun mengucapkan Terima
kasih sudah menerimanya dan berjanji akan mengerahkan seluruh jiwa raganya.
Shin mengedipkan mata mengetahui kalau So Bong rupanya berbohong. So Bong menatap
Tuan Seo seperti menyembunyikan sesuatu. Tuan Seo pun tersenyum melihatnya.
Flash Back
Tuan Seo
kaget karena mengetahui Shin menjebak agar memotret diam-diam, merasa tak
percaya kalau Shin memang punya banyak rahasia dan seperti orang yang berbeda, terlihat dari Tatapan
matanya dan So Bong juga khawatir.So Bong mengingat saat Shin mengatakan “Ini
dimana? Kenapa aku menggendongmu?”
“Aku
butuh lebih banyak informasi konkret tentang Shin. Apa kau bisa membantuku? Aku
akan membayar berapapun yang kau inginkan.” Ucap Tuan Seo. Reporter Ji tak
percaya kalau mereka akan membayar berapapun.
Tuan Seo
bertemu dengan Tuan Nam merasa kalau harus mengabulkan permintaan So Bong dan harus
membungkam Kang So Bong sebelum artikel tentang taktik kamera tersembunyi tersebar.
Tuan Ji pikit mereka tidak bisa mempercayainya sebagai pengawal pribadinya.
“Shin pun
hampir tidak memulihkan citranya yang hancur atas serangan di bandara itu. Dia
membuat pengawal wanita itu memotret dia..., dan dia pura-pura bodoh sambil
menampar perempuan itu” ucap Tuan Seo.
“Tapi
kita tidak bisa mengabaikan privasinya hanya karena beberapa rumor.” Bela Tuan
Ji. Tuan Seo pikir kalau ini tidak
selamanya.
“Maksudku
kita harus memanfaatkan wanita itu untuk memperbaiki reputasinya. Kenapa kau
sangat sensitif? Apa ada alasan wanita itu tidak boleh bersamanya?” sinis Tuan
Seo
“Maksudku
ini terlalu berisiko.” Jelas Tuan Ji. Ye na mengaku kalau tak setuju dengan
usul ayahnya karena tidak menyukai So Bong.
“Aku
ingin mendengar pendapat manajer senior PR (public relation) bukannya pendapat
tunangan Shin. Mana yang bermanfaat bagi Shin dan perusahaan, Manajer Tim Seo?”
kata Tuan Nam.
Di depan
ruangan ketua, So Bong penasaran apa yang terjadi lalu melihat Shin berdiri didekatanya, lalu
berkomentar Kelemahan Shin pasti saat wanita
menangis karena waktu presentasi waktu itu dan tadi, karena menangis jadi itu
sebabnya memeluknya.
“Bukan
karena wanita.” Kata Shin. So Bong binggung karena dirinya itu wanita.
“Aku
memeluk manusia atau hewan yang menangis.” Jelas Shin. So Bong heran dengan
ucapan Shin yang menganggap Manusia atau hewan...,
“Pokoknya
terima kasih sudah menerimaku.” Kata Shin mencoba mendekati Shin
“Kalau
kau terima kasih, kenapa kau berbohong?” sindir Shin. So Bong kaget mendengarnya.
“Kau berbohong
kalau akan mengerahkan jiwa dan ragamu.”
Ucap Shin. So Bong mengelak kalau dirinya tidak berbohong.
“Ayahku
menyuruh melayanimu dengan segenap hidupku. Aku bersumpah demi nama ayahku. Aku
bersungguh-sungguh.” Kata So Bong berusaha menyakinkan.
Shin bisa
tahu kalau So Bong Bohong lagi. So Bong menegaskan kalau tak berbohong. Saat
itu Tuan Seo keluar dari ruangan
memandang So Bong memberitahu kalau Ketua setuju, So Bong boleh bekerja sebagai
pengawal selama satu bulan pertama.
“Jadi Kapan
kau bisa mulai kerja?” tanya Tuan Seo. So Bong langsung menjawab Sekarang juga.
“Aku bisa
mulai kerja sekarang. Terima kasih, Direktur Eksekutif Seo.” Ucap So Bong dan
berteriak dari depan pintu mengucapkan terimakasih juga pada Tuan Nam.
Di dalam
mobil
Suasana
terasa canggung, Ponsel So Bong terus menerus berbunyi tapi tak diangkat. Tuan
Ji menyuruh So Bong agar mengangkatnya. So Bong pun meminta izin dengan memakai
hands free, ternyata ayahnya yang menelp.
“Dimana
kau? Siapa yang memperbolehkan mu keluar rumah sakit?” teriak Tuan Shin marah
di rumah sakit
“Aku lagi
bekerja di perusahaan yang Ayah harapkan. Aku akan berusaha sebaik mungkin jadi
pastikan jangan lupa makan walau aku tidak di rumah” ucap So Bong berusaha
untuk tetap tenang.
“Mana
bisa Ayah makan? Pekerjaan apa pula maksudmu itu? Apa lagi rencanamu itu? Kau
ini memang harus dipukul, ya! Kembali kesini sekarang!” teriak Tuan Kang.
So Bong
berusaha tetap santai dengan berkata kalau sangat menyayangi ayahnya, lalu
berbicara pada Tuan Ji kalau ayahnya sangat mengkhawatirkan dirinya. Shin
berkomentar tanpa bersuara kalau So Bong berbohong. So Bong berteriak marah
kalau dirinya tak berbohong. Tuan Ji bingung mendengarnya. So Bong hanya bisa meminta maaf dan memilih
untuk diam.
Ketiganya
akhirnya sampai didepan rumah, para pelayan sudah menunggu dan menyapa Shin. Ketua
Pelayan memberitahu kalau Ketua Nam ada di rumah dan memerintahkan bahwa
pengawal harus tinggal di paviliun. Tuan Ji menyuruh So Bong masuk.
“Kamarmu
ada di sana... Jangan naik ke atas atau ke rumah utama.” Tegas Tuan Ji menunjuk
kamar So Bong. So Bong menganguk mengerti dan berjalan masuk ke kamar.
“Makin
kacau saja ini!! Karena Kang So Bong akan selalu mengawasimu, jadi waspadalah.
Mari kita caritahu apa yang dia incar sekarang.” Ucap Tuan Ji. Shin hanya bisa
tersenyum.
So Bong
mengangkat telp mengaku sangat kaget karena berpikir ayahnya yang menelp,
padahal sudah berpesan pada Reporter Jo tidak akan menelepon mendadak. Reporter
Jo pikir seharusnya tak boleh datang ke rumah Shin.
“Aku
merasa mengirim camilan ke sarang serigala. Jika kau ketahuan, mampuslah kita.
Jadi Keluar saja kau sekarang darisana. Kita harus tetap hidup untuk
menghabiskan uang.” Ucap Reporter Jo khawatir.
“Apa Kau
sudah gila? Aku sudah mati-matian sampai sejauh ini. Aku mana bisa pergi
darisini. Aku akan menangkap serigala, jadi sudah... Oke” kata So Bong.
Reporter Jo khawatir karena pasti sangat berbahaya. So Bong pun mengeluarkan
camera di tasnya.
Tuan Ji
melihat Shin yang berjalan di depan rak sama seperti Shin yang selalu
ditemaninya, lalu berkomentar kalau Robot Shin memang sama. Shin melihat Tuan
Ji datang ke kamarnya. Tuan Ji berkomentar Robot Shin sepertinya menyukai action figure
sama seperti Shin.
“Sepertinya
si manusia Nam Shin juga suka robot. Kalau
dia siuman, apa dia juga akan menyukaiku?” ucap Shin. Tuan Ji tak bisa
menjawab.
“Ini
ponselnya Shin. gunakan kalau memang diperlukan.” Kata Tuan Ji memberikan ponsel.
“Rumah
ini rupanya terhubung melalui IoT... [IoT:
Internet of Things. Perangkat penghubung jaringan]” komentar Shin melihat
sekeliling.
Tuan Ji
menerima telp dari ketua memberitahu kalau Shin memanggilnya, dengan berpesan
kalau Lakukan seperti yang diajarkan. Robot Shin pun sudah siap bertemu dengan
kakeknya. Saat itu juga diam-diam So Bong masuk ke dalam kamar Shin.
Shin
bertemu dengan kakeknya di luar rumah. Tuan Nam kesal karena cara membalas semuanya karena sudah membesarkan selama ini. Ia tak
habis pikir dengan Shin pergi tanpa bilang
apa-apa dan berpikir kalau ia hanya akan duduk diam saja dan akan menerimanya.
Shin hanya diam saja. Tuan Nam menarik tangan Shin.
“Mana
bekas lukamu?” teriak Tuan Nam, Robot Shin mengaku tidak punya bekas luka dan
memberitahu pada Tuan Ji.
“Kau
rupanya bukan dia... Kau siapa?” teriak Tuan Nam. Ho Yeon datang datang
binggung melihat ayahnya kembali lupa.
“Kenapa
Ayah mencari bekas luka Jung Woo pada dia? Jung Woo Oppa sudah meninggal. Dia
bukan Jung Woo. Dia Shin!” ucap Ho Yeon. Tuan Nam terus berteriak memanggil
Jung Woo. Tuan Ji menyuruh agar membawa Tuan Nam masuk saja.
“Sadarlah,
Ayah... Jika yang lain tahu, tamatlah sudah... Hei.. Ini salahmu kalau Ayah
seperti ini... Mengerti?” teriak Ho Yeon membawa ayahnya sambil memarahi Shin. Tuan Ji menyuruh Shin agar menunggu di kamar.
So Bong masuk
ke dalam kamar Shin langsung memasang kamera pengintai yang dipasang dalam
robot. Shin masuk kamar menyapa vacum
cleaner sebagai temanya lalu dengan wajah bahagia sengaja menyalakan lampu
dengan peretas pada tubuhnya. So Bong berusaha menyembunyikan sema dalam tas
ketika ingin kabur dari balkon melihat Tuan Ji sedang berjalan.
Shin
masuk ke dalam ruangan dengan vacum cleaner dengan So Bong bersembunyi di bawah
meja. Saat itu So Bong melihat lampu ruangan berkedap kedip seperti ada yang memainkan
Stop kontak setelah itu mengajak temanya pergi.
“Kau
bersenang-senang tadi, teman? Teman-teman lain di ruangan itu juga lancar
bekerja, 'kan? Kau bagaimana? Apa Kau menyukai manusia?” ucap Shin menyapa
Vacum cleaner yang hanya diam saja.
“Maaf
sudah menanyakan pertanyaan yang sulit. Aku juga menyukaimu.” Kata Shin
membiarkan Vacum cleaner pergi.
So Bong
keluar dari kamar merasa aneh dengan rumah Shin seperti angker karena lampunya
menyala sendiri. Saat itu mendengar suara Tuan Ji yang berbicara di telp.
“Besok?
Baiklah... Aku akan menemui Anda di Rumah Sakit PK jam 11 besok. Jangan
khawatir... Pikirkan saja Anda ingin mengunjungi Shin... Shin harus cepat
pulih... Dia pasti akan segera siuman... Akan kupastikan itu.” Ucap Tuan Ji.
So Bong
pun berhasil menguping akhirnya kembali ke kamar melihat rekaman pada tabnya,
karena gagal memergoki Shin hari ini maka nanti akan menemukanya.
Shin
hanya duduk di ruang tengah sambil menatap ponsel,sementar So Bong tertidur
pulas dan terbangun melihat pesan dari ayahnya “Dimana kau? Pulanglah sekarang!”
dan membiarkanya. Ia menatap tabnya berpikir kalau So Bong tak tidur semalaman
karena hanya duduk disofa.
“Apa yang
dia lihat? Jangan bilang dia lagi nonton film porno.” Komentar So Bong sambil
tersenyum. Shin melihat ponselnya, yaitu foto kebersamaan dengan ibunya saat
masih kecil.
Tuan Ji
sarapan di ruang makan, So Bong masuk dengan wajah santai. Tuan Ji langsung ingin
tahu alasan So Bong datang ke rumah Shin menurutnya Kelihatannya agak berlebihan
bisa menjadi pengawal karena rasa terima kasih.
“Wah...
Ini kelihatannya enak. Kenapa rotinya tidak dihabiskan?” komentar So Bong seperti
tak ingin mengubris Tuan Ji dan ingin tahu membeli rotinya dimana.
“Menghindari
sebuah pertanyaan yang ada malah akan menimbulkan kecurigaan.” Sindir Tuan Ji
“Lagipula
kau sudah mencurigaiku. Bohong namanya kalau aku tidak butuh uang. Gaji pengawal
memang tidak banyak..., tapi tinggal disini cukup memuaskan juga. Tapi aku
sungguh berterimakasih..., jadi akan melayani Direktur Nam dengan segenap
hidupku. Tolong berikan gaji dan tunjangan.”kata So Bong
“Kau
rupanya sangat tak tahu malu dari dugaanku.” Sindir Tuan Ji dan akan beranjak
pergi.
So Bong
heran melihat Tuan Ji pergi padahal
akhir pekan dan berpikir harus bersiap-siap juga. Tuan Ji mengatakan
kalau Ini janji pribadi dan memberitah kalau Direktur Nam akan beristirahat.
Tapi saat itu Shin masuk dan mengambil buah apel.
“Sepertinya
dia sudah selesai beristirahat.” Komentar So Bong.
“Aku mau
keluar sebentar... Awasi dia untuk berjaga-jaga.” Tegas Tuan Ji
“Apa Kau
mau menemui Ibu?” tanya Shin. Tuan Ji mengaku Ini masalah perusahaan.
“Aku akan
membuatmu menemui ibumu nanti.” ucap Tuan Ji. Shin menganguk mengerti.
Sementara
di kamar So Bong mengingat ucapan Tuan Ji “Aku akan menemui Anda di Rumah Sakit
PK jam 11 besok. Jangan khawatir. Pikirkan saja Anda mengunjungi Shin.” Lalu segera
menelp Tuan Seo untuk melaporkan yang didapatkanya.
“Ada yang
aneh... Kurasa ada orang yang ingin menemui Direktur Nam..., tapi malah Manajer
Ji pergi sendirian.” Kata So Bong
“Apa kau
tak tahu siapa yang ingin dia temui?” tanya Tuan Seo.
“Ya. Dia
bilang jangan khawatir dan pikirkan saja untuk menemui Shin. Itu yang dia
katakan.” Kata So Bong
“Aku tahu
ini mungkin sulit..., tapi bisakah kau mengikutinya?” kata Tuan Seo.
David
turun dari helikopter berbicara dengan petugas menutupi wajah Shin menyakinkan
kalau kondisi parah dengan wajahnya. Petugas pikir akan membantu. David
menolak, meminta mereka agar berhati-hati saja
mengemudinya karena Shin yang selalu takut berada di mobil. Pengemudi
berjanji akan pelan-pelan mengemudinya.
[Rumah Sakit PK]
So Bong
akhirnya sampai di rumah sakit, tanpa sadar berpapasan dengan Nyonya Oh yang
berjalan masuk. Sementara di dalam ruangan,
Dokter Cha ingin tahu alasan Tuan Ji tiba-tiba membutuhkan VIP suite dan
ingin tahu Siapa orang yang bernama Cho Min Jae.
“Direktur
Nam Shin.” Kata Tuan Ji. Dokter Cha kaget mendengarnya.
“Kenapa
Nam Shin di disini sebagai Cho Min Jae? Dia 'kan sudah siuman... Apa kau ingin
aku membuat rekam medis palsu? Dasar gila. Hei, aku ini dokter. Aku tahu kau
melayaninya, tapi aku tidak bisa.” Kata Dokter Cha marah
“Hyun
Joon... Jangan bertanya apapun, dan tolong turuti permintaanku.. Sekali ini
saja.” Ucap Tuan Ji memohon.
“Biar Kuperjelas
lagi... Aku tidak bisa melakukannya. Tidak, takkan. Ini pasti ada hubungannya dengan
malam itu, 'kan? Aku seharusnya sudah menduganya ketika kau memohon padaku...
untuk berpura-pura kalu aku sudah menjalankan operasi. Apa itu karena wanita
yang datang bersamamu? Siapa sebenarnya wanita itu?” ucap Dokter Cha dengan
nada tinggi.
Nyonya Oh
masuk ruangan mengakui sebagai ibunya Shin waktu malah dan hari ini juga, menegaskan
keduanya adalah putranya. Tuan Ji binggung melihat Nyonya Oh datang kerumah
sakit bukan menemui Shin. Nyonya Oh menduga kalau Tuan Ji akan kesulitan membujuk Dokter Cha,
dan ternyata dugaanya benar.
“Kenapa
menurut Anda kau pasti bisa membujukku?” sindir Dokter Cha.
“Kau
tampaknya salah paham. Aku tidak membujuk orang. Karena setelah kau
menuliskan laporan operasi yang tidak
kau lakukan..., maka kau sudah tak punya pilihan lagi. Kau boleh menuduhku atas
pemerasan. Apapun itu, tak masalah. Aku rela berbuat lebih parah demi putraku.”
Tegas Nyonya Oh.
So Bong
berjalan masuk ke rumah sakit dan langsung bersembunyi melihat Nyonya Oh dan
Tuan Ji duduk di ruang tunggu. Nyonya Oh yakin kalau Dokter Cha pasti kaget dan
pasti butuh waktu berpikir, karena menyuruh menunggu jadi lebih baik menunggu
dan melihat david yang menelp. Diam-diam So Bong mengambil foto Nyonya Oh dan
juga Tuan Ji.
“Hai,
darling... Aku tahu kau merindukanku, tapi bersabarlah. Kami hampir sampai.
Berkat supir, putra kita akan aman.” Ucap David. Nyonya Oh pun meminta agar berhati-hati
saat itu Dokter Cha keluar dari ruangan.
“Aku akan
langsung membawa pasien ke ruang VIP kalau dia sudah datang. Jadi Antar dia ke
sana dulu.” Ucap Dokter Cha. Tuan Ji pun mengucapkan terimakasih.
“Aku melakukan
ini karena kasihan dengan dia ini. Aku sudah siap surat izinku dicabut kalau
menandatangani grafik jadi jangan mengancamku lagi seperti ini.” Kata Dokter
Cha lalu pergi lebih dulu.
“Kau
pasti orang yang baik... Kau punya teman yang baik seperti itu.” Komentar Nyonya
Oh pada Tuan Ji.
Ambulance
datang, Dokter Cha siap menurunkan Shin. Di lantai atas So Bong melihat hasil
fotonya berpikir kalau sudah siap menghasilkan uang dan mengirimkan pada Tuan
So.
Saat itu wajah
Shin keluar dari Ambulance terlihat dengan jelas, So Bong melonggo kaget
melihat Shin terbaring sebelum ditutup kembali oleh David. Saat itu Ia terkejut
melihat Shin yang ada didepanya, padahal sebelumnya terbaring dan turunkan dari
Ambulance. Shin menatapnya dengan tatapan sinis.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar